Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKENARIO 3
KELOMPOK A-13
KETUA
: Denie Rahmad
(1102011074)
(1102012028)
(1102013008)
(1102013089)
Faisal Muhammad
(1102013104)
Haya Harareed
(1102013125)
(1102013128)
(1102013132)
(1102013159)
SKENARIO 3
KATA SULIT
1. Insomnia: Kelainan persisten yang menyebabkan susah tidur atau susah untuk
tetap tidur
2. Nyeri somatoform: - mengeluh rasa sakit dalam waktu yang cukup lama, namun
secara medis baik-baik saja.
- nyeri yang dirasakan secara fisik yag timbulnya, derajata beratnya, dan lama
berlangsungnya dipengaruhi oleh faktor mental, emosi dan perilaku
3. Nyeri kepala tipe tegang: serangan kepala berulang yang berlangsung dalam
beberapa menit sampai hari, tertekan bilateral dan tidak dipicu aktifitas fisik
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa hubungannya perceraian dengan sakit kepala yang diderita oleh pasien?
Jawab: karena perceraian menimbulkan beban pikiran yang mengakibatkan stress
sehingga terjadi perubahan hormon
2. Apa hubungan sakit kepala dengan insomnia?
Jawab: karena sakit kepala menyebabkan pasien susah tidur
3. Kenapa pasien merasa nyeri pada tengkuknya?
Jawab: karena kontraksi otot, pelebaran pembuluh darah dan kontraksi otot
rangka kepala, leher dan wajah
4. Apa hubungannya nyeri kepala tipe tegang dengan somatoform?
Jawab: nyeri kepala tipe tegang disebabkan oleh nyeri somatoform
5. Apa saja tatalaksana untuk sakit kepala?
Jawab: farmakoterapi; analgesic, anti-depresan, anti-konvulsan
6. Bagaiman dari segi mental dapat mencentuskan sakit kepala pada pasien?
Jawab: karena faktor psikologi yaitu stress dan beban hidup yang membuat
perubahan hormon dan mengakibatkan nyeri kepala
7. Apa hubungan jenis kelamin dengan kelainan yang dirasakan pasien?
Jawab: jenis kelamin tidak berpengaruh pada kelainan pasien
8. Apa tatalaksana untuk nyeri somatoform?
Jawab: melakukan psikoterapi
9. Apa saja tipe-tipe nyeri kepala?
Jawab: - primer: nyeri yang terjadi pada kepala bukan karena penyakit lain
- sekunder: nyeri yang diakibatkan kelainan pada organ lain selain kepala
10. Apakah penyebab insomnia?
Jawab: stress, depresi, cemas, obat dan zat kimia
11. Bagaimana kewajiban orang tua pada anaknya?
Jawab: memenuhi kebutuhan anaknya, memberi kasih sayang, mengajarkan nilainilai agama
12. Apa saja pencegahan insomnia?
Jawab: hidup sehat, kurangi stress, mendekatkan diri pada Allah
13. Apa saja faktor resiko dari nyeri somatoform?
Jawab: status sosial, lingkungan, gaya hidup
14. Apakah diagnosis pada pasien ini?
Jawab: nyeri kepala tipe tegang
15. Apa yang menyebabkan onset berulang pada nyeri kepala?
Jawab: karena faktor resiko yang belum ditangani
16. Apa saja pemeriksaan lain yang dapat dilakukan?
Jawab: MRI, CT scan, pemeriksaan hormone
17. Apa jenis insomnia dan gejalanya?
Jawab: DIS, DMS, sleep off set insomnia
18. Bagaimana cara mewujudkan keluarga samawa?
Jawab: konsultasi pernikahan, saling percaya, setia
HIPOTESIS
SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan Menjelaskan tentang Penghantaran Fisiologis Nyeri
WRAP UP SKENARIO 3 BLOK SARAF DAN PERILAKU
Traktus neospinotalamikus
Traktus neospinotalamisu bergfungsi utnuk menyalurkan nyeri secara cepat.
Terutama terdiri atas serabut A-Delta yang tyerutama dilalui oleh rasa nyeri
mekanik dan nyeri suhu akut. Serabut perifer jalur ini berakhir pada lamina I
kornu dorsalis. Dan dari sini akan merangsang neuron orde dua dari tractus
neospinotalamicus. Neuron ini akan mengirimkan sinyal ke serabut panjang
yang terletak di dekat sisi lain medulla spinalis dalam komisura anterior dan
selanjutnya berbelok naik ke otak dalam kolumna anterolateralis.
Hanya sebagian kecil saja serabut neopinotalamikus berakhir di daerah
retikularis batang otak, sisaya melewati batang otak dan langsung berakir di
kompleks ventrobasal thalami.
