Anda di halaman 1dari 16

Temporo Mendibular Joint (TMJ) atau Sendi

temporo mandibular adalah suatu sendi


synovial yang menghubungkan rahang
bawah (mandibula) dengan tulang temporal
yang terletak didepan telinga dan merupakan
salah satu sendi yang paling aktif pada tubuh
manusia. Hubungan sendi ini bersifat
fleksibel. Sendi temporomandibula
merupakan suatu sendi atau perlekatan yang
bilateral dan dapat bergerak.
Komponen TMJ :
1. Kondilus Mandibula
2. Fossa
kondilaris/mandibula/glenoid/artikularis
temporalis
3. Eminensia artikularis ossis temporalis
4. Diskius artikularis
5. Ligamentum sendi
A. Artikulasi tulang
Sendi temporomandibula terdiri dari
persendian yang dibentuk oleh tulang, yang
terdiri dari fosa glenoidalis dan prosesus
kondilaris mandibula. Prosesus kondilaris ini
berbentuk elips yang tidak rata apabila dilihat
dari potongan melintang. Sedangkan
permukaan artikular dari persendian dilapisi
oleh jaringan fibrokartilago yang lebih banyak
dibanding kartilago hialin.
B. Diskus Artikularis
Bentuk penampangnya bulat
lonjong,memanjang anterior posterior.dari
arah lateral,discus tampak cembung kearah
cranial, sehingga sesuai dengan bentuk fossa
mandibularis dan cekung kearah kaudal

sesuai dengan bentuk kondilus mandibula


Discus tersusun dari jaringan fibro kartilago,
mengandung banyak proteoglikan sehingga
mempunyai daya tahan tinggi terhadap
tekanan.diskus artikularis tidak mengandung
pembuluh darah dan saraf. Pada bagian
posterior discus meleket pada jaringan ikat
jarang yang memiliki vaskularisasi dan
inervasi yang tinggi, yaitu jaringan
retrodistal.
Diskus tersusun dari tiga bagian, yaitu pita
posterior dengan ketebalan 3 mm, zona
intermediat yang tipis, dan pita anterior
dengan ketebalan 2 mm.
Diskus artikulasi membagi ruang sendi
menjadi dua bagian yaitu :
1. Ruang sendi bagian kranial/superior :
dibatasi oleh fossa mandibula dan permukaan
superior dari diskus artikularis.
2. Ruang sendi bagian kaudal/inferior :
dibatasi oleh kondilus mandibularis dan
permukaan inferior dan diskus.
C. Kapsula
Kapsula merupakan ligamen tipis yang
memanjang dari bagian temporal fosa
glenoidalis di bagian atas, bergabung dengan
tepi meniskus, dan mencapai bawah leher
prosesus kondilaris untuk mengelilingi
seluruh sendi.
TMJ dikelilingi oleh ligamentum kapsul sendi.
Fungsinya adalah mengelilingi sendi sehingga
dapat mempertahankan cairan synovial.
Ligamentum ini juga berperan dalam
menahan beban dari arah medial, lateral atau
inferior yang dapat memisahkan atau
menyebabkan dislokasi dari permukaan

artikularis.
D. Ligamen
Ligament berfungsi melindungi struktur sendi
terdiri dari jaringan ikat kolagen yang yang
tidak dapat meregang.
Ligamen-ligamen yang terdapat pada sendi
temporomandibula yaitu;
1. ligamentum kolateral/ diskal
ligamentum ini terdiri dari ligamentum
kolateral medial, dan ligamenrtum kolateral
lateral.
2. ligamentum kapsul sendi
Fungsinya untuk mengelilingi sendi
sehingga dapat mempertahankan cairan
synovial
3. ligamentum temporomandibularis
Ligamentum ini terdiri daribagian oblik luar
yang berfungsi dalam menahan pengeluaran
yang berlebihan dari kandilus, dan bagian
horizontal yang berperan membatasi gerakan
ke posterior dari kondilus dan discus
4. ligamentum sphenomandibularis
Merupakan ligament tambahan pada TMJ.
Memiliki peran penting dalam pergerakan
mandibula
5. ligamentum stylomandibularis
Ligamentum ini berperan dalam membatasi
pergerakan protrusi yang berlebihan dari
mandibula
E. Otot-Otot Rahang
1. M. Pterigoideus Eksternus/Lateral
Origo : - Kepala Bawah utama : Permukaan
lateral lamina lateralis proc.pterigoideus
- Kepala Atas Pembantu : Permukaan
infratemporalis ala major ossis sphenoidalis

Insersio : Fovea pterygoidea proc.codylaris


mandibulae; discus articularis articulation
temporomandibularis.
2. M.Pterigoideus Internus/Medialis
Origo : Fossa pterygoidea; proc.pyramidalis
ossis palatini; lamina lateralis
proc.pterygoidei.
Insersio : Permukaan medial dan angulus
mandibulae; berhadapan dengan m.masseter
(pada tuberositas pterygoidea )
3. M.Masseter
Origo : Proc.zygomaticus maxilla; pinggir
bawah arcus zygomatici
Insersio : Angulus dan ramus mandibula,
dasar proc. Coronoideus
4. M. Temporalis
Origo : fossa temporalis dan fascia temporalis
Insersio : Pinggir anterior dan permukaan
medial proc. Coronoideus mandibula
F. Reseptor Syaraf Pada TMJ
I. Reseptor Persendian
Terdiri dari mekanoreseptor (badan akhiran
saraf) dan resptor nyeri/nosireseptor (ujung
akhiran bebas). Berdasarkan penyebaran
jenisnya, rseptor persendian terdiri dari :
1. Reseptor tipe I : merupakan
mekanoreseptor yang terdapat pada lapisan
luar kapsul sendi, berupa kapsul yang
berbentuk bulat kecil. Berfungsi menerima
tekanan terutama kearah posterior dan

berperan dalam mempertahankan posisi


mandibula.
2. Reseptor tipe II : merupakan
mekanoreseptor yang terdapat didalam
kapsul sendi berbentuk spindle tebal,
berperan dalam menerima kesan getaran
pada sendi.
3. Reseptor tipe III : merupakan
mekanoreseptor yang terdapat pada
ligamentum lateralis TMJ. Berperan dalam
menerima kesan tekan/kearah lateral pada
TMJ.
4. Reseptor tipe IV : merupakan reseptor
nyeri berupa akhiran bebas ujung syaraf
tanpa myelin yang terletak disekeliling kapsul
sendi. Reseptor nyeri tidak didapati pada
kartilago sendi, jaringan synovial dan diskus
artikularis.
II. Reseptor Otot-otot Sendi
Reseptor otot-otot TMJ terdiri atas :
1. Kumparan otot (muscle spindle)
Terletak diantara serat-serat muscular,
berbentuk seperti mata pintal yang panjang
merupakan ressepto propriosef yaitu reseptor
yang membantu menentukan posisi
tubuh/anggota tubuh dalam ruang. Reseptor
ini berperan dalam koordinasi gerakan otototot sehingga gerakan rahang bawah dapat
dilakukan dengan cepat.
2. Organ Glgi Tendon
Merupakan kapsul yang mengandung serat
jaringan penyambung yang terdapat pada
perletkatan otot dengan tendonnya.
Merupakan reseptor Proprioseptif yang peka
terhadap perubahan pannjang otot dan
berfungsi inhibitor terhadap kontraksi otot.

G. Suplai pembuluh darah dan saraf


Suplai saraf sensoris ke sendi
temporomandibula didapat dari nervus
aurikulotemporalis dan nervus masseter
cabang dari nervus mandibularis. Jaringan
pembuluh darah untuk sendi berasal dari
arteri temporalis superfisialis yang
merupakan cabang dari arteri carotis
eksterna.
Fungsi TMJ
Fungsi utama sendi temporomandibula
adalah memungkinkan gerakan membuka
dan menutup mulut, protrusi dan retrusi
mandibula serta gerakan ke lateral yang
berdasarkan gerakan rotasi dan translasi.
Otot- otot pengunyahan/ mastikasi
1. M. pterigoideus eksternus/ lateral
2. M.pterigoideus internus/ medial
3. M. masseter
4. M. temporalis
TEMPOROMANDIBULAR DISORDERS (TMD)
Definisi TMD
Gangguan fungsi pada organ stomatognatik
(TMJ dan otot-otot) yang menimbulkan gejala
rasa sakit pada otot pengunyahan,
Temporomandibular joint, geligi, dan jaringan
periodonsium.
Kelainan pada sendi temporomandibuler bisa
mengenai sendi dan otot-otot yang berada di
sekitarnya. Sebagian besar penyebab dari
kelainan sendi temporomandibuler adalah
gabungan dari ketegangan otot dan kelainan
anatomis pada sendi, kadang disertai faktor
psikis. Kelainan ini paling sering terjadi pada

wanita berusia 20-50 tahun.


