Anda di halaman 1dari 37

perpustakaan.uns.ac.

id

digilib.uns.ac.id

PERBANYAKAN TANAMAN LENGKENG (Dimocarpus longan)


DENGAN TEKNIK OKULASI

TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Ahli Madya
Di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan / Program Studi Agribisnis Hortikultura Dan Arsitektur Pertamanan

Disusun Oleh :
WENING WIDIASTIKA
H 3308034

PROGRAM DIPLOMA III


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini telah membaca Laporan Tugas Akhir dengan
Judul :
PERBANYAKAN TANAMAN LENGKENG (Dimocarpus longan)
DENGAN CARA OKULASI
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
WENING WIDIASTIKA
H 3308034
Telah dipertahankan di depan dosen penguji pada tanggal : ...............................
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.

Penguji
Penguji I / Pembimbing

Penguji II

Ir. Panut Sahari, MP


NIP.194905211980031001

Dra. Linayanti Darsana,M.Si


NIP.195207111980032001

Surakarta,

Juni 2011

Universitas Sebelas Maret Surakarta


Fakultas Pertanian
Dekan,

Prof. Dr. Ir. H. Bambang Pujiasmanto, MS.


NIP. 195602251986011001

commit to user
ii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia serta hidayah-Nya yang selalu memberikan kesempatan dan kemampuan
dalam menyusun tugas akhir ini dengan baik dan lancar dengan judul "Perbanyakan
Tanaman lengkeng dengan Teknik Okulasi" di KBH Tejomantri.
Penyusunan tugas akhir ini merupakan syarat utama untuk mencapai gelar
Ahli Madya bagi mahasiswa D-III Agribisnis Hortikultura dan Arsitektur
Pertamanan, di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam
penyusunan tugas akhir ini, penulis sangat menyadari bahwa laporan ini tidak dapat
diselesaikan tanpa dorongan dan bantuan baik langsung maupun tidak langsung dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.

Dekan

Fakultas

Pertanian

Universitas

Sebelas

Maret

Surakarta

Prof. Dr. Ir. H. Bambang Pujiasmanto, MS.


2.

Bapak Ir. Heru Irianto, MM selaku Ketua Program Studi DIII Agribisnis
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3.

Ir. Panut Sahari, MP selaku Ketua Minat Program Studi Agribisnis


Hortikultura

dan

Arsitektur

Pertamanan

serta

pembimbing

dalam

penyusunan tugas akhir dan penguji I.


4.

Dra. Linayanti Darsana,M.Si selaku penguji II terimakasih atas bimbingan


dan sarannya.

5.

Bapak Sudardjo selaku pimpinan KBH Tejomantri terima kasih atas ijin
magang yang diberikan serta seluruh staf dan karyawan terimakasih atas
bimbingannya.

6.

Bapak Yatno terima kasih atas bimbingan dan kesabarannya memberi


pengarahan dilapangan.

7.

Kedua orang tercinta dan adik-adik tersayang

dirumah yang memberi

semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini.


8.

Teman teman seperjuangan Agribisnis Diploma III 2008.

commit to user
iii

perpustakaan.uns.ac.id

9.

digilib.uns.ac.id

Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan tugas akhir yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu kritik dan saran yang menuju sempurnanya laporan ini senantiasa kami
harapkan. Akhir kata, penulis mohon maaf bila dalam laporan ini terdapat kata-kata
yang kurang berkenan. Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bemanfaat bagi
penulis pada khususnya dan bagi pembaca semua pada umumnya.

Surakarta,
Penyusun

commit to user
iv

Juni 2010

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................

iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................

iv

DAFTAR TABEL ...........................................................................................

vi

I. PENDAHULUAN .....................................................................................

A. Latar Belakang ...................................................................................

B. Tujuan .................................................................................................

1. Tujuan Umum ...............................................................................

2. Tujuan Khusus ..............................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................

III. TATALAKSANA PELAKSANAAN ......................................................

12

A. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan ........................................................

12

1. Tempat Pelaksanaan Magang........................................................

12

2. Waktu Pelaksanaan Magang .........................................................

12

B. Cara Pelaksanaan ................................................................................

12

1. Metode Dasar ................................................................................

12

2. Metode Pengumpulan Data ...........................................................

12

3. Metode Analisis Data ....................................................................

12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................

13

A. Kondisi Umum Lokasi .......................................................................

13

1. Selayang pandang KBH Tejomantri .............................................

13

2. Keadaan KBH Tejomantri ............................................................

14

B. Pembahasan .........................................................................................

16

C. Identifikasi Masalah Dan Alternatif Solusinya ..................................

22

commit to user
v

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................

24

A. Kesimpulan .........................................................................................

24

B. Saran....................................................................................................

25

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

commit to user
vi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Struktur Organisasi KBH Tejomantri ...............................

16

Gambar 2. Sayatan Batang Bawah ..................................................................

19

Gambar 3. Pengambilan Mata Tunas ..............................................................

19

Gambar 4. Penempelan Mata Tunas Pada Batang Bawah ..............................

19

Gambar 5. Pembalutan Mata Tunas Dengan Plastik.......................................

20

Gambar 6. Batang Yang Telah Selesai Diokulasi ...........................................

20

Gambar 7. Tanaman Lengkeng Yang Berhasil Diokulasi ..............................

20

commit to user
vii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lengkeng (Dimocarpus longan) merupakan tanaman buah-buahan yang
berasal dari daratan Asia Tenggara. Tanaman yang muncul di daratan China
ini merupakan keluarga buah rambutan dan leci. Dalam bahasa Mandarin,
lengkeng disebut ong ya guo atau long yan yang berarti mata naga.
Sementara di Indonesia buah ini populer dengan sebutan mata kucing.
Daging buahnya berbentuk bulat, berwarna putih bening, dan mengandung
banyak air. Di tengah daging buah terdapat biji berwarna hitam atau cokelat
tua. Daging buah lengkeng mengandung banyak zat gizi yang penting untuk
kesehatan dan kesegaran tubuh. Ada sukrosa, glukosa, protein (nabati), lemak,
vitamin A, vitamin B, asam tartarik, dan senyawa fitokimia (kimia tumbuhan)
lain yang berguna bagi kesehatan.
Lengkeng yang merupakan kerabat dekat dari rambutan

(Naphelium

lappceum), kapulasan (Naphelium mutabile) dan leci (Naphelium litchi).


