Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank adalah lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun
dana berupa giro, deposito tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang
kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian menempatkannya kembali
kepada masyarakat yang membutuhkan dana (deficit spending unit) (Taswan,
2010:6). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bank merupakan
lembaga perantara keuangan (financial intermediary) anatara pihak yang
kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan danan. Berdasarkan UU No.10
Tahun 1998 tentang perbankan, jenis bank terdiri menjadi dua yaitu Bank Umum
dan Bank Perkreditan Rakyat BPR.
Bank Umum yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan
atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
lalu lintas pembayaran (Taswan, 2010:8). Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia No. 10 Tahun 1998, sasaran BPR adalah melayani usaha kecil (Anita,
2009). Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) jumlah BPR pada
bulan September 2015 jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan bank umum.
Berikut ini adalah rekapitulasi institusi perbankan di Indonesia bulan September
tahun 2015 menurut OJK.
(Sumber: www.ojk.go.id)
positif
meski
perekonomian
sedang
tidak
kondusif.
Rata-rata
B. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
2. Mengetahui kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) konvensional
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, Bank
perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa lalu lintas pembayaran. Bank ini sama seperti bank umum,
namun wilayah operasinya sangat terbatas di wilayah tertentu misalnya kabupaten
saja. BPR Tidak boleh mengikuti kliring
penilaian
tingkat
kesehatan
bank
umum
konvensional terdiri:
1. Profil risiko (Risk Profile)
2. Good Corporate Governance (GCG)
3. Rentabilitas (Earning)
4. Permodalan (Capital)
Berdasarkan Peraturan BI N0. 9/1/PBI/2007 dan Surat Edaran BI
No.
9/24/DPBS/2007
tentang
penilaian
kesehatan
bank
Risk)
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.
30/12/DIR/1997 tentang tatacara penilaian tingkat kesehatan
BPR.
Faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan BPR konvensional
BPR Syariah
terdiri:
1. Permodalan (Capital)
2. Kualitas Aset (Aset Quality)
3. Manajemen (Management)
4. Rentabilitas (Earning)
5. Likuiditas (Liquidity)
Berdasarkan Peraturan BI No. 9/17/PBI/2007 dan Surat Edaran
BI No. 9/29/DPBS/2007 tentang penilaian tingkat kesehatan BPR
berdasarkan prinsip syariah.
Faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan BPR syariah terdiri:
1. Permodalan (Capital)
2. Kualitas Aset (Aset Quality)
3. Manajemen (Management)
4. Rentabilitas (Earning)
5. Likuiditas (Liquidity)
(liquidity) atau bisa disebut CAMEL. Adapun bobot untuk setiap faktor penilaian
adalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
Manajemen
4.
Rentabilitas
5.
Likuiditas
Bobot
30%
25%
5%
10%
10%
5%
5%
5%
5%
20%
40%
50%
85%
100%
a.
b.
c.
Kas
SBI
Kredit dengan agunan berupa SBI, tabungan dan deposito yang diblokir pada
BPR disertai surat kuasa pencairan, emas dan logam mulia
d. Kredit kepada Pemerintah Pusat
a. Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan serta tagihan lainnya
kepada bank lain
b. Kredit kepada atau dijamin oleh bank lain atau Pemerintah Daerah
Kredit Kepemilikan Rumah (KPR)
a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh BUMN atau BUMD
b. Kredit kepada pegawai atau pensiunan
c. Tidak merupakan pihak terkait
Kredit kepada usaha mikro dan kecil
a. Kredit yang dijamin oleh perorangan, koperasi, kelompok dan perusahaan
lainnya
b. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku)
c. Aktiva lainnya selain tersebut di atas
Sehat
Kurang Sehat
Tidak Sehat
(Sumber: Zahara)
Rumus untuk menghitung nilai kredit rasio ini adalah sebagai berikut.
81 + (rasio/0,1) = nilai kredit
2. Faktor Kualitas Aktiva Produktif (Bobot 30%)
Penilaian kualitas aset merupakan penilaian terhadap kondisi aset bank dan
kemampuan menajemen dalam mengelola risiko kredit.
penilaian KAP didasarkan pada dua rasio yaitu:
a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap total aktiva produktif
(rasio KAP). Bobot 25%.
b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk terhadap
penyisihan aktiva produktif yang wajib dibentuk oleh bank (rasio PPAP).