Nyeri cepat dapat dilokalisasi dengan mudah di dalam tubuh
Neurotransmiter A delta umumnya adalah glutamate
Traktus paleospinotalamikus
Jalur ini befungsi untuk menjalarkan nyeri lambat-kronik , sebagian
serabutnya adalah tipe C, sebagian kecil A-delta. Dalam jaras ini, serabutserabut perifer berakhri pada lamina II dan II kornu dorsalis yang secara
bersama-sama disebut substansi gelatinosa, serabut C terletak lebih lateral
dari A-delta. Setelah itu akan berlanjut ke lamina V dan neuron-neuronnya
merangsang akson-akson panjang (yang juga menjadi penghantar nyeri cepat)
yang mula-mula melewati komisura anterior ke sisi berlawanan dari medulla
spinalis ,kemudian naik ke otak melalui jaras anterolateral
Neotransmiter nya adalah glutamat dan Substansi P, substansi P bersifat lebih
lambat dari Glutamat yang memungkinkan glutamat untuk sampai terlebih
dahulu. Yang menjelaskan suatu fenomena rasa sakit ganda
Jaras paleospinotalamikus berakhir kebanyakan di
o Nucleus retikularis medula, pons dan mesensefalon
o Area tektal mesensefalon sampai kolukulus usperior dan inferior
o Daerah periakuaduktus substansia grisea yang mengelilingi aquaductus
sylvii
Kemampuan lokalisasi rasa nyeri pada jalur lambat sangatlah buruk dan
kebanyakan hanya dapat dilokalisasi di bagian tubuh yang luas
Formasio retikularis berfungsi untuk menimbulkan persepsio nyeri yang
disadari
Rasa nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan, yang dicetuskan oleh suatu
kerusakan jaringan, yang akan memnyebabkan individu untuk bereaksi memindahkan
stimulus nyeri.
Rasa nyeri dapat dibagi atas
Reseptor nyeri
Reseptor nyeri merupakan ujung saraf bebas, terdapat tiga jenis stimulasi yang
dapat merangsanganya yaitu rangsang mekanis, suhu dan kimiawi. Pada umumnya
rasa nyeri cepat diakibatkan mekanik dan suhu, sedangkan rasa lambat diakibatkan
stimulan kimia
Reseptor nyeri memiliki sedikit sekali kemampuan untuk beradaptasi , dan
bahkan pada beberapa keadaan dapat terjadi peningkatan intesitas rasa nyeri yang
disebut hiperalgesia . intensitas rasa nyeri juga berhubungan erat dengan derajat
kerusakan jaringan. Ada beberapa stimulus terkait kerusakan jaringan (bukan secara
langsung, dapat timbul sebagai adanya kerusakan jaringan) yang dapat menyebabkan
nyeri
sendiri (Sherwood, 2004). Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah
sebagai berikut :
1) skala intensitas nyeri deskritif
Keterangan
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan (secara obyektif pasien dapat berkomunikasi dengan
baik).
4-6 : Nyeri sedang (secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik).
7-9 : Nyeri berat (secara obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi).
10 : Nyeri sangat berat (pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,
memukul).
10
11
2.2. Epidemiologi
Prevalensi migren adalah 18,2% diantaranya wanita dan 6,5% pria, dengan 23%
rumah tangga memiliki paling sedikit 1 anggotanya yang mengidap migren. Sebelum usia
12 tahun migren lebih sering terjadi pada anak laki-laki, namun setelah pubertas migren
sering dijumpai pada perempuan dengan rasio 2:1.
Faktor resiko terjadinya sakit kepala adalah gaya hidup, kondisi penyakit, jenis
kelamin, umur, pemberian histamin atau nitrogliserin sublingual dan faktor genetik.
Prevalensi sakit kepala di USA menunjukkan 1 dari 6 orang (16,54%) atau 45 juta orang
menderita sakit kepala kronik dan 20 juta dari 45 juta tersebut merupakan wanita. 75 %
dari jumlah di atas adalah tipe tension headache yang berdampak pada menurunnya
konsentrasi belajar dan bekerja sebanyak 62,7 %. Menurut IHS, migren sering terjadi
pada pria dengan usia 12 tahun sedangkan pada wanita, migren sering terjadi pada usia
besar dari 12 tahun. IHS juga mengemukakan cluster headaache 80 90 % terjadi pada
pria dan prevalensi sakit kepala akan meningkat setelah umur 15 tahun.