Pohon lengkeng dapat menjadi besar dan bercabang banyak,daunnya rimbun
dan masih mampu berproduksi hingga umurnya diatas 100 tahun. Buahnya
kecil; kurang lebih sebesar kelereng; warna kulit buahnya kecoklatan seperti
sawo dan tidak berbulu; daging buahnya berwarna putih agak bening; bijinya
satu dan berwarna hitam kecoklatan (Sunanto, 1990).
Ada beberapa jenis lengkeng yaitu varietas batu dan kopyor. Lengkeng
varietas batu termasuk lengkeng jenis unggul. Kulit buahnya agak kasar dan
berwarna coklat muda. Buahnya lebih besar daripada lainnya. Daging buahnya
lebih tebal dan nglothok, aromanya lebih tajam sehingga harganya lebih
mahal. Sedangkan lengkeng varietas kopyor lebih murah, kulit buahnya
halus,berwarna coklat agak kuning. Daging buahnya kurang nglothok. Mampu
berproduksi di daerah ketinggian 950 meter di atas permukaan laut. Lengkeng
batu dan lengkeng kopyor merupakan lengkeng jenis lokal yang banyak tubuh
didaerah Temanggung dan Ambarawa. Kelemahan dari lengkeng lokal adalah
commit
user 12 14 tahun. Menanggapi
karena waktu berbuah relatif
lamato yaitu

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

banyaknya permintaan konsumen akan tanaman lengkeng yang cepat berbuah


dengan diikuti keunggulan yang lainya, maka pada pemulia mewujudkannya
dengan cara memperbanyak tanaman dengan cara vegetatif seperti okulasi,
sambung dan sambung susuan. Selain itu cara tersebut juga dapat
memperbaiki kelemahan tanaman dan membuat tanaman lengkeng yang ada
mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Cara perbanyakan tanaman secara vegetatif lebih sering digunakan
karena bibit yang dihasilkan memiliki sifat yang sama dengan sifat tetuanya
dan tanaman dapat berbuah lebih cepat dibandingkan dengan bibit yang
berasal dari biji. Perbanyakan bibit lengkeng secara vegetatif berhasil
dilakukan melalui cara sambung pucuk, sambung susuan, cangkok, dan
okulasi. Keberhasilan hidup bibit kelengkeng cara susuan lebih tinggi
dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif lainnya. Hal ini karena
batang bawah dan batang atas masih hidup menyatu dengan pohon induknya,
sehingga mendorong pembentukan bibit lebih cepat (Yulianto,et al.2008).
Perbanyakan bibit melalui sambung susuan memiliki kelemahan, karena
jumlah bibit yang dihasilkan dari satu cabang batang atas terbatas. Dengan
ukuran batang atas sama pada sambung pucuk dapat menghasilkan 3 4 bibit,
sedangkan

pada

sambung

susuan

hanya

menghasilkan

satu

bibit

(Firstantinovi, 2004). Membedakan bibit yang berasal dari hasil vegetatif


dengan generatif sangat mudah. Meskipun demikian, tetap memerlukan
keahlian, ketelitian, dan pengalaman sehingga kita dapat melakukannya
dengan baik. Pada bibit lengkeng hasil okulasi terlihat ada bekas tempelan
mata tunas pada bagian batangnya, sedangkan pada bibit kelengkeng dari hasil
grafting terlihat bekas dari sambungan dan untuk tanaman lengkeng hasil
susuan terlihat bekas sambungan yang saling berlawanan arah sebagai akibat
pemotongan batang atas dan batang bawah (Usman, 2004).
Pemilihan cara perbanyakan vegetatif dengan okulasi merupakan cara
yang paling populer dilakukan, meskipun mudah tetapi cara ini tidak boleh
sembarangan, ada faktor faktor yang harus diperhatikan. Keberhasilan
commit
to userkhususnya okulasi dipengaruhi
perbanyakan tanaman secara
vegetatif

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

beberapa faktor seperti : faktor tanaman, faktor lingkungan dan faktor


ketrampilan. Ketiga faktor tersebut jika terpenuhi maka akan menghasilkan
bibit tanaman okulasi yang baik. Untuk mengetahui lebih jauh tentang teknik
okulasi yang baik pada tanaman lengkeng dan kendala kendala yang ada
dalam pembibitan secara okulasi khususnya tanaman lengkeng maka
dilakukan kegiatan magang di Kebun Bibit Hortikultura (KBH) Tejomantri
Desa Wonorejo Kecamatan Bekonang Kabupaten Sukoharjo.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai hubungan antara
teori dengan penerapannya di dunia kerja (lapangan) serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya sehingga dapat merupakan bekal bagi
mahasiswa setelah terjun di masyarakat.
b. Meningkatkan ketrampilan dan pengalaman kerja di bidang agribisnis.
c. Meningkatkan wawasan mahasiswa tentang berbagai kegiatan
agribisnis.
d. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi dengan Instansi
pemerintah, perusahaan swasta dan masyarakat, dalam rangka
meningkatkan kualitas Tri Darma Perguruan Tinggi.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja dalam bidang
pertanian khususnya pembibitan atau perbanyakan tanaman lengkeng
dengan teknik okulasi.
b. Melihat dan memahami secara langsung upaya dan pengembangan
agribisnis serta melaksanakan praktek langsung dilapangan, khususnya
agribisnis tanaman lengkeng (Dimocarpus longan).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lengkeng (Dimocarpus longan)


Lengkeng merupakan jenis tanaman buah dari suku lerak-lerakan atau
Sapindaceae, secara botani tanaman lengkeng (Dimocarpus longan)
Devisio

: Magnoliophyta

Sub Devisio : Magnoliopsida


Classis

: Dicotyledon

Ordo

: Sapindales

Familia

: Sapindaceae

Genus

: Dimocarpus

Species

: Dimocarpus longan

(Praswoto, 2001)
Lengkeng merupakan tanaman keras yang mempunyai batang kayu
yang kuat, sistem perakarannya sangat luas dan mempunyai akar tunggang
yang sangat dalam (terutama tanaman lengkeng yang berasal dari biji),
sehingga sangat tahan terhadap kekeringan dan tidak mudah roboh.
Daun lengkeng termasuk daun majemuk, tiap tangkai memiliki tiga
sampai enam pasang daun. Bentuknya bulat panjang dan ujungnya agak
runcing. Kuncup daunnya berwarna kuning kehijauan, tetapi ada pula yang
berwarna merah. Perbungaan umumnya di ujung (flos terminalis), 4-80 cm
panjangnya, lebat dengan bulu-bulu kempa, bentuk payung menggarpu
(malai). Mahkota bunga lima helai, warna bunga lengkeng kuning muda atau
putih kekuningan, ukurannya sangat kecil sehingga hanya dapat diamati secara
jelas bila memakai alat pembesar (Sunanto,1990)
Lengkeng (Dimocarpus longan) merupakan tanaman buah-buahan yang
berasal dari daratan Asia Tenggara. Tanaman yang muncul di daratan China
ini merupakan keluarga buah rambutan dan leci. Dalam bahasa Mandarin,
lengkeng disebut ong ya guo atau long yan yang berarti mata naga.
Sementara di Indonesia buah ini populer dengan sebutan mata kucing.
commitberwarna
to user putih bening, dan mengandung
Daging buahnya berbentuk bulat,

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

banyak air. Di tengah daging buah terdapat biji berwarna hitam atau cokelat
tua. Daging buah lengkeng mengandung banyak zat gizi yang penting untuk
kesehatan dan kesegaran tubuh. Ada sukrosa, glukosa, protein (nabati), lemak,
vitamin A, vitamin B, asam tartarik, dan senyawa fitokimia (kimia tumbuhan)
lain yang berguna bagi kesehatan (Anonim, 2008).
Sebagian ahli botani tanaman lengkeng merupakan kerabat dekat
rambutan dan leci yang berasal dari India (Usman,2004). Namun, pendapat
tersebut disanggah oleh Direktorat Perbenihan Dan Sarana Produksi (2008)
yang menyatakan bahwa lengkeng termasuk familia Sapindaceae yang
merupakan tanaman keras yang berasal dari daratan rendah Asia ( China,
Vietnam, Thailand).
Ada beberapa jenis dan asal lengkeng, Dimocarpus L. Sebagi berikut:
1.

Ssp. Longan var.Longan. longan (Inggris), lengkeng (Indonesia,


Malaysia), Lam yai pa (Thailand) berasal dari wilayah pegunungan di
Myanmar hingga tiongkok selatan. Kini dibudidayakan secara meluas
hingga ke Taiwan, Thailand, Indonesia, Australia (Queenslan) dan
Amerika Serikat (Florida).

