Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Umum
Pelaksanaan pendidikan dimaksudkan untuk memberikan dasar
pengetahuan dan keterampilan serta pembentukan perilaku bagi setiap
peserta didik untuk menjadi seorang ahli geologi. Oleh karena ahli
geologi bekerja dalam bidang kajian yang menyangkut keberadaan dan
kondisi bumi (material penyusun bumi) menunjukkan bahwa lapangan
kerja utama geologiwan adalah pengamatan dan analisis terhadap
masalah geologi dilapangan. Mengingat hal terssebut dan target dari
pendidikan S1 Teknik geologi untuk menjadikan geologiwan yang mampu
mengaplikasikan

ilmunya

dilapangan

maka

dalam

pelaksanaan

pendidikan tersebut dibutuhkan suatu kegiatan kuliah lapangan yang


tergabung dalam matakuliah geologi lapangan.
Geologi lapangan dimaksudkan untuk peningkatan kemampuan
mahasiwa dalam memperoleh inormasi dan menelaah permasalahnpermasalahan

kebumian

berdsarkan

obyek-obyek

geologi

yang

ditemukan dilapangan, dengan dilandasi kemampuan berfikir dari materimateri kuliah yang telah diberikan sebelumnya dikelas. Mata kuliah yang
sangat terkait dengan kegiatan ini adalah Petrologi, Paleontologi,
Geomorfologi,

Geologi

Struktur

dan

Metode

Geologi

Lapangan,

sehingga menjadi keharusan bagi setiap peserta untuk melulusinya


sebelum mengambil mata kuliah Geologi Lapangan .

I.2. Lokasi Dan Waktu Pelaksanaan


Kuliah lapangan dilaksanakan pada tanggal 7 Juli 6 Agustus
2004, di Kabupaten Barru yang meliputi Kecamatan Tanete Riaja dan
Tanete Rilau , dengan Basecamp induk di desa Watu ( jalan poros
Makassar-Soppeng). Lokasi ini terletak ekitar 120 kilometer dari
Makassar dengan waktu pencapaian lokasi sekitar 2 jam 2,5 jam.
I.3.

Geologi umum

I.3.1. Geomorfologi
Lokasi kuliah lapangan termasuk dalam lembar Pangkajene dan
Watampone bagian Barat, Sulawesi, dimana pada lembar tersebut
terdapat dua baris pegunungan yang memanjang hampir sejajar pada
arah utara baratlaut dan terpisahkan oleh lembar Sungai Walanae.
Pada kedua baris pegunungn tersebut daerah kuliah lapangan
menempati baris pegunungan bagian barat.
Pegunungan barat melebar dibagian selatan dan menyempit
dibagian utara. Puncak tertingginya 1694 meter sedngkan ketinggian
rata-ratanya 1500 meter. Pembentuknya sebagian besar batuan
gunungapi. Dilereng barat dan dibeberapa tempat dilereng timur terdpat
topografi kras, pencerminan adanya batugamping. Diantara topografi
kras dilereng barat terdapat daerah perbukitan yang dibentuk oleh batuan
Pra Tersier. Pegunungan ini dibagian barat daya dibatasi oleh daratan
Pangkajene Maros yang luas sebagian lanjutan dri dataran disekitarnya.
1.3.2. Stratigrafi
Qac : Endapan Aluvium, Danau dan Pantai; lempung, lanau,
lumpur, pasir dan kerikil di sepanjang sungai sungai besar dan pantai.

