Anda di halaman 1dari 5

Katekese tentang Keselamatan

oleh: St. Yohanes Maria Vianney

I.
Ada banyak umat Kristiani yang bahkan tidak tahu mengapa mereka ada di dunia.
Ya Allah-ku, mengapakah Engkau mengirimkan aku ke dalam dunia? Untuk
menyelamatkan jiwamu. Dan mengapakah Engkau menghendaki aku selamat?
Sebab Aku mengasihimu. Allah yang baik telah menciptakan kita dan
mengirimkan kita ke dalam dunia sebab Ia mengasihi kita; Ia menghendaki agar
kita selamat sebab Ia mengasihi kita. Agar dapat selamat, kita harus mengenal,
mengasihi dan melayani Tuhan. Oh, alangkah indahnya hidup! Betapa baiknya,
betapa luar biasanya mengenal, mengasihi dan melayani Tuhan! Tak ada hal lain
yang harus kita lakukan di dunia ini. Segala yang kita lakukan di luar itu hanyalah
membuang-buang waktu saja. Haruslah kita bertindak hanya bagi Tuhan, dan
mempersembahkan segala karya kita ke dalam tangan-Nya Patutlah kita
mengatakan, secara sadar, Aku rindu melakukan segala sesuatu pada hari ini
hanya bagi-Mu, ya Tuhan-ku! Aku tunduk berserah pada segala yang Engkau
berikan padaku, sebagai yang berasal daripada-Mu. Aku mempersembahkan
diriku sendiri sebagai kurban bagi-Mu. Tetapi, ya Tuhan, aku tak dapat melakukan
apa-apa tanpa Engkau. Sudilah Engkau menolong aku!
Oh, betapa pahit sesal kita pada saat ajal, akan segala waktu yang telah kita
boroskan demi kesenangan-kesenangan, demi percakapan-percakapan yang tak
berguna, demi bersantai, dan bukannya mempergunakannya untuk bermatiraga,
berdoa, melakukan kebajikan-kebajikan, memikirkan kemalangan kita, menangisi
dosa-dosa kita; maka, tahulah kita bahwa kita tak melakukan suatu pun demi
surga. Oh, anak-anakku, alangkah menyedihkan! Tiga perempat umat Kristiani
bekerja dalam kesia-siaan, hanya untuk memuaskan tubuh mereka, yang segera
akan dikuburkan dan binasa, sementara mereka tak pernah memikirkan jiwa

mereka yang malang, yang akan berbahagia atau menderita dalam kekekalan.
Mereka tak memiliki, baik akal budi maupun perasaan: hal ini sungguh membuat
orang gemetar.
Lihatlah dia, yang begitu giat dan tanpa kenal lelah, yang membuat hingar-bingar
dalam dunia, yang ingin berkuasa atas setiap orang, yang menganggap dirinya
sendiri sebagai orang penting, yang seolah-olah hendak mengatakan kepada
matahari, Pergilah, dan biarkan aku yang menerangi dunia, dan bukannya
engkau. Suatu hari kelak, orang yang tinggi hati ini akan direndahkan hingga tak
lebih dari segenggam debu, yang akan diterbangkan dari sungai ke sungai, dari
Saone ke Saone, dan berakhir di lautan.
Lihatlah, anak-anakku, aku sering berpikir bahwa kita bagaikan segumpal debu
yang diterbangkan angin, yang berputar-putar sejenak, dan segera diserakkan
Ada pada kita saudara dan saudari kita yang telah meninggal dunia. Begitulah,
mereka dikecilkan hingga tak lebih dari segenggam debu yang aku bicarakan.
Orang-orang dunia mengatakan, sungguh sulit menyelamatkan jiwa. Namun, tak
ada yang lebih mudah dari itu. Mentaati Perintah Allah dan Gereja, menjauhi tujuh
dosa pokok; atau jika kalian ingin menambahkannya, melakukan yang baik dan
menghindari yang jahat: itu saja. Orang-orang Kristen yang baik, yang bekerja
demi menyelamatkan jiwa mereka dan berjuang demi keselamatan mereka,
senantiasa bahagia dan penuh sukacita; mereka telah menikmati terlebih dahulu
kebahagiaan surgawi: mereka akan berbahagia untuk selama-lamanya.
Sementara orang-orang Kristen yang tidak taat, yang kehilangan jiwa mereka,
senantiasa perlu dikasihani; mereka menggerutu, mereka bersedih, mereka
sungguh malang tak terperi; dan mereka akan tetap demikian untuk selamalamanya. Lihatlah, betapa berbedanya!
Inilah hukum yang baik dalam bertingkah laku, tidak melakukan sesuatu pun
selain dari apa yang dapat kita persembahkan kepada Allah yang baik. Kita tak
dapat mempersembahkan kepada-Nya umpat, fitnah, ketidakadilan, amarah,
hujat, ketidakmurnian, bioskop, pesta-pora; namun demikian, semua itulah yang
dilakukan orang-orang di dunia. Mengenai pesta-pora,St Fransiskus dari
Sales biasa mengatakan bahwa pesta-pora itu bagaikan jamur, bahkan yang
terbaik sekalipun tak ada gunanya. Para ibu biasa mengatakan, Oh, saya
mengawasi puteri-puteri saya. Mereka mengawasi penampilan mereka, tetapi
mereka tak dapat mengawasi hati mereka. Mereka yang mengadakan pesta-pora
dalam rumah-rumah mereka membebani diri mereka sendiri dengan tanggungjawab yang mengerikan di hadapan Tuhan; pesta-pora bertanggung jawab atas
segala kejahatan yang dilakukan - atas pikiran-pikiran buruk, fitnah, iri hati, benci,
dendam Ah, andai mereka memahami dengan baik tanggung jawab ini, mereka
tidak akan pernah berpesta-pora. Sama seperti mereka yang membuat lukisanlukisan ataupun patung-patung yang tak sopan, atau menulis buku-buku yang tak
pantas, mereka akan harus mempertanggung-jawabkan segala kejahatan yang
diakibatkan oleh barang-barang itu sepanjang waktu hingga benda itu berakhir
Oh, betapa hal itu membuat orang gemetar!

