Rhinosinusitis
Rhinosinusitis
Sinusitis berarti inflamasi mukosa sinus sebagai kelanjutan inflamasi dimukosa nasal.
Rinosinusitis menurut klinik berarti ada respons inflamasi yang meliputi mukosa hidung
dan sinus paranasal. Sekarang istilah (terminologi) rinosinusitis lebih tepat dari pada
sinusitis karena lebih deskriptif dalam menjelaskan proses perjalanan penyakit. Proses
inflamasi berasal dari rongga hidung (rinitis), dan selanjutnya meluas ke sinus paranasal
(sinusitis). Hal ini karena mukosa rongga hidung dan mukosa sinus paranasal
bersebelahan sehingga dengan mudah terjadi rinitis dan sinusitis bersamaan.
Biasanya rinitis dan sinusitis dialami bersama pada satu individu dan pada kebanyakan
dijumpai lebih dari satu sinus paranasal yang inflamasi. Konsep tentang terjadinya
penyakit pada sinus maksila pada mulanya berasal dari proses di ostiomeatal complex..
Clinical difinition
Difinisi klinik rhinosinusitis
Infeksi bakteri
Inflamasi hidung dan sinuses paranasal yang ditandai dengan dua atau lebih
simtom, salah satu atau lebih dari nasal blockage/obstruction/congestion dan nasal
discharge (anterior/posterior nasal drip nasal
facial pain/pressure
CT changes:
Berat penyakit (berat penyakit dibagi tiga mild, moderate dan severe
Lama sakit :
Chronic > 12 minggu simtom hilang tidak sempurna dan dapat eksaserbasi mejadi
Acute exacerbation of chronic rhinosinusitis
Rinosinusitis kronik
Prevanlesi rinosinusitis kronik di Indonesia tidak ada data, di Canada penelitian dengan
anamnese sakit lebih dari 6 bulan antara 3,4% pada laki-laki dan 5,7% pada wanita, usia
makin meningkat prevalensi makin meningkat dan menurun setelah umur 60 tahun.
Penelitian di berbagai negara hasilnya berbeda.
Faktor yang berhubungan dengan rhinosinusitis chronic
1. Bacteriology of chronic Rhinosinusitis
Ada tiga katagori bakteri pada infeksi rinosinusitis kronik. Katagori pertama,
mikroorganisme sama dengan bakteri yang dijumpai pada rinosinusitis akut.(S.
pneumoniae, H. Influenza). Bakteri yang aktif menimbulkan inflamasi. Ke dua,
meliputi mikroorganisme yang banyak di jumpai Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas auruginosa. Organisme ini pada keadanan resisted improvement
terhadap antiobitotik yang diberikan dan operasi sinus sergery. Sepertinya bakteri
yang berperan pada beberapa penderita rinosinusitis kronik.
Dan ke tiga
reduction/loss of smell.
Selain local simtom tersebut diatas juga simtom jauh atau general simtom. Simtom
jauh diantaranya pharyngeal, laryngeal, tracheal irritation menyebabkan sakit
tenggorok, disfonia dan batuk, sedangkan general simtom meliputi ngantuk, malaise
dan panas.
Pemeriksaan
Dengan rinoskopi anterior hasilnya tidak adekuat tetapi ini merupakan langkah awal.
Endoskopi
Pemeriksaan dengan endoscope bisa dilakukan dengan atau tanpa decongestan,
perhatikan adakah sekret ( purulence at sinus ostia), edem,
Adakah perubahan warna konka (kemerahan), deviasi septi apakah sampai menutup ostia,
konka bulosa dan konka paradoxial.
Biasanya tidak dilakukan pemeriksaan sitologi bila tidak dicurigai suatu keganasan.
Fig 6.2 Hal110, Endoscopic Paranasal Sinus Surgery)
Foto
Imaging of the paranasal sinuses
Peran dari imaging sinus paranasal dalam functional endoscopic sinus surgery (FESS)
sangat besar, tidak saja untuk menjelaskan beratnya inflamasi sinus karena penyakit,
5
tetapi juga untuk mengevaluasi hasil terapi dan komplikasi yang timbul berkaitan dengan
kegagalan terapi.
CT merupakan modal pilihan untuk menetapkan pasen yang sulit diobati dengan
medical dan mengidentifikasi penyakit di mukosa yang tidak dapat dilihat dengan plane
foto (plane film radiography). Perubahan sedikit pada mukosa karena inflamasi dan
variasi anatomi tampak jelas pada CT, demikian juga obstruksi di ostiomeatal unit
(OMU) atau di sinus frontal.
Walapun magnetic resonance imaging (MRI) superior dari CT dalam menjelaskan
penyakit mukosa, namun tidak digunakan secara rutin untuk evaluasi penderita FESS.
Hal ini karena gambaran the bone-air interface pada MRI kurang begitu jelas (poor
delineation), dengan demikian vizualization di OMU tidak bagus, sedangkan tempat ini
sangat penting untuk menetapkan penderita calon FESS.
Terapi antibiotik
Antibiotik untuk penyembuhan klinik rinusinositis akut cukup efektif, pada penelitian
dijelaskan dapat sampai 90% yang diberikan 14 hari.
Terapi antiobiotik untuk rinosinusitis kronik yang dikombinasi dengan topical
corticosteroid dan ajuvan lain yang diberikan selama 4 minggu, semuanya penderita
menunjukkan perbaikan klinik.
Decongestan
Nasal decongestants pada acute rinosinusitis tujuannya untuk mengurangi congestion
efeknya memperbaiki ventilasi sinus dan darinage dan simtomatic congestion hilang.
Penelitian membuktikan bahwa decongestants
mengurangi
ostiomeatal complex karena efek congestion pada konka inferior dan media dan mukosa
infundibular, tetapi tidak berefek pada mukosa sinus ethmoid dan maksila.
Decongestants yang diberikan pada rinosinusitis kronik tidak mempunyai efek pada
congstion ostial.
Mucolytics
Mucolitik untuk mengencerkan viskositas sekresi sinus dapat diberikan pada rinosinusitis
akut maupun kronik. Dikatakan efeknya bermanfaat.
Irigasi nasal dan antrum (larutan garam isotonik, hipertonic saline)
Irigasi dengan larutan garam isotonik maupun hipertonik efeknya cukup signifikan dalam
menghilangkan simtom. Efeknya dapat meningkatkan aktivitas nasal mucociliary
clearance.
menderita juga menderita aspirin sensitivity syndrome: asma, nasal polip, sinusitis dan
penyakit menjadi makin parah bila terekspose aspirin atau nonsteroidal anti-inflammatory
drugs.
Surgery
Opereasi (endoscopic sinus surgery) hanya untuk pasen rinosiusitis kronik yang tidak
sembuh (responsive) dengan medical treatment. ESS hasilnya dapat menghilangkan
simtom dan meningkatkan quality of life. Paska operasi terapi dilanjutkan dengan
antibiotik, steroids dan irigasi.
Functional endoscopic sinus surgery berdasarkan kepada dua prinsip. Pertama, obstruksi
di etmoid anterior dapat menyumbat sinus maksila, frontal dan sinus etmoid posterior,
biasanya juga sinus sfenoid dan tuba eustachi. Atau dijelaskan dengan cara lain, penyakit
persistan di salah satu sinus kemungkinan karena penyakit di etmoid anterior yang tidak
terdiagnose. (Messerklinger, 1985) Ke dua, bila obstruksi di etmoid anterior dihilangkan,
drainase sinus-sinus lainnya kembali normal. Terutama, ostium sinus maksila berada di
lekukan drainase dimana sekret purulen dari sinus etmoid tertuang kedalamnya dan dapat
masuk ke ostium. Disamping itu, mukosa yang sakit akan kembali normal bila drainase
adekuat.
Indikasi FESS ialah semua penyakit infeksi sinus dengan terapi medical gagal. FESS
adalah terapi pilihan, hasilnya baik dengan sedikit morbiditi dan cepat sembuh.
Surgery mulai dari uncinectomy sampai radikal sphenoethmoidectomy dengan disertai
reseksi konka media.
di sekitar kantus.
Penyebaran dari sinus maksila, edem dan eritema terjadi di palpebra inferior bila dari
sinus frontalis edem dan eritema terjadi di palpebra superior.
Apabila dijumpai komplikasi perlu tindakan aggressive treatment dan intravenous
antiobiotika.
Power points
Sinusitis
Anatomi hidung
Fig. 75 (Boies hal. 176)
Sinus maksila dan ethmoid sudah ada sejak lahir.
Sinus frontal berkembang terus sampai umur 15 tahun
Sinus sfenoid berkembang terus sampai adolescence.
Sinus dilapisi mukosa sebagai perluasan dari hidung.
Ada 12 sinus di tiap sisi, tetapi jumlahnya dapat bervariasi.
Dibagi 2 grup sinus:
- grup anterior: frontal, maksila dan etmoid anterior
Dengan ostia di hiatus semilunaris di meatus media
- grup posterior : etmoid posterior dan sfenoid
Dengan ostia di meatus superior
Fig. 75 (Boies, hal 176)
Fig.76 (Boies hal 177)
The relative sinus positions terhadap sekitarnya.
Fig. 79 (Boies,hal.184)
10
bersamaan dan
Clinical difinition
Difinisi klinik rhinosinusitis
- Etiologi : bakteria
- Rhinosinusitis didifinisikan sebagai berikut:
11
Epidemiologi
Insidens acute viral rhinosinusitis (common cold) sangat tinggi.
Faktor predisposisi
Anatomi
- Sinus paranasal berhubungan dengan rongga hidung melalui
lubang kecil.
- Hidung dan sinuses paranasal dilapisi oleh pseudostratified
columnar ciliated epithelium.
12
Fisiologi (patofisiology)
- Peran utama pada patogenesis rhinosinusitis adalah patensi
osteomeatal complex (OMC) (unit OMC: ostia sinus maksilari,
sel ethmoid dan ostianya, ethmoid infundibulum, hiatus
similunaris dan meatus media.
- apabila patensi terganggu (ostium mengecil karena edem)
sekret menumpuk di sinus, misalnya pada upper respiratory
tract infection (URTI)
- atau terganggunya aktivitas mukosiliari sistem.
- Apabila proses tersebut tidak dihentikan dan menetap dapat
menyebabkan rhinosinusitis kronik.
Fig. 2.6 (hal 64, Endocopic Paranasal Sinus Surgery)
Fig. 2.7 (hal. 64, Endocopic Paranasal Sinus Surgery
13
Rinosinusitis kronik
Prevanlesi rinosinusitis di Indonesia tidak ada data
Di Canada penelitian dengan anamnese sakit lebih dari 6
bulan antara 3,4% pada laki-laki dan 5,7% pada wanita,
usia makin meningkat prevalensi makin meningkat dan
menurun setelah umur 60 tahun.
Penelitian di berbagai negara hasilnya berbeda.
Air cleaning
Fig. 79 (Boies, hal. 184)
2. Alergi
14
dapat
dijelaskan
semua.
Penelitian
radiologi
15
uncinate
process,
merupakan
faktor
16
Diagnosa
Assessment of rhinosinusitis symptoms.
Simtom rinosinusitis :
- nasal blockage, congestion atau stuffness
- nasal discharge atau postnasal drip, sering mukopurulen
- facial pain atau pressure, headache, dan
- reduction/loss of smell.
Selain local simtom tersebut diatas juga simtom jauh atau
general simtom. Simtom jauh diantaranya pharyngeal,
laryngeal, tracheal irritation menyebabkan sakit tenggorok,
disfonia dan batuk, sedangkan general simtom meliputi
ngantuk, malaise dan panas.
Pemeriksaan
Dengan rinoskopi anterior hasilnya tidak adekuat tetapi ini
merupakan langkah awal.
Endoscopi
Bisa dilakukan dengan atau tanpa decongestan, diperiksa
adakah sekret, edem,
17
18
Terapi rinosinusitis
Terapi
lokal
dengan
glukokortikoids
menyembuhkan
19
Decongestan
Nasal decongestants efeknya pada acute rinosinusitis untuk
mengurangi congestion sehingga memperbaiki ventilasi
sinus, drainage dan simtomatic congestion hilang. Penelitian
membuktikan bahwa decongestan mengurangi congestion
ostial dan ostiomeatal complex
Mucolytics
20
saline)
efeknya
cukup
signifikan
dalam
Surgery
Operasi (endoscopic sinus surgery) hanya untuk selektif
pasen rinosiusitis kronik yang tidak sembuh (responsive)
dengan medical treatment. FESS adalah terapi pilihan,
21
hasilnya
meningkatkan
dapat
quality
menghilangkan
of
life.
Paska
simtom
operasi
dan
terapi
Komplikasi rinosinusitis
Di era pre antibiotic komplikasi rinosinusitis sering terjadi
dan sangat berbahaya, ke orbita, osseus dan endocranial Di
22
tersedianya
bermacam-acam
antibiotik
insiden
komplikasi menurun.
Komplikasi ke orbita biasanya terjadi dari etmoiditis jarang
dari sphenoidal infection. Infeksi menyebar langsung lewat
lapisan tipis dan sering lewat dehisensi lamina papirase atau
lewat vena. Macam-macam komplikasi orbital; periorbital
cellulitis, orbital cellulitis, orbital cellulitis, subperiosteal
abcsess.
Periorbital cellulitis ditandai dengan edem palpebra,
kemerahan
23
. .
24