Tanda-tanda dan gejala gangguan TMJ
Sakit atau gangguan yang terasa di rahang
Rasa sakit di sekitar telinga
Kesulitan menelan atau perasaan tidak
nyaman ketika menelan
Rasa sakit di sekitar wajah
Suara clicking atau perasaan tidak mulus
ketika mengunyah atau membuka mulut
anda.
Rahang terkunci, sehingga mulut sulit
dibuka atau ditutup.
Sakit kepala
Gigitan yang tidak pas
Gigi-gigi tidak mengalami perlekatan yang
sama karena ada sebagian gigi yang
mengalami kontak prematur (lebih awal dari
yang lain)
Faktor penyebab TMD
Penyebab dari TMD tidak jelas, TMD biasanya
melibatkan lebih dari satu gejala dan sangat
jarang terjadi karena satu penyebab. TMD
disebabkan karena beberapa faktor berjalan
bersama, termasuk trauma pada rahang dan
penyakit sendi (arthritis).
Gerinda gigi, kebiasaan bruksisme, dan
ketegangan otot pada kepala atau leher telah
dibuktikan belum tentu merupakan penyebab
TMD, tapi hal itu semua dapat memperparah
atau memperpanjang gejala TMD. Kebiasaan
bruksisme dan ketegangan otot pada kepala
atau leher seringkali harus dikontrol untuk
mengurangi dan penanganan gejala TMD.
Orang-orang dengan TMD harus mengetahui
bahwa kelainan TMD bersifat kronis. Banyak
faktor seperti stres, kesehatan secara

psikologi, dan stabilitas emosional dapat


berpengaruh pada seberapa parah atau
seberapa panjang gejala TMD pada
seseorang akan bertahan. Karena tidak ada
perawatan instan yang dapat menangani
gejala TMD ini, penanganan yang paling
sukses untuk perawatan TMD adalah
penanganan diri sendiri dan mengkontrol
faktor-faktor yang dapat memperparah
kelainan TMD ini.
Faktor-faktor yang berkaitan dengan TMD
1. Trauma
Trauma secara langsung pada rahang telah
terbukti berhubungan onset dari gejala TMD.
Trauma secara langsung pada rahang dapat
terjadi dari pukulan pada rahang,
hiperextension atau overstretching pada
rahang, dan pada beberapa kasus kompresi
pada rahang. Lamanya atau kekuatan yang
berlebihan pada prosedur perawatan gigi,
intubasi untuk anastesi umum, dan prosedur
bedah untuk mulut, kerongkongan, esofagus,
dan perut dapat menjadi faktor trauma pada
TMJ.
2. Kebiasaan buruk
Kebiasaan seperti gerinda gigi, bruksisme,
menggigit bibir, menggigit kuku, mengunyah
permen karet, dan postur yang abnormal dari
rahang adalah sangat umum dan tidak
terbukti sebagai penyebab TMD, tapi
berhubungan dengan TMD dan mungkin
dapat membuat gejala TMD bertambah parah
dan kronis.
3. Oklusi
Oklusi gigi merupakan kestabilan gigi-gigi
dalam gigitannya. Para ahli percaya bahwa
maloklusi dapat menyebabkan TMD, tapi

penelitian akhir-akhir ini tidak mendukung


teori tersebut. Penelitian telah menunjukkan
bahwa kebanyakan pasien dengan TMD
mempunyai oklusi yang normal dan
mayoritas orang-orang dengan maloklusi
tidak mengalami kelainan TMD. Maloklusi
seringkali merupakan faktor kontribusi yang
dapat memperparah TMD tapi tidak pernah
menjadi faktor utama penyebab kelaianan
TMD.
4. Psikologikal
Banyak pasien dengan TMD mengatakan
bahwa gejala TMD timbul atau bertambah
parah ketika mereka mengalami depresi,
ansietas, dan peningkatan stres emosional.
Penelitian menunjukkan bahwa banyak
pasien dengan TMD meningkat gejalanya
ketika mengalami depresi, ansietas, dan
peningkatan stres emosional. Kebanyakan
pasien akan mengalami peningkatan
kebiasaan gerinda gigi dan bruksisme ketika
mereka mengalami depresi, ansietas, dan
peningkatan stres emosional.
5. Penyakit TMJ
Beberapa tipe artritis akan terjadi pada TMJ
seperti pada sendi yang lain. Osteoartritis
sangat umum terjadi pada usia lanjut.
Penyakit- penyakit seperti panyakit
parkinson, myasthenia gravis, stroke,
amyotropic lateral sclerosis (Lou Gehrigs
disease) akan menyebabkan pergerakan
rahang yang tidak terkontrol. Penyakit seperti
tetanus (lock jaw) akan menyebabkan
kontraksi rahang dan otot yang tidak
terkontrol.
6. Lain-lain
Penggunaan obat dan medikasi preskripsi

tertentu dapat mempengaruhi sistem saraf


pusat dan otot yang dapat mempengaruhi
TMD.
Tipe TMD
1. Myogenous TMD (berhubungan dengan
otot)
Biasanya pada kerja otot yang berlebihan,
fatik, atau tekanan pada rahang dan otot
yang mendukung. Tipe ini meyebabkan sakit
pada rahang, sakit kepala dan atau sakit di
belakang leher.
2. Arthrogenous TMD (berhubungan dengan
sendi)
Biasanya disebabkan karena keradangan,
penyakit, atau degenerasi jaringan lunak atau
keras yang berkaitan dengan TMJ.
Keradangan, dislokasi diskus, dan artritis
degeneratif merupakan kelainan artrogenus
yang paling sering.
Kelainan dan Penyakit TMJ
a) Artritis
Artritis bisa terjadi pada sendi
temporomandibuler seperti halnya sendi
lainnya.
Osteoartritis (penyakit sendi degeneratif),
merupakan sejenis artritis dimana kartilago
sendi mengalami pengeroposan, hal ini lebih
sering terjadi pada orang tua. Kartilago pada
sendi temporomandibuler tidak sekuat
kartilago pada sendi lainnya. Osteoartritis
terutama terjadi jika cakramnya hilang atau
telah membentuk lubang, sehingga penderita
merasakan sendinya berderik pada saat
membuka atau menutup mulutnya.
Pada osteoartritis yang berat, ujung tulang
rahang akan menjadi rata, dan penderita

tidak dapat membuka mulutnya lebar-lebar.


Rahang juga bisa bergeser ke sisi yang sakit,
dan penderita tidak mampu untuk
memindahkannya kembali. Tanpa
pengobatan hampir seluruh gejala akan
membaik setelah beberapa tahun, mungkin
karena jaringan di belakang cakram
membentuk jaringan parut dan berfungsi
seperti cakram yang asli.
Artritis rematoid hanya terjadi sebanyak 17%
pada penderita yang mengalami artritis pada
sendi temporomandibuler. Jika artritis
rematoid sangat berat (terutama pada orang
muda), ujung tulang rahang bisa mengalami
pengeroposan dan memendek. Kerusakan
ini bisa menyebabkan maloklusi (salah temu
antara gigi atas dan gigi bawah) secara tibatiba. Jika kerusakannya parah, tulang rahang
pada akhirnya akan melebur dengan tulang
tengkorak (ankilosis), sehingga sangat
membatasi kemampuan membuka mulut.
Artritis pada sendi temporomandibular juga
bisa terjadi akibat cedera, terutama cedera
yang menyebabkan perdarahan ke dalam
sendi. Cedera seperti ini biasanya terjadi
pada anak-anak yang tertabrak pada sisi
dagunya. Penderita osteoartritis pada sendi
temporomandibuler harus mengistirahatkan
sendi tersebut selama mungkin,
menggunakan bidai atau alat lain untuk
mengendalikan ketegangan ototnya, dan
minum pereda nyeri untuk mengurangi
nyerinya.
Rasa nyeri akan menghilang dalam waktu 6
bulan dengan atau tanpa pengobatan.
Biasanya, pergerakan rahang cukup memadai
untuk aktivitas normal, walaupun rahang

tidak dapat dibuka lebar seperti sebelumnya.


Artritis rematoid pada sendi
temporomandibular diobati dengan obatobatan yang digunakan untuk artritis
rematoid pada sendi yang lain.
Pengobatannya terdiri dari obat pereda
nyeri, kortikosteroid, metotreksat dan
senyawa emas. Mempertahankan
pergerakan sendi dan mencegah ankilosis
sangat penting. Biasanya, cara terbaik untuk
mencapai tujuan ini adalah dengan
melakukan atihan dibawah pengawasan
seorang terapis.
Untuk mengurangi gejala (terutama
ketegangan otot), penderita menggunakan
sebuah bidai pada malam hari yang tidak
membatasi pergerekan rahang. Pada
ankilosis, mungkin diperlukan pembedahan
dan penggunaan sendi buatan untuk
mengembalikan pergerakan rahang (jarang
terjadi).

b) Ankilosis
Ankilosis adalah hilangnya pergerakan sendi,
sebagai akibat dari peleburan tulang di dalam
sendi atau pengapuran ligamen di sekitar
sendi. Pengapuran ligamen di sekitar sendi
tidak menimbulkan nyeri, tetapi mulut hanya
dapat membuka selebar 2,5 cm atau kurang.
Peleburan dari tulang-tulang di dalam sendi
menyebabkan nyeri dan gerakan sendi
menjadi amat sangat terbatas. Kadangkadang latihan peregangan dapat menolong
penderita yang mengalami pengapuran,
tetapi biasanya pengapuran atau peleburan
tulang memerlukan tindakan pembedahan

untuk mengembalikan pergerakan rahang.


c) Hipermobilitas
Hipermobilitas (melonggarnya rahang) terjadi
jika ligamen yang menahan sendi menjadi
teregang. Pada hipermobilitas, rahang
bergeser seluruhnya ke depat, keluar dari
tempatnya (dislokasi), menyebabkan nyeri
dan tidak dapat menutup mulut. Hal ini bisa
terjadi secara berulang-ulang. Untuk
mencegah terjadinya hal ini, jangan
membuka mulut terlalu lebar, sehingga
ligamen tidak terlalu teregang. Karena itu
hendaknya menahan menguap dan
menghindari roti lapis yang tebal dan
makanan lainnya yang memerlukan mulut
terbuka lebar. Jika sering terjadi dislokasi,
mungkin diperlukan pembedahan untuk
mengembalikan posisi normal atau untuk
memperpendek ligamen dan mempererat
sendi.
d) Kelainan Pembentukan
Cacat bawaan pada sendi temporomandibuler
jarang terjadi. Kadang ujung tulang rahang
tidak terbentuk atau lebih kecil daripada
normal; atau tumbuh lecih cepat atau lebih
lama daripada normal. Kelainan tersebut bisa
menyebabkan kelainan bentuk wajah dan
maloklusi (salah letak gigi atas dan gigi
bawah). Keadaan ini hanya bisa diatasi
dengan pembedahan.
e) Nyeri Otot
Nyeri otot di sekitar rahang terutama
disebabkan oleh penggunaan otot yang
berlebihan, yang seringkali bersumber dari

stres psikis yang menyebabkan penderita


mengatupkan atau mengertakan giginya
(bruksisme).
Pada umumnya orang dapat meletakkan
ujung jari telunjuk, jari tengah dan jari
manisnya secara vertikal pada ruang antara
diantara bagian atas dan bawah gigi depan
tanpa tekanan. Tetapi jika terdapat kelainan
otot-otot di sekitar sendi temporomandibuler,
ruang tersebut biasanya menjadi lebih kecil.
Biasanya timbul rasa nyeri yang sangat
ringan pada sendi. Tetapi penderita lebih
sering merasakan nyeri pada kedua sisi wajah
selama terjaga atau sepanjang hari, setelah
saat-saat yang menegangkan. Nyeri ini
merupakan akibat kejang otot yang
disebabkan oleh pengatupan otot dan
pengertakan gigi yang berulang-ulang.
Orang-orang yang menyadari bahwa mereka
melakukan gerakan mengatupkan atau
mengertakan giginya dapat menghentikan
kebiasaan ini. Biasanya pengobatan utama
adalah pembidaian. Pembidaian mengurangi
pengatupan dan pengertakan, sehingga otototot rahang dapat beristirahat dan sembuh
kembali.
Pembidaian juga dapat merncegah kerusakan
gigi karena penekanan yang luar biasa ketika
penderita mengatupkan atau mengertakan
giginya.
Terapi fisik yang dilakukan bisa berupa :
Pengobatan ultrasonik.
Merupakan suatu metode dimana diberikan
panas kepada daerah yang nyeri.
Jika dihangatkan dengan ultrasonik,
pembuluh darah akan melebar dan darah
bisa lebih cepat mengangkut asam laktat

yang terkumpul, yang menyebabkan


timbulnya nyeri otot.
Electromyographic biofeedback.
Teknik ini memantau aktivitas otot dengan
sebuah meteran. Penderita berusahan untuk
mengendurkan seluruh tubuh atau otot
tertentu sambil melihat ke meteran.
Dengan cara ini, penderita belajar untuk
mengendalikan atau mengendurkan otot
tertentu.
Obat semprot dan latihan peregangan.
Menyemprotkan pendingin kulit pada pipi dan
pelipis dapat meregangkan otot-otot rahang.
Pemijatan gesekan.
Handuk yang kasar digesekkan diatas pipi
dan pelipis untuk meningkatkan peredaran
darah dan mempercepat pengangkutan asam
laktat.
Perangsangan saraf elektrik transkutaneus.
Digunakan sebuah alat yang merangsang
serat-serat saraf yang tidak menyalurkan
nyeri. Impuls (rangsangan hantaran saraf)
yang terjadi diduga akan menghalangi impuls
nyeri yang dirasakan oleh penderita.
Mengatasi stres seringkali membawa
perubahan yang drastis.
Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan bisa berupa obat
yang melenturkan otot, untuk menghilangkan
sesak dan nyeri. Tetapi pemberian obat tidak
bersifat menyembuhkan, dan tidak
dianjurkan pada orang lanjut usia dan hanya
diberikan dalam waktu yang singkat
(biasanya 1 bulan atau kurang). Obat pereda
nyeri (misalnya anti peradangan non-steroid,
contohnya aspirin) juga bisa mengurangi
nyeri. Obat tidur kadang diberikan untuk

membantu penderita yang mengalami


kesulitan tidur karena nyeri yang timbul.
f) Gangguan Internal
Pada gangguan internal (internal
dearangement), cakram di dalam sendi
terletak lebih depan dari posisi normalnya.
Pada gangguan internal tanpa reduksi,
cakram tidak pernah bisa masuk kembali ke
dalam posisi normalnya, dan pergerakan
rahang menjadi terbatas. Pada gangguan
internal yang disertai reduksi (lebih sering
terjadi), cakram terletak lebih depan dari
posisi normalnya hanya jika mulut dalam
keadaan tertutup. Jika mulut terbuka dan
rahang bergeser ke depan, cakram akan
masuk kembali ke dalam posisi normalnya,
dan terdengar bunyi 'klik'. Jika mulut
tertutup, cakram akan terdorong ke depan
lagi, dan akan terdengar lagi bunyi 'klik'.
Satu-satunya gejala dari gangguan internal
adalah bunyi 'klik' dalam sendi yang timbul
jika mulut terbuka lebar atau rahang
bergeser dari kiri ke kanan atau sebaliknya.
Sebanyak 20% penderita tidak menimbulkan
gejala lainnya, selain bunyi tersebut.
Diagnosis ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan pada saat penderita secara
perlahan membuka dan menutup mulutnya.
Jika penderita merasakan nyeri atau sulit
menggerakkan rahangnya, maka diperlukan
pengobatan. Jika segera setelah timbulnya
gejala penderita mencari pengobatan, dokter
gigi masih mampu mendorong cakram
kembali ke posisi normalnya. Tetapi jika
keadaan ini telah berlangsung kurang dari 3
bulan, digunakan bisai untuk menjaga agar
rahang bawah tetap mengarah ke depan.

Pembidaian akan mempertahankan cakram


dalam posisinya, sehingga ligamen
penyangganya semakin erat. Setelah 2-4
bulan, bidai akan disesuaikan agar dapat
mengenbalikan rahang kembali ke posisi
normalnya, dengan harapan bahwa cakram
akan tetap tinggal di tempatnya. Penderita
diminta untuk menghindari membuka
mulutnya terlalu lebar. Penderita harus
menahan bila menguap, memotong-motong
makanan menjadi potongan kecil-kecil, dan
makan makanan yang mudah dikunyah. Bila
keadaan ini tidak dapat diatasi dengan caracara non-bedah, bisa dilakukan pembedahan
untuk membali membentuk cakram dan
menempelkannya kembali ke tempatnya.
Tetapi pembedahan jarang dilakukan.
Penderita seringkali juga merasakan nyeri
otot; setelah nyeri otot diobati, gejala lainnya
biasanya akan menghilang juga. Lebih
mudah mengatasi nyeri otot daripada
mengobati gangguan internal.
g) Dislokasi
TMJ dapat mengalami dislokasi antrior pada
saat pembukaan mulut. Hal ini dapat
disebabkan oleh pembukaan mulut yang
terlalu besar (misal karena menguap atau
tertawa yang terlalu lebar) atau akibat
tindakan pencabutan gigi. Keadaan ini harus
segera diatasi, sebab apabila dibiarkan dapat
menyebabkan terbentuknya jaringan fibrosa
yang adhesif.
Gejala kliniknya berupa dagu lebih kedepan
bawah, sakit dan sukar membuka mulut, sulit
berbicara, salivasi, gigitan terbuka, dislokasi
unilateral, deviasi mandibula kearah normal.

h) Trismus
Adalah keadaan dimana terjadi pembatasan
dari pergerakan TMJ yang bersifat temporer.
Merupakan gejala dan dapat disebabkan oleh
berbagai penyebab yang dapat dibagi
menjadi tiga kelompok. Yaitu yang berasal
dari penyakit peradangan akut yang terasa
sendi atau jaringan di sekitarnya misalnya
perikoronitis akut dan mumps.. Diagnosa
ditentukan dengan berdasar pada tandatanda penyakit yang berhubungan
dengannya. Kelompok kedua dari gangguan
tersebut disebabkan oleh benturan langsung
(trauma) atau peradangan dari otot
pengunyahan dan kelompok ketiga, dimana
trismus tidak selalu terjadi, berasal dari
gangguan sistem saraf sentral.
i) Degenerasi
Degenerasi kartilago artikuler disebabkan
oleh gangguan keseimbangan fisiologi antara
stress mekanis dan kemampuan jaringan
sendi untuk bertahan terhadap stress
tersebut. Pada stres mekanis, kartilago
artikuler sangat resisten terhadap proses
pengausan dalam kondisi gerakan yang
berkali-kali, kendati beban benturan yang
berulang akan menyebabkan kegagalan sendi
pada tingkat kartilago. Ketika sendi
mengalami stress mekanis yang berulang,
elastisitas kapsula sendi, kartilago artikuler
dan ligamentum akan berkurang. Lempeng
artikuler akan menipis dan kemampuannya
untuk menyerap kejutan menurun, terjadi
penyempitan rongga sendi dan gangguan
stabilitas.ketika lempeng artikuler lenyap,

osteofit (tulang taji) akan terbentuk di bagian


tepi permukaan sendi dan kapsula serta
membrane synovial menebal. Kartilago sendi
mengalami degenerasi serta atrofi, tulang
mengeras dan mengalami hipertrofi pada
permukaan sendinya dan ligament akan
mengalami kalsifikasi. Akibatnya terbentuk
efusi sendi yang steril dan sinovitis sekunder.
Selain stress mekanis, perubahan pelumas
dan imobilitas juga mempengaruhi
degenerasi.
Gejala klinis umumnya berupa rasa sakit
berupa rasa sakit pada pergerakan sendi,
krepitasi, keterbatasan gerak dan
penyimpangan pola gerakan sendi. Secara
radiologis, degenerasi sendi ditandai dengan
penyempitan ruang artikularis, melandainya
kontur permukaan sendi, aposissi jaringan
tulang, pembentukan abnormal tepian tulang,
erosi permukaan kondilus dan pembentukan
tulang sklerotik dibawah kartilago sendi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
degenerasi :
Faktor biomekanik
Perubahan besar dari pola tekanan yang
dialami TMJ melewati ambang batas tahanan
sendi dan berlangsungdalam jangka waktu
yang lama maka TMJ akan dapat mengalami
degenerasi.
Peradangan menahun
Menyebabkan perubahan jaringan yang
menetap sehingga terjadi perubahan struktur
jaringan sendi, seperti terbentuknya jaringan
parut.
Gangguan nutrisi
Berkurangnya nutrisi dapat menyebabkan
perubahan bahkan kematian jaringan.

medialis dari n.mandibula)


j) Gangguan perkembangan
Aplasia kondilus
Kelainan dimana kondilus mandibula tidak
berkembang dengan sempurna, biasa
unilateral ataupun bilateral. Kemungkinan
akibat trauma pada saat perkembangan, bisa
juga dikarenakan oleh infeksi.
Aplasia diskus artikularis
Kelainan perkembangan yang melibatkan
bentuk, ukuran dan konsistensi dari diskus
artikularis tidak sempurna disebabkan oleh
terjadi kegagalan pembentukan serat kolagen
yang merupakan struktur dasar dari diskus.
k) Neoplasma
Neoplasma pada TMJ dapat mengenai
kondilus atau jaringan penyangganya.
Neoplasma yang mengenai TMJ jarang
ditemukan, dan biasanya bersifat jinak. Lesi
yang paling sering ditemukan adalah
osteokondroma dan osteoma.

Struktur Muskulus (berdasarkan


pergerakan)
1. Menutup mulut.
m.maseter (O: arkus Zigomatikus ; I:
angulus mandibula lateral ; N: n.maseter dari
n.mandibula /n.v)
m.temporalis ( O : fosa temporalis ; I:
prossesus koronoid mandibula ; N:
n.mandibula)
m.pterigoideus medialis (O: medial
pterigoid prossesus piramidal palatina ;
I:medial angulus mandibula ; N: n.pterigoid

2. Membuka mulut
m.pterigoideus lateralis ( O: lateral
spenoidalis, lateral pterigoid : I: kondilus
mandibula, anterior diskus ; N: pterigoid dari
n.mandibula)
kelompok m.suprahioid ( m.digastrikus,
m.milohyoid, m.geniohyoid, m.stilohyoid)
3. Protrusi
m.maseter
m.pterigoideus medialis dan lateralis
4. Retrusi
m.temporalis
m.digastrikus
m.maseter
5. Lateral
m.temporalis sisi yang sama
m.pterigoideus kontralateral m.maseter
Pergerakan Normal Sendi
1. Gerakan rotasi terjadi pada kondilus
dengan permukaan bawah discus disebut
struktur kondilus disckomplek (sendi bawah).
2. Gerakan menggelincir terjadi pada sendi
bagian atas antara kondilus disckomplek
dengan fosa glenoidalis.
Klasifikasi Kelainan pada TMJ
1. Myofacial pain
Symptom : nyeri difuse, bilateral, tirgger
points/ referred points

Treatment : moist heath, muscle relaxant,


terapi fisik, trigger point injection
2. Internal derangements
Symptom : unilateral, nyeri terlokalisir,
clicking, krepitasi, pergerakan mandibula
terbatas, nyeri kepala, leher hingga
punggung
Dibagi menjadi :
Disc displacement Permukaan posterior
dari disc menipis dan inferior retrodiscal
lamina dan lateral distal dan lateral ligamen
memanjang, maka disc akan bergeser melalui
permukaan artikularis dari kondilus
Disc dislocation without reduction
Elastisitas superior retrodiscal lamina hilang,
menyebabkan sulitnya disc kembali ke arah
tempat yang normal dalam pergerakan
membuka mulut. Ditandai dengan
pembukaan mulut menjadi terbatas dan tidak
terdengar lagi bunyi klik selama pergerakan
buka mulut
Disc dislocation with reduction
a. Pemukaan posterior disc makin mengecil
dan superior retrodiscal lamina dan kolateral
ligamen makin memanjang
b. Disc akan bergerak ke anterior melewati
diskal space
c. Ketika membuka mulut kondilus bergerak
ke bawah di sebelah posterior artikular
eminence arah posteror border dari disc.
d. Gerakan ini menimbulkan loncatan atau
untuk menangkap disc dalam pergerakan
membuka mulut.

e. Selama pergerakan rahang disc kembali


pada posisi normal.
f. Selama adanya disc location, kondilus
terletak pada retrodiskal tissue yang
merupakan daerah banyak vascularisasi dan
nervus, sehingga akan menyebabkan rasa
sakit.
Penyebab Kelainan pada TMJ
1. Trauma, dapat secara langsung maupun
tidak langsung. Dapat bermula dari beban
yang berlebihan dan berulang
2. Patofisiologi
Faktor sistemik (degeneratif, endokrin,
infeksi)
Faktor lokal (berhubungan dengan
mastikasi)

2. Pemeriksaan radiology
Panoramic
Transcranial
TMJ arthrography
3. Pemeriksaan psikologi (Depresi)
Perawatan pada Kelainan TMJ
1. Edukasi
2. Obat-obatan
3. terapi fisik
4. oklusal adjusment
5. splint
6. arthrocentesis
7. arthroscopy
8. Arthrotomy

3. Psikososial (dipengaruhi situasi dan emosi)


4. Anatomi
Skeletal (faktor genetik, pertumbuhan)
Oklusi (hilangnya gigi posterior, intercuspal
position)
Pemeriksaan pada Kelainan TMJ
1. Pemeriksaan klinis
Kebiasaan mengunyah 1 sisi
Bruksism
Suara clicking atau krepitasi
Pergerakan mandibula ( pada keadaan
normal mandibula bergerak lurus dan simetri,
gerak membuka mulut sekitar 45 mm, lateral
dan protrusi 10 mm)
Rasa nyeri saat menggerakkan mandibula

an
Pergerak
TMJ
menjadi
dibagi
utama
2
gerak
:
anika
Biomek
TMJ
a.
rotasi
Gerak
caput
Ketika
Condilaris
proc.
pivot
bergerak
komparte
dalam
sendi
men
bbawah
bagian
hubunga
dengan
nnya
articulari
discus
s.
b.
Gerak
translasi
Dimana
mandibul
caput
a
diskus
dan
s
articulari
disepanja
bergerak
ng
permuka
bawah
an
ralis
os.Tempo
komparte
pada
sendi
man
bagian
atas.Kom
gerak
binasi
meluncur
dan
n
diperluka
agar
oris
cavum
lebardibuka
ak
lebar.Ger
sendi
individu
pada
yang
dewasa
normal
mempun
kisaran
yai
antara
20-25mm
anterior
gigi
atas
bawah.
dan
Bila
dikombin
dengan
asikan
meluncur
gerak
a
membuk
mulut
normal
yang
meningka
akan
tpita
35menjadi
45mm.
Ketika
terbuka
mulut
caput
lebar,
a
mandibul
dan
anterior
discus
di
terletak
bawah
m
tuberculu
.akan
articulare
G
menutup
erakan
yaitu
mulut
artikulari
diskus
bergerak
s
anterior,
ke
kondilus
Untuk
posterior.
ahankan
mempert
n
keduduka
agar
berada
tetap
zona
pada
ate,
intermedi
maka
pterygoid
lateralis
eus
kontraksi
superior
dan m.m.
relaksasi.
inferior

an
Pergerak
TMJ
menjadi
dibagi
utama
2
gerak
:
anika
TMJ
a.
rotasi
Gerak
caput
Ketika
Condilaris
proc.
pivot
bergerak
komparte
dalam
sendi
men
bbawah
bagian
hubunga
dengan
nnya
articulari
discus
s.
b.
Gerak
translasi
Dimana
mandibul
caput
a
diskus
dan
s
articulari
disepanja
bergerak
ng
permuka
bawah
an
ralis
os.Tempo
komparte
pada
sendi
man
bagian
atas.Kom
gerak
binasi
meluncur
dan
n
diperluka
agar
oris
cavum
lebardibuka
ak
lebar.Ger
sendi
individu
pada
yang
dewasa
normal
mempun
kisaran
yai
antara
20-25mm
anterior
gigi
atas
bawah.
dan
Bila
dikombin
dengan
asikan
meluncur
gerak
a
membuk
mulut
normal
yang
meningka
akan
tpita
35menjadi
45mm.
Ketika
terbuka
mulut
caput
lebar,
a
mandibul
dan
anterior
discus
di
terletak
bawah
m
tuberculu
.akan
articulare
G
menutup
erakan
yaitu
mulut
artikulari
diskus
bergerak
s
anterior,
ke
kondilus
Untuk
posterior.
ahankan
mempert
n
keduduka
agar
berada
tetap
zona
pada
ate,
intermedi
maka
pterygoid
m.
lateralis
eus
kontraksi
superior
dan
m.
relaksasi.
inferior
Pergerak
an
dibagi
TMJ
2
menjadi
gerak
utama
:
Biomek
TMJ
anika
a.
Gerak
rotasi
Ketika
proc.
caput
bergerak
Condilaris
dalam
pivot
men
komparte
sendi
bagian
bbawah
nnya
hubunga
discus
dengan
s.
articulari
b.
translasi
Gerak
caput
Dimana
a
mandibul
dan
articulari
diskus
bergerak
s
ng
disepanja
an
permuka
os.Tempo
bawah
pada
ralis
man
komparte
bagian
sendi
binasi
atas.Kom
gerak
dan
diperluka
meluncur
n
cavum
agar
oris
dibuka
lebar.Ger
lebarak
pada
sendi
dewasa
individu
normal
yang
yai
mempun
20-25mm
kisaran
gigi
antara
atas
anterior
dan
Bila
bawah.
asikan
dikombin
gerak
dengan
meluncur
membuk
a
mulut
yang
akan
normal
tpita
meningka
menjadi
45mm.
35mulut
Ketika
lebar,
terbuka
mandibul
caput
a
dan
discus
anterior
terletak
di
tuberculu
bawah
articulare
m
.akan
G
erakan
mulut
menutup
diskus
yaitu
s
artikulari
ke
bergerak
anterior,
kondilus
posterior.
mempert
Untuk
keduduka
ahankan
n
agar
tetap
pada
berada
intermedi
zona
maka
ate,
eus
pterygoid
lateralis
superior
dan m.m.
kontraksi
inferior
relaksasi.

komparteman sendi
bagianatas.Kombinasi gerak sendi
dan meluncur diperlukan agar cavum
orisdibuka lebar-lebar.Gerak sendi
pada individu dewasa yang
normalmempunyai kisaran 20-25mm
antara gigi anterior atas dan bawah.
Biladikombinasikan dengan gerak
meluncur kisaran gerak membuka
mulutyang normal akan meningkat
menjadi 35-45mm.Ketika mulut
terbuka lebar, caput mandibula
dan pita anterior discusakan
terletak di bawah tuberculum
articulare.Gerakan menutup mulut
yaitu diskus artikularis bergerak
ke anterior,kondilus ke
posterior.Untuk mempertahankan
kedudukan kondilus agartetap berada
pada zona intermediate, maka m.
pterygoideus lateralissuperior
kontraksi dan m. pterygoideus
lateralis inferior relaksasi.

Biomekanika TMJPergerakan TMJ dibagi


menjadi 2 gerak utama :
a.

b.

Gerak rotasiKetika caput proc.


Condilaris bergerak pivot dalam
kompartemen sendibagian bbawah
dalam hubungannya dengan discus
articularis
.b. Gerak translasiDimana caput
mandibula dan diskus articularis
bergerak disepanjangpermukaan
bawah os.Temporalis pada

Tomography sendi temporomandibular


dihasilkan melalui pergerakanyang sinkron
antara tabung X-ray dengan kaset film
melalui titik fulkrumimaginer pada
pertengahan gambaran yang diinginkan
termasuk jugaLinear tomography dan
complex tomography. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa tomografi merupakan

metodeyang baik untuk menggambarkan


perubahan tulang dengan arthrosispada
sendi temporomandibular. Untuk
mengevaluasi posisi kondil pada fossa
glenoid, tomografi lebihterpercaya daripada
proyeksi biasa dan panoramik. Secara klinis,
posisikondil tetap merupakan aspek yang
penting dalam melakukan bedahorthognati
and orthodontic studies. Kerugian yang paling
besar dalamtomografi adalah kurangnya
visualisasi jaringan lunak
senditemporomandibular, juga pada
radiography biasa. Arthrography5 Terdapat
dua tehnik arthgraphy pada sendi
temporomandibular. Padasingle-contrast
arthography, media radioopak
diinjeksikan ke ronggasendi atas atau
bawah atau keduanya. Pada doublecontrastarthography, sedikit udara
diinjeksikan ke dalam rongga sendi
setelahinjeksi materi kontras.Penelitian
menunjukkan bahwa tidak adaperbedaan
antara kedua tehnik. Jika sejumlah kecil
bahan kontrasmedium air disuntikkan pada
ruang superior dan inferior sendi,
diskusartikularis dan perlekatannya akan
terlihatbatasnya dan posisinya bisadilacak
sepanjang pergerakan mendibula.
Bagaimanapun, hanya ruang interior
yang dibutuhkan untukmenetapkan posisi
normal dan abnormal dari diskus
tehadaphubungannya dengan kondil
selama translasi. Bentuk ruang
sendi(synovial cavities) akan bervariasi
tergantung perubahan mulut
apakahmembuka atau menutup dan
kondil akan bertranslasi kedepan

padaeminensia. Arthrogram ini


merupakan satu-satunya metode
yangtersedia untuk melihat hubungan yang
sebenarnya antara diskus dankondil yang
dapat divisualisasikan, dan ia sangat
penting untukpnegakkan diagnosis pada
kelainan internal yang terjadi. Keakuratan
diagnosa posisi diskus 84% sampai
100% dibandingkandengan the
corresponding cryosectional morphology dan
dari penemuanbedah. Performasi dan adhesi
juga dapat ditunjukkan dengan teknik
ini.Penelitian-penelitian telah menunjukkan
pentingnya diagnosis dan
identifikasi kerusakan sendi
temporomandibular internal. Penelitian
yangbaru-baru ini dilakukan dengan
menggunakan tehnik
arthography,menunjukkan bahwa
arthography dapat meningkatkan
keakuratandiagnosa perforasi dan adhesi
diskusi Sendi Temporomandibulardengan
MRI. Computed tomography5 Pada tahun
1980, computed tomography (CT) mulai
diaplikasikanankilosis sendi
temporomandibular, fraktur kondil,
dislokasi danperubahan osseous. Pada
laporan terdahulu, keakuratan dalam
penentuan lokasi diskustinggi (81%) jika
dibandingkan dengan CT dan penemuan
bedah.Beberapa laporan mempertimbangkan
bahwa CT dapat menggantikanproyeksi
arthrograpy dalam diagnosis dislokasi
diskus pada kelainansendi
temporomandibular. Bagaimanapun,
keakuratan dari penentuandislokasi diskus

hanya sekitar 40%-67% pada CT dalam studi


materialspesimen autopsi. Keakuratan
dalam perubahan osseus dari
senditemporomandibular dalam CT
dibandingkan dengan material
cadaversekitar 66%-87%. Beberapa laporan
menunjukkan bahwa bukti arthrosisdalam
radiograf dapat atau tidak dapat
dihubungkan dengan gejala klinisnyeri
disfungsi. Jadi pasien tanpa perubahan
osseus changes di senditemporomandibular,
bisa saja merasa nyeri, dan asien
tanpa gejalaabnormalitas tulang bisa bebas
nyeri. CT bukanlah metode yang baikuntuk
mendiagnosa kelainan sendi
temporomandibular. Magnetic Resonance
Imaging pada sendi
Temporomandibular.Beberapapenelitian telah
membandingkan MRi sendi
temporomandibular denganarthography dan
CT. Hasil MRI juga dibandingkan
dengan observasianatomi dan histologi.
Pada penelitian terhadap spesimen
autopsi,keakuratan MRI mengevaluasi
perubahan osseus adalah 60% sampai100%
dan keakuratan mengevaluasi dislokasi
diskus adalah 73%sampai 95. Semua
penelitian diatas menunjukkan bahwa MRI
adalahmetode terbaik untuk pencitraan
jaringan keras dan jaringan lunak
senditemporomandibular. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa dislokasi
diskus yangditunjukkan MRI ternyata
memeliki hubungan dengan cliking, nyeri,
dangejala disfungsi Sendi Temporomandibular
lain. Setiap kali nyeri kliis dangejala

disfungsi sendi temporomandibular


ditemukan tanpa adanya

PEMERIKSAAN TEMPOROMANDIBULAR JOINT


Anatomi Temporomandibular Joint
Temporomandibular joint ( TMJ ) adalah
persendiaan dari kondilus mandibula dengan
fossa gleinodalis dari tulang temporal.
Temporomandibula merupakan sendi yang
bertanggung jawab terhadap pergerakan
membuka dan menutup rahang mengunyah
dan berbicara yang letaknya dibawah depan
telinga4. Sendi temporomandibula
merupakan satu-satunya sendi di kepala,
sehingga bila terjadi sesuatu pada salah satu
sendi ini, maka seseorang mengalami
masalah yang serius. Masalah tersebut
berupa nyeri saat membuka, menutup mulut,
makan, mengunyah, berbicara, bahkan dapat
menyebabkan mulut terkunci. Kelainan sendi
temporomandibula disebut dengan disfungsi
temporomandibular. Salah satu gejala
kelainan ini munculnya bunyi saat rahang
membuka dan menutup. Bunyi ini disebut
dengan clicking yang seringkali, tidak disertai
nyeri sehingga pasien tidak menyadari
adanya kelainan sendi temporomandibular5.
Susunan anatomi normal dari
Temporomandibula joint ini dibentuk oleh
bagian bagian: 1. Fossa glenoidalis6 2.
Prosesus kondiloideus 3. Ligamen 4. Rongga
Synovial 5. Diskus artikularis 1. Fossa
Glenoidalis atau fossa mandibularis dari
tulang temporal. Bagian anterior
berhubungan dengan eminensia artikularis,

merupakan artikulasi dari fossa glenoidalis.


Bagian posterior dari fossa glenoidalis
merupakan dataran tympani dari tulang
temporal6. 2. Prosesus kondiloideus dari
tulang mandibula. Merupakan tulang yang
berbentuk elips yang mempunyai kepala dan
leher. 3. Ligamen. Fungsi dari ligamen yang
membentuk Temporomandibula joint ini
adalah sebagai alat untuk menghubungkan
tulang temporal dengan prosesus
kondiloideus dari tulang mandibula serta
membatasi gerak mandibula
membuka, menutup mulut, pergerakan ke
samping, dan gerakan lain. Ligament yang
menyusun temporomandibula joint terdiri dari
: a. Ligamen temporo mandibular b. Ligamen
spheno mandibular c. Ligamen stylo
mandibular Gambaran Ligamen
temporomandibular joint9 4. Rongga
Synovial. Terdiri dari dua bagian yaitu bagian
superior dan bagian inferior. Fungsi dari
rongga synovial ini adalah menghasilkan
cairan pelumas yang berguna untuk
pergerakan sendi. 5. Diskus Artikularis.
Merupakan tulang fibro kartilago di dalam
persendian temporomandibular yang terletak
di antara prosesus kondiloideus dan fossa
glenoidalis. Diskus Artikularis ini merupakan
bantalan tulang rawan yang tidak dapat
menahan sinar x sahingga gambarannya
radiolusen6. Pergerakan temporomandibula
joint ini dibagi menjadi dua gerak utama
yaitu2 : a. Gerak Rotasi Ketika caput
processus condylaris bergerak pivot dalam
kompartemen sendi bagian bawah dalam
hubungannya dengan discus articularis. b.

Gerak meluncur atau translasi Dimana caput


mandibula dan discus articularis bergerak
disepanjang permukaan bawah Os. Temporale
pada kompartemaen sendi bagian atas.
Kombinasi gerak sendi dan meluncur
diperlukan agar cavum oris dibuja lebar
lebar. Gerak sendi pada individu dewasa yang
normal mempunyai kisaran 20
25mm antara gigi geligi anterior atas dan
bawah. Bila dikombinasikan dengan gerak
meluncur kisaran gerak membuka mulut
yang normal akan meningkat menjadi 35
45mm7. Kelainan pada temporomandibula
joint1 Perawatan yang berhasil dari proses
penyakit meliputi usaha untuk menentukan
diagnosa yang tepat dan usaha mengenal
penyebabnya, agar dapat ditentukan rencana
perawatan yang tepat. Banyak kelainan sendi
temporomandibula yang ditangani dengan
pengetahuan yang kurang memadai terhadap
prinsip prinsip tersebut dan perawatan
hanya berdasar pada metode empiris saja
yang dievaluasi keberhasilannya dengan
kemampuan untuk bekerja1. Klasifikasi
berikut ini tidaklah lengkap, tetapi untuk
praktisnya, kelainan kelainan yang
mengenai temporomandibular joint dapat
dibagi dalam kelainan yang sering dan jarang
terjadi. Kelainan yang sering terjadi1 1.
Disfungsi (sindrom rasa sakit-disfungsi dari
TMJ, miofasial pain-dysfunction syndrom dst)
2. Susunan bagian dalam sendi yang tidak
tepat. 3. Penyakit degenerasi (osteoartrosis,
osteartritis, osteokondritis, osteoartropati) 4.
Trauma a. Fraktur b. Dislokasi c. Traumatik
artritis, sinovitis, dll. Kelainan yang jarang

terjadi1 1. Peradangan a. Infeksi (setelah


trauma, menyebar dari bagian tengah telinga
atau struktur lain disampingnya). b.
Reumatoid artritis (termasuk juvenile chronic
artritis atau Still disease). c. Psoriatik
arthritis. d. Penyakit deposit kristal. 2.
Ankilosis. Setelah trauma, infeksi atau
keadaan peradangan yang lain. 3. Cacat
kongenital dan perkembangan. Cacat seperti
yang terdapat pada sindrom cabang kranial
pertama dan kedua, Piere Robin dan Treacher
Collin syndrom ; hipoplasia, aplasia, dan
hiperplasi dari condyle mandibula. 4. Tumor.
Osteoma, kondroma, kondrosarkoma
sekunder. Sindrom Rasa Sakit Disfungsi1
Sendi temporomandibular sangat rentan
terhadap berbagai jenis kerusakan yang
diakibatkan dari luar seperti trauma, atau
dari dalam seperti tumor atau artritis.
Disfungsi sendi temporomandibular sangat
bervariasi dari ringan sampai yang berat.
Beberapa disfungsi menyebabkan masalah
dalam penggunaan sendi temporomandibular
namun sebagian lagi tidak menyebabkan
masalah. Disfungsi yang parah, seperti sendi
yang berfungsi, dapat menyebabkan nyeri
dan mungkin tindakan bedah1. Sakit otot dan
sendi berhubungan dengan pergeseran
mandibula karenaa akontak oklusi prematur.
Pada beberapa kasus, perawatan ortodonti
diperlukan untuk menghilangkan
ketidakteraturan yang besar; walaupun
problem ringan ditangani dengan
pengasahan oklusal. Tidak bijaksana untuk
melakukan pengasaan oklusal segera setelah
perawatan ortodonti karena dapat terjadi
pergerakan gigi selama periode tersebut.

Pada orang dewasa penyesuaian oklusi dapat


dilakukan dengan aman enam bulan setelah
pesawat retensi lepas, asalkan oklusi terlihat
stabil3. Penyebab Trauma merupakan
penyebab utama disfungi (TMD). Menurut
Jurnal American Dental Association tahun
1990, 40% to 99% kasus TMD merupakan
akibat trauma. Trauma yang sederhana
seperti pukulan pada rahang atau sesuatu
yang lebih kompleks seperti yang mengenai
kepala, leher dan rahang. Penelitian terbaru
juga menunjukkan benturan terhadap
pengaman "airbag" dalam kendaraan dapat
menyebabkan TMD. Setiap sendi dalam tubuh
memiliki pergerakan yang terbatas. Jika
rahang dibuka terlalu besar dalam jangka
waktu yang lama atau dipaksa terbuka,
ligamen bisa robek. Bahkan ketika rahang
dibuka secara normal, terdapat dislokasi
sebagian dari sendi temporomandibular. Akan
tetapi, jika rahang dibuka melebihi batas
normal, dislokasi muncul atau diskus pemisah
bisa rusak. Gejala TMD yaitu nyeri telinga,
otot rahang ngilu, nyeri di dahi atau, cliking,
rahang terkunci, kesulitan membuka mulut,
nyeri kepala-leher5. Dari sejumlah besar
literatur tentang disfungsi ini, tampak seakan
akan suatu konsensus bahwa sindrom
dibentuk oleh satu atau beberapa gejala
sebagai berikut1: 1. kliking sendi 2.
ketidakmampuan untuk membuka mulut
leber lebar sementara (locking). 3. Rasa
sakit yang berhubungan dengan sendi dan
otot kunyah1. PEMERIKSAAN
TEMPOROMANDIBULAR JOINT Setelah pada
bagian sebelumnya telah dijelaskan anatomi
dan kelainan pada temporomandibular

joint,maka pada bagian ini akan dijelaskan


cara pemeriksaan pada temporomandibular
joint yang merupakan bagian utama dari
tulisan ini. Pemeriksaan klinis dimulai sejak
pasien masuk kedalam ruangan. Penampilan
secara keseluruhan sering dapat
menunjukkan kepribadiannya. Ia mungkin
tenang dan dingin dalam membicarakan
gejala gejala yang dialami atau nervus dan
kurang dapat berbicara. Pasien yang cemas
cendrung gelisah duduknya, bermain main
dengan tangannya atau menggerak
gerakkan kakinya. Kadang kadang aktivitas
parafungsional dari mandibula dapat dilihat
dengan jelas. Sebagai contoh misalnya
pasien menghisap atau menggigit gigit
bibir, menggerakkan rahang dari kiri ke
kanan atau sebaliknya meletakkan tangan
menyangga dagu1. Pemeriksaan
temporomandibular joint ini dapat dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan terhadap
rentang pergerakan, bunyi sendi, rasa sakit
dan nyeri dan pemeriksaan intra-oral serta
pemeriksaan radiografik. 1.Rentang
Pergerakan Pasien diminta untuk mebuka
mulut lebar lebar dan dengan bantuan
sepasang kaliper atau jangka, jarak antara
tepi gigi seri atas dan bawah diukur. Nevakari
(1960) melaporkan bahwa jarak rata rata
pada pria 57,5 mm sedang pada wanita 54
mm. Dengan berdasar pada pendapat ini,
jarak lebih dari 40 mm pada orang dewasa
dapat dianggap tidak normal. Agerberg
(1974) juga menemukan angka yang
sama.jarak rata rata pada pria 58,6 mm dan
pada

wanita 53,3 mm. Batas terendah adalah 42


mm dan 38 mm. Tetapi penting untuk
mempertimbangkan juga kedalaman overbite
yang ada. Pergerakan pada bidang horizontal
dapat diukur dengan pergeseran garis tengah
insisal pada pergerakan lateral mandibula
yang eksterm ke salah satu sisi. Agerberg
menemukan bahwa batas terendah dari jarak
normal adalah 5mm pada kedua jenis
kelamin1. Penyimpanagn mandibula selama
gerak membuka mulut juga terlihat. Mungkin
terjadi penyimpangan ke arah atau menjauhi
sisi yang terserang dengan disertai locking
dan rasa sakit. Sebagai contoh misalnya,
rahang menyimpang ke arah sisi sendi yang
terkunci menunjukkan bahwa condyle yang
terserang hanya merupakan komponen gerak
membuka mulut saja. Gerak meluncur ke
depan tidak dapat terjadi. Sebaliknya, ada
beberapa pasien yang dapat menghasilkan
bunyi dengan menggerakkan rahang
menjauhi sisi yang terserang dan kembali ke
bagian tengah secara zig zag ketika mulut
dibuka lebih lebar1. 2.Bunyi Sendi Kliking
Gejala ini paling sering menandakan adanya
TMD dan dislokasi diskusi artikularis. Bunyi
kliking muncul saat rahang dibuka atau saat
menutup. Umumnya bunyi tersebut hanya
dapat didengar oleh penderita, namun pada
beberapa kasus, bunyi tersebut menjadi
cukup keras sehingga dapat didengar oleh
orang lain. Bunyi tersebut dideskripsikan
penderita sebagai suara yang berbunyi 'klik'.
Di antara fossa dan kondil terdapat diskus
yang berfungsi sebagai penyerap tekanan
dan mencegah tulang saling bergesekan
ketika rahang bergerak. Bila diskus ini

mengalami dislokasi, dapat menyebabkan


timbulnya bunyi saat rahang bergerak.
Penyebab dislokasi bisa trauma, kontak oklusi
gigi posterior yang tidak baik atau tidak ada,
dan bisa saja karena gangguan tumbuh
kembang rahang dan tulang fasial. Kondisi
seperti ini dapat juga menyebabkan sakit
kepala, nyeri wajah dan teliga. Jika dibiarkan
tidak dirawat, dapat menyebabkan rahang
terkunci. Pada beberapa orang, terdapat
pebedaan posisi salah satu atau kedua sendi
temporomandibula ketika beroklusi. Hal ini
sering sekali terjadi pada pasien yang
kehilangan gigi posteriornya. Kepala kondil
(berwarna biru) bisa saja
mengalami penekanan terlalu keraas
terhadap fossa (berwarna hijau), dan
menyebabkan kartilago diskusi rusak
(berwarna merah). Kemudian akan menarik
ligamen terlalu kuat (berwarna kuning). Hal
ini menunjukkan, bila oklusi terlalu kuat, akan
menyebabkan stress pada kedua sendi
rahang. Setiap kali terdapat kelainan posisi
rahang yang disertai dengan tekanan
berlebihan pada sendi dan berkepanjangan
atau terus menerus, dapat menyebabkan
diskus (meniskus) robek dan mengalami
dislokasi berada didepan kondil. Dalam
keadaan seperti ini, gerakan membuka mulut
menyebabkan kondil bergerak ke depan dan
mendesak diskus di depannya. Jika hal ini
berkelanjutan, kondil bisa saja melompati
diskus dan benturan dengan tulang sehingga
menyebabkan bunyi berupa kliking. Ini juga
dapat terjadi pada gerakan sebaliknya.
Seringkali, bunyi ini tidak disertai nyeri

sehingga pasien tidak menyadari bahwa


bunyi tersebut merupakan gejala suatu
kelainan sendi temporomandibular5. Krepitus
Krepitus sangat berbeda dari kliking. Krepitus
merupakan bunyi mengerat atau menggesek
yang terjadi selama pergerakan mandibula,
terutama pergerakan dari sisi yang satu
dengan sisi yang lain. Bunyi sering kali dapat
lebih diketahui dengan perabaan dari pada
pendengaran. Hanya sedikit atau tidak ada
keterangan tambahan yang diperoleh pada
penggunaan stetoskop untuk memeriksa
bunyi sendi1. 3.Rasa Sakit dan Nyeri Usaha
dari pasien atau dokter gigi untuk membuka
rahang yang terkunci akan menimbulkan rasa
sakit yang juga terasa pada sendi dan otot
yang bergubungan dengannya. Sendi dan oto
diperiksa untuk mengetahui daerah daerah
yang nyeri. Setiap sendi diraba perlahan
lahan ketika mulut digerakkan, dari depan
tragus dan pada eksternal auditory meatus.
Otot masseter dan temporalis, otot penguyah
superficial mudah diraba melalui kulit dan
kulit kepala. Sebaliknya, otot petrigoid, hanya
teraba secara intraoral. Otot medial petrigoid
teraba pada permukaan dalam ramus
mandibula dan kepala inferior yang besar dari
lateral petrigoid, dibelakang tuberositas
maksila. Walaupun beberapa ahli
menganjurkan untuk meraba petrigoid, para
ahli dewasa ini menemukan bahwa tindakan
tersebut tidak memberikan

keterangan yang bermanfaat. Pemeriksaan


itu sendiri sangat tidak enak bagi pasien dan
sering menyebabkan pasien mual1.
4.Pemeriksaan Intra-Oral Pemeriksaan mulut
yang meyelurh dilakukan untuk mengetahui
kapasitas fungsional dari gigi geligi.
Pemeriksaan tersebut harus termasuk
pemeriksaan keadaan patologi yang mungkin
merupakan penyebab dari gejala, baik sifat
maupun pengaruhnya pada fungsi
mandibula. Contoh yang sering ditemukan
adalah peradangan gusi pada geraham besar
ketiga yang sedang bererupsi sebagian.
Rahang menyimpang untuk menghindari
daerah yang sakit ini. Gigi yang terserang
periodontitis atau tambalan yang terlalu
tinggi juga dapat menimbulakan gejala yang
sama1. Faktor faktor berikut harus
diperhatikan : 1. Hubungan Oklusi. 2. Freeway
space. 3. Overjet dan overbite. 4. Gigi yang
tanggal. 5. Protesa, bila ada. 6. Atrisi dan
bekas abrasi. 7. Kontak gigi prematur1. Bila
keparahan kelainan tersebut mengurangi
hasil pemeriksaan fungsional dari oklusi,
perawatan harus diarahkan untuk
mengurangi gejala yang ada terlebih dahulu.
Analisa dapat dilanjutkan nanti dengan cara
yang normal1. 5.Pemeriksaan radigrafik sendi
temporomandibular Ada beberapa tehnik
pencintraan untuk mendiagnosa kelainan
sendi mulai dari foto ronsen biasa sampai
MRI, tetapi, yang akan dibahas hanya
beberapa proyeksi seperti tomografi, artgrafi,
computed tomography (CT), dan MRI.
Tomography5 Tomography sendi
temporomandibular dihasilkan melalui
pergerakan yang sinkron antara tabung X-ray

dengan kaset film melalui titik fulkrum


imaginer pada pertengahan gambaran yang
diinginkan termasuk juga Linear tomography
dan complex tomography. Beberapa
penelitian menyatakan bahwa tomografi
merupakan metode yang baik untuk
menggambarkan perubahan tulang dengan
arthrosis pada sendi temporomandibular.
Untuk mengevaluasi posisi kondil pada fossa
glenoid, tomografi lebih terpercaya daripada
proyeksi biasa dan panoramik. Secara klinis,
posisi kondil tetap merupakan aspek yang
penting dalam melakukan bedah orthognati
and orthodontic studies. Kerugian yang paling
besar dalam tomografi adalah kurangnya
visualisasi jaringan lunak sendi
temporomandibular, juga pada radiography
biasa. Arthrography5 Terdapat dua tehnik
arthgraphy pada sendi temporomandibular.
Pada singlecontrast arthography, media
radioopak diinjeksikan ke rongga sendi atas
atau bawah atau keduanya. Pada doublecontrast arthography, sedikit udara
diinjeksikan ke dalam rongga sendi setelah
injeksi materi kontras.Penelitian menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan antara kedua
tehnik. Jika sejumlah kecil bahan kontras
medium air disuntikkan pada ruang superior
dan inferior sendi, diskus artikularis dan
perlekatannya akan terlihatbatasnya dan
posisinya bisa dilacak sepanjang pergerakan
mendibula. Bagaimanapun, hanya ruang
interior yang dibutuhkan untuk menetapkan
posisi normal dan abnormal dari diskus
tehadap hubungannya dengan kondil selama
translasi. Bentuk ruang sendi (synovial
cavities) akan bervariasi tergantung

perubahan mulut apakah membuka atau


menutup dan kondil akan bertranslasi
kedepan pada eminensia. Arthrogram ini
merupakan satu-satunya metode yang
tersedia untuk melihat hubungan yang
sebenarnya antara diskus dan kondil yang
dapat divisualisasikan, dan ia sangat penting
untuk pnegakkan diagnosis pada kelainan
internal yang terjadi. Keakuratan diagnosa
posisi diskus 84% sampai 100% dibandingkan
dengan the corresponding cryosectional
morphology dan dari penemuan bedah.
Performasi dan adhesi juga dapat ditunjukkan
dengan teknik ini. Penelitianpenelitian telah
menunjukkan pentingnya diagnosis dan
identifikasi kerusakan sendi
temporomandibular internal. Penelitian yang
baru-baru ini dilakukan dengan menggunakan
tehnik arthography, menunjukkan bahwa
arthography dapat meningkatkan keakuratan
diagnosa perforasi dan adhesi diskusi Sendi
Temporomandibular dengan MRI.
Computed tomography5 Pada tahun 1980,
computed tomography (CT) mulai
diaplikasikan ankilosis sendi
temporomandibular, fraktur kondil, dislokasi
dan perubahan osseous. Pada laporan
terdahulu, keakuratan dalam penentuan
lokasi diskus tinggi (81%) jika dibandingkan
dengan CT dan penemuan bedah. Beberapa
laporan mempertimbangkan bahwa CT dapat
menggantikan proyeksi arthrograpy dalam
diagnosis dislokasi diskus pada kelainan sendi
temporomandibular. Bagaimanapun,
keakuratan dari penentuan dislokasi diskus
hanya sekitar 40%67% pada CT dalam studi

material spesimen autopsi. Keakuratan dalam


perubahan osseus dari sendi
temporomandibular dalam CT dibandingkan
dengan material cadaver sekitar 66%-87%.
Beberapa laporan menunjukkan bahwa bukti
arthrosis dalam radiograf dapat atau tidak
dapat dihubungkan dengan gejala klinis nyeri
disfungsi. Jadi pasien tanpa perubahan
osseus changes di sendi temporomandibular,
bisa saja merasa nyeri, dan asien tanpa
gejala abnormalitas tulang bisa bebas nyeri.
CT bukanlah metode yang baik untuk
mendiagnosa kelainan sendi
temporomandibular. Magnetic Resonance
Imaging pada sendi
Temporomandibular.Beberapa penelitian telah
membandingkan MRi sendi
temporomandibular dengan arthography dan
CT. Hasil MRI juga dibandingkan dengan
observasi anatomi dan histologi. Pada
penelitian terhadap spesimen autopsi,
keakuratan MRI mengevaluasi perubahan
osseus adalah 60% sampai 100% dan
keakuratan mengevaluasi dislokasi diskus
adalah 73% sampai 95. Semua penelitian
diatas menunjukkan bahwa MRI adalah
metode terbaik untuk pencitraan jaringan
keras dan jaringan lunak sendi
temporomandibular. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa dislokasi diskus yang
ditunjukkan MRI ternyata memeliki hubungan
dengan cliking, nyeri, dan gejala disfungsi
Sendi Temporomandibular lain. Setiap kali
nyeri kliis dan gejala disfungsi sendi
temporomandibular ditemukan tanpa adanya
dislokasi diskus pada MRI maja diduga
diagnosis pencintraan tersebut false positive

atau false negative. Walaupun beberapa


penelitian menyetujui bahwa nyeri otot
adalah salah satu aspek utama kelainan TMJ,
bukti perubahan patologis otot pengunyahan
tidak diperhitungkan dalam diagnosis
pencitraan. Beberapa laporan menunjukkan
MRI tidak hanya merupakan metode yang
akurat untuk mendeteksi posisi diskus tetapi
juga merupakan teknik potensial untuk
mengevaluasi perubahan
Dukungan utama dari perawatan untuk sakit
sendi rahang akut adalah panas dan es,
makanan lunak (soft diet) dan obat-obatan
anti peradangan. 1. Jaw Rest (Istirahat
Rahang): Sangat menguntungkan jika
membiarkan gigi-gigi terpisah sebanyak
mungkin. Adalah juga sangat penting
mengenali jika kertak gigi (grinding) terjadi
dan menggunakan metode-metode untuk
mengakhiri aktivitas-aktivitas ini. Pasien
dianjurkan untuk menghindari mengunyah
permen karet atau makan makanan yang
keras, kenyal (chewy) dan garing (crunchy),
seperti sayuran mentah, permen-permen
atau kacangkacangan. Makanan-makanan
yang memerlukan pembukaan mulut yang
lebar, seperti hamburger, tidak dianjurkan. 2.
Terapi Panas dan Dingin: Terapi ini membantu
mengurangi tegangan dan spasme otot-otot.
Bagaimanapun, segera setelah suatu luka

pada sendi rahang, perawatan dengan


penggunaan dingin adalah yang terbaik.
Bungkusan dingin (cold packs) dapat
membantu meringankan sakit
. 3. Obat-obatan: Obat-obatan anti
peradangan seperti aspirin, ibuprofen (Advil
dan lainnya), naproxen (Aleve dan lainnya),
atau steroids dapat membantu mengontrol
peradangan. Perelaksasi otot seperti
diazepam (Valium), membantu dalam
mengurangi spasme-spasme otot.
4. Terapi Fisik:
Pembukaan dan penutupan rahang
secara pasiv, urut (massage)
danstimulasi listrik membantu
mengurangi sakit dan meningkatkan
batasanpergerakan dan kekuatan dari rahang
.5. Managemen stres:Kelompok-kelompok
penunjang stres, konsultasi psikologi, dan
obat-obatanjuga dapat membantu
mengurangi tegangan otot.
Umpanbalikbio(biofeedback) membantu
pasien mengenali waktu-waktu dari
aktivitas ototyang meningkat dan
spasme dan menyediakan metodemetode untukmembantu mengontrol
mereka

.6. Terapi Occlusal:Pada umumnya suatu alat


acrylic yang dibuat sesuai pesanan dipasang
padagigi-gigi, ditetapkan untuk malam hari
namun mungkin diperlukan sepanjanghari.
Ia bertindak untuk mengimbangi gigitan
dan mengurangi ataumengeliminasi
kertakan gigi (grinding) atau bruxism
.7. Koreksi Kelainan Gigitan:Terapi koreksi
gigi, seperti orthodontics, mungkin
diperlukan untukmengkoreksi gigitan yang
abnormal. Restorasi gigi membantu
menciptakansuatu gigitan yang lebih
stabil. Penyesuaian dari bridges atau
crownsbertindak untuk memastikan
kesejajaran yang tepat dari gigi-gigi
.8. Operasi:Operasi diindikasikan pada
kasus-kasus dimana terapi medis gagal.
Inidilakukan sebagai jalan terakhir. TMJ
arthroscopy, ligament
tightening,restrukturisasi rahang (joint
restructuring), dan penggantian rahang
(jointreplacement) dipertimbangkan pada
kebanyakan kasus yang berat
darikerusakan rahang atau perburukan
rahang

Anda mungkin juga menyukai