Lihatlah, anak-anakku, patutlah kita merenungkan bahwa ada pada kita jiwa yang
harus kita selamatkan, dan kehidupan kekal yang menanti kita. Dunia, segala
kekayaan, kesenangan dan kemuliaannya akan segera berlalu. Maka, baiklah kita
berhati-hati. Para kudus tidak semuanya memulai dengan baik; tetapi mereka
semuanya mengakhiri dengan baik. Kita telah memulainya dengan buruk, marilah
kita mengakhirinya dengan baik, dan suatu hari kelak kita akan pergi dan
menjumpai mereka di surga.
II.
Kebahagiaan manusia di dunia, anak-anakku, adalah menjadi seorang yang
sangat baik; mereka yang sangat baik memberkati Allah yang baik, mereka
mengasihi-Nya, mereka memuliakan-Nya, dan melakukan segala pekerjaan
mereka dengan penuh sukacita dan kasih, sebab mereka tahu bahwa kita berada
di dunia ini tak lain adalah untuk melayani serta mengasihi Allah yang baik.
Lihatlah orang-orang Kristen yang tidak taat; mereka melakukan segalanya
dengan banyak kesulitan dan sungut-sungut; dan mengapakah, anak-anakku?
Sebab mereka tidak mengasihi Allah yang baik, sebab jiwa mereka tidak murni,
dan harapan serta kerinduan mereka bukan lagi surga, melainkan dunia. Hati
mereka merupakan sumber ketidakmurniaan yang meracuni segala tindakan
mereka dan menghalang-halangi mereka datang kepada Tuhan; sehingga mereka
akan mati tanpa pernah memikirkan kematian, miskin akan perbuatan-perbuatan
baik demi surga, dan menanggung beban kejahatan neraka: begitulah mereka
sesat untuk selama-lamanya, anak-anakku. Orang mengatakan sungguh sulit
menyelamatkan jiwa; tetapi, anak-anakku, tidakkah sulit untuk mengejar
kemuliaan atau harta? Adakah kalian tinggal di tempat tidur ketika kalian harus
pergi dan membajak, atau mengetam, atau menuai? Tidak. Baik, jadi,
mengapakah kalian harus berpangku-tangan ketika kalian harus mengejar
kebahagiaan yang luar biasa, yang tidak akan pernah binasa - ketika kalian harus
berjuang demi kemuliaan abadi?
Lihatlah, anak-anakku, jika kita sungguh ingin selamat, kita harus membuat
keputusan, sekali untuk selamanya, bekerja dengan giat demi keselamatan kita;
jiwa kita bagaikan suatu taman di mana ilalang senantiasa siap menghimpit
tanam-tanaman dan bunga-bunga yang indah yang ditanam di dalamnya. Jika
tukang kebun yang bertanggung jawab atas taman ini lalai, jika ia tidak
senantiasa mempergunakan sekop dan cangkul, maka bunga-bunga dan tanamtanaman itu akan segera binasa. Demikianlah, anak-anakku, sungguh keutamaankeutamaan yang dengan senang hati dianugerahkan Tuhan dalam jiwa kita akan
binasa oleh kejahatan-kejahatan kita, jika kita lalai memeliharanya. Bagaikan
seorang tukang kebun yang cermat, bekerja dari pagi hingga petang untuk
melenyapkan ilalang dalam tamannya, dan menghiasi tamannya itu dengan
bunga-bunga, demikian juga marilah kita bekerja setiap hari untuk melenyapkan
kejahatan-kejahatan dalam jiwa kita dan menghiasi jiwa dengan keutamaankeutamaan. Lihatlah, anak-anakku, seorang tukang kebun tidak pernah

membiarkan ilalang berakar, sebab ia tahu bahwa di kemudian hari ia tak akan
pernah dapat memusnahkannya. Begitu pula kita, janganlah kita membiarkan
kejahatan-kejahatan kita berakar, atau kita tak akan pernah dapat menguasainya
lagi.
Suatu hari, seorang rahib berada di sebuah hutan bersama rombongannya,
ditunjukkan kepadanya empat batang pohon cemara untuk dicabutinya satu per
satu; anak muda itu, yang tidak mengerti benar mengapa ia diperintahkan untuk
melakukannya, menggenggam pohon pertama, yang masih kecil, dan
mencabutnya dengan satu tangan tanpa kesulitan; pohon kedua, yang agak lebih
besar dan sudah mulai berakar, membuatnya mencabut dengan lebih susah
payah, tetapi ia mampu mencabutnya dengan satu tangan; pohon ketiga, yang
lebih besar, menimbulkan banyak kesulitan, hingga ia harus mempergunakan
kedua tangannya dan mengerahkan seluruh tenaganya; pohon keempat, yang
telah tumbuh menjadi sebatang pohon, memiliki akar-akar yang kuat dan dalam,
pemuda itu menguras habis tenaganya dengan sia-sia. Orang kudus itu pun
kemudian berkata kepadanya, Dengan sedikit kewaspadaan dan laku-tapa, kita
berhasil menekan hawa nafsu kita, dan kita menang atas mereka ketika mereka
baru mulai bersemi; tetapi, ketika mereka sudah berakar dalam, tak ada lagi yang
lebih sulit; hal itu bahkan mustahil tanpa suatu mukjizat.
Marilah kita tidak mengandalkan mukjizat Penyelenggaraan Ilahi, anak-anakku;
marilah kita tidak menunda-nunda hingga akhir hidup kita, pemeliharaan jiwa
yang harus kita lakukan setiap hari; marilah kita bekerja sementara masih ada
waktu - masa yang akan datang ada di luar kuasa kita; marilah kita
menyingsingkan lengan baju untuk bekerja; marilah kita mengawasi diri kita
sendiri; dan terutama, marilah kita berdoa kepada Allah yang baik - dengan
bimbingan-Nya kita akan senantiasa memiliki kekuatan untuk melawan hawa
nafsu kita. Manusia berdosa, anak-anakku; tetapi jika ia pada saat awal ini tidak
kehilangan iman, ia berlari, ia bergegas, ia terbang, guna mencari obat bagi
penyakitnya; pastilah tak lama ia mendapatkan Sakramen Tobat, di mana ia dapat
memulihkan kembali kebahagiaannya. Begitulah sepatutnya kita harus bersikap
jika kita adalah umat Kristiani yang baik. Ya, anak-anakku, kita tak dapat tinggal
barang sekejap pun di bawah kerajaan setan; haruslah kita malu menjadi
budaknya. Seorang Kristen yang baik senantiasa berjaga, dengan pedang di
tangan, iblis tak dapat melakukan apa-apa untuk melawan dia, sebab ia melawan
iblis bagaikan seorang pahlawan yang gagah berani; ia tidak takut kepadanya,
sebab ia telah menolak dari dalam hatinya segala yang tidak murni. Orang-orang
Kristen yang tidak taat, mereka malas dan berpangku tangan, mereka berdiri
dengan kepala tertunduk; dan kalian lihat bagaimana mereka menyerah pada
serangan pertama: iblis melakukan apa yang disukainya terhadap mereka, ia
menghadiahi mereka dengan kesenangan-kesenangan, membiarkan mereka
menikmati kesukaan semu, dan kemudian, guna menyamarkan jeritan hati nurani
mereka, ia membisikkan kepada mereka dengan suara lembut, Engkau tak akan
berbuat dosa lagi. Dan ketika situasi memungkinkan, mereka jatuh lagi, dan
lebih mudah dari yang pertama. Jika mereka pergi mengaku dosa, iblis

membuatnya merasa malu, mereka mengatakan hanya sebagian, mereka


melirihkan suaranya, mereka mengajukan pembelaan terhadap dosa-dosa
mereka, dan, yang lebih menyedihkan lagi, mereka mungkin menyembunyikan
sebagian dosa mereka itu. Orang Kristen yang baik, sebaliknya, meratap serta
menagisi dosa-dosa mereka, dan tiba di kamar pengakuan dalam keadaan telah
separuh dibenarkan.
sumber : Catechism on Salvation by Saint John Vianney; www.catholic-forum.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan
mencantumkan: diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya

Anda mungkin juga menyukai