2.

Ssp. Longan var.longepetiolatus dari viatnam selatan .

3.

Var. Longan var. Obtusus, lamyai khiaver, lamyai tao (Thailand) dari
Indocina dan dibudidayakan di Thailand.

4.

Ssp. Malesianus var. Malesianus, mata kucing (Mata kucing), medaru,


medano, bedaro (Sumatra) iahu (Kaltim), isau, sau, kakus (Serawak)
menyebar di Indocina dan Malaysia.

5.

Ssp. Malesianus var. Echinatus, dari Kalimantan dan Filipina.


( Verheij dan Coronel,1997)
Tanaman lengkeng di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua jenis

yaitu sebagai berikut :


1. Lengkeng lokal
Jenis lengkeng lokal di Indonesia antara lain adalah lengkeng batu
atau lengkeng kopyor atau lengkeng Ambarawa dan lengkeng Bantul
to user
kekurangan lengkeng jeniscommit
lokal yang
masih menjadi kendala yaitu umur

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

berbuahnya yang masih relatif lama (12 14 tahun). Kedepannya


diharapkan lengkeng jenis lokal dapat menjadi varietas unggul dan
berkembang menjadi sumber pendapatan agribisnis yang dapat diandalkan.
Lengkeng Batu/Pringsurat merupakan lengkeng yang pertama-tama
dikembangkan di Indonesia. Lengkeng Pringsurat telah dilepas dengan
nama varietas Batu pada tahun 1997. Lengkeng jenis ini banyak ditemukan
di daerah Temanggung dan Ambarawa. Lengkeng batu merupakan
lengkeng jenis lokal yang termasuk varietas unggul. Buahnya berbentuk
bulat dengan berat 5 6 gram per buah. Kulit buahnya halus, tipis dan
berwarna cokelat. Daging buahnya berwarna bening, mudah terlepas dari
bijinya, dan cukup tebal (sekitar 0,7 cm). Tinggi tanaman bisa mencapai
15 meter. Jika ditanam diatas lahan, satu pohon lengkeng bisa usia
produktif

atau berumur 12 tahun, bisa menghasilkan 350 kg buah

lengkeng segar per tahun. Lengkeng kopyor mempunyai warna kulit buah
berwarna cokelat kekuningan, daging buahnya tipis sulit dilepaskan dari
bijinya dan buahnya bergerombol pada malai seperti anggur.
2. Lengkeng impor
Lengkeng

jenis

impor

mempunyai

banyak

keunggulan

dibandingkan lengkeng jenis lokal, seperti daging buahnya lebih tebal,


rasanya lebih manis, ukurannya lebih besar dan waktu berbuahnya relatif
lebih cepat, berikut beberapa jenis lengkeng impor :
a. Lengkeng pingpong
Lengkeng jenis ini mempunyai tajuk dan daun yang unik,
dahannya cenderung memanjang, lentur dan menjulur kesegala arah.
Daun berwarna hijau tua dan berukuran kecil menggulung kebawah.
Ukuran buah jumbo lebih besar dari lengkeng diamond river. Disebut
lengkeng pingpong karena ukurannya yang seperti bola tenis meja.
Kulit buahnya berwarna cokelat cerah dengan semburat merah muda di
bagian pangkal buah. Buahnya memiliki aroma yang khas, buahnya
cukup tebal, kulit buahnya tipis dan kering atau tidak berair saat
to user
dikupas. Lengkeng jeniscommit
ini dapat
berbuah saat umur 8 12 bulan untuk

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

lengkeng dari perbanyakan vegetatif dan untuk tanaman yang berasal


dari perbanyakan generatif berbuah saat berumur 2 3 tahun.
Kelemahan dari kelengkeng jenis ini yaitu produktivitas tanaman yang
rendah.
b. Lengkeng diamond river
Lengkeng diamond river merupakan lengkeng yang berasal dari
Cina dan banyak dibudidayakan di Malaysia. Mengenali lengkeng ini
cukup mudah , yaitu daunnya berwarna hijau cerah, lebar dan tepinya
bergelombang. Tanaman ini memiliki sosok yang cenderung melebar
kesamping dari pada tumbuh keatas. Tajuk yang kompak membuat
diamond river paling disukai pembudidaya untuk ditanam didalam pot.
Sementara itu,daging buahnya relatif tebal dan berair saat
dikupas. Lengkeng ini bisa berbuah saat berumur 8-12 bulan untuk
lengkeng hasil perbanyakan vegetatif dan 2 3 tahun untuk lengkeng
hasil perbanyakan generatif ( berasal dari biji).
c. Lengkeng itoh
Lengkeng itoh yang merupakan hasil penyambungan diamond
river dengan lengkeng dari Thailand ini, sepintas penampilan mirip
diamond river dengan daun lebar dan bergelombnag. Kualitas buah
paling unggul dibandingkan dengan lengkeng jenis lain. Daging buah
tebal, manis kering dan berbiji tebal. Lengkeng itoh hasil cangkokan
bisa berbuah saat berumur 2 tahun atau 7 10 bulan setelah tanam dari
bibit berumur 6 bulan (Usman, 2004).
Tanaman Lengkeng dapat tumbuh dan berproduksi baik di daerah yang
mempunyai ketinggian 300 - 900 meter diatas permukaan laut. Oleh
karenanya di Pulau Jawa banyak diusahakan orang didaerah daerah seperti
Ambarawa, Temanggung, Wonosobo, Malang Selatan dan sebagainya.
Lengkeng dapat tumbuh baik di daerah daerah yang mempunyai tipe iklim B
(basah), tipe iklim C (agak basah), tipe iklim D atau sedang (Sunanto, 1990).
Kondisi suhu ideal bagi pertumbuhan lengkeng yaitu 20-330 C pada
commithari.
to user
siang hari dan 15-220C pada malam
Pada kisaran suhu tersebut tanaman

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

lengkeng bisa berbunga dan berbuah. Sebaliknya, jika suhu pada malam hari
melewati kisaran optimal, tanaman tidak bisa berbunga. Meskipun demikian,
lengkeng dapat beradaptasi dan hidup pada kondisi suhu yang ekstrem sangat
dingin, yaitu kurang dari 00C atau pada suhu tinggi hingga 35oC. Kelembaban
udara

ideal

bagi

lengkeng

adalah

65-90%

dan

curah

hujan

2.000-4.000 mm/tahun. Bunga tanaman lengkeng sensitif terhadap curah


hujan. Curah hujan terlalu tinggi bisa mengakibatkan bunga rontok, sehingga
lengkeng tidak dapat berproduksi optimal (Usman, 2004).
Lengkeng dapat tumbuh baik di daerah-daerah yang tanahnya bertekstur
halus dengan pH antara 5,5-6,5. Tanah yang bertekstur halus biasanya adalah
tanah yang sebagian besar terdiri dari debu dan lempung atau tanah-tanah
yang tidak berpasir, misal tanah-tanah andosol, vertisol, latosol, atau laterit
dan sebagainya (Sunanto, 2004).
Lengkeng hidup baik ditanah lempung yang berpasir dan mengandung
kapur. Tanah lempung memiliki ciri berwarna kelabu hingga kecoklatan dan
bertekstur liat atau liat berpasir. Jenis tanah lain yang baik bagi pertumbuhan
lengkeng adalah tanah andosol yang umumnya terdapat di dataran tinggi.
Tanah andosol memiliki ketebalan solum 1,0-2,25 m, berwarna hitam sampai
kelabu atau cokelat tua, struktur remah dan memiliki pH 5,0-7,0. Jenis tanah
latosol juga sesuai untuk tanaman lengkeng. Jenis tanah ini tersebar didataran
rendah hingga dataran tinggi. Tanah latosol memiliki solum setebal 1,3-5,0,
berwarna merah hingga cokelat atau kekuningan dengan pH 4,5-6,5. Pada
dasarnya lengkeng membutuhkan tanah yang subur dan banyak mengandung
zat organik. Keasaman tanah yang ideal bagi lengkeng berkisar 5,5-6,5 serta
memiliki aerasi dan drainase yang baik. Tanah yang becek kurang disukai
lengkeng karena dapat menyebabkan akar tanaman busuk (Usman, 2004).