Endapan pantai setempat mengandung sisa kerang dan batugamping


koral.
Qpt : Endapan Undak; kerikil, pasir dan lempung membentuk
dataran rendah bergelombang di sebelah utara Pangkajene. Satuan ini
dapat dibedakan secara morfologi dari endapan aluvium yang lebih
muda.
Tmc : Formasi Camba; batuan sedimen laut berselingan dengan
batuan gunungapi; batupasir tufa berslingan dengan tufa, batupasir,
batulanau, dan batulempung; konlomerat dan breksi gunungapi, dan
setempat dengan batubara; berwarna beraneka, putih, coklat, kuning,
kelabu muda sampai kehitaman; umumnya mengeras kuat dan sebagian
kurang padat; berlaapis dengan tebal antara 4 cm 100 cm. Tufanya
berbutir halus hingga lapili; tufa lempungan berwrna merah mengandung
banyak mineral biotit; konglomerat dan breksinya terutama berkomponen
andesit dan basal dengan ukuran antara 2 cm 40 cm; batugamping
pasiran dan batupasir gampingan mengandung pecahan koral dan
mollusca ; batulempung gampingan kelabu tua dan napal mengandung
foram kecil dan mollusca. Fosil-fosil yang ditemukan pada satuan ini
menunjukkan kisaran umur Miosen tengah-Miosen Akhir (N.9 N.15)
pada lingkungan neritik. Ketebalan satuan sekitar 5.000 meter, menindih
tidak selaras batugamping Formasi tonasa (Temt) dan Formasi mallawa
(Tem), mendatar berangsur berubah jadi bagian bawah daripada Formasi
Walanae (Tmpw); diterobos oleh retas, sill dan stock bersusunan basal
piroksin, andesit dan diorit.
Tmcv : Anggota Batuan gunungapi ; batuan gunungapi
bersisipan batuan sedimen laut; breksi gunungapi, lava, konglomerat
gunungapi, dan tufa berbutir halus hingga lapilli; bersisipan batupasir
tufaan, batupasir gampingan, batulempung mengandung sisa tumbuhan,

batugamping dan napal. Batuannya bersusunan andesit dan basal,


umumnya sedikit terpropilitkan, sebagian terkersikkan, amigdaloidal dan
berlubang-lubang, ditrobos oleh retas, sill dan stock bersusunan basal
dan diorit; berwarna kelabu muda, kelabu tua dan coklat. Penarikan
Kalium/Argon pada batuan basal oleh Indonesian Gulf Oil berumur 17,7
juta tahun, dasit dan andesit berumur 8,93 juta tahun dan 9,92 juta tahun
(J.D.Obradovich, 1972), dan basal dari Barru menghasilkan 6,2 juta
tahun (T.M. van Leeuwen, 1978).
Beberapa

lapisan

batupasir

dan

batugamping

pasirabn

mengandung moluska dan sepaian koral. Sisipan tufa gampingan,


batupasir tufa gampingan, batupasir gampingan, batupasir lempungan,
napal dan batugamping mengandung fosil foraminifera. Berdasarkan atas
fosil tersebut dan penarikan radiometri menunjukkan umur satuan ini
adalah miosen tengah-Miosen Akhir.
Batuannya sebagian besar diendapkan dalam lingkungan neritik
sebagai fasies gunungapi Formasi camba, menindih tidak selaras
batugamping Formasi camba dan batuan Formasi Mallawa; sebagian
terbentuk

dalam

lingkungan

darat,

setempat

breksi

gunugapi

mengandung sepaian batugamping, tebal diperkirakan tidak kurang dari


4.000 meter.
Temt : Formasi Tonasa ; batugamping koral pejal, sebagian
terhablurkan, berwarna putih dan kelabu muda; batugamping bioklastika
dan kalkarenit, berwarna putih, coklat muda dan kelabu muda, sebagian
berlapis, berselingan dengan napal Globigerina tufaan; bagian bawahnya
mengandung batugamping berbitumen, setempat bersisipan breksi
batugamping dan batugamping pasiran; di daerah Ralla ditemukan
batugamping yang mengandung banyak serpihan sekis dan batuan
ultramafik;