Bobot 5%
Rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan terhadap aktiva produktif sebesar
22,5% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk penurunan 0,15% mulai dari
Sehat
Cukup Sehat
Kurang Sehat
Tidak Sehat
Rumus untuk menghitung nilai kredit rasio ini adalah sebagai berikut.
(22,5 Rasio) / 0,15 = nilai kredit
Predikat untuk komponen Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
yang Dibentuk (PPAPYD) oleh BPR terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif yang wajib dibentuk oleh BPR
81 s/d 100
66 s/d < 81
51 s/d < 66
Sehat
Cukup Sehat
Kurang Sehat
0 s/d < 51
(Sumber: Taswan)
Tidak Sehat
Rumus untuk menghitung nilai kredit rasio ini adalah sebagai berikut.
Rasio x 1= nilai kredit
Predikat untuk Faktor Aktiva Produktif dapat ditentukan sebagai berikut.
81 s/d 100
66 s/d < 81
51 s/d < 66
0 s/d < 51
(Sumber: Taswan)
Sehat
Cukup Sehat
Kurang Sehat
Tidak Sehat
O
I
MANAJEMEN UMUM
a.
b.
STRATEGI / SASARAN
1. Rencana kerja tahunan bank digunakan sebagai dasar
acuan kegiatan usaha bank selama satu tahun.
STRUKTUR
2. Bagan organisasi yang ada telah mencerminkan
seluruh kegiatan bank dan tidak terdapat jabatan
kosong
atau
perangkapan
jabatan
yang
dapat
Nilai
3.
c.
kredit
telah
d.
6.
7.
MANAJEMEN RISIKO
a.
b.
kemampuan
debitur
untuk
membayar
kembali kewajibannya
14. Setelah kredit diberikan bank melakukan pemantauan
terhadap penggunaan kredit, serta kemampuan dan
kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya
15. Bank melakukan pininjauan, penilaian dan pengikatan
c.
terhadap agunan
RISIKO OPERASIONAL
16. Bank menerapkan kebijakan pembentukan penyisihan
penghapusan piutagn berdasarkan prinsip kehati-hatian
17. Bank tidak menetapkan persyaratan yang lebih ringan
kepada
pemilik
atau
pengururs
bank
untuk
e.
ditutup
RISIKO PEMILIK DAN PENGURUS / OWNERSHIP & MANAGERSHIP RISK
22. Pemilik bank tidak mencampuri kegiatan operasional
sehari-hari
yang
cenderung
menguntungkan
(sumber: Taswan)
Predikat untuk kesehatan faktor manajemen ditentukan sebagai berikut.
81 s/d 100
66 s/d < 81
51 s/d < 66
0 s/d < 51
(sumber: Taswan)
Sehat
Cukup Sehat
Kurang Sehat
Tidak Sehat
Sehat
Cukup Sehat
Kurang Sehat
Tidak Sehat
Adapun rumus untuk menghitung nilai kredit rasio ini adalah sebagai
berikut.
(Rasio/0.015) = Nilai Kredit
b. BOPO. Bobot 5%
Rumus untuk menghitung BOPO adalah sebagai berikut (Zahara, 2013).
Biaya Operasional
x 100
Pendapatan Operasional
Predikat untuk rasio BOPO dapat ditentukan sebagai berikut.
BOPO =
Sehat
Cukup Sehat
Kurang Sehat
Tidak Sehat
Adapun rumus untuk menghitung nilai kredit rasio ini adalah sebagai
berikut.
(100-Rasio)/0,08 = Nilai Kredit
5. Faktor Likuiditas (Bobot 10%)
Pada aspek likuiditas ini penilaian didasarkan atas kemampuan bank dalam
membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan tabungan, giro, dan
deposito.
Penilaian terhadap faktor likuiditas didasarkan pada dua rasio yaitu:
a. Cash Ratio. Bobot 5%
Cash ratio yaitu rasio alat likuid terhadap utang lancar, dimana alat likuid
adalah kas dan penanaman pada bank lain dalam bentuk giro dan tabungan
dikurangi dengan tabungan bank lain pada bank, sedangkan utang lancar
meliputi kewajiban segera, tabungan dan deposito.
Rumus untuk menghitung Cash Ratio adalah sebagai berikut (Zahara,
2013).
Aktiva Lancar
x 100
Utang Lancar
Predikat untuk rasio Cash Ratio dapat ditentukan sebagai berikut.
Cash Ratio=
Sehat
Cukup Sehat
Kurang Sehat
Tidak Sehat
Adapun rumus untuk menghitung nilai kredit rasio ini adalah sebagai
berikut.
(Rasio/0.05) = Nilai Kredit
b. Loan to Deposit Ratio (LDR). Bobot 5%
Loan to Deposit ratio (LDR) yaitu rasio kredit terhadap dana yang diterima
oleh bank, dimana kredit yang dimaksud dalam hal ini adalah kredit yang
diterima oleh masyarakat dan penanaman pada bank lain dalam bentuk
kredit yang diberikan dengan jangka waktu lebih dari 3 bulan. Sedangkan
untuk dana yang diterima oleh bank meliputi tabungan dan deposito
berjangka, pinjaman bukan dari bank lain dengan jangka waktu lebih dari 3
bulam, modal inti, dan modal pinjaman.
Rumus untuk menghitung LDR adalah sebagai berikut (Zahara, 2013).
Kredit yang Diberikan
x 100
Dana yang Diterima
Predikat untuk rasio LDR dapat ditentukan sebagai berikut.
LDR=
Sehat
Cukup Sehat
Kurang Sehat
Tidak Sehat
Adapun rumus untuk menghitung nilai kredit rasio ini adalah sebagai
berikut.
(114-Rasio) x 4 = Nilai Kredit
Setelah nilai kredit tingkat kesehatan BPR dihitung, selanjutnya nilai
kredit tersebut dihitung berdasarkan rasio CAMEL dengan bobot komponen
masing-masing standar rasio. Berikut ini adalah penilaian tingkat kesehatan BPR
konvensional berdasarkan metode CAMEL
Rasio CAMEL
PERMODALAN (CAPITAL)
1. Rasio CAR
2. Nilai = 81 + (rasio/0,1)
3. Bobot komponen / standar
4. Bobot komponen dalam faktor per standar
5. Nilai kredit komponen (no. 2 x no.4)
6. Bobot faktor / standar
7. Nilai kredit faktor (no. 5 x no. 6)
MANAJEMEN (MANAGEMENT)
1. Nilai
2. Bobot faktor / standar
3. Nilai kredit faktor
Nilai
LIKUIDITAS (LIQUIDITY)
1. Rasio likuiditas
2. Nilai (rasio a / 0,05) ; dan ((114-rasio b) x 4)
3. Bobot komponen / standar
4. Bobot komponen dalam faktor per standar
Jumlah
5. Nilai kredit komponen (no. 2 x no.4)
Jumlah a + b
6. Bobot faktor / standar
7. Nilai kredit faktor (no. 5 x no.6)
Predikat
Sehat
Cukup Sehat
Kurang Sehat
Tidak Sehat
BAB III
DESKRIPSI OBJEK
yaitu
Lestari
Gatsu,
Lestari
Renon
dan
Lestari
Melati.
Ditahun 2008 dengan asset Rp.265,9 Milyar, BPR Lestari berada dalam jajaran 10
BPR papan atas nasional. Pada tahun 2009 BPR Lestari meluncurkan System
Online dan meresmikan gedung baru berlantai 4 dengan luas 1.200 m2 sebagai
pusat kantor BPR Lestari di Jalan Teuku Umar Denpasar.
Dengan aset sebesar Rp.378,1 Milyar, pada tahun 2009 BPR Lestari
berada di jajaran 6 BPR papan atas nasional. Pada tahun 2010, BPR Lestari
merubah tagline pelayanannya menjadi Cepat, Bersahabat dan menjadi ranking
5 BPR terbesar nasional dengan asset Rp. 624 Milyar. Pada tahun 2011 BPR
Lestari tumbuh 73,5% dan memiliki aset Rp.1 Triliun sehinggan menduduki
rangking 3 BPR papan atas nasional. Pada tahun 2012 BPR Lestari menambahkan
3 kantor pelayanan yang berlokasi di titik-titik strategis kota Denpasar yaitu
Sanur, WR Supratman dan Hayam Wuruk. Pada tahun 2013 BPR Lestari
membentuk 5 divisi yang dipimpin oleh masing-masing kepala divisi, yakni
Banking Operational and IT Division, Risk and Special Asset Management
Division, Human Capital Management and Compliance Division, Business
Division, dan Retail Banking Division. Di tahun 2014 aset BPR Lestari mencapai
2 triliyun dan mempertahankan posisi ketiga sebagai BPR terbesar di Indonesia.
Sebagai BPR terbaik di Bali, di tahun 2015 BPR Lestari kembali membuktikan
kinerjanya dengan pencapaian asset lebih dari Rp. 3 Triliun di tahun 2015.
Dengan pencapaian ini BPR Lestari tetap mempertahankan posisinya sebagai BPR
terbesar ketiga di Indonesia. (www.bprlestari.com)
D. Visi BPR Sri Artha Lestari
1. Mendapatkan profitabilitas 4% ROA
2. Memberikan kesejahteraan yang layak bagi setiap anggota tim
3. Bermanfaat secara signifikan terhadap pengembangan sosial ekonomi
masyarakat Bali
E. Strategi Untuk Mencapai Visi BPR Sri Artha Lestari
1. Menjadikan BPR Lestari sebagai A Service Company
2. Menjadikan BPR Lestari sebagai A Productive Company
3. Menjadikan BPR Lestari sebagai A Learning Organization
Berikut ini adalah laporan keuangan BPR Sri Artha Lestari Denpasar
BAB IV
PEMBAHASAN
81+
Nilai Kredit rasio ini sebesar 179,1 namun maksimum nilai kredit adalah 100
sehingga nilai kredit untuk rasio ini adalah 100
2. Faktor Kualitas Aktiva Produktif (Bobot 30%)
penilaian Aktiva Produktif didasarkan pada dua rasio yaitu:
a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap total aktiva produktif
(rasio KAP). Bobot 25%.
Pada laporan keuangan tahun 2014 telah dijelaskan bahwa besarnya rasio
KAP pada BPR Sri Artha Lestari adalah 0,24%. Bila berpedoman pada penilaian
rasio KAP maka rasio KAP pada BPR Sri Artha Lestari Denpasar termasuk dalam
kategori sehat. Sedangkan untuk menghitung nilai kredit rasio ini adalah sebagai
berikut.
( 22,5 Rasio )
( 22,5 0,24 )
=nilai kredit maka
=148,4
0,15
0,15
Nilai Kredit rasio ini sebesar 148,4 namun maksimum nilai kredit adalah 100
sehingga nilai kredit untuk rasio ini adalah 100
b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk terhadap
penyisihan aktiva produktif yang wajib dibentuk oleh bank (rasio PPAP).
Bobot 5%.
Pada laporan keuangan tahun 2014 telah dijelaskan bahwa besarnya rasio
PPAP pada BPR Sri Artha Lestari adalah 100,00%. Bila berpedoman pada
penilaian rasio PPAP maka rasio PPAP pada BPR Sri Artha Lestari Denpasar
termasuk dalam kategori sehat. Sedangkan untuk menghitung nilai kredit rasio ini
adalah sebagai berikut.
Rasio x 1=nilai kredit maka100 x 1=100
Nilai
MANAJEMEN UMUM
STRATEGI / SASARAN
1. Rencana kerja tahunan bank digunakan sebagai dasar
acuan kegiatan usaha bank selama satu tahun.
STRUKTUR
2.
3.
SISTEM
4.
5.
6.
7.
KEPEMIMPINAN
8.
9.
39
MANAJEMEN RISIKO
RISIKO LIKUIDITAS / LIQUIDITY RISK
11. Bank melakukan pemantauan dan pencatatan tagihan
dan kewajiban
12. Bank senantiasa memelihara likuiditas dengan baik yang
jatuh tempo untuk mencegah kemungkinan timbulnya
kesulitan likuiditas
RISIKO KREDIT / CREDIT RISK
13. Dalam memberikan kredit bank melakukan analisis
terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali
kewajibannya
14. Setelah kredit diberikan bank melakukan pemantauan
terhadap penggunaan kredit, serta kemampuan dan
kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya
15. Bank melakukan pininjauan, penilaian dan pengikatan
terhadap agunan
RISIKO OPERASIONAL
16. Bank menerapkan kebijakan pembentukan penyisihan
penghapusan piutang berdasarkan prinsip kehati-hatian
17. Bank tidak menetapkan persyaratan yang lebih ringan
kepada pemilik atau pengururs bank untuk memperoleh
fasilitas dari bank
18. Pimpinan senantiasa melakukan tindak lanjut secara
58
97
Pada laporan keuangan tahun 2014 telah dijelaskan bahwa besarnya rasio
ROA pada BPR Sri Artha Lestari adalah 5,84%. Bila berpedoman pada penilaian
rasio ROA maka rasio ROA pada BPR Sri Artha Lestari Denpasar termasuk dalam
kategori sehat. Sedangkan untuk menghitung nilai kredit rasio ini adalah sebagai
berikut.
5,84
=nilai kredit maka
=389,3
( Rasio
)
0,015
0,015
Nilai Kredit rasio ini sebesar 389,33 namun maksimum nilai kredit adalah 100
sehingga nilai kredit untuk rasio ini adalah 100
b. BOPO. Bobot 5%
Pada laporan keuangan tahun 2014 telah dijelaskan bahwa besarnya rasio
BOPO pada BPR Sri Artha Lestari adalah 68,53%. Bila berpedoman pada
penilaian rasio BOPO maka rasio BOPO pada BPR Sri Artha Lestari Denpasar
termasuk dalam kategori sehat. Sedangkan untuk menghitung nilai kredit rasio ini
adalah sebagai berikut.
100rasio
10068,53
=nilai kredit maka
=393,37
0,08
0,08
Nilai Kredit rasio ini sebesar 393,37 namun maksimum nilai kredit adalah 100
sehingga nilai kredit untuk rasio ini adalah 100
5. Faktor Likuiditas (Bobot 10%)
Penilaian terhadap faktor likuiditas didasarkan pada dua rasio yaitu:
a. Cash Ratio. Bobot 5%
Pada laporan keuangan tahun 2014 telah dijelaskan bahwa besarnya rasio
Cash Ratio pada BPR Sri Artha Lestari adalah 10,05%. Bila berpedoman pada
penilaian rasio Cash ratio maka rasio Cash Ratio pada BPR Sri Artha Lestari
Denpasar termasuk dalam kategori sehat. Sedangkan untuk menghitung nilai
kredit rasio ini adalah sebagai berikut.
10,05
=nilai kredit maka (
=201
( Rasio
)
0,05
0,05 )
Nilai Kredit rasio ini sebesar 201 namun maksimum nilai kredit adalah 100
sehingga nilai kredit untuk rasio ini adalah 100
b. Loan to Deposit Ratio (LDR). Bobot 5%
Pada laporan keuangan tahun 2014 telah dijelaskan bahwa besarnya rasio
LDR pada BPR Sri Artha Lestari adalah 71,90%. Bila berpedoman pada penilaian
rasio LDR maka rasio LDR pada BPR Sri Artha Lestari Denpasar termasuk dalam
kategori sehat. Sedangkan untuk menghitung nilai kredit rasio ini adalah sebagai
berikut.
Rasio CAMEL
PERMODALAN (CAPITAL)
1. Rasio CAR
2. Nilai = 81 + (rasio/0,1) max 100
3. Bobot komponen / standar
4. Bobot komponen dalam faktor per standar
5. Nilai kredit komponen (no. 2 x no.4)
6. Bobot faktor / standar
7. Nilai kredit faktor (no. 5 x no. 6)
KUALITAS AKTIVA PRODUCKTIF (ASSET QUALITY)
1. Rasio aktiva produktif
2. Nilai (22,5 a)/0,15 ; dan (b x 1) max 100
3. Bobot komponen / standar
4. Bobot komponen dalam faktor per standar
Jumlah
5. Nilai kredit komponen (no. 2 x no.4)
Jumlah a + b
6. Bobot faktor / standar (0,25 + 0,5)
7. Nilai kredit faktor (no. 5 x no. 6)
Nilai
9,81
100
0,3
1
100
0,3
30
a (KAP)
0,24
100
0,25
0,83
83
MANAJEMEN (MANAGEMENT)
1. Nilai
2. Bobot faktor / standar
3. Nilai kredit faktor
b (PPAP)
100
100
0,05
0,17
1,00
17
100
0,30
30
97
0,20
19,4
a (ROA)
5,84
100
0,05
0,50
LIKUIDITAS (LIQUIDITY)
1. Rasio likuiditas
2. Nilai (rasio a / 0,05) ; dan ((114-rasio b) x 4) max 100
3. Bobot komponen / standar
4. Bobot komponen dalam faktor per standar
Jumlah
5. Nilai kredit komponen (no. 2 x no.4)
a (CR)
10,05
100
0,05
0,50
50
50
b (BOPO)
68,53
100
0,05
0,50
1,00
50
100
0,10
10
b (LDR)
71,90
100
0,05
0,50
1,00
50
6.
7.
Jumlah a + b
Bobot faktor / standar
Nilai kredit faktor (no. 5 x no.6)
100
0,10
10
99,4
Bila berpedoman pada penilaian tingkat kesehatan BPR maka BPR Sri
Artha Lestari termasuk dalam kategori sehat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut.
1. Faktor permodalan BPR Sri Artha Lestari yang di hitung dengan CAR
termasuk dalam kategori sehat.
2. Faktor kualitas aktiva produktif BPR Sri Artha Lestari yang di hitung dengan
KAP dan PPAP termasuk dalam kategori sehat.
3. Faktor manajemen BPR Sri Artha Lestari yang di hitung dengan 25 pertanyaan
dan pernyataan tentang manajemen unum dan manajemen risiko termasuk
dalam kategori sehat.
4. Faktor rentabilitas BPR Sri Artha Lestari yang di hitung dengan ROA dan
BOPO termasuk dalam kategori sehat.
5. Faktor likuiditas BPR Sri Artha Lestari yang di hitung dengan Cash Ratio dan
LDR termasuk dalam kategori sehat.
6. Penilaian tingkat kesehatan BPR Sri Artha Lestari dengan metode CAMEL
termasuk dalam kategori sehat.
B. Saran
Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan maka saran yang dapat
diajukan oleh penulis adalah BPR Sri Artha Lestari diharapkan untuk tetap
mempertahankan dan meningkatkan kinernyanya agar kesehatan BPR selalu
dalam kategori sehat.
C.
Daftar Rujukan
_____. 2012. Propfil Perusahaan PT BPR Sri Artha Lestari. (Online),
(www.kehidupan-yheiye.blogspot.co.id/2012/03/profil-pt-bpr-sri-arthalestari), diakses 12 Maret 2016.
_____. 2015. Rating 599 BPR: BPR Raksasa Survive di Kota Besar. (Online),
(www.infobanknews,com/npr-raksasa-survive-di-kota-besar), diakses 12
Maret 2016.
_____. 2015. Rekapitulasi Institusi Perbankan di Indoonesia September 2015.
(Online),(http://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/ikhtisarperbankan/Pages/Lembaga-Perbankan), diakses 12 Maret 2016.
_____.
2015.
Sejarah
BPR
Lestari.
(Online),
(www.bprlestrai.com/pages/sejarah.html., diakses 12 Maret 2016
Anita. 2009. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan rakyat Syariah pada
BPRS Kota Bekasi Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor :
9/17/PBI/2007. Skripsi Tidak Diterbitkan. Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah.
Taswan. 2010. Manajemen Perbankan Konsep, Teknik, dan Aplikasi Edisi II.
Yogyakarta : UPP STIM YKPN Yogyakarta
Zahara. 2014. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Dengan Metode CAMEL (Studi Kasus Pada Tiga BPR di Sumatera Barat).
Jurnal Akuntansi & Manajemen, 8 (2).