B. Teknik perbanyakan tanaman secara okulasi


Cara perbanyakan tanaman secara vegetatif lebih sering digunakan
karena bibit yang dihasilkan memiliki sifat yang sama dengan sifat induknya
commit
to user
dan tanaman lebih cepat berbuah
dibandingkan
bibit yang berasal dari biji.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Okulasi sering disebut juga dengan menempel, oculatie (belanda) atau


budding (inggris). Oculus artinya mata, sedangkan bud artinya tunas yang
dalam bahasa Indonesia disebut mata tunas. Okulasi atau penempelan ini
adalah mempersatukan dua sifat baik tanaman yang berakar kuat serta tumbuh
subur dapat disatukan dengan tanaman yang buahnya bermutu tinggi. Okulasi
dilakukan pada tanaman yang mempunyai perakaran yang baik dan tahan
terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan dengan tanaman yang
mempunyai rasa buah yang lezat, tetapi mempunyai perakaran yang kurang
baik. Tanaman yang mempunyai perakaran yang baik digunakan sebagai
batang bawah yang akan ditempeli (batang bawah). Pengaruh batang bawah
terhadap batang atas kemungkinan nampak pada besarnya buah, warna,
ketebalan kulit, kandungan cairan, rasa dan aroma buah, waktu pembungaan
atau pembuahan serta menambah ketahanan terhadap hama penyakit
(Wudiyanto, 2002).
Okulasi merupakan cara penyambungan satu mata tunas sebagai entres
(batang atas) dengan batang bawah pada tanaman sejenis (sefamili). Bibit
okulasi dapat berbuah mulai umur 3 tahun.
Tahapan-tahap penyiapan bibit okulasi adalah sebagai berikut :
1. Persiapan alat dan bahan
-

Bahan tanaman berupa bibit batang bawah berumur 8-12 bulan, mata
tunas dari cabang yang tumbuhnya tegak ataupun agak condong, pisau
okulasi, tali pengikat, dan sarana penunjang lainnya.

2. Tata cara pengokulasian


-

Batang bawah dibersihkan di lahan persemaian ataupun dalam


polybag dengan menggunakan kain lap.

Batang bawah diiris pada kulit kira-kira 10-15 cm dari permukaan


tanah dengan ukuran irisan (sayatan) 3-5 cm. Kulit hasil irisan
dikelupas ke bawah, lalu dipotong dua per tiga bagian.

Cabang yang mempunyai mata dipilih, kemudian mata disayat dengan


menyertakan sedikit kayunya. Ukuran sayatan entres 2 cm di atas dan
commit to user
di bawah mata, lalu kayunya dilepaskan secara hati-hati.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Mata entres ditempelkan pada sayatan batang bawah hingga pas.

Bidang tempelan (okulasi) diikat dengan tali plastik atau rafia dimulai
dari atas ke bawah dengan tidak menutup mata okulasi.

3. Pemeliharaan pasca okulasi


-

Pemeriksaan mata okulasi sekitar 10-15 hari sejak pengokulasian.


Apabila mata berwarna hijau, berarti penyambungan tersebut berhasil.
Sebaliknya, bila mata berwarna coklat dan kering, berarti okulasi
gagal.

Ujung batang bawah dipotong dengan ketinggian 10-20 cm tepat di


atas bidang okulasi apabila tunas entres telah mencapai 20-30 cm.

Tunas-tunas yang tumbuh di bawah mata (tunas) okulasi dipangkas


dengan pisau maupun tangan.

Bibit okulasi disemaikan ke polybag atau keranjang bambu yang


diameternya cukup lebar sesuai dengan ukuran bibit. Sebagian tanah
disertakan pada saat pemindahan agar letak akar tidak berubah
(Rukmana, 1999).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

III. TATALAKSANA PELAKSANAAN

A. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan


1. Tempat Pelaksanaan Magang
Pelaksanaan magang dilaksanakan di Kebun Bibit Hortikultura Tejomantri
Wonorejo Polokarto Sukoharjo.
2. Waktu Pelaksanaan Magang
Magang ini dilaksanakan pada Tanggal 7 Februari 7 Maret 2011.

B. Cara Pelaksanaan
Adapun Metode yang digunakan dalam pelaksanaan magang ini yaitu :
1. Metode Dasar
Metode dasar yang digunakan dalam penyusunan laporan adalah
metode Deskriptif Analitik, yaitu metode penerapan permasalahan
sehingga memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada masa
sekarang dan bertitik tolak dari data yang dikumpulkan, dianalisis dan
disimpulkan dalam konteks teoriteori yang ada dan dari penelitian
terdahulu.
2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan dan dengan
pencatatan yaitu mencatat datadata yang diperlukan dari sumber yang
dapat dipercaya.
3. Metode Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan tabulasi
representatif yaitu dengan menganalisa data yang telah terkumpul dengan
analisis kualitatif. Pada kasuskasus tertentu mahasiswa dapat pula
menjelaskan secara lebih mendalam berdasarkan teori-teori atau
keterangan yang relevan.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Lokasi


1. Selayang Pandang KBH Tejomantri
Keberadaan Kebun Benih Hortikultura Tejomantri bermula dari
tanah kas desa Wonorejo yang dibuat menjadi kebun oleh masyarakat
setempat. Kebun tersebut terbengkalai tidak dipelihara dengan baik
sehingga tanah pada kebun tersebut menjadi kritis dan tandus. Keadaan
tanah tersebut membuat tanaman pada lahan dikebun pertumbuhannya
kurang

baik

sehingga

secara

ekonomis

lahan

tersebut

tidak

menguntungkan. Tanah kemudian dipinjam oleh Dinas Pertanian Rakyat


Wilayah Surakarta pada 1953 sampai dengan tahun 1958 untuk
diupayakan rehabilitasi (tanpa ada sewa menyewa). Tahun 1958, tanah
beserta isinya dikembalikan ke Desa Wonorejo, namun karena Desa
Wonorejo tidak mampu memelihara dan mengelola kebun tersebut dengan
baik, akhirnya tanah tersebut dijual kepada Kebun Dinas Pertanian Rakyat
Wilayah Surakarta. Tanaman yang dipelihara diantaranya cengkih, randu,
kelapa, jeruk dan lain-lain. Mulai tahun 1971, status tanah berubah
menjadi Kebun Benih Hortikultura. Nama Tejomantri merupakan nama
Pimpinan Kebun /Mantri Tani yaitu Bapak Sunarto yang sama dengan
tokoh pewayangan Togog alias Tejomantri. Tokoh wayang Togog alias
Tejomantri merupakan pamong bangsa Kurawa yang berkarakter fisik
serba jelek seperti kondisi kebun benih saat itu. Berkat ketekunan dan
keuletan bapak Sunarto, sebagai pamong yang dibantu oleh staf kebun,
sedikit demi sedikit kondisi kebun benih dibenahi dan dibangun sehingga
menjadi baik.
Pengolahan Kebun Benih Hortikultura Tejomantri di Desa
Wonorejo, Kecamatan Polokarto, Kewedanan Bekonang, Kabupaten
Sukoharjo dari tahun 1958 sampai tahun 1985 dilakukan oleh Dinas
Pertanian Rakyat Wilayah Surakarta. Namun sejak tahun 1986 Kebun
commitdiserahkan
to user ke Dinas Pertanian Tanaman
Benih Hortikultura Tejomantri

