TUGAS AKHIR
MAKALAH TEORI AKUNTANSI
Disusun oleh :
Destia Dewi Prima Diatri
F0310020
AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2013
Daftar Pustaka
A. RINGKASAN . .2
B. POKOK BAHASAN
BAB 1 Pengertian Teori Akuntansi .. 3
BAB 2 Penalaran ...
7
BAB 3 Perekayasaan Pelaporan Keuangan ...9
BAB 4 Rerangka Konseptual - Suatu Model ...12
BAB 5 Konsep Dasar 14
BAB 6 Aset ...16
BAB 7 Kewajiban ..17
BAB 8 Pendapatan 19
BAB 9 Biaya ..21
BAB 10 Laba .24
BAB 11 Ekuitas .26
BAB 12 Pengungkapan dan Sarana Interpretif .29
BAB 13 Akuntansi Untuk Perubahan Harga .30
C. DAFTAR PUSTAKA ... 33
D. KUTIPAN TUGAS ...33
E. SURAT PENGANTAR .33
RINGKASAN
Pemaparan teori akuntansi didasarkan atas orientasi perkembangan akuntansi
positif dan akuntansi normatif. Teori akuntansi positif dijelaskan secara lebih terpirinci
dalam William Scott, sedangkan akuntansi normatif dapat dipelajari dalam Suwardjono.
Jika dikaitkan dengan pendefinisian akuntansi sebagai seni, sains atau teknologi. Teori
akuntansi positif berkaitan erat dengan pendefinisian akuntansi sebagai sains. Jadi
akuntansi sebagai sains dimaknai atas dasar pengamatan empiris, sehingga menjelaskan
fenomena seperti apa adanya dan bebas nilai. Akuntansi positif lebih menekankan pada
mendapatkan kebenaran tentang suatu fenomena dengan menerapkan metode ilmiah,
tanpa menggunakan pertimbangan nilai.
Perkembangan akuntansi normatif lebih menekankan atas pernyataan atau
penalaran yang dilandasi oleh pertimbangan nilai. Seperti teori akuntansi positif, jika
akuntansi normatif dihubungkan dengan pendefinisian akuntansi, maka akuntansi sebagai
teknologi mempunyai karakteristik yang paling sesuai dengan konsep teori akuntansi
normatif. Oleh karena akuntansi dipandang sebagai teknologi, maka dalam prosesnya
membutuhkan suatu penalaran logis yang dapat menjelaskan dan memberikan alasan
tentang perlakuan suatu praktek akuntansi tertentu. Proses penalaran logis diwujudkan
dalam bentuk perekayasaan pelapoan keuangan. Perekayasaan pelaporan keuangan
tersebut menghasilkan suatu rerangka konseptual. Sedangkan, fungsi dari rerangka
konseptual adalah untuk mengevaluasi, membenarkan atau mempengaruhi praktek
akuntansi sekarang maupun masa akan datang. Dan juga konsep dasar berfungsi untuk
melandasi penalaran pada tingkat perekayasaan akuntansi. Konsep dasar sangat
bermanfaat dalam penyusunan standar, baik prinsip, metode maupun teknik. Selain itu,
perekayasaan akuntansi menghasilkan elemen-elemen yang diwujudkan dalam statemen
keuangan, merepresentasikan realitas kegiatan badan usaha, sehingga orang tidak perlu
datang langsung, cukup hanya memperoleh gambaran yang jelas mengenai realita operasi
perusahaan secara keuangan. Secara umum tujuan ekonomi dan sosial negara dijabarkan
dalam pelaporan keuangan dengan maksud agar tujuan akuntansi secara tidak langsung
juga akan membantu tercapainya tujuan negara.
Dalam perkembangannya, teori akuntansi mengalami permasalah akibat
perubahan harga. Perubahan harga umunya terjadi karena perbedaan jumlah rupiah yang
dapat digunakan untuk memperoleh barang yang sama dalam jangka waktu yang berbeda.
Rerangka akuntansi pokok dilandasi oleh asumsi bahwa daya beli uang stabil, dan
manfaat ekonomik barang tidak berubah. Akuntansi perubahan harga merupakan bagian
dari pelaporan keuangan untuk mencapai tujuan penyajian informasi keuangan. Jika
konsep pemrosesan data dapat dipisahkan dari proses pelaporan data, maka akuntansi
perubahan harga tidak perlu mengganti rerangka akuntansi pokok.
BAB 1
PENGERTIAN TEORI AKUNTANSI
Pengertian dari teori akuntansi memiliki berbagai sudut pandang, teori akuntansi
dapat dikategorikan sebagai seni, sains maupun teknologi. Pengertian teori
akuntansi sangat bergantung pada pendefinisian akuntansi sebagai suatu bidang ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, tujuan kejelasan dalam tatanan taksonomi dari teori
akuntansi dimaksudakan supaya rerangka teori akuntansi dapat dikenali dengan jelas,
baik isi maupun lingkupnya.Maka dari itu, berdasarkan taksonomi terpilih diharapkan
mampu membantu dalam mengenali dan menjelaskan apa sebenarnya yang menjadi
dasar dalam karakteristik akuntansi.
Gambar 1.1 Akuntansi dan Teori akuntansi : Sains atau Teknologi (Diambil dari
Suwardjono hal 11)
Akuntansi
Taksonomi
Sains
Teknologi
atau penjelasan
sebagai
generalisasi
akuntansi
jika dilihat
dari sudutilmiah
pandang
sains,
tentu berbeda jika dipandang sebagai
Hasil Teori
teknologi, oleh karena perbedaan tersebut maka dasar teori akuntansi pun akan
berbeda pula. Jika dasar teori akuntansi berbeda, maka karakteristik yang melandasi
pengetahuan akuntansi pun juga tidak sama. Sehingga, hasil yang berupa
pertimbangan logis ataupun penjelasan ilmiah yang melandasi teori akuntansi
akan mempunyai implikasi yang tidak sama, jika digunakan sebagai dasar
dalam tujuan sosial dan ekonomik. Selain itu, implikasi dari pemilihan akuntansi
berdasarkan taksonomi tersebut akan berpengaruh terhadap arah studi dan praktik
akuntansi di masa mendatang.