2.3. Etiologi
Sebagian besar nyeri kepala terjadi karena tegangan (kontraksi otot) dapat
disebabkan oleh:
Keadaan lain yang dapat menjadi penyebab: glaukoma, inflamasi pada mata atau
mukosa nasal atau sinus paranasal, penyakit pada kulit kepala, gigi, arteri
ekstrakranial, pemakaian obat-obat vasodilator (nitrat, alkohol dan histamin),
penyakit sistemik, hipertensi, peningkatan tekanan intracranial, trauma/tumor
kepala, perdarahan, abses atau aneurisma intrakranial.
Nyeri kepala dapat dibagi kepada tiga kelompok berdasarkan onsetnya yaitu :
Bagi nyeri kepala subakut, nyerinya biasa timbul karena giant cell arteritis,
massa intrakranial, neuralgia trigeminal, neuralgia glossofaringeal dan
hipertensi.
Nyeri kronik timbul karena migren, nyeri kepala klaster, nyeri kepala
tipetegang, cervical spine disease, sinusitis dan dental disease.
12
Dalam buku Disease of the Nervous System , dinyatakan bahwa nyeri kepala juga
disebabkan oleh penyakit pada tulang kranium, neuritis dan neuralgia, irritasi
meningeal, lesi di intracranial, trauma dan penurunan tekanan intracranial.
Sakit kepala bisa disebabkan oleh kelainan: (1) vaskular, (2) jaringan saraf, (3) gigi geligi, (4) orbita, (5) hidung dan (6) sinus paranasal, (7) jaringan lunak dikepala,
kulit, jaringan subkutan, otot, dan periosteum kepala. Selain kelainan yang telah
disebutkan diatas, sakit kepala dapat disebabkan oleh stress dan perubahanlokasi
(cuaca, tekanan, dll.).
a
-
Intrakranial
1 Inflamasi
Meningismus
Meningitis
Ensefalitis
Poliomielitis
Malaria
Abses Serebral
ArtritisKrania
2 Non-Inflamasi
Migrain
Nyeri Kepala Kluster
Gegar Otak
Perdarahan Ekstra Dural
Perdarahan Subdural
Perdarahan Subarakhnoid
Stroke
Neoplasma
Hipertensi Benigna Intrakranial
2.4. Klasifikasi
Berdasarkan klassifikasi Internasional Nyeri Kepala Edisi 2 dari Internasional Headache
Society (IHS) :
A. Primary headache disorders :
1. Migraine
2. Tension-type headache
3. Cluster headache and other trigeminal autonomic cephalalgias
4. Other primary headaches
B. Secondary headache disorders:
1. Headache attributed to head and/or neck trauma
2. Headache attributed to cranial or cervical vascular disorder
3. Headache attributed to non-vascular intracranial disorder
WRAP UP SKENARIO 3 BLOK SARAF DAN PERILAKU
13
4.
5.
6.
7.
Migraine
Migraine adalah headache primer yang sering menyebabkan disabilitas.
Menurut WHO, migraine adalah penyakit ke-19 yang menyebabkan
disabilitas. Migraine dibagi menjadi 2 subtipe yaitu:
o Migraine tanpa aura
Nama lain : common migraine/hemicrania simplex
Kriteria diagnosis :
Minimal 5 serangan
menghindari
14
Minimal 2 serangan
15
b.
Minimal 10 episode terjadi dengan frekuensi tergantung sub subtipe masing-masing dan memenuhi criteria B-D
16
c.
17
d.
Hypnic headache
Hemicranias continua
18
Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria antara lain :
Klasifikasi nyeri berdasarkan waktu, dibagi menjadi nyeri akut dan nyeri
kronis
1. Nyeri Akut adalah Nyeri yang terjadi secara tiba-tiba dan terjadinya
singkat contoh nyeri trauma
2. Nyeri Kronis adalah nyeri yang terjadi atau dialami sudah lama
contoh kanker
19
2.5. Patofisiologi
Nyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial (Corwin J.E. ). Ketika suatu jaringan mengalami
cedera, atau kerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan bahan yang dapat menstimulus
reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin, prostaglandin, dan
substansi P yang akan mengakibatkan respon nyeri (Kozier dkk). Nyeri juga dapat
disebabkan stimulus mekanik seperti pembengkakan jaringan yang menekan pada
reseptor nyeri. (Taylor C. dkk).
Nyeri kepala dipengaruhi oleh nukleus trigeminoservikalis yang merupakan
nosiseptif yang penting untuk kepala, tenggorokan dan leher bagian atas. Semua aferen
nosiseptif dari saraf trigeminus, fasial, glosofaringeus, vagus, dan saraf dari C1 3
beramifikasi pada grey matter area ini. Nukleus trigeminoservikalis terdiri dari tiga
bagian yaitu pars oralis yang berhubungan dengan transmisi sensasi taktil diskriminatif
dari regio orofasial, pars interpolaris yang berhubungan dengan transmisi sensasi taktil
diskriminatif seperti sakit gigi, pars kaudalis yang berhubungan dengan transmisi
nosiseptif dan suhu.