13

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Pangan Kabupaten Sukoharjo. Kemudian sejak April 1986 pengelola


kebun Benih Hortikultura Tejomantri dipindahkan kepada UPTD Wilayah
Surakarta di bawah Dinas Tanaman Pangan Provinsi Jawa Tengah yang
berkembang menjadi Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Wilayah Surakarta di Tegalgondo.
Fungsi dari KBH Tejomantri sendiri sebagai pelaksana teknis
pembibitan tanaman adalah sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu sarana Pengali Anggaran Daerah (PAD) Sukoharjo.
2. Penyedia lapangan pekerjaan sekitar.
3. Sebagai penyedia sekaligus produsen bibit bermutu.
4. Sebagai sarana pendidikan.
5. Sebagai penyedia lahan demonstrasi pertanian.
Kebun Bibit Hortikultura Tejomantri merupakan kebun produksi
tanaman hortikultura terutama tanaman tahunan dan tanaman hias.
Produksi bibit di KBH Tejomantri lebih diintensitaskan pada bibit
tanaman mangga. Fungsinya sebagai kebun KBH Tejomantri juga
memproduksi bibit tanaman hias dan tahunan lainnya baik tanaman yang
berasal dari hasil vegetatif ataupun generatif. Bibit tanaman yang
diproduksi antara lain : melinjo, legkeng, durian, rambutan (tanaman buah)
untuk tanaman hias antara lain: palem, euphorbia, adenium, walisota,
anthurium, aglonema, sameo, puring dll. Selain itu KBH Tejomantri juga
menyediakan untuk tanaman penghijauan yaitu jati, mahoni, binahong,
gabon.
2. Keadaan KBH Tejomantri
a. Keadaan geografis
Kebun Benih Hortikultura Tejomantri di Desa Wonorejo,
Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo berada pada jarak 2 km
dari jalan raya Bekonang. Daerah Kebun Benih Hortikultura Tejomantri
termasuk daerah dataran dengan batas-batas sebagai berikut :
1) Sebelah timur : Dukuh Kersan, Desa Jatisobo
2) Sebelah selatan : Tanaman
Desa Wonorejo
commit persawahan
to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

3) Sebelah barat : Tanaman persawahan Desa Wonorejo


4) Sebelah utara : Dukuh Winong, Desa Kragilan, Kecamatan
Mojolaban, Sukoharjo
b. Topografi
Kebun Benih Hortikultura Tejomantri mempunyai keadaan tanah
yang mendatar sedikit bergelombang dan berwarna coklat dengan
struktur tanah yang subur dan gembur. Daerah Kebun Benih
Hortikultura Tejomantri terletak di dataran rendah dengan sifat tanah
sebagai berikut :
1)

Jenis tanah : Regosol

2)

Struktur tanah : Lempung berpasir

3)

Tekstur tanah : Coklat

4)

Reaksi tanah : Agak asam

5)

pH : 6 7

6)

Aerasi : Sedang

7)

Kesuburan : Sedang

c. Keadaan tanah
Tanah di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri merupakan jenis
tanah regosol dengan pH 6.5 7.5 dan mempunyai struktur tanah lepaslepas. Tanah regosol bertekstur pasir, seperti tanah di Kebun Benih
Hortikultura Tejomantri, memiliki perkapabilitas lebih cepat dan
porositas lebih besar dibandingkan dengan jenis tanah yang lainnya.
Tanah regosol di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri berwarna
kelabu coklat atau coklat kuning sampai keputihan. Tanah berstruktur
lapis atau butir tunggal dengan tekstur pasir sampai lempung berdebu,
kepadatan lepas atau teguh dan keras.
d. Kondisi Iklim
Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh dari Dinas Perairan
Kecamatan Polokarto selama 10 tahun terakhir maka tipe iklim Kebun
Benih Hortikultura Tejomantri termasuk tipe iklim C atau agak basah,
yaitu

dengan

kelembaban udara
commit to user
2.000-4.000mm/tahun.

65-90%

dan

curah

hujan

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

e. Luas Areal
Luas Kebun Benih Hortikultura Tejomantri seluruhnya adalah
14,756 m2 (Gambar Denah Pada Lampiran 1).
Mulai tahun 1996 Kebun Benih Hortikultura Tejomantri
sepenuhnya dikelola oleh Balai Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura Wilayah Surakarta dan Tegalgondo. Struktur organisasi
kepegawaian dapat dilihat pada skema gambar di bawah ini :
PIMPINAN KBH
TEJOMANTRI

SEKSI
ADMINISTRASI

SEKSI
PERANCANAAN
DAN
PPERKEMBANGAN
TEKNOLOGI

SEKSI PRODUKSI

SEKSI PEMASARAN

Gambar 1. Skema Struktur Organisasi KBH Tejomantri.

B. Pembahasan
Dari

hasil kegiatan magang yang dilakukan ada beberapa urutan

kegiatan yang dilakukan untuk melaksanakan praktek kegiatan okulasi


tanaman lengkeng adalah sebagai berikut :
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

1. Penyemaian Bibit
Penyemaian bibit pada KBH Tejomantri biasanya menggunakan
jenis tanaman lengkeng jenis lokal, untuk kesempatan kali ini yang
digunakan sebagai batang bawah yaitu varietas batu. Pemilihan lengkeng
batu sebagai batang bawah adalah karena merupakan lengkeng jenis lokal
maka daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi, sehingga sistem perakaran
tanaman lebih kuat. Lengkeng Batu/Pringsurat merupakan lengkeng yang
pertama-tama dikembangkan di Indonesia. Lengkeng Pringsurat telah
dilepas dengan nama varietas Batu pada tahun 1997. Lengkeng jenis ini
banyak ditemukan di daerah Temanggung dan Ambarawa. Biji agak kecil,
rasa buah manis, mudah mengelupas (nglotok) dan beraroma harum.
Selain itu lengkeng batu merupakan lengkeng lokal dengan varietas unggul
dari lengkeng jenis lokal lainnya.
Tahap penyemaian diawali dari Persiapan lahan semai, pada KBH
Tejomantri dimulai dengan memilih lahan. Lahan yang dipilih untuk
penyemaian adalah lahan yang subur, gembur dan mendapat penyinaran
yang baik. Sebelum ditanami tanah diolah dahulu dengan mencangkul
kurang lebih sedalam 15 cm, kemudian dicampur dengan pupuk kandang
dan pasir dengan perbandingan antara pupuk kandang dan pasir 1 : 1 untuk
membantu aerasi dan drainase tanah, setelah pencampuran selesai lahan
disiram dengan air secukupya dan diratakan. Luas lahan semai disesuaikan
dengan banyaknya benih yang disemai. Benih yang sudah siap tanam
ditanam pada lahan yang sudah disiapkan atau dideder (diperam). Lahan
semai harus dijaga kelembabannya agar pertumbuhan dengan baik.
Biji lengkeng yang dijadikan bibit harus dipilih dari buah yang
benar benar masak dan berasal dari indukan yang kuat, pertumbuhannya
subur, buahnya lebat dan unggul. Biji harus utuh tidak cacat , kulitnya
licin dan mengkilat, mudah dikelothok dan rasanya manis. Biji lengkeng
yang akan disemai harus dipisahkan dari daging buahnya, biji tidak
terkena hama atau penyakit dan mulus. Biji lengkeng yang siap disemai
to user
harus dikeringkan dahulucommit
dengan
cara dianginanginkan. Biji - biji

