Lo Kelompok 3 GGP
Lo Kelompok 3 GGP
Amoxicillin
Aztreonam
Cefadroxil
Cefazolin
Cefotaxime
Cefoxitin
Cefprozil
Ceftazidime
Ceftriaxone
Ciprofloxacin
Clindamycin
Erythromycin
Fleroxacin
Gentamicin
Kanamycin
Moxalactam
Nitrofurantoin
Ofloxacin
Penicillin
Streptomycin
Sulbactam
Sulfisoxazole
Tetracycline
Ticarcillin
Trimethoprim/sulfamethoxazole
Akan kami sebutkan obat-obat antibiotik yang YANG PERLU PERHATIAN KHUSUS atau
TIDAK BOLEH DIMINUM UNTUK IBU HAMIL dan MENYUSUI :
1.
Golongan Aminoglikosida (biasanya dalam turunan garam sulfate-nya), seperti
amikacin sulfate, tobramycin sulfate, dibekacin sulfate, gentamycin sulfate, kanamycin
sulfate, dan netilmicin sulfate.
2.
Golongan Sefalosporin, seperti : cefuroxime acetyl, cefotiam diHCl, cefotaxime Na,
cefoperazone Na, ceftriaxone Na, cefazolin Na, cefaclor dan turunan garam monohydratenya, cephadrine, dan ceftizoxime Na.
3.
Golongan Chloramfenicol, seperti : chloramfenicol, dan thiamfenicol.
4.
Golongan Makrolid, seperti : clarithomycin, roxirhromycin, erythromycin,
spiramycin, dan azithromycin.
5.
Golongan Penicillin, seperti : amoxicillin, turunan tridydrate dan turunan garam Nanya.
6.
Golongan Kuinolon, seperti : ciprofloxacin dan turunan garam HCl-nya, ofloxacin,
sparfloxacin dan norfloxacin.
7.
Golongan Tetracyclin, seperti : doxycycline, tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak
boleh untuk wanita hamil), dan oxytetracylin (tidak boleh untuk wanita hamil).
3. Hubungan antara sinusitis frontalis ialah tidak ada karena tidak mempengaruhi, sedangkan
yang berpangaruh terhadap janin ialah hanya dari pengobatan sinusistis terhadap janin
yang bisa dipengaruhi akibat pemberian antibiotik yang tidak seharusnya diberikan pada
ibu hamil. Antibiotik yang tepat untuk diberikan pada ibu hamil ialah obat antibiotik tipe A
dan B.
L1 (safest)
L2 (safer)
L3 (moderately safe)
L4 (possibly hazardous)
L5 (contraindicated)
X (contraindicated in pregnancy)
NR: Not Reviewed. This drug has not yet been reviewed by Hale.
4. Prognosis untuk sinusitis akut sangat baik. Banyak kasus yang berjalan dari 1 sampai 2
minggu, sering tanpa antibiotik. Seseorang yang mengalami sinusitis akut tanpa
komplikasi bisa sembuh dengan baik dan bisa kembali beraktivitas. Rata-rata 70%
sinusitis akut karena bakteri bisa sembuh kembali tanpa antibiotik. Yang jarang adalah
sinusitis dengan komplikasi dan infeksi yang menyebar luas perlu penyembuhan yang
lama. Sinusitis karena jamur jarang, tetapi menyebar dengan cepat dan dapat
menyebabkan kematian pada seseorang yang immunocompromised, contohnya: pasien
kanker, HIV/AIDS dan diabetes yang tidak terkontrol. Prognosis kronik sinusitis
tergantung dari penyebabnya. Sering kali pengobatan dan tindakan pembedahan
diperlukan untuk mengurangi inflamasi. Seseorang yang mengalami pembedahan sinus
bisa kembali ke aktivitas biasa sekitar 5 sampai 7 hari setelah pembedahan dan sembuh
total rata-rata 4 sampai 6 minggu. Di banyak kasus inflamasi harus ditangani dengan
pengobatan
jangka
panjang
untuk
mencegah
kekambuhan.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000813.htm. Diakses 5 Maret 2014.
5. Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran klirens dari
mukosiliar didalam komplek osteo meatal (KOM). Disamping itu mukus juga
mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai pertahanan
terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga mukosa yang
berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat bergerak dan juga
menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini menimbulkan tekanan negatif didalam rongga
sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi atau penghambatan drainase sinus. Efek
awal yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous yang dianggap sebagai sinusitis non
bakterial yang dapat sembuh tanpa pengobatan. Bila tidak sembuh maka sekret yang
tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi media yang poten untuk tumbuh dan multiplikasi
bakteri, dan sekret akan berubah menjadi purulen yang disebut sinusitis akut bakterialis
yang membutuhkan terapi antibiotik. Jika terapi inadekuat maka keadaan ini bisa
berlanjut, akan terjadi hipoksia dan bakteri anaerob akan semakin berkembang. Keadaan
ini menyebabkan perubahan kronik dari mukosa yaitu hipertrofi, polipoid atau
pembentukan polip dan kista. (Adam,Boies, Higler, Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi
6, EGC, Jakarta,2007)
6. Antenatal Care ( ANC ) adalah pengawasan pada ibu hamil sebelum melahirkan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Tujuan ANC
Menurut Saifuddin. A.B, tujuan asuhan antenatal meliputi:
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.
3) Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayinya
dengan
trauma
seminimal
mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal.
Kebijakan Dasar ANC
1. Kebijakan Program
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan.
Yaitu :
a. Satu kali pada triwulan pertama
b. Satu kali pada triwulan kedua
c. Dua kali pada triwulan ketiga
d. Standar Pelayanan ANC
Terdapat enam standar dalam standar pelayanan antenatal yaitu sebagai berikut:
1. Identifikasi Ibu Hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala
untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami, anggota keluarganya agar
mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
2. Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi
anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah
perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan resiko
tinggi atau kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS / infeksi HIV,
memberikan pelayanan iminusasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas
terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat
pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil
tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.
3. Palpasi Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi
untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila kehamilan bertambah memeriksa
posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul,
untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
4. Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan atau rujukan
semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan
mengenali tanda serta gejala pre eklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang
tepat serta merujuknya.
6. Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada
trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman
serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping
persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat
darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini. (Standar
Pelayanan Kebidanan. DepKes RI. 2000).
7. Cara dimensi tunggal Skala analog visual (visual analog scale/VAS) adalah cara yang
paling banyak digunakan untuk menilai nyeri (Gambar 7-3). Skala linier ini
menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang myngkin dialami seorang pasien.
Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10-cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap
centimeter. Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau peryataan deskriptif.
Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung yang lain mewakili rasa nyeri
terparah yang mungkin terjadi. Skala dapat dibuat vertikal atau horizontal. Manfaat utama
VAS adalah penggunaannya yang sangat mudah dan sederhana. Farmasis dapat segera
menggunakannya sebagai penilaian cepat pada hampir semua situasi praktek farmasi.
Namun, pada periode pascabedah, VAS tidak banyak bermanfaat karena pada VAS
diperlukan koordinasi visual dan motorik serta kemampuan konsentrasi. VAS juga dapat
diadaptasi menjadi skala hilangnya/ reda rasa nyeri.
Alternatif cara lain, selain VAS, adalah skala numerik verbal (Gambar 7-3). Skala ini
menggunakan angka-angka 0 sampai 10 untuk menggambarkan tingkat nyeri. Dua ujung
ekstrim juga digunakan pada skala ini, sama seperti pada VAS atau skala reda nyeri. Skala
numerik verbal ini lebih bermanfaat pada periode pascabedah,
Cara penilaian nyeri multidimensi Cara multidimensi, seperti cara dimensi tunggal,
menilai tingkat/derajat nyeri yang dialami oleh pasien, namun, cara multidimensi juga
memungkinkan untuk mengukur aspek nyeri lain (misalnya, perilaku dan respon emosi)
Sebagai contoh cara multidimensi ini adalah penggunaan diari/catatan harian nyeri,
gambar nyeri, skala wajah nyeri, kuesioner nyeri singkat Wisconsin, dan kuesioner nyeri
McGill.
9.
Pola demam
Penyakit
Kontinyu
Remitten
Intermiten
Quotidian
Double quotidian
Demam rekuren
Penilaian pola demam meliputi tipe awitan (perlahan-lahan atau tiba-tiba), variasi derajat
suhu selama periode 24 jam dan selama episode kesakitan, siklus demam, dan respons terapi.
Gambaran pola demam klasik meliputi:1,2,6-8
Demam kontinyu (Gambar 1.) atau sustained fever ditandai oleh peningkatan suhu
tubuh yang menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4oC selama periode 24 jam. Fluktuasi
diurnal suhu normal biasanya tidak terjadi atau tidak signifikan.
Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai normal
dengan fluktuasi melebihi 0,5oC per 24 jam. Pola ini merupakan tipe demam yang paling
sering ditemukan dalam praktek pediatri dan tidak spesifik untuk penyakit tertentu
(Gambar 2.). Variasi diurnal biasanya terjadi, khususnya bila demam disebabkan oleh
proses infeksi.
Pada demam intermiten suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi hari, dan
puncaknya pada siang hari (Gambar 3.). Pola ini merupakan jenis demam terbanyak
kedua yang ditemukan di praktek klinis.
Demam septik atau hektik terjadi saat demam remiten atau intermiten menunjukkan
perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat besar.
Demam quotidian, disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan paroksisme demam yang
terjadi setiap hari.
Demam quotidian ganda (Gambar 4.)memiliki dua puncak dalam 12 jam (siklus 12
jam)
Undulant fever menggambarkan peningkatan suhu secara perlahan dan menetap tinggi
selama beberapa hari, kemudian secara perlahan turun menjadi normal.
Demam lama (prolonged fever) menggambarkan satu penyakit dengan lama demam
melebihi yang diharapkan untuk penyakitnya, contohnya > 10 hari untuk infeksi saluran
nafas atas.
Demam rekuren adalah demam yang timbul kembali dengan interval irregular pada satu
penyakit yang melibatkan organ yang sama (contohnya traktus urinarius) atau sistem
organ multipel.
Demam bifasik menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam yang berbeda
(camelback fever pattern, atau saddleback fever). Poliomielitis merupakan contoh klasik
dari pola demam ini. Gambaran bifasik juga khas untuk leptospirosis, demam dengue,
demam kuning, Colorado tick fever, spirillary rat-bite fever (Spirillum minus), dan
African hemorrhagic fever (Marburg, Ebola, dan demam Lassa).
10. Cara memonitor dan mengevaluasi pasien ialah dengan melihat keadaan pasien hingga
pasien semubuh dari gejala-gejala sinusitis, bila didapatkan masih adanya gejala dari
sinusitis maka perlu dilakukan pengotrolan kembali untuk mencegah sinusitis dari pasien
tersebut. (Adam,Boies, Higler, Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi 6, EGC,
Jakarta,2007)
11. Terapi antibiotic harud diteruskan minimum 1 minggu setelah gejalaterkontrol. Lama
terapi rata-rata 10 hari. Karena banyaknya distribusi ke sinus-sinus yang terlibat, perlu