Akuntansi Sebagai Seni, Sains dan Teknologi
Dalam Suwardjono, jika akuntansi dipandang sebagai seni maka yang dimaksud
adalah cara menerapkannya bukan sifatnya sebagai seperangkat pengetahuan
(Suwardjono,2006,12). Berdasarkan pengertian-pengertian dari beberapa ahli,
akuntansi lebih dari sekedar seni karena pada dasarnya pengertian seni lebih
relevan pada kemampuan manusia dalam mebuat sesuatu yang unik, yang lebih
menonjolkan kemampuan spesifik dalam menghasilkan sesuatu (things) agar lebih
bernilai. Jika akuntansi dipandang sebagai sains, akuntansi harus memenuhi kriteria
dari definisi sains terlebih dahulu,
sains adalah salah satu cabang dari pengetahuan (seperangkat pengetahuan) yang
bertujuan untuk mendapatkan kebenaran atau validitas penjelasan tentang suatu
fenomena dengan menerapkan metode ilmiah.(Suwardjono, 2006, 14)
Berdasarkan pengertian diatas, sains lebih berorientasi terhadap bebas nilai
dan sains tidak menghasilkan kebijakan (kebermanfaatan) melainkan sebuah
kebenaran. Jika diterapakan dalam sudut pandang akuntansi, maka dalam prakteknya
akuntansi akan lebih mengarah terhadap pembahasan mengenai mengapa perlakuan
akuntansi seperti itu, bukan bagaimana cara menciptakan perlakuan akuntansi yang
lebih baik.
Secara
umum
pertimbangan
pokok
yang
mendasari
akuntansi
adalah
kebermanfaatan, maka dari itu akuntansi tidak dapat bebas nilai, karena selalu
terpengaruh oleh faktor lingkungan. Sedangkan pertimbangan pokok yang mendasari
akuntansi sebagai sains adalah penerapan metode ilmiah dan bebas nilai. Maka dari
itu, jika akuntansi dikategorikan dalam sains kurang tepat, karena tidak
memprioritaskan dalam menghasilkan kebijakan dalam mencapai tujuan sosial
Rerangka konseptual
Praktek Akuntansi
berjalan
Praktek Akuntansi
Masa datang
Pada gambar diatas dijelaskan bahwa teori akuntansi merupakan proses penalaran
logis. Proses penalaran logis diwujudkan dalam bentuk perekayasaan pelapoan
keuangan. Perekayasaan pelaporan keuangan tersebut menghasilkan suatu rerangka
konseptual. Sedangkan, fungsi dari rerangka konseptual adalah untuk mengevaluasi,
membenarkan atau mempengaruhi praktek akuntansi sekarang maupun masa akan
datang.
Aspek Sasaran Teori
Sasaran akuntansi bila dipandang dari sudut pandang sains dan teknologi
menghasilkan teori akuntansi positif dan teori akuntansi normatif. Klasifikasi ini
merupakan konsekuenasi logis dari pendefinisian akuntansi sebagai sains dan
teknologi. Teori akuntansi positif berisi pernyataan tentang suatu kejadian atas dasar
pengamatan empiris, sedangkan teori akuntansi normatif berisi tentang pernyataan
atau penalaran yang dilandasi oleh pertimbangan nilai. untuk menilai apa yang
sebaiknya dilakukan atau diputuskan untuk tujuan sosial dan ekonomik. Bila
dikaitkan dengan dikotomo sains-teknologi, maka teori akuntansi positif erat
kaitannya dengan akuntansi sebagai sains, sedangkan teori akuntansi normatif lebih
erat kaitannya dengan akuntansi sebagai teknologi.
Keluaran
Keyakinan bahwa asersi konklusi benar
Argumen
Asersi
Asersi
Asersi
inferensi
inferensi
Asersi
Asersi
Asersi konklusi
Asersi
inferensi
Proses dan struktur penalaran pada umumnya adalah suatu rangkaian penalaran
logis dalam menentukan apakah suatu pernyataan tersebut benar untuk dianut.
Struktur penalaran menggambarkan hubungan ketiga konsep tersebut dalam
menghasilkan daya dukung atau bukti rasional terhadap keyakinan tentang
suatu pernyataan. Proses penalaran terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap masukan,
proses dan keluaran. Proses penalaran diantaranya, sbb :
a. Pada tahap masukan, asersi merupakan elemen pembentuk argumen dan
sebagai keyakinan yang dihasilkan oleh penalaran
b. Pada tahap proses, argumen berisi keterkaitan yang dapat mendukung
keyakinan. Argumen merupakan pembentuk, pemeliharan dan bahkan
pengubah suatu keyakinan.
c. Pada tahap keluaran, keyakinan merupakan objek atau sasaran penalaran,
karena keyakinan menentukan sikap seseorang terhadap suatu masalah yang
menjadi topik bahasan.
Asersi dapat dinyatakan secara secara verbal atau struktural, sedangkan keyakinan
mengandung beberapa sifat penting diantaranya adalah (keadabenaran, bukan
pendapat, bertingkat, mengandung bias, memuat nilai, berkekuatan, verikal dan
bertempa). Disisi lain, argumen bertujuan untuk mengevaluasi dan mengubah
keyakinan orang. Orang lain dapat terkecoh oleh argumen yang diakibatkan oleh
stratagem dan akibat salah nalar.
a. Strategem adalah cara untuk meyakinkan orang akan suatu pernyataan,
konklusi dengan mengajukan argument yang valid. Penggunaan stratagem
biasanya digunakan semata-mata untuk memenangkan posisi dan bukan untuk
mencari solusi yang terbaik.
b. Sedangkan, salah nalar adalah kesalahan konklusi akibat tidak diterapkannya
kaidah-kaidah penalaran yang valid.
BAB 3
PEREKAYASAAN PELAPORAN KEUANGAN
Perekayasaan pelaporan keuangan bab ini meneruskan penjelasan dari bab
sebelumnya, yang menyatakan bahwa akuntansi merupakan disiplin ilmu teknologi.
Sehingga salah satu hasil dari penalaran logisnya berupa perekayasaan pelaporan
keuangan, yang menghasilkan suatu rerangka konseptual. Rerangka konseptual
tersebut harus memuat konsep pemikiran yang dapat dijadikan dasar dalam penetapan
PABU (Prinsip Akuntansi Berterima Umum) terutama yang membahas mengenai
standar akuntansi.
Gambar 3.1 Proses Perekayasaan Pelaporan Keuangan (diambil dari Suwardjono hal 103)
Tujuan Ekonomik dan Sosial Negara
Tujuan Pelaporan Keuangan
Proses Pertimbangan
Rerangka Konseptual
Media Pelaporan
Informasi Akuntansi
10
Berdasarkan bagan proses perekayasaan pelaporan keuangan diatas, dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Tujuan ekonomi dan sosial negara dijabarkan dalam pelaporan keuangan dengan
maksud agar tujuan akuntansi secara tidak langsung juga akan membantu tercapainya
tujuan negara.
b. Proses pertimbangan mencakup konsep dasar yang diperlukan untuk menjamin agar
tujuan pelaporan keuangan tercapai. Tujuan mendasar proses pertimbangan tersebut
adalah untuk memudahkan pengguna informasi keuangan mengetahui kegiatan
operasional perusahaan melalui berbagai simbol dalam bentuk stataemen keuangan, tanpa
harus menyaksikan secara langsung sistem operasional perusahaan.
c. Setelah melakukan proses pertimbanagn logis melalui perekayasaan, maka dituangkan
dalam bentuk rerangka konseptual atau dokumen resmi hasil perekayasaan. Hal ini
sejalan dengan apa yang ditegaskan FASB dalam Suwardjono, FASB banyak
memanfaatkan rerangka konseptual karena memberikan landasan umum dan penalaran
dasar untuk mempertimbangkan keunggulan dan kelemahan berbagai alternatif
pengembangan standar akuntansi (Suwardjono, 2006,114).
d. Media pelaporan hasil proses perekayasaan akuntansi adalah statemen keuangan dan
pelaporan keuangan.
e. Informasi akuntansi dapat bermanfaat oleh pengguna tanpa harus menyaksikan secara
langsung operasi fisis perusahaan.
Pedoman dalam penyusunan rerangka konseptual dapat ditentukan secara resmi
oleh badan yang berwenang atau pedoman yang baik dan yang telah dipraktekkan.
Gabungan dari kedua pedoman tersebut membentuk rerangka pedoman operasional atau
PABU. Alasan kriteria penyajian statemen keuangan adalah PABU bukan standar
akuntansi keuangan adalah :
o Tidak semua ketentuan perlakuan akuntansi telah dituangkan dalam bentuk
standar akuntansi.
o Dikhawatirkan kewajaran hanya ersifat formal bukan bersifat subtantif.
11
Prinsip Akuntansi
Standar Akuntansi
Praktek Sehat
Dari bagan hubungan antara prinsip akuntansi, standar akuntansi dan PABU diatas, dapat
disimpulkan bahwa
PABUAkuntansi
tidak sama berterima
dengan standar
akuntansi.
Hal tesebut dapat
Prinsip
umum
(PABU)
dibedakan berdasarkan pengertian dari masing-masing pengertian pedoman tersebut.
a. Prinsip Akuntansi adalah serangkaian konsep dan asumsi yang masih berbentuk
gagasan akademik yang belum dipraktekan, namun memiliki potensi yang besar
bila diterapkan.
b. Standar Akuntansi ditetapkan sebagai rerangka konseptual oleh badan penyusun
standar.
Tujuan Pelaporan Keuangan (SFAC No 1 dan SFAC No 4)
c. PABU adalah suatu rerangka pedoman yang terdiri atas standar akuntansi dan
sumber lain yang didukung berlakunya secara teoris maupun praktis.
Kriteria
Kualitas
Informasi
(SFAC No
Jadi PABU merupakan
gabungan
dari definisi
prinsip akuntansi
dan2)
standar akuntansi.
BAB 4
RERANGKA KONSEPTUAL
Sebagai hasil suatu perekayasaan adalah model rerangka konseptual. Model rerangka
Pengukuran dan Pengakuan (SFAC No 5 dan SFAC No 7)
konseptual yang digunakan sebagai aspek pembelajaran dan pendidikan adalah yang
dikembangkan oleh FASB dan diwujudkan dalam SFAC.
Gambar 4.1 Rerangka
konseptual
versi FASB
(diambil dari Suwarjono hal 116)
Memenuhi
kriteria
pengakuan
Elemen statemen Keuangan (SFAC No 6)
Informasi lain-lain
Media pelaporan keuangan lainnya
Statemen
keuanganInformasi pelengkap
12
13
14
laba rugi komprehensif, tingkat laba disini dapat dinilai sebagai daya melaba. Sedangkan
untuk menunjukkan sisa potensi jasa, data ditunjukkan melalui neraca yang
direpresentasikan nilai kos yang melekat padanya.
Penghargaan sepakatan (Measured Consideration), konsep ini menyatakan
bahwa jumlah rupiah yang terlibat dalam tiap transaksi, merupakan bahan dasar yang
paling objektif dalam mengukur sumber ekonomik yang masuk dan keluar. Bahan
dasar ini kemudian dijadikan bahan kuantitatif dalam penyusunan berbagai laporan
manajerial dan laporan keuangan.
Kos melekat (Costs attach) merepresentasikan kegiatan produksi kesatuan
usaha untuk merunut kos yang sesungguhnya terjadi. Setiap objek yang terlibat
dalam transaksi harus dinyatakan dalam kos, akuntansi menggabungkan berbagai macam
kos yang melekat pada tiap komponen tanpa memerhatikan nilai ekonomik baru yang
melekat pada barang yang dihasilkan. Kos merepresentasikan realitas ekonomi suatu
kesatuan usaha.
Upaya dan hasil (Effort and accomplishment) merepresentasikan bahwa ketika
kesatuan usaha melakukan produksi yang diwujudkan dengan terhimpunnya kos, maka
dapat dikatakan sebagai upaya untuk memperoleh hasil yaitu pendapatan.
Bukti terverifikasi dan objektif (Verifiable, objective evidence) berimplikasi
bahwa pelaporan keuangan akan bermanfaat dan andal, apabila data didukung dengan
bukti yang objektif dan dapat diuji kebenarannya. Bukti transaksi dapat timbul ketika
kesatuan usaha melakukan pertukaran dengan pihak eksternal, dalam bentuk kesepakatan
jumlah rupiah.
Asumsi (Assumtions) menurut Suwardjono, dapat dijelaskan dari kelima daftar
konsep dasar P&L. Jadi konsep dasar P&L tersebut bukanlah konsep dasar melainkan
asumsi yang didasari atas asumsi tertentu dengan segala keterbatasaanya.
Konservatisme merupakan konsep dasar yang menjadi landasan penentuan
perlakuan akuntansi dalam kondisi ketidakpastian. Secara umum akuntansi akan segera
mengakui rugi, tetapi menunda pengakuan pendapatan.
BAB 6
ASET
15
keuangan. Salah satu elemen statemen keuangan adalah aset yang merepresentasikan
potensi jasa fisis mauapun non fisis yang dimiliki kesatuan usaha untuk menyediakan
barang dan jasa. Pengertian aset menurut FASB dalam rerangka konseptualnya,
Aset adalah manfaat ekonomik masa depan yang cukup pasti yang diperoleh atau
dikuasai atau dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa
lalu. (Suwardjono hal 252)
Terdapat tiga kata kunci dalam definisi aset tersebut yakni aset harus mencakupi
manfaat ekonomik, dikuasai oleh entitas dan akibat transaksi atau kejadian masa
lalu.Manfaat ekonomik mengisyaratkan bahwa manfaat aset tersebut dapat terukur dan
dapat mendatangkan pendapatan atau aliran kas di masa akan datang. Dikuasai oleh
entitas mempunyai implikasi bahwa aset cukup dikuasai tidak harus dimiliki, karena
penguasaan aset lebih penting dalam konsep pemilikan aset. Akibat kejadian masa lalu
mempunyai makna bahwa traksaksi atau kejadian itu dapat menimbulkan (menambah)
bahkan mengurangi aset. Sedangkan, karakteristik pendukung aset meliputi melibatkan
kos, berwujud, tertukarkan, terpisahkan dan berkekuatan hukum.
Pengukuran aset mengisyaratkan penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan
pada suatu objek aset pada saat terjadi dan dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran
fisis suatu objek. Dalam mengikuti aliran fisis suatu objek, kos aset mengalami tiga tahap
perlakuan akuntansi diantaranya pemerolehan (acquisition), pengolahan (processing),
dan penjualan (sales).
Pemerolehan aset dapat diukur secara objektif dengan harga sepakatan, dan
menjamin bahwa kos merupakan nilai wajar saat transaksi. Pengeluaran selama periode
pemerolehan masuk dalam kos aset. Karena kos merepresenatsikan manfaat ekonomik,
jika kos diperlakukan sebagai aset, kos itu disebut kos belum habis atau tak terhabiskan
(unexpired cost) atau masih dapat menghasilkan pendapatan. Sedangkan, jika kos
dimanfaatkan untuk mendatangkan pendapatan, maka bagian dari kos aset yang
merepresentasikan manfaat yang telah dihabiskan disebut dengan kos terhabiskan
(expired cost) dan menjadi pengukur biaya.
Penghargaan sepakatan atau kos menjadi bahan olah akuntansi karena
merefleksikan satuan uang yang andal dalam menilai aset tersebut secara wajar.
16
Pemerolahan aset dapat terjadi dari transaksi atau kejadian yang melibatkan kas atau non
kas. Jumlah rupiah dari kos barang atau jasa yang diperoleh secara tunai disebut jumlah
setara tunai. Selain itu jika jumlah rupiah dari kost barang atau jasa selain tunai, terdapat
beberapa cara tertentu dalam dasar pengukuran kosnya.
Penilaian aset bermaksud untuk menentukan berapa jumlah rupiah yang harus
dilekatkan pada tiap pos aset dan menggunakan basis penilaian yang sesuai. Terdapat dua
dasar penilaian aset untuk tujuan pelaporan, untuk mencapai kerandalan penilaian atas
dasar nilai pertukaran yaitu arah aliran aset dan waktu. Maka dari itu, terdapat enam
basis pengukuran yang digunakan yaitu: kos historis, kos pengganti, kos harapan,
harga jual masa lalu, harga jual sekarang, dan nilai terealisasi harapan.
Kaidah pengakuan FASB terdiri dari definisi, keterukuran, keberpautan, dan
keterandalan. Masalah akuntansi yang menyangkut pengakuan berkaitan dengan jumlah
rupiah dikapitalisasi (capitalized) atau dibiayakan (expensed). Ketika kaidah pengakuan
tidak terpenuhi, maka kos diperlakukan menjadi beban pendapatan sebagai biaya atau
rugi. Masalah yang termasuk dalam penangguhan pembebanan, misalnya kos yang
termasuk dalam transaksi sewaguna, bunga selama konstruksi aset tetap, riset dan
pengembangan, eksplorasi minyak dan gas bumi, dan penjabaran valuta asing.
BAB 7
KEWAJIBAN
Kewajiban merupakan elemen neraca, yang merepresentasikan sumber dana dari
aset badan usaha berupa potensi jasa fisis maupun non fisis yang memampukannya untuk
menyediakan barang dan jasa. Terdapat tiga karakteristik utama kewajiban yaitu:
pengorbanan manfaat ekonomik masa depan, keharusan sekarang untuk
mentransfer aset, dan timbul akibat transaksi masa lalu. Pengorbanan manfaat
ekonomik berarti suatu objek mempunyai kewajiban untuk mengorbankan manfaat yang
cukup pasti di masa datang. Keharusan sekarang melekat pada tanggal pelaporan, jadi
ketika perusahaan harus mengorbankan manfaat ekonomik, maka harus dilakukan
sekarang. Keharusan sekarang dapat menimbulkan kewajiban bersifat kontraktual,
konstruktif, demi keadilan dan keharusan bergantung. keharusan kontraktual yaitu
keharusan yang timbul akibat peraturan hukum yang menyatakan kewajiban secara
eksplisit atau implisit dan mengikat. Selain itu menimbulkan keharusan konstruktif
yaitu kewajiban yang timbil akibat kebijaka kesatuan usaha dalam rangka etika bisnis
17
bukan kewajiban yuridis. Keharusan demi keadilan adalah keharusan yang timbul
karena panggilan moran bukan karena etika bisnis dan hukum. keharusan bergantung
yaitu keharusan yang pemenuhan di masa datang masih belum jelas, terkait dengan
syarat-syarat di masa datang. Selain tiga karakteristik utama kewajiban terdapat beberapa
karakteristik pendukung diantaranya adalah keharusan membayar kas, identitas
terbayar jelas, dan berkekuatan hukum.
Pada saat pengakuan, pengukuran dan penilaian kewajiban digunakan aset sebagai
bayangan cermin. Jika aset diukur atas dasar penghargaan sepakatan begitu juga dengan
kewajiban. Ketika aset direpresentasikan mengalami tiga tahap perlakuan, kewajiban juga
mengalami tiga tahap perlakuan, diantaranya adalah penanggungan (pengakuan
terjadinya), penelusuran dan pelunasan.
Pengakuan kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat
transaksi yang telah terjadi. Kriteria pengakuan untuk memenuhi karakteristik elemen
statemen keuangan tidak berbeda dengan kriteria pengakuan aset yaitu adanya definisi,
keberpautan, keterandalan dan keterukuran dipenuhi. Saat untuk menandai bahwa
kriteria umum terpenuhi adalah terlaksanakannya kaidah pengakuan meliputi
ketersediaan dasar hukum, keterterapan konsep dasar konservatisme, ketertentuan
substansi ekonomik transaksi dan keterukuran nilai kewajiban.
Pengukuran yang paling objektif untuk menentukan kos kewajiban pada saat
terjadinya adalah penghargaan sepakatan dalam transaksi tersebut dan bukan jumlah
rupiah pengorbanan ekonomik masa datang. Penghargaan sepakatan suatu kewajiban
merefleksi nilai setara tunai atau nilai sekarang kewajiban yaitu jumlah rupiah
pengorbanan sumber ekonomik seandainya kewajiban dilunasi pada saat terjadinya.
Dengan demikian basis pencatatan kewajiban adalah nilai sekarang tunai buka nilai
nominal utang. Dalam pengukuran diskun dan premium obligasi, utang obligasi
diukur dan diakui atas dasar jumlah rupiah yang diterima dalam penerbitan obligasi. Jadi
idak terdapat untung maupun rugi dalam transaksi tersebut, jumlah rupiah sebagai diskun
atau premium merupakan harga sepakatan atau harga efektif obligasi.
Penilaian kewajiban mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada
setiap saat antara terjadinya kewajiban sampai dilunasinya kewajiban atau biasa disebut
dengan nilai pelunasan. Terdapat berbagai dasar atau atribut penilaian kewajiban, yaitu
harga pasar, nilai pelunasan neto dan nilai diskunan aliran kas. Nilai pelunasan sekarang
18
pada umunya bergantung pada nilai pasar obligasi. Amortisasi diskun dan premium
merupakan proses dalam rangka penelusuran kewajiban untuk menentukan nilai
pelunasan sekarang. Bila kewajiban dilunasi sebelum jatuh tempo, maka akan terjadi
selisih antara nilai buku dengan nilai pasar pada saat penebusan maupun penarikan. Bila
penarikan dilakukan dengan pendanaan kembali, maka terdapat tiga perlakuan terhadap
selisih tersebut yaitu kewajiban diamortisasi selama sisa umur semua utang yang dilunasi,
dilunasi selama umur utang baru dan diakui sebagai laba atau rugi penarikan.
Penyajian kewajiban dalam neraca berdasarkan urutan jatuh temponya, ini
berarti jika kewajiban jangka pendek disajikan lebih dulu dibandingkan kewajiban jangka
panjang. Tujuannya adalah memudahkan pembaca untuk mengevaluasi likuiditas
perusahaan.
BAB 8
PENDAPATAN
Pembahasan dalam konsep pendapatan adalah masalah definisi dan pengakuan.
Masalah definisi pendapatan akan dibedakan dan dipisahkan dengan masalah pengakuan
pendapatan, karena objek yang masuk dalam definisi pendapatan tidak dengan sendirinya
dapat diakui sebagai pendapatan dan terfleksi dalam statemen keuangan.
Prosedur
19
20
21
berupa kegiatan peripheral, transfer non timbale balik, penahanan aset dan faktor
lingkungan.
Berdasarkan SFAC No.5, tidak terdapat perbedaan kriteria pengakuan biaya dan
rugi, kriteria pengakuannya dibedakan menjadi dua dan harus dipenuhi yaitu
konsumsi manfaat dan lenyapnya atau berkurangnya manfaat akan datang. Dalam
pengakuan biaya tersebut, biaya akan diakui apabila manfaat ekonomik dikonsumsi
dalam rangka penyerahan barang atau jasa untuk mendatangkan pendapatan dan biaya
diakui bila aset yang telah diakui sebelumnya telah berkurang atau lenyap manfaat
ekonomiknya.
Pada dasarnya biaya diukur dengan kos yang sebelumnya melekat pada aset.
Biaya dapat dipandang sebagai bagian kos yang telah terhabiskan dalam rangka
menciptakan pendapatan. Bagian kos yang terhabiskan tersebut dapat dihubungkan
dengan pendapatan atas dasar hubungan sebab akibat, alokasi rasional atau pengakuan
segera.
Dalam proses dan konsep penandingan, laba akan mempunyai makna jika laba
dapat merepresentasikan hubungan tertentu antara pendapatan dan biaya. Untuk
memahaminya diperlukan proses penandingan dan konsep penandingan. Proses
penandingan adalah proses penentuan laba dengan cara mengukur pendapatan sautu
periode, kemudian baru menentukan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut.
Konsep penandingan akan menghasilkan dasar penandingan antara pendapatan dan biaya.
Penandingan yang tepat akan menghasilkan hubungan yang masuk akal antara
pendapatan dan biaya, misalnya adanya korelasi positif diantara keduanya, jika
pendapatan besar maka biayanya juga akan besar.
Pengakuan biaya menggunakan kaidah pengakuan APB, sebagai prinsip biaya
pervasive atau luas. Kriterian pengakuannya ada tiga yaitu (1) mengasosiasi sebab akibat,
(2) alokasi sistematik dan rasional, dan (3) pengakuan segera. Asosiasi sebab dan akibat
diilustrasikan saat penyerahan produk yang dapat menimbulkan pendapatan, sehingga kos
yang melekat pada produk merefleksikan biaya atau yang disebut dengan penandingan
langsung. Alokasi sistematik dan rasional berhungan dalam masalah yang cukup rumit
untuk melekatkan semua kegiatan ke produk. Terdapat berbagai masalah yang
berhubungan dengan alokasi sistematik diantaranya adalah penangguhan, kos bergabung,
sarana pemerataan laba dan pendekatan alokasi sebagai alternatif. Pembebanan arbitrer
22
berkaitan dengan tidak adanya alasan penundaan pembebanan kos dengan dasar alokasi
rasional maupun sebab akibat, maka kos tersebut akan dibabkan pada perida terjadinya.
Kejadian ini berarti bahwa kos ditandingkan dengan pendapatan secara arbitrer.
Dalam penandingan tidak semua kos dapat dialokasikan secara sistematis dan
rasional dengan jelas, pada umumnya penakaran berbasis perioda menjadikan alokasi
lebih sesuai, atau suatu kos dapat diakui segera secara arbitrer sebagai rugi. Terdapat
beberapa masalah penandingan pos-pos tertentu, diantaranya adalah sediaan, fasilitas
fisis, tanah, sember alam dan aset tidak berwujud.
Ketika menentukan kos yang melekat atas setiap unit fisik yang terjual dapat
menggunakan metode asosiasi. Metode asosiasi merupakan asumsi aliran kos dalam
mengikuti aliran fisis barang. Terdapat beberapa metode asosiasi diantaranya nadalah
identifikasi khusus, MPKP, rata-rata berbobot, sediaan normal dan MTKP.
Depresisi merupakan penyerapan kos aset secara rasiona dan sistematis, yang
dianggap telah menghasilkan pendapatan. Terdapat berbagai metode depresiasi bertujuan
untuk memudahkan manajer untuk menentukan pola manfaat yang paling sesuai dengan
kondisi perusahaannya. Depresiasi bukan merupakan penurunan nilai aset, melainkan
bagian kos yang merepresentasikan biaya dalam rangka mendatangkan pendapatan dalam
suatu perioda.
BAB 10
LABA
Laba merupakan elemen yang sering menjadi pusat perhatian bagi para pemakai
laporan keuangan, karena laba diharapkan mampu merepresentasikan kinerja perusahaan
secara keseluruhan dibandingkan elemen laporan keuangan yang lainnya. Oleh karena
itu, dalam teori akuntansi ini laba dijelaskan dalam tiga pendekatan melalui pendekatan
semantik, sintaktik dan pragmatik. Secara umum konsep laba dalam tataran semantik
adalah makna atau elemen apa yang harus dilekatkan pada perekayasaan pelaporan
keuangan sehingga dapat bermanfaat. Sedangkan elemen laba dalam tataran sintaktik
adalah cara pengakuan dan pengungkapan pada perekayasaan laporan keuangan. Selain
itu dalam tataran pragmatik adalah seberapa besar perekayasaan laporan keuangan
tersebut bermanfaat dalam pengambilan keputusan oleh pengguna laporan keuangan.
Gambar 10.1 Klasifikasi laba dalam tataran semantik
Konfirmasi kinerja
Konsep laba dalam tataran semantik
23
Konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan elemen apa yang harus
dilekatkan sehingga perekayasaan laporan tersebut bermanfaat. Laba dalam konfirmasi
kinerja tidak lepas hubungannya dengan investasi.Dalam akuntansi, laba diinterpreatsikan
sebagai pengukur efisiensi oleh investor dalam bentuk pengembalian atas investasi.
Pengembalian atas investasi dapat diukur dengan menggunakan ROI, ROA dan ROL.
Peran kedua adalah laba sebagai sarana untuk mengkorfirmasi harapan investor
karena apabila terjadi pengumana laba, diharapkan pasar atau investor akan berekasi
terhadap pengumuman laba tersebut. Apalagi jika pasarnya belum efisien, informasi
kandungan laba sangat berperan dalam mempengaruhi keputusan investasi.
Laba berperan sebagai estimasi ekonomik berkaitan dengan laba ekonomik yang
dilandasi konsep likuidasi yang menilai aset sebgaia sediaan akhir. Karena aset dinilai
sebagai sediaan akhir maka harus diukur dengan nilai sekarang bukan nilai historis,
sehingga laba dipandang sebagai perubahan nilai dalam suatu perioda.
Gambar 10.2
Klasifikasi laba dalam tataran sintaktik (diambil dari Suwardjono hal 468-482)
Pendekatan transaksi
Laba dalam tataran sintaktik
Pendekatan kegiatan
Konsep laba dalam tataran sintaktik dengan menggunakan pendekatan transaksi artinya
laba diukur dan diakui pada
saat terjadinya
transaksi, sedangkan
Pendekatan
pemertahanan
kapital menggunakan
pendekatan kegiatan artinya laba dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya
kegiatan sebagai hasil suatu transaksi pada saat tertentu. Jika laba diukur dengan
menggunakan pendekatan pemertahanan kapital artinya laba merupakan konsekuensi
(perbedaan) dari pengukuran kapital pada waktu yang berbeda.
Gambar 10.3
Dasar pengukuran dan penilaian kapital
Kapital Finansial
Jenis kapital
Kapital Fisis
Pengukuran dan penilaian kapital
Skala Pengukuran
Skala Nominal
Skala daya beli
Kos historis
Atribut pengukuran
Kos sekarang
24
Jenis kapital dibedakan menjadi dua, yaitu kapital finansial dan kapital fisis.
Kapital finansial adalah kapital yang dikuasi oleh pemegang saham atau pemegang
obligasi, dimana klaim finansial pada akhir periode melebihi klaim finansial pada awal
periode. Sedangkan kapital fisis berkaitan dengan kemampuan entitas menghasilkan
barang dan jasa. Dengan konsep ini laba atau pengembalian atas kapital fisis akan timbul
apabila kapasitas produksi fisis pada akhir periode melebihi kapasitas produksi fisis pada
awal periode, dinyatakan dalam rupiah dan diukur atas dasar kos sekarang.
Kapital harus dinyatakan dalam satuan uang atau moneter, maka dari itu dalam
mengukur kapital dapat menggunakan skala nominal maupun skala daya beli. Skala
nominal adalah satuan rupiah yang terjadi tanpa memerhatikan perubahan daya beli
dengan berjalannya waktu akibat peruabahan kondisi ekonomik (Suwardjono, 473).
Skala daya beli merupakan skala rupiah daya beli atas dasar indeks harga tertentu. Skala
daya beli merupakan alternatif untuk mengatasi skala rupiah nominal.
Dasar penilaian penentuan laba dapat menggunakan kos historis, kos sekarang
dan mempertahankan kapital. Dasar kos historis merupakan jumlah rupiah sepakatan
yang tercatat dalam sistem pembukuan dan dasar yang digunakan adalah skala rupiah
nominal. Dasar kos sekarang merupakan jumlah rupiah sepakatan yang menggambarkan
dengan tepat nilai aset yang bersangkutan dan dilakukan atas dasar skala rupiah nominal.
Biasanya dasar kos sekarang diakibatkan tidak hanya perubahan waktu, namun juga
karena perubahan harga spesifik, akibat perubahan selera, teknologi dan fungsi.
Pengukuran laba dengan mempertahankan kapital, ditentukan oleh tiga faktor diatas
yaitu jenis, skala dan dasar penilaian. Berbagai pendekatan kapital dan implikasinya
terhadap penentuan laba antara lain kapitalisasi aliran kas harapan, penilaian pasar, setara
kas sekarang, harga masukan historis, harga asukan sekarang dan pemertahanan daya beli
konstan.
BAB 11
EKUITAS
Pada bab ini dalam Suwardjono menyebutkan bahwa teori tentang ekuitas
pemegang saham berfokus pada bagaimana informasi ekuitas pemegang saham beserta
perubahannya disajikan dalam statemen laporan keuangan. Pada pembahasannya ekuitas
didefinisikan secara sintaktik, ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah
dikurangi aktiva perusahaan ( IAI : 2002). Tujuan penyajian ekuitas pemegang saham
25
adalah untuk menyediakan informasi kepada yang berkepentingan tentang efisiensi dan
kepengurusan manajemen. Pada gambar dibawah ini disajikan komponen pemegang
saham yang merupakan pokok inti pembahsan pada bab ini, ekuitas pemegang saham
dibedakan menjadi dua inti yaitu modal setoran dan laba ditahan. Sedangkan modal
setoran dibedakan menjadi dua yaitu modal yuridis dan modal setoran lain.
Perbedaan antara modal setoran dan laba ditahan adalah modal setoran
merupakan dana dasar yang harus tetap dipertahankan untuk menunjukkan perlindungan
bagi pihak lain. Sedangkan, laba ditahan merupakan salah satu komponen untuk
menunjukkan daya melaba, dan jumlahnya harus dipisahkan dengan modal setoran,
walaupun jumlah akhirnya ditotal untuk membentuk ekuitas pemegang saham.
Gambar 11.1 Komponen Ekuitas Pemegang Saham
Ekuitas Pemegang Saham
Modal Setoran
Modal Yuridis
Laba ditahan
Lain-lain
Laba rugi
Dividen
Rekapitalisasi
defisit
koreksi
perubahan akuntansi
Pada penjelasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai perbedaan antara modal setoran
dan laba ditahan, selanjutnya dijelaskan mengenai komponen pembentuk diantara keduanya
tersebut. Modal setoran dibedakan menjadi dua yaitu modal yuridis dan modal setoran lain.
Dalam Suwardjono disebutkan bahwa, modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang
mengharuskan sejumlah rupiah dipertahankan dalam rangka perlindungan terhadap pihak lain.
Tujuan penyajian modal yuridis adalah untuk member informasi kepada para pemegang ekuitas
lainnya tentang batas perlindungan investasinya.
26
Sedangkan tujuan utama modal setoran lain, dalam Suwardjono telah disebutkan bahwa
untuk membedakan secara tegas perubahan akibat transaksi operasi dan perubahan akibat
transaksi modal. Pembedaan ini bertujuan untuk mencegah memperlakukan akibat kenaikan
transaksi modal sebagai laba. Berbagai sumber yang dapat mengubah modal setoran yaitu
pemesanan saham, obligasi terkonversi, saham istimewa, dividen saham, hak beli saham dan
saham treasuri.
Berbagai sumber perubahan modal setoran diatas umunya menyebabkan kenaikan modal
setoran, sedangkan transaksi yang dapat mengurangi modal setoran adalah penarikan kembali
saham (saham treasuri). Beberapa masalah dapat timbul akibat adanya modal treasuri, misalnya
penentuan jumlah rupiah yang dianggap sebagai pengurang modal setoran dan laba ditahan serta
bagaimana pengungkapannya terhadap modal yuridis, bila saham treasuri dijual kembali.
Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut, diantaranya :
a. Konsep Satu Transaksital
Konsep ini disebut dengan metode kos karena jumlah rupiah total yang dibayarkan,
diangap seakan-akan merupakan kos pembelian saham treasuri. Apabila saham treasuri
tidak segera dijual maka kos pembelian tersebut tidak dapat dianggap sebagai aset, tetapi
akan diklasifikasikan sebagai pengurang ekuitas pemegang saham secara keseluruhan.
b. Konsep Dua Transaksi
Dalam Suwardjono telah disebutkan bahwa pemerolehan kembali saham sebagai saham
treasuri dianggap sebagai likuidasi ekuitas pemegang saha, sedangkan penjualan kembali
saham dianggap sebagai penerbitan saham baru.
Dalam segi teknis tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara dua
pendekatan tersebut, namun perbedaannya sebenarnya terletak pada tujuan pemerolehan
kembali saham tersebut. Jika tujuannya adalah menjual kembali saham treasuri tersebut
kepada karyawan atau pihak khusus lainnya, maka konsep satu transaksi akan lebih
relevan. Namun jika tujuannya adalah untuk membeli saham para pemegang saham yang
tidak setuju dengan kebijakan perusahaan, maka pendekatan dua transaksi akan lebih
mengena. Faktor utama yang mempengaruhi besarnya laba ditahan yaitu laba rugi
periodik dan pembagian deviden. Tetapi, terdapat faktor khusus lain yang dapat
mempengaruhi besarnya laba ditahan yaitu :
a. Penyusaian periode lalu
b. Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya
c. Pengaruh perubahan akuntansi
27
d. Kuasai-reorganisasi
BAB 12
PENGUNGKAPAN DAN SARANA INTERPRETIF
Pengertian
pengungkapan
dalam
arti
sempit
menurut
Suwardjono,
BAB 13
AKUNTANSI UNTUK PERUBAHAN HARGA
Perubahan harga umunya terjadi karena perbedaan jumlah rupiah yang dapat
digunakan untuk memperoleh barang yang sama dalam jangka waktu yang berbeda.
Rerangka akuntansi pokok dilandasi oleh asumsi bahwa daya beli uang stabil, dan
manfaat ekonomik barang tidak berubah. Jadi, apabila terjadi perubahan harga yang
28
29
perusahaan mampu mempertahankan sumber ekonomik untuk membeli barang dan jasa,
dalam suatu kondisi perekonomian tertentu. Dalam mengatasi masalah penilaian diatasi
dengan akuntansi kos sekarang dan berbagai variannya. Masalah unit pengukur diatasi
dengan akuntansi daya beli konstan dengan berbagai variasinya dan akuntansi hibrida
mengatasi dua jenis masalah tersebut. Secara khusus, berbagai model akuntansi
ditawarkan untuk mengatasi masalah perubahan harga . tiap model merupakan hasil
interaksi antar tiga faktor penentu laba dalam konsteks perubahan harga, yaitu dasar
penilaian, definisi kapital dan skala pengukuran.
Berkaitan dengan dasar pengukuran
1. Jika kos sekarang digunakan sebagai dasar pengukuran, maka :
a. Laba akana terbagi menjadi dua ; laba akibat operasi dan laba akibat
menahan kapital fisis.
b. Untung atau rugi yang belum terealisasi akibat penahanan aset,
dimasukkan dalam statemen laba rugi.
Konsep ini bertentangan dengan akuntansi kos historis, yang mendasari diri pada
realisasi untuk mengakui pendapatan.
2. Jika harga jual sekarang diguanakan sebagai dasar pengukuran, maka :
a. Laba dapat dipandang sebagai aliran dana bersih yang masuk, akibat
perubahan harga pasar.
b. Laba bukan jumlah rupiah yang timbul karena kegiatan menghasilkan
laba.
Berkaitan dengan kapital
1. Sebagai kapital fisis
a. Perubahan dalam kos sekarang karenan penahanan aset fisis dipisahkan
dari laba dan dianggap sebagai penyesuai kapital fisis, sehingga tidak
menjadi komponen penentu laba.
2. Sebagai kapital finansial
a. Kegiatan untung rugi penahanan merupakan komponen penentu laba
sehingga masuk dalam statemen laba rugi pelengkap.
Berkaitan dengan skala
1. Menggunakan daya beli konstan sebagai unit pengukur laba
a. Untung rugi daya beli dapat ditentukan atau dikeluarkan dari laba atas
dasar kos historis atau kos sekarang.
b. Untung rugi daya beli timbul karena perusahaan menahan aktiva moneter
bersih selama periode tertentu.
c. Jika untung rugi daya beli dikeluarkan dari laba, hasilnya angka laba yang
menggambarkan laba real.
30
Dari berbagai usulan akuntansi akibat perubahan harga diatas, diharapkan mampu
mengatasi kelemahan akuntansi berbasis kos historis, sehingga masih dapat diadopsi
akuntansi pokok tanpa harus mengganti struktur akuntansinya. Akuntansi perubahan
harga merupakan bagian dari pelaporan keuangan untuk mencapai tujuan penyajian
informasi keuangan. Jika konsep pemrosesan data dapat dipisahkan dari proses pelaporan
data, maka akuntansi perubahan harga tidak perlu mengganti rerangka akuntansi pokok.
P&L menyatakan bahwa akuntansi perubahan harga akan berkurang makna dan
manfaatnya, tanpa disertai dengan informasi atas dasar kos historis.
DAFTAR PUSTAKA
Suwardjono. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta : BPFE ,
2006.