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

tersebut tidak boleh dijemur pada sinar matahari untuk menghindari


penguapan kandungan air pada biji yang berlebihan (Sunanto, 1990). Biji
yang mempunyai vigor dan viabiliatasnya baik dalam jangka waktu
seminggu benih sudah berkecambah. Perawatan kecambah dilakukan
dengan penyiramannya yang teratur dan penyiangan gulma disekitar lahan
penyemaian. Benih yang tumbuh menjadi bibit setelah berumur 4 bulan
atau sudah mulai berkayu bibit dipindahkan kelahan yang lebih luas agar
mendapatkan hara dan nutrisi makanan yang cukup untuk pertumbuhan
tanaman dengan jarak tanam 25cm x 25cm. Bibit yang siap diokulasi ciri
cirinya sudah berkayu dan ukuran batang sudah sebesar pensil atau sekitar
umur 8 12 bulan.
2. Pemilihan mata tunas
Keberhasilan

dari

perbanyakan

vegetatif,

terutama

okulasi,

ditentukan oleh mata tempel yang baik. Mata tempel harus diambil dari
pohon induk yang sudah jelas kualitasnya atau keunggulannya. Pada
teknik okulasi, mata tunas (mata tempel) harus diambil dari tanaman yang
memiliki pertumbuhan yang baik, sehat serta cukup umur untuk diambil
sebagai mata entres, mata tunas diambil dari cabang yang tumbuh keatas
(tunas air) dan Pengambilan mata tempel tidak saat batang sedang tumbuh
tunas. Selain itu pemilihan mata tunas yang akan digunakan sebagai
batang atas harus dipilih batang yang sudah pernah berbuah, bentuknya
silindris dan tumbuh tegak lurus. Pemilihan ini bertujuan agar hasil okulasi
cepat berbuah dan pertumbuhan batang yang diokulasi tumbuh keatas.
Mata tunas yang digunakan dalam praktek okulasi di KBH
Tejomantri yaitu lengkeng jenis diamond river. Pemilihan lengkeng
varietas ini karena daging buahnya yang tebal dan umur berbuahnya relatif
cepat yaitu 8 12 bulan setelah pengokulasian dan produktivitas tanaman
lebih tinggi dibanding lengkeng pingpong. Selain itu lengkeng diamond
river paling dicari oleh konsumen karena tajuknya yang kompak membuat
tanaman lengkeng ini terlihat menarik dan banyak digunakan sebagai
commit
user
tabulampot untuk menghias
tamantoatau
beranda rumah.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

3. Pelaksanaan okulasi
KBH Tejomantri adalah kebun produksi bibit tanaman, selain
memproduksi bibit dari biji atau zailing juga memproduksi bibit yang
berasal dari perbanyakan vegetatif seperti cangkok, okulasi dan sambung
pucuk. Namun, yang sering dilakukan adalah dengan teknik okulasi.
Teknik okulasi yang dilakukan di KBH Tejomantri adalah metode tempel
segiempat atau teknik jendela dan metode tempel lidah atau fokert .
Metode tempel segiempat yaitu dengan menempelkan mata tunas pada
batang bawah dengan masih terdapat kulit kayu sekitar mata tunas yang
dibentuk segiempat, sedangkan metode lidah atau fokert ujung sayatan
lidah dibuat setengah lingkaran untuk menjepit mata tunas.
Peralatan yang akan digunakan untuk okulasi sebaiknya dibersihkan
terlebih dahulu atau disterilkan untuk mengurangi terjadinya kontaminasi
jamur, bakteri atau organisme lain yang menyebabkan kegagalan pada
tanaman yang diokulasi. pisau yang digunakan untuk membuat sayatan
pada batang yang diokulasi harus tajam dan diusahakan hanya sekali
proses sayatan untuk mengurangi cacat pada tanaman yang dapat
menghambat penyatuan tempelan.
Tanaman lengkeng dapat dilakukan okulasi setelah umur lebih
kurang 8 12 bulan dari bibit zailing atau batang tanaman sudah sebesar
pensil. Langkah langkah dalam pelaksanaan okulasi dapat dipaparkan
sebagai berikut :
1.

Batang bawah disayat, berukuran lebar 1 cm panjang 2-4 cm


kemudian diambil kulit kayu pada bagian yang disayat.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Gambar 2. Sayatan Batang Bawah


2.

Mata tunas (entres) pada cabang disayat bersama sebagian kulit


kayunya dari arah bawah keatas sesuai ukuran sayatan batang bawah.

Gambar 3. Pengambilan Mata Tunas


3.

Mata tunas (entres) ditempelkan pada celah sayatan batang bawah


hingga benar-benar menyatu.

Gambar 4. Penempelan Mata Tunas Pada Batang Bawah


4.

Pada bidang tempelan (okulasi) dibalut dengan plastik bersih mulai


dari tempelan bawah sampai keatas dan berakhir dibawah lagi.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Gambar 5. Pembalutan Mata Tunas Dengan Plastik

Gambar 6. Batang Yang Telah Selesai Diokulasi


5.

Pada umur 4-6 minggu setelah penempelan pembalut plastik dapat


dibuka untuk mengetahui keberhasilannya.

Gambar 7. Tanaman Lengkeng Yang Berhasil Diokulasi


Sayatan batang atas atau mata tempel disesuaikan dengan batang
bawah yang disayat agar terjadi
yang baik, pada penempelan
commitkompabilitas
to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