Terdapat overlapping dari proses ramifikasi pada nukleus ini seperti aferen dari C2
selain beramifikasi ke C2, juga beramifikasi ke C1 dan C3. Selain itu, aferen C3 juga
akan beramifikasi ke C1 dan C2. Hal ini lah yang menyebabkan terjadinya nyeri alih dari
pada kepala dan leher bagian atas. Nyeri alih biasanya terdapat pada oksipital dan regio
fronto orbital dari kepala dan yang jarang adalah daerah yang dipersarafi oleh nervus
maksiliaris dan mandibularis. Ini disebabkan oleh aferen saraf tersebut tidak atau hanya
sedikit yang meluas ke arah kaudal. Lain halnya dengan saraf oftalmikus dari trigeminus.
Aferen saraf ini meluas ke pars kaudal.
Saraf trigeminus terdiri dari 3 yaitu V1, V2, dan V3. V1 , oftalmikus, menginervasi
daerah orbita dan mata, sinus frontalis, duramater dari fossa kranial dan falx cerebri serta
pembuluh darah yang berhubungan dengan bagian duramater ini. V2, maksilaris,
menginervasi daerah hidung, sinus paranasal, gigi bagian atas, dan duramater bagian
fossa kranial medial. V3, mandibularis, menginervasi daerah duramater bagian fossa
cranial medial, rahang bawah dan gigi, telinga, sendi temporomandibular dan otot
menguyah.
WRAP UP SKENARIO 3 BLOK SARAF DAN PERILAKU
20
Selain saraf trigeminus terdapat saraf kranial VII, IX, X yang innervasi meatus
auditorius eksterna dan membran timfani. Saraf kranial IX menginnervasi rongga telinga
tengah, selain itu saraf kranial IX dan X innervasi faring dan laring.
Servikalis yang terlibat dalam sakit kepala adalah C1, C2, dan C3. Ramus dorsalis
dari C1 menginnervasi otot suboccipital triangle - obliquus superior, obliquus inferior
dan rectus capitis posterior major dan minor. Ramus dorsalis dari C2 memiliki cabang
lateral yang masuk ke otot leher superfisial posterior, longissimus capitis dan splenius
sedangkan cabang besarnya bagian medial menjadi greater occipital nerve. Saraf ini
mengelilingi pinggiran bagian bawah dari obliquus inferior, dan balik ke bagian atas serta
ke bagian belakang melalui semispinalis capitis, yang mana saraf ini di suplai dan masuk
ke kulit kepala melalui lengkungan yang dikelilingi oleh superior nuchal line dan the
aponeurosis of trapezius. Melalui oksiput, saraf ini akan bergabung dengan saraf lesser
occipital yang mana merupakan cabang dari pleksus servikalis dan mencapai kulit kepala
melalui pinggiran posterior dari sternokleidomastoid. Ramus dorsalis dari C3 memberi
cabang lateral ke longissimus capitis dan splenius. Ramus ini membentuk 2 cabang
medial. Cabang superfisial medial adalah nervus oksipitalis ketiga yang mengelilingi
sendi C2-3 zygapophysial bagian lateral dan posterior.
Daerah sensitif terhadap nyeri kepala dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu
intrakranial dan ekstrakranial. Intrakranial yaitu sinus venosus, vena korteks serebrum,
arteri basal, duramater bagian anterior, dan fossa tengah serta fossa posterior. Ektrakranial
yaitu pembuluh darah dan otot dari kulit kepala, bagian dari orbita, membran mukosa dari
rongga nasal dan paranasal, telinga tengah dan luar, gigi, dan gusi. Sedangkan daerah
yang tidak sensitif terhadap nyeri adalah parenkim otak, ventrikular ependima, dan
pleksus koroideus.
Beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggung jawab memicu nyeri
kepala adalah sebagai berikut (Lance, 2000) : (1) peregangan atau pergeseran pembuluh
darah; intrakranium atau ekstrakranium, (2) traksi pembuluh darah, (3) kontraksi otot
kepala dan leher ( kerja berlebihan otot), (3) peregangan periosteum (nyeri lokal), (4)
degenerasi spina servikalis atas disertai kompresi pada akar nervus servikalis (misalnya,
arteritis vertebra servikalis), defisiensi enkefalin (peptida otak mirip- opiat, bahan aktif
pada endorfin).
21
2.6. Manifestasi
22
Ciri Khas
Pemeriksaan
Diagnostik
Ketegangan otot
Pemeriksaan
untuk
menyingkirkan
penyakit fisik serta
penilaian factor psikis
dan kepribadian.
Migraine
Jika
diagnosisnya
masih meragukan dan
sakit
kepala
baru
terjadi, dilakukan CT
Scan atau MRI atau
diberikan obat migraine
untuk melihat efeknya.
Obat
migraine
diberikan untuk melihat
efeknya (sumatriptan,
metisergid/obat
vasokonstriktor,
kortikosteroid,
indometasin)
atau
menghirup O2.
Hipertensi
Kelainan
mata Nyeri dirasakan di kepala bagian depan Pemeriksaan mata
(iritis, glaucoma)
atau di dalam dan di seluruh mata,
bersifat sedang sampai berat dan
seringkali memburuk jika mata dalam
keadaan lelah.
Kelainan sinus
23
dalam
Tumor otak
Infeksi otak
Meningitis
Hematoma subdural
Perdarahan
subarachnoid
darah,
24
Tipe
Tanda dan Gejala
Migrain tanpa aura ( migrain biasa)
Durasi 4 sampai 72 jam apabila Gejala prodromal yang meliputi rasa lelah,
tidak diobati
nausea, vomitus, dan ketidakseimbangan
cairan yang mendahului serangan sakit
kepala.
Sensitive terhadap cahaya dan bunyi
berisik.
Nyeri tipe sakit kepala (rasa pegal atau
nyeri berdenyut yang bias unilateral atau
bilateral).
Migrain dengan aura (klasik)
Biasanya terjadi pada kepribadian Gejala prodromal yang meliputi gangguan
kompulsif.
penglihatan seperti penampakan garis zig
zag dan cahaya yang terang, gangguan
sensorik (kesemutan pada wajah, bibir
serta tangan), gangguan motorik.
Sakit kepala yang periodik dan rekuren.
Migrain hemiplegik dan oftalmoplegik
Biasanya terjadi pada dewasa Nyeri unilateral
muda
Kelumpuhan otot ekstraokuler (N. cranial
III) dan psitosis.
Migrain hemiplegic terdapat gangguan
neurologi (hemiparesis, hemiplagia) yang
dapat bertahan meskipun sakit kepala
sudah mereda.
Migrain arteri basilaris
Terjadi pada wanita muda periode Gejala prodromal yang meliputi gangguan
haid
penglihatan parsial dengan keluhan
vertigo, ataksia, tinnitus, kesemutan jarijari tangan serta kaki.
Nyeri kepala yang berupa nyeri berdenyut
di daerah oksipital dn vomitus.
2.7. Diagnosis dan Diagnosis Banding
Amanmesis
Pertanyaan umum pada anamnesa keluhan nyeri kepala:
1. Apakah nyeri kepala itu merupakan nyeri kepala biasa?
Istilah biasa disini berarti nyeri kepala yang terjadi kadang-kadang
tanpa sebab yang jelas dan lazim diderita banyak orang. Namun
kemungkinan adanya gangguan biokimiawi dibalik nyeri tersebut juga
tidak dapat disingkirkan.
25
26
(4) sakit kepala mengikuti aura dalam interval bebas waktu tidak mencapai 60
menit.
Migren tanpa aura sedikit lima kali serangan nyeri kepala seumur hidup yang memenuhi
kriteria berikut :
(a) berlangsung 4 - 72 jam dan paling sedikit memenuhi dua dari syarat berikut:
(1) unilateral
(2) sensasi berdenyut
(3) intensitas sedang berat
(4) diperburuk oleh aktifitas
(5) bisa terjadi mual muntah, fotofobia dan fonofobia.
PF dan PP
Pemeriksaan Penunjang Migren Pemeriksaan untuk menyingkirkan penyakit lain (
jika ada indikasi) adalah pencitraan ( CT scan dan MRI) dan punksi lumbal.
3. Sakit Kepala Cluster
Anamnesis
Diagnosis nyeri kepala klaster menggunakan kriteria oleh IHS adalah sebagai
berikut : (IHS,2005)
a. Paling sedikit 5 kali serangan dengan kriteria seperti di bawah
b. Berat atau sangat berat unilateral orbital, supraorbital, dan atau nyeri
temporal selama 15 180 menit bila tidak di tatalaksana.
c. Sakit kepala disertai satu dari kriteria dibawah ini :
1. Injeksi konjungtiva ipsilateral dan atau lakriimasi
2. Kongesti nasal ipsilateral dan atau rhinorrhea
3. Edema ipsilateral kelopak mata
4. berkeringat pada bagian depan dan wajah ipsilateral
5. Ipsilateral miosis dan atau ptosis
6. Sensasi agitasi
d. Serangan mempunyai frekuensi dari 1 kali setiap hari berbeda hingga 8
kali pada hari yang sama
e. Tidak berhubungan dengan kelainan yang lain
DIAGNOSIS BANDING
Gejala
Riwayat keluarga
Migrain
+
Tension headache
-
Cluster
-
Jenis kelamin
Perempuan
Tak berbeda
Pria
Usia
Remaja dewasa
dewasa
20 40 tahun
Lokasi sakit
Unilateral
Bilateral
Unilateral
27
Saat timbul
Pagi
Sore
Malam
Nyeri berdenyut
++
Intensitas nyeri
Sedang berat
Ringan sedang
Sangat hebat
Lama serangan
4 jam 3 hari
beberapa hari
15 menit 3 jam
Tak berpengaruh
Tak berpengaruh
Pengaruh
fisik
Enek / muntah
Fotofobia
Fonofobia
Mata merem/merah
+++
+++
Leher kaku
++
Kelumpuhan badan
2.8. Tatalaksana
Sasaran penatalaksanaan tergantung lama dan intensitas nyeri, gejala penyerta,
derajat disabilitas serta respon awal dari pengobatan dan mungkin pula ditemukan
penyakit lain seperti epilepsi, ansietas, stroke, infark miokard. Karena itu harus hati-hati
memberikan obat. Bila ada gejala mual/muntah, obat diberikan rektal, nasal, subkutan
atau intra vena.
Tatalaksana pengobatan migren dapat dibagi kepada 4 kategori
WRAP UP SKENARIO 3 BLOK SARAF DAN PERILAKU
28
a.
b.
c.
d.
Langkah umum
Terapi abortif
Langkah menghilangkan rasa nyeri
Terapi preventif
A. Langkah Umum
Perlu menghindari pencetus nyeri, seperti perubahan pola tidur, makanan,
stres dan rutinitas sehari-hari, cahaya terang, kelap kelip, perubahan cuaca,
berada ditempat yang tinggi seperti gunung atau di pesawat udara.
B. Terapi Abortif
Pada serangan ringan sampai sedang atau serangan berat. Analgesik ringan
aspirin (drug of choice). Bila tidak respon terhadap NSAIDs, dipakai obat
spesifik. seperti: Triptans (naratriptans, rizatriptan, sumatriptan,
zolmitriptan), Dihydro ergotamin (DHE), obat kombinasi (aspirin dengan
asetaminophen dan kafein), obat golongan ergotamin.
Tabel obat spesifik
Jenis obat
1. Ergotamin
2. Caffeine
plus
Ergotamine
3. Dihydroerg
otamine
(DHE)
Triptans
1. Sumatriptan
29
30
Efek Samping
Kontraindikasi
Fatigue, bronchospasm,
bradikardi, hipotensi,
depresi,
congestive
heart failure, impotensi,
gangguan tidur.
Fatigue,
bradikardi,
konstipasi,
edema.
Serotonin receptor
antagonists
Methysergide
Pizotyline
(pizotifen)
Tricyclic
analgesics
Amitriptiline
Nortriptiline
Anti-epileptik
Divalproex
Sodium
valproate
Valproic acid
Gabapentin
2 mg (max Retroperitoneal,cardia
8mg/hr)
c and
pulmonary fibrosis
0.5 mg (max Weight gain, Fatigue.
3-6 mg/hr)
hipertensi, kehamilan,
tromboflebitis.
10-150 mg
10-150 mg
Mulut
kering, kelainan liver, ginjal,
konstipasi, weight gain, paru, jantung,
drowsiness,
glaukoma, hipertensi.
reduced
seizure
threshold,
cardiovascular effects.
500-1500
mg/d
500-1500
mg/d
500-1500
mg/d
900-1800
mg/hr (max
31
2400)
(Kenneth, 2004)
Tatalaksana Nyeri Kepala Tension
Terapi Non-farmakologi
*Melakukan latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya 20
sampai 30 menit.
*Perubahan posisi tidur.
*Pernafasan dengan diafragma atau metode relaksasi otot yang lain.
*Penyesuaian lingkungan kerja maupun rumah.
*Pencahayaan yang tepat untuk membaca, bekerja, menggunakan
komputer, atau saat menonton televisi.
*Hindari eksposur terus-menerus pada suara keras dan bising.
*Hindari suhu rendah pada saat tidur pada malam hari.
(Price, 2006)
Terapi farmakologi
*Menggunakan analgesik atau analgesik plus ajuvan sesuai tingkat nyeri.
Seperti obat-obat OTC: aspirin, acetaminophen, ibuprofen atau naproxen
sodium. Produk kombinasi dengan kafein dapat meningkatkan efek
analgesik.
*Untuk sakit kepala kronis, perlu assesment yang lebih teliti mengenai
penyebabnya, misalnya karena anxietas atau depresi.
*Pilihan obatnya adalah antidepresan, seperti amitriptilin atau antidepresan
lainnya. Hindari penggunaan analgesik secara kronis memicu rebound
headache.
(Kowalak, 2011)
Tatalaksana Cluster headache
Sasaran terapi : menghilangkan nyeri (terapi abortif), mencegah serangan
(profilaksis).
Strategi terapi : menggunakan obat NSAID, vasokonstriktor cerebral.
*Obat terapi abortif: oksigen, ergotamin, sumatriptan (dosis sama dengan
dosis migren).
*Obat terapi profilaksis: verapamil, litium, ergotamin, metisergid,
kortikosteroid, topiramat.
2.9. Komplikasi
Komplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yang disebabkan oleh
penggunaan obat - obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dllyang berlebihan.
Tension type headache episodik dapat berkembang menjadi tipe kronik, dan depresi
akibat gejalanya dapat terjadi sebagai suatu komplikasi pada pasien. Komplikasi Migren
adalah rebound headache, nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan
analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dll yang berlebihan.
32
2.10. Pencegahan
Terapi Perilaku merupakan pencegahan yang baik pada pasien, mengingat ini
adalah suatu kelainan psikogenik, diharapkan,d engan adanya suatu terapi psikologis,
pasien dapat mengenali jika sakit kepalanya mulai timbul dan mulai melakukan
perubahan-perubahan sikap agar sakit kepalanya mereda.
2.11. Prognosis
Prognosis nyeri kepala bergantung pada jenis sakit kepalanya sedangkan indikasi
merujuk keadaan :
1. Sakit kepala yang tiba-tiba dan timbul kekakuan di leher,
2. Sakit kepala dengan demam dan kehilangan kesadaran,
3. Sakit kepala setelah terkena trauma mekanik pada kepala,
4. Sakit kepala disertai sakit pada bagian mata dan telinga,
5. Sakit kepala yang menetap pada pasien yang sebelumnya tidak pernah mengalami
serangan,
6. Sakit kepala yang rekuren pada anak.
Kelainan tipe episodik jauh lebih mudah ditangani daripada tipe kronik.
Definisi
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik
(sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan
medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk
menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada
kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Suatu
diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis
adalah suatu penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan
somatoform adalah tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan.
Gambaran yang penting dari gangguan somatoform adalah adanya gejala fisik,
dimana tidak ada kelainan organik atau mekanisme fisiologik. Dan untuk hal tersebut
terdapat bukti positif atau perkiraan yang kuat bahwa gejala tersebut terkait dengan
adanya faktor psikologis atau konflik. Karena gejala tak spesifik dari beberapa sistem
organ dapat terjadi pada penderita anxietas maupun penderita somatoform disorder,
diagnosis anxietas sering disalah diagnosiskan menjadi somatoform disorder, begitu pula
sebaliknya. Adanya somatoform disorder, tidak menyebabkan diagnosis anxietas menjadi
hilang.
33
3.2. Etiologi
Gangguan Somatisasi : Substitusi instiktual yang direpresi, pengajaran parental, kondisi
rumah tidak stabil, penyiksaan fisik, penurunan metabolisme lobus frontalis dan hemisfer
nondominan, genetika, regulasi abnormal sitokin.
Gangguan Konversi : Represi konflik intrapsikis bawah sadar dan konversi kecemasan ke
dalam suatu gejala psikis, hipometabolisme hemisfer dominan, hipermetabolisme
hemisfer nondominan, gangguan komunikasi hemisferik.
Hipokondriasis : Mis-interpretasi gejala-gejala tubuh, model belajar sosial, varian
gangguan depresif dan kecemasan, harapan agresif dan permusuhan terhadap orang lain.
Gangguan Dismorfik Tubuh : Melibatkan metabolisme serotonin, pengaruh kulturaldan
sosial.
Gangguan Nyeri : Ekspresi simbolik intrapsikis melalui tubuh (aleksitimia), perilaku
sakit, manipulasi untuk mendapat keuntungan hubungan interpersonal, melibatkan
serotonin, defisiensi endorfin.Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di
bawah sadar yang mempunyai tujuan tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor
genetik dalam transmisi gangguan ini. Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya
penurunan metabolism (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan
hemisfer non dominan.
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai berikut (Nevid
dkk, 2005) :
a. Faktor-faktor Biologis
Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetis (biasanya pada
gangguan somatisasi).
b. Faktor Lingkungan Sosial
Sosialisasi terhadap wanita pada peran yang lebih bergantung, seperti peran
sakit yang dapat diekspresikan dalam bentuk gangguan somatoform.
c. Faktor Perilaku
34
Klasifikasi
35
Definisi
Gangguan somatisasi (somatization disorder) dicirikan dengan keluhan somatik
yang beragam dan berulang yang bermula sebelum usia 30 tahun (namun biasanya
pada usia remaja), bertahan paling tidak selama beberapa tahun, dan berakibat antara
menuntut perhatian medis atau mengalami hendaya yang berarti dalam memenuhi
peran sosial atau pekerjaan.
Keluhan-keluhan yang diutarakan biasanya mencakup sistim-sistim organ yang
berbeda seperti nyeri yang samar dan tidak dapat didefinisikan, problem
menstruasi/seksual,
orgasme
terhambat,
penyakit-penyakit
neurologik,
gastrointestinal, genitourinaria, kardiopulmonar, pergantian status kesadaran yang
sulit ditandai dan lain sebagainya. Jarang dalam setahun berlalu tanpa munculnya
beberapa keluhan fisik yang mengawali kunjungan ke dokter. Orang dengan
gangguan somatisasi adalah orang yang sangat sering memanfaatkan pelayanan
medis. Keluhan-keluhannya tidak dapat dijelaskan oleh penyebab fisik atau melebihi
apa yang dapat diharapkan dari suatu masalah fisik yang diketahui. Keluhan tersebut
juga tampak meragukan atau dibesar-besarkan, dan orang itu sering kali menerima
perawatan medis dari sejumlah dokter, terkadang pada saat yang sama.
Etiologi
Belum diketahui. Teori yang ada yaitu teori belajar, terjadi karena individu
belajar untuk mensomatisasikan dirinya untuk mengekspresikan keinginan dan
kebutuhan akan perhatian dari keluarga dan orang lain
-
Epidemiologi
Wanita : pria = 10 :1, bermula pada masa remaja atau dewasa muda
Rasio tertinggi usia 20- 30 tahun
Pasien dengan riwayat keluarga pernah menderita gangguan somatoform (berisiko
10-20 kali lebih besar dibanding yang tidak ada riwayat)
Gangguan Somatoform Tak Terinci
Etiologi
Tidak diketahui
Epidemiologi
Bervariasi, di USA 10%-12% terjadi pada usia dewasa dan 20 % menyerang wanita.
Gangguan Hipokondrik
Definisi
Hipokondriasis adalah keterpakuan (preokupasi) pada ketakutan menderita, atau
keyakinan bahwa seseorang memiliki penyakit medis yang serius, meski tidak ada
dasar medis untuk keluhan yang dapat ditemukan. Berbeda dengan gangguan
somatisasi dimana pasien biasanya meminta pengobatan terhadap penyakitnya yang
seringkali menyebabkan terjadinya penyalahgunaan obat, maka pada gangguan
hipokondrik pasien malah takut untuk makan obat karena dikira dapat menambah
keparahan dari sakitnya.
36
Ciri utama dari hipokondriasis adalah fokus atau ketakutan bahwa simptom fisik
yang dialami seseorang merupakan akibat dari suatu penyakit serius yang
mendasarinya, seperti kanker atau masalah jantung. Rasa takut tetap ada meskipun
telah diyakinkan secara medis bahwa ketakutan itu tidak berdasar. Gangguan ini
paling sering muncul antara usia 20 dan 30 tahun, meski dapat terjadi di usia
berapapun.
Orang dengan hipokondriasis tidak secara sadar berpura-pura akan simptom
fisiknya. Mereka umumnya mengalami ketidaknyamanan fisik, seringkali melibatkan
sistem pencernaan atau campuran antara rasa sakit dan nyeri. Berbeda dengan
gangguan konversi yang biasanya ditemukan sikap ketidakpedulian terhadap
simptom yang muncul, orang dengan hipokondriasis sangat peduli, bahkan benarbenar terlalu peduli pada simptom dan hal-hal yang mungkin mewakili apa yang ia
takutkan.
Pada gangguan ini, orang menjadi sangat sensitif terhadap perubahan ringan
dalam sensasi fisik, seperti sedikit perubahan dalam detak jantung dan sedikit sakit
serta nyeri. Padahal kecemasan akan simptom fisik dapat menimbulkan sensasi fisik
itu sendiri, misalnya keringat berlebihan dan pusing, bahkan pingsan. Mereka
memiliki lