Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ( ISPA )


A. KONSRP MEDIS
1.
DEFINISI
ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang terutama mengenai struktur
saluran pernafasan di atas laring,tetapi kebanyakan,penyakit ini mengenai bagian saluran atas
dan bawah secara simultan atau berurutan.(Nelson,edisi 15)
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing
dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafasdan akan
menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafasdalam
menghadapi organisme asing
ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkanoleh
infeksi jasad renik bakteri, virus maupun riketsia, tanpa / disertai radang parenkim paru.
(Mohamad, 35)
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti
batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Infeksi pernapasan jarang
memilki ciri area anatomik tersendiri. Infesi sering menyebar dari satu struktur ke struktur lainya
karena sifat menular dari membran mukosa yang melapisi seluruh saluran. Akibatnya,infeksi
saluran pernapasan akan melibatkan beberapa area tidak hanya satu struktur, meskipun efek pada
satu individu dapat mendominasi penyakit lain.
2.

ETIOLOGI
Kebanyakan, infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikoplasma,

kecuali epiglotitis akut. Organisme streotokokus dan difteria merupakan agen bakteri utama yang
mampu menyebabkan penyakit faring primer, bahkan pada kasus tonsilofaringitis akut, sebagian
besar penyakit berasal dari non bakteri. Walaupun ada bayak hal yang tumpang tindih, beberapa
mikroorganisme lebih mungkin menimbulkan sindrom pernafasan tertentu daripada yang lain,
dan agen tertantu mempunyai kecenderungan lebih besar dari pada yang lain untuk menimbulkan
penyakit yang berat. Beberapa virus ( misalnya campak) dapat di hubungkan dengan banyak
sekali variasi gejala saluran pernafasan atas dan bawah sebagai bagian dari gambaran klinis
umum yang melibatkan sistem organ lainnya.
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antara
lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan
korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus,
pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus. Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab
ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas

akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan
hidung.Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang
kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan
juga menimbulkan risiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak
adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Kelainan pada sistem
pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik,
menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian
atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada
bulan-bulan musim dingin.
3. PATOFISIOLOGI
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :

Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa
Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa karena nya tubuh

menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan

batuk.
Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh
dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk

mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran
pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga
unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak
mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi. Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang
sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu.
Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia
adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil,
pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).
4. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran

klinis

secara

umum

yang

sering

didapat

adalah

rinitis,

nyeri

tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis.
Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual,
muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan
adanya penyulit.

Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding
thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan
wheezing. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan
cardiac arrest. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
papil bendung, kejang dan coma.
Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak. Tanda-tanda laboratoris
hypoxemia,hypercapnia dan acydosis (metabolik dan atau respiratorik) Tanda-tanda bahaya pada
anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran
menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari
2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari
setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing
5. PENATALAKSANAAN
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan
penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk
pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi
penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman
sebagai

bagian

dari

tindakan

penunjang

yang

penting

bagi

pederita

ISPA.

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.


Immunisasi.
Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
Meningkatkan makanan bergizi
Bila demam beri kompres dan banyak minum
Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang

bersih
Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih
menetek

Pengobatan antara lain :


1.

Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian

multivitamin dll.
2.

Antibiotik :

Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab


Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin, Ampisillin,
Penisillin Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol, kloksasilin,
gentamisin

Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.

Penatalaksanaan Medis:
Istirahat yang cukup
Minum sedikitnya 2 3 liter air sehari, kecuali kalau pada kontra indikasi.
Medikasi : gunakan semprot hidung atau tetes hidung dua atau tiga kali sehari atau sesuai
yang diharuskan untuk mengatasi gejala hidung tersumbat.
Diberikan antibiotik apabila penyebabnya adalah bakteri. (Corwin Eli Zabeth.J, 2000)
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan kultur dan biopsi adalah proses yang paling sering digunakan dalam
menegakkan diagnosis pada gangguan pernapasan atas.
a)

Kultur

Kultur tenggorok dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme yang menyebabkan


faringitis.
b)

Biopsi

Prosedur biopsi mencakup tindakan mengeksisi sejumlah kecil jaringan tubuh, dilakukan untuk
memungkinkan pemeriksaan sel-sel dari faring, laring, dan rongga hidung. Dalam tindakan ini
mungkin saja pasien mendapat anastesi lokal, tropical atau umum tergantung pada tempat
prosedur dilakukan.
c)

Pemeriksaan pencitraan,

termasuk di dalamnya pemeriksaan sinar-X jaringan lunak, CT Scan, pemeriksaan dengan zat
kontras dan MRI (pencitraan resonansi magnetik). Pemeriksaan tersebut mungkin dilakukan
sebagai bagian integral dari pemeriksaan diagnostik untuk menentukan keluasan infeksi pada
sinusitis atau pertumbuhan tumor dalam kasus tumor
7. KOMPLIKASI
SPA (saluran pernafasan akut ) sebenarnya merupakan self limited disease yang sembuh
sendiri dalam 5 6 hari jika tidak terjaidi infasi kuman lain, tetapi penyakit ispa yang tidak
mendapatkan pengibatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan penyakit seperti :
sinusitis

paranosal,

penutupan

tuba

eustachii,

laryngitis,

tracheitis,

bronchitis,

brhoncopneumonia dan berlanjut pada kematian karna adanya sepsis yang meluas.

ASUHAN KEPERAWATAN ISPA

dan

1.

Pengkajian

A. Identitas Pasien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian, no. MR, diagnosa medis, nama orang tua, umur orang tua, pekerjaan, agama, alamat,
dan lain-lain.
B.

Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit sekarang
biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi,

nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.


Riwayat penyakit dahulu

biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini


Riwayat penyakit keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien

tersebut.
Riwayat sosial
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya

C.

Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum
Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
2. Tanda vital :
Bagaimana suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah klien
3. Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada kelainan atau lesi
pada kepala
4. Wajah
Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.
5. Mata
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/ tidak, keadaan pupil,
palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan
6. Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta cairan yang keluar, ada
sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam penciuman
7. Mulut
Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/ tidak, apakah ada
kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam
berbicara.
8. Leher

Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena jugularis
9. Thoraks
Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada wheezing, apakah ada
gangguan dalam pernafasan.
Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan
a.

Inspeksi

Membran mukosa- faring tamppak kemerahan


Tonsil tampak kemerahan dan edema
Tampak batuk tidak produktif
Tidak ada jaringan parut dan leher
Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung

b. Palpasi

Adanya demam
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe

servikalis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

c.

Perkusi

Suara paru normal (resonance)


d. Auskultasi

Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.


10. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat nyeri tekan pada
abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan pemeriksaan bising usus, apakah terjadi
peningkatan bising usus/tidak.
11. Genitalia
Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut kelamin. Pada laki-laki
lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak. Pada wanita lihat keadaan labia minora, biasanya
labia minora tertutup oleh labia mayora.
12. Integumen
Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak, apakah ada nyeri tekan
pada kulit, apakah kulit teraba panas.
13. Ekstremitas atas
Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta kelainan bentuk.
2.

Diagnosa Keperawatan

Peningkatan suhu tubuh b/d proses inspeksi


Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia
Nyeri akut b/d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.

Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b/d tudak kuatnya pertahanan sekunder
(adanya infeksi penekanan imun)

3. Intervensi
N
O
1

DIAGNOSA

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL

INTERVENSI

KEPERAWATAN
( NOC)
(NIC)
Peningkatan suhu Suhu tubuh normal berkisar antara 1. Observasi tanda tanda vital
2. Anjurkan pada klien/keluarga
tubuh bd proses 36 37, 5 C
umtuk melakukan kompres dingin
inspeksi
( air biasa) pada kepala / axial.
3. Anjurkan
klien
untuk
menggunakan pakaian yang tipis
dan yang dapat menyerap
keringat seperti terbuat dari
katun.
4. Atur sirkulasi udara.
5. Anjurkan klien untuk minum
banyak 2000 2500 ml/hr.
6. Anjurkan klien istirahat ditempat
tidur selama fase febris penyakit.
7. Kolaborasi dengan dokter :
Dalam pemberian therapy, obat
antimicrobial,

Ketidakseimbanga

Nyeri

antipiretika

Krietria hasil:
1. Kaji kebiasaan diet, input-output
dan timbang BB setiap hari
n nutrisi kurang o klien dapat mencapai BB yang
direncanakan mengarah kepada 2. Berikan makan porsi kecil tapi
dari kebutuhan b.
BB normal.
sering dan dalam keadaan hangat
d anoreksia
o klien dapat mentoleransi diet 3. Beriakan oral sering, buang
yang dianjurkan.
secret berikan wadah husus
o Tidak
menunujukan
tanda
untuk sekali pakai dan tisu dan
malnutrisi.
ciptakan lingkungan beersih dan
menyenamgkan.
4. Tingkatkan tirai baring.
5. Kolaborasi
6. Konsul ahli gizi untuk
memberikan diet sesuai
kebutuhan klien
akut

inflamasi

b.d Nyeri berkurang / terkontrol


pada

membran mukosa
faring dan tonsil.

1. Teliti keluhan nyeri ,catat


intensitasnya (dengan skala 0
10), factor memperburuk atau
meredakan lokasimya, lamanya,
dan karakteristiknya.
2. Anjurkan
klien
untuk
menghindari allergen / iritan
terhadap debu, bahan kimia,

asap,rokok.
Dan
mengistirahatkan
/meminimalkan berbicara bila
suara serak.
3. Anjurkan untuk melakukan
kumur air garam hangat
4. Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi
a. Steroid oral, iv, &
inhalasi
5. analgesik

Resiko
tinggi

tinggi
penularan

infeksi b.d tudak


kuatnya
pertahanan
sekunder (adanya
infeksi penekanan
imun)

tidtidaak terjadi penularan


1. Batasi
pengunjung
sesuai
tidak terjadi komplikasi
indikasi
2. Jaga
keseimbangan
antara
istirahat dan aktifitas
3. Tutup mulut dan hidung jika
hendak bersin, jika ditutup
dengan tisu buang segera
ketempat sampah
4. Tingkatkan daya tahan tubuh,
terutama anak usia dibawah 2
tahun, lansia dan penderita
penyakit kronis. Dan konsumsi
vitamin C, A dan mineral seng
atau anti oksidan jika kondisi
tubuh menurun / asupan
makanan berkurang
5. Kolaborasi
Pemberian obat sesuai hasil
kultur

DAFTAR PUSTAKA
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA).Jakarta. 1992.
Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut. 1992
Doenges, Marlyn E . Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian perawatan pasien


Alih bahasa I Made Kariasa. Ed 3. Jakarta: EGC.1999
Nelson.vol 2. Asuhan keperawatan pada anak

Anda mungkin juga menyukai