batugamping

berlapis

sebagian

mengandung

banyak

foraminifera kecil dan beberapa lapisan napal pasiran mengandung


banyak kerang (pelecypoda) dan siput (gastropoda) besar. Batugamping
pejal pada umumnya terkekarkan kuat; di daerah Tanete Riaja terdapat
tiga jalur napal yang berselingan dengan jalur batugamping berlapis.
Berdasarkan atas kandungan fosilnya, menunjukkan kisaran umur
Eosen Awal (Ta.2) sampai Miosen tengah (Tf) dan lingkungan neritik
dangkal hingga dalam dan laguna. Tebal Formasi diperkirakan tidak
kuran dari 3000 meter, menindih tidak selaras batuan Formasi Mallawa,
dan tertindih tak selaras oleh Formasi Camba, diterobos oleh sill, retas
dan stock batuan beku yang bersusunan basal, trakit dan diorit.
Tem : Formasi Mallawa ; batupasir, konglomerat, bstulsnsu,
batulempung, napal dengan sisipan lapisan atau lensa batubara dan
batulempung; batupasirnya sebagian besar batupasir kuarsa adapula
yang arkose, graywacke dan tufaan, umumnya berwarna kelabu muda
dan coklat muda; pada umumnya bersifat rapuh, kurang padat;
konglomeratnya sebagian kompak; batulempung, batugamping dan napal
umumnya mengandung mollusca yang belum diperiksa, dan berwarna
kelabu muda sampai kelabu tua; batubara berupa lensa setebnal
beberapa centimeter dan berupa lapisan sampai 1,5 meter.
Berdasarkan atas kandungan fosil menunjukkan kisaran umur
Paleogen dengan lingkungan paralis dampai laut dangkal. Tebal Formasi
ini tidak kurang dari 400 meter; tertindih selaras oleh batugamping Temt,
dan menindih tak selaras batuan sedimen kl dan batuan gunungapi Tpv.
Kb: Formasi Balangbaru ; sedimen tipe flysch ; batupasir
berselingan dengan batulanau, batulempung, dan serpih; bersisipan
konglomerat, tufa dan lava; batupasirnya bersusunan grewake dan
arkosa, sebagian tufaan dan gampingan, pada umumnya menunjukkan
struktur turbidit; dibeberapa tempat ditemukan konglomerat dengan

susunan basal, andesit, diorit, serpih, tufa terkesikkan, sekis, kuarsa dan
bersemen bartupasir; pada umumnya padat dan sebagian serpih
terkesikkan. Formasi ini mempunyai ketebalan sekitar 2000 meter,
tertindih tidak selaras batuan formasi Mallawa dan batuan gunungapi
terpropilitkan, dan menindih tidak selaras kompleks tektonik Bantimala.
Ub:

Batuan

Ultrabasa

peridotit,

serbagian

besar

terserpentinitkan, berwarna hijau tua sampai kehitaman, kebanyakan


terbreksikan dan tergerus melalui sesar naik ke arah barat daya; pada
bagian yang pejal terlihat struktur berlapis, dan dibeberapa tempat
mengandung lensa kromit; satuan ini tebalnya tidak kurang dari 2500
meter, dan

mempunyai

sentuhan

sesar

dengan

satuan

batuan

disekitarnya.
D : Diorit Granodiorit ; terobosan diorit dan granodiorit,
terutama berupa stok dan sebagian berupa retas, kebanyakan bertekstur
forfiri, berwarna kelabu muda sampai kelabu. Diorit yang tersingkap di
sebelah Timur Birru menerobos batupasir Formasi Balangbaru dan
batuan ultramafik. Penarikan kalium/Argon pada biotit menghasilkan 9,03
juta tahun ( J.D.Obradovich, 1974).
T :Trakit ; terobosan trakit berupa stok, sil dan retas; bertekstur
porfiri kkasar dengan fenokris sanidin 3 cm panjangnya; berwarna putih
keabuan sampai kelabu muda. Di tanete Riaja trakit menerobos
batugamping Formasi Tonasa dan di Utara Soppeng menerobos batuan
gunung api Soppeng ( Tmsv). Penarikan kalium / argon trakit
menghasilkan; pada feldspar 8,3 juta tahun dan pada biotit 10,9 juta
tahun ( Indonesia Gulf Oil, 1972).
S : batuan malihan ; sebagian besar sekis dan sedikit genes;
secara megaskopis terlihat mineral diantaranya glaukopan, garnet,
epidot, mika dan klorit. Batuan malihan ini umumnya berpedaunan miring

ke arah timur laut, serbagian besar terbreksikan dan tersesar naikkan ke


arah barat daya. Satuan ini tebalnya tidak kurang dari 2000 meter dan
bersentuhan sesar dengan satuan batuan disekitarnya. Pennarikan
kalium / argon pada sekis diperoleh umum 111 juta tahun ( J.D.
Obradovich, 1974).
Tmsv : batuan gunungapi Soppeng; breksi gunungapi dan lava,
dengan sisipan tufa berbutir pasir sampai lapili dan batulempung;
dibagian utara lebih banyak tufa dan breksi, sedangkan dibagian selatan
lebih banyak lavanya; sebagian bersusunan basal piroksin dan sebagian
basal leusit, kandungan leusitnya semakin banyal ke arah Selatan;
sebagian

lavanya

berstruktur

bantal

dan

sebagian

terbreksikan;

breksinya berkomponen antara 5 cm 50 cm, warnanya kebanyakan


kelabu tua sampai kelabu kehijauan.
Batuan gunung api ini pada umumnya terubah kuat , amigdaloidal
dengan mineral sekunder berupa urat karbonat dan silikat, diterobos oleh
retas ( 0,5 m 1,0 m ) menindih tak selaras batugamping Formasi
Tonasa dan ditindih selaras batuan Formasi camba; diperkirakan
berumur Miosen Bawah.
1.3.3. Struktur Geologi
Batuan tua yang masih dapat diketahui kedudukan stratigrafi dan
tektoniknya adalah sedimen flysch Formasi Balangbaru. Formasi ini
menindih secara tidak selaras batuan yang lebih tua, dan di bagian
atasnya ditindih tidak selaras oleh batuan yang lebih muda. Formasi
Balangbarun merupakan endapan lereng di dalam sistem busur-palung
pada zaman Kapur Akhir.
Kegiatan gunungapi bawah laut dimulai pada kala Paleosen. Pada
kala Eosen Awal, daerah barat merupakan tepi daratan yang dicirikan

oleh endapan darat serta batubara di dalam Formasi Mallawa.


Pengendapan Formasi Mallawa kemungkinan hanya berlangsung selama
awal Eosen.
Pengendapan batuan karbonat yang sangat tebal dan luas di barat
berlangsung sejak Eosen Akhir hingga Miosen Awal. Gejala ini
mendandakan bahwa selama waktu itu terjadi paparan laut dangkal yang
luas,

yang

berangsur-angsur

menurun

sejalan

dengan

adanya

pengendapan. Proses tektonik di bagian barat ini berlangsung sampai


Miosen Awal.
Akhir kegiatan gunungapi Miosen Awal itu diikuti oleh tektonik yang
menyebabkan terjadinya permulaan terban Walanae yang kemudian
menjadi cekungan tempat pembentuk Formasi Walanae. Menurunnya
terban Walanae dibatasi oleh dua sistem sesar normal, yaitu sesar
Walanae dan sesar Soppeng.
Sesar utama yang berarah utara-baratlaut terjadi sejak Miosen
Tengah, dan tumbuh sampai setelah Pliosen. Perlipatan besar yang
berarah hampir sejajar dengan sesar utama diperkirakan terbentuk
sehubungan dengan adanya tekanan mendatar berarah kira-kira timurbarat pada waktu sebelum akhir Pliosen. Tekanan ini mengakibatkan pula
adanya sesar sungkup lokal yang menyesarkan batuan Pra-Kapur Akhir.
Perlipatan dan pensesaran yang relatif lebih kecil di bagian barat di
pegunungan barat yang berarah barat laut-tenggara dan merencong,
kemungkinan besar terjadi oleh gerakan mendatar ke kanan sepanjang
sesar besar.

Anda mungkin juga menyukai