harus dipastikan tempelan bagian atas benar benar menempel rapat


karena pada bagian tersebut merupakan tempat datangnya aliran makanan
hasil fotosintesis semakin banyak aliran makanan yang didapat maka
proses pertunasan batang akan lebih cepat. Mata okulasi yang telah
ditempel ditali dengan teknik genting yaitu ditali dari bawah keatas,
tujuannya adalah agar air tidak masuk pada mata tempel yang
menyebabkan busuk pada tempelan. Ikatan tidak boleh terlalu kencang dan
terlalu longgar jika terlalu terlalu kencang maka antara sambungan dapat
tercekik dan jika terlalu longgar maka dapat dimungkinkan masuknya air
dan angin yang dapat menyebabkan okulasi busuk.
Waktu okulasi yang diperlukan oleh tanaman lengkeng untuk terjadi
persenyawaan antara batang atas dan batang bawah kurang lebih 4 - 6
minggu. Apabila mata tempel menyatu dan berwarna hijau segar berarti
okulasi berhasil, namun bila berwarna coklat sampai hitam dan kering
berarti penempelan gagal. Batang yang berhasil diokulasi dan pada mata
tempel tumbuh tunas maka batang pohon induk atau batang bawah yang
tumbuh diatas tunas tempelan dipotong sebagian atau dibengkokan untuk
menyisakan sebagian daunnya guna membantu suplai makanan pada tunas
baru pada hasil tempelan. Tunas baru pada tempelan yang sudah tumbuh
cukup daun menunjukan sudah mampu untuk melakukan fotosintesis
sendiri sehingga sebagian batang dari batang bawah yang tersisa sudah
bisa dihilangkan sepenuhnya. Pelaksanaan okulasi sangat baik dilakukan
pada bulan September Oktober (akhir musim kemarau) karena jika
musim penghujan, terlalu banyak air menyebabkan okulasi membusuk,
timbul bakteri, dan tumbuh jamur.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan terhadap mata tunas yang telah tumbuh antara lain
yaitu memberi ajir pada tanaman lengkeng untuk mengikat mata tunas
yang telah tumbuh agar tumbuh lurus keatas, memotong tunas tunas lain
yang tumbuh disekitar mata tempel supaya tidak terjadi persaingan suplai
commit to user
makanan yang dapat menghambat
pertumbuhan tunas hasil okulasi.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Penyiangan juga dilakukan pada lingkungan sekitar tanaman tumbuh


terutama pada awal pertumbuhan dengan menyiang gulma yang tumbuh
disekitar tanaman yang dapat menimbulkan kompetisi dalam mendapatkan
makanan dan hara pada tanaman lengkeng. Penyiraman pada tanaman
dilakukan jika perlukan saja untuk menjaga kelebaban lingkungan.
Pemupukan dilakukan 2 kali dalam setahun yaitu pada awal tanam dan
menjelang musim berbuah, pupuk yang digunakan NPK (15: 15 :15).
Pemberian pupuk pada masing masing tanaman 20gram per tanaman
atau kurang lebih satu sendok makan, jarak pemberian pupuk pada
tanaman kurang lebih 10 - 15 cm dari daerah perakaran tanaman. Untuk
pestisida pengendalian hama penyakit tanaman digunakan seperlunya saja
jika tanaman terkena penyakit dan terserang hama.
Tanaman lengkeng hasil okulasi yang telah berumur satu tahun
yang ditanam dilahan dipindahkan pada polybag polybag besar dengan
sistem transplansi atau muter. Cara pelaksanaan transplansi dilakukan
dengan menggunakan linggis dan cangkul, tanaman yang akan dipindah
digali sedalam perakaran tunggang tanaman, dengan masih menyisakan
sebagian tanah yang masih terikat pada perakaran. Jika tanah terlalu remah
maka sebelum dipindah dari lahan tanah yang berada disekitar perakaran
diikat dengan tali supaya tanah tidak pecah. Pohon yang telah dirolling
kemudian dimasukan kedalam polybag yang sudah diisi sebagian media
baru, setelah pohon dimasukan dalam polybag ratakan bagian yang kosong
dengan media baru dan dipadatkan supaya tanaman tegak berdiri dan tidak
goyang. Pohon lengkeng yang sudah di transplansi menunjukan tanaman
sudah siap jual.
Pemasaran yang dilakukan di KBH Tejomantri dilakukan pada
konsumen yang datang dikebun langsung dan melalui pemesanan. Di KBH
Tejomantri menjual bibit secara eceran dan partai besar, untuk dalam
partai besar biasanya dilakukan pemesanan terlebih dahulu. Di KBH
Tejomantri merupakan kebun spesialis tanaman mangga sehingga untuk
commit
to user
pesanan tanaman lengkeng
dalam
jumlah besar belum bisa memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

sendiri, untuk itu pihak KBH Tejomantri bekerja sama dengan nursery lain
untuk memenuhi permintaan lengkeng dalam jumlah besar. Faktor lain
yang menyebabkan KBH Tejomantri belum dapat mengembangkan
lengkeng secara okulasi maupun perbanyakan vegetatif lainya disebabkan
belum mempunyai indukan determedier yang baik. Inovasi yang dilakukan
oleh pihak KBH Tejomantri adalah membuat tanaman multi varietas
dengan membuat satu tanaman dengan memiliki 2 jenis varietas sehingga
memberi nilai ekonomis lebih tinggi pada tanaman.
C. Analisis Usaha Tani
Berikut ini adalah analisis perbanyakan tanaman lengkeng dengan
okulasi dengan luasan 1000 m2 (dalam 2 tahun) di KBH Tejomantri adalah
sebagai berikut :
1. Biaya Produksi
a. Biaya Tetap
1) Cangkul 2 buah @ Rp. 80.000,-

Rp 160.000,-

2) Pisau okulasi 3 buah @ Rp. 35.000,-

Rp 105.000,-

3) Gunting 2 buah @ Rp. 35.000,-

Rp 70.000,-

4) Linggis 1 buah @ Rp. 100.000,-

Rp 100. 000,-

5) Ember Besar 2 buah @ Rp. 25.000,-

Rp 50.000,-

Total biaya tetap

Rp 485.000,-

b. Biaya variabel
1) Biaya Sarana Produksi
a) Biji lengkeng 1000 biji @ Rp. 100,-

Rp 100.000,-

b) Mata tempel 1000 buah @250

Rp 250.000

c) Pupuk
Pupuk kandang 25 sak @ Rp. 10.000,-

Rp

250.000,-

NPK 20 kg @ Rp. 8500,-

Rp

170.000,-

d) Plastik okulasi rol @ Rp. 50.000,-

Rp

25.000,-

e) Polybag besar 15 kg @ 20.000

Rp

300.000,-

Total biaya sarana produksi


commit to user

Rp 1.095.000,-

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

2) Biaya Tenaga Kerja


a) Pengolahan tanah 1 orang x 1 HOK Rp 30.000,- Rp 30.000,b) Penanaman 2 orang x 1 HOK Rp 30.000

Rp 60.000,-

c) Penyiangan 3 orang x 1 HOK Rp 30.000

Rp 90.000,-

d) Pemupukan 3 orang x 1 HOK Rp 30.000

Rp 90.000,-

e) Okulasi 1 orang x 4 HOK Rp 30.000

Rp 120.000,-

f)

Rp 210.000,-

Transplansi 1 orang x 7 HOK Rp 30.000

Total biaya tenaga kerja

Rp 600.000,-

3) Biaya lain-lain

Rp 300.000

Total biaya variable

Rp 1.995.000,-

Total Biaya Produksi

Rp 2.480.000,-

2. Produksi dan Keuntungan


Produksi bibit lengkeng dari 1000 bibit yang diokulasi persentase
kegagalan 3% sehingga dihasilkan bibit siap jual sebanyak 970 tanaman
dengan harga jual pertanaman Rp 10.000,-. Banyaknya penerimaan dan
keuntungan dapat diketahui sebagai berikut :
Penerimaan = Harga jual x Jumlah produksi
= 10.000 x 970
= Rp 9.700.000
Keuntungan = Penerimaan Biaya total
= 9.700.000 2.480.000
= Rp 7.220.000
3. Perbandingan Antara Penerimaan dan Biaya
R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) merupakan ukuran perbandingan
antara penerimaan dengan biaya operasional. R/C Ratio dihitung untuk
menentukan kelayakan suatu usaha. R/C Ratio lebih dari satu maka usaha
ini layak untuk dijalankan. Rumus R/C Ratio adalah total penerimaan
dibagi total biaya produksi. Sehingga R/C Ratio dari perbanyakan
lengkeng di KBH Tejomantri adalah sebagai berikut :
R/CRatio=

jumlah penerimaan
total biaya
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

.nn.nnn
.

= 3,9

.nnn
n

Hal ini berarti bahwa setiap pengeluaran Rp. 1.000.000,- akan


diperoleh penerimaan sebesar Rp. 3.900.000,-. Kesimpulan yang dapat
ditarik adalah usaha perbanyakan lengkeng secara okulasi layak dijalankan
dan menguntungkan secara ekonomis.
4. Analisis Titik Impas (Break Event Point / BEP )
Analisis titik impas pulang modal / Break Event Point (BEP)
adalah suatu kondisi yang menggambarkan hasil usaha tani yang diperoleh
sama dengan modal yang dikeluarkan. Dalam kondisi seperti ini usaha tani
yang dihasilkan tidak menghasilkan keuntungan tetapi juga tidak
mengalami kerugian.
Usaha perbanyakan lengkeng dikatakan tercapai titik impasnya bila
harga jual tanaman sesuai dengan BEP harga atau produksi tanaman
sesuai dengan BEP produksi.
Biaya variabel perunit =
=

g rg ju

g m

..nnn
n

= Rp 2056,00-

BEP (unit) =
=

r u

jr

.nnn

n.nnn

= 61 unit

g g

rg ju

jr

Jadi artinya pihak KBH Tejomantri tidak mendapat untung atau


rugi jika mampu menjual bibit okulasi lengkeng sebanyak 61 tanaman
selama 2 tahun.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BEP (rupiah) =

g j
.nnn

= Rp 613.924,05Artinya KBH Tejomantri tidak mendapat untung atau rugi jika


penjualan bibit okulasi lengkeng selama 2 tahun Rp.613.924,05-.
5. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
Menurut Anonim (2010), B/C Ratio (Benefit Cost Ratio) biasanya
digunakan untuk mengukur kelayakan suatu usaha tani dilihat dari
keuntungan yang diperoleh yaitu dengan cara membandingkan antara
keuntungan dengan total biaya yang dikeluarkan. B/C Ratio lebih dari satu
maka usaha ini berarti untung dan layak untuk dijalankan. Rumus
B/CRatio adalah keuntungan dibagi total biaya. Sehingga Rumus B/C
Ratio adalah untuk usaha produksi bibit lengkeng okulasi sebagai berikut :
B/C Ratio

= Keuntungan
Total Biaya
= Rp 7.220.000
Rp 2.480.000
= 2,91 (B/C > 1 = untung)

Artinya dari setiap modal Rp 1,00 yang dikeluarkan akan diperoleh


hasil Rp 2,91. Jadi semakin tinggi B/C Ratio maka semakin tinggi pula
keuntungan yang diperoleh. Suatu usaha dapat dikatakan layak apabila
nilai benefit cost (B/C Ratio) lebih dari 1.
D. Identifikasi Masalah Dan Alternatif Solusinya
Dari hasil kegiatan magang mahasiswa di KBH Tejomantri, penulis
dapat mengidentikasi beberapa permasalahan yang terjadi di KBH
Tejomantri, antara lain :
a. Kondisi kepegawaian di KBH Tejomantri sangat minim baik karyawan
kantor ataupun tenaga lapang sehingga perawatan kebun kurang
terpelihara dengan baik. Solusinya adalah dengan penambahan karyawan
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

supaya kondisi kebun lebih terawat dan pemanfaatan kebun yang lebih
optimal.
b. Pembibitan tanaman lengkeng kurang diperhatikan, dikarenakan belum
memiliki pohon indukan determedier untuk itu perlu solusinya adalah
dengan melakukan perawatan pohon indukan lebih intensif untuk
mendapatkan pohon induk yang berkualitas.
c. KBH Tejomantri adalah badan milik pemerintah sehingga setiap tahun
mempunyai target yang harus dipenuhi sesuai dengan anggaran yang telah
ditetapkan.
d. KBH Tejomantri adalah kebun spesialis tanaman mangga yang
diprioritaskan, namun belakangan jumlah permintaan pasar terhadap bibit
mangga sangat minim sehingga pendapatan kebun menjadi berkurang yang
akibatnya gagal memenuhi target permintaan Dinas terkait. Solusinya
adalah dengan mengembangkan jenis varietas tanaman lain yang menjadi
objek pasar dan melakukan pelayanan plus yaitu jasa antar sampai
dengan tanam pada konsumen untuk dapat meningkatkan pendapatan.
e. Pohon lengkeng yang belum mendapatkan sertifikat dari BSPB menjadi
kendala pengembangan perbanyakan bibit lengkeng di KBH Tejomantri
karena pohon kurang mendapat perawatan yang intensif sehingga
produktivitas pohon rendah dan terdapat serangan hama penyakit pada
tanaman. Solusinya yaitu dengan melakukan perawatan intensif pada
pohon indukan untuk mendapatkan mata tempel atau batang atas yang baik
untuk pengembangan perbanyakan tanaman secara vegetatif.
f. Jam kerja yang berlakukan hanya sampai pukul 12.00 sangat kurang
sepadan dengan upah yang diterima pekerja dan yang dibayarkan pada
pekerja yang dibayar untuk 1 HOK, sehingga pekerja kurang menghargai
waktu dan pekerjaan yang ada. Solusinya adalah dengan mengefektifkan
jam kerja pekerja dengan pengawasan dari pihak kantor sehingga kinerja
pekerja lebih terkontrol.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Mata tunas yang digunakan sebagai entres dalam okulasi lengkeng harus
dari batang yang berkualitas baik, produksi tinggi serta tahan terhadap
hama dan penyakit. Mata tunas sebaiknya dipilih dari batang pohon
induk yang sudah pernah berbuah supaya batang hasil okulasi lebih cepat
berbuah.
2. Pemilihan batang bawah diutamakan dari tanaman lokal yang
mempunyai perakaran kuat dan produksi buahnya manis agar tidak
mempengaruhi hasil okulasi batang atas.
3. Umur tanaman yang akan diokulasi mempengaruhi keberhasilan okulasi
karena umur tanaman berpengaruh pada pembentukan jaringan kambium
pada tanaman. Tanaman lengkeng siap diokulasi pada usia 1 tahun dari
bibit zailing dengan ukuran batang sudah sebesar pensil.
4. Okulasi multivarietas pada satu tanaman dapat digunakaj sebagai salah
satu alternatif untuk meningkatkan nilai ekonomi tanaman sehingga
harga jual lebih tinggi dibanding lengkeng okulasi biasa.

B. Saran
1. Pengembangan potensi kebun perlu dipikirkan agar pendapatan kebun
meningkat seperti misalnya menjadikan kebun sebagai tempat rekreasi
agrowisata untuk lebih mengenalkan masyarakat akan pentingnya
tanaman.
2. Peningkatan inovasi lebih diintensitaskan lagi untuk meningkatkan nilai
ekonomis tanaman dan meningkatkan pendapatan kebun tidak hanya
lengkeng multivarietas tapi juga dapat membuat lengkeng dalam pot
(tabulampot).
3. Memperluas wilayah pemasaran dan penggunaan teknologi dalam
pemasaran untuk meningkatkan pendapatan dan mempromosikan lokasi
commit to user
kebun.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

4. Pengembangan perbanyakan lengkeng okulasi lebih ditingkatkan


sehingga dapat memenuhi permintaan pasar dan meningkatkan
kemampuan kebun sebagai produsen bibit tanaman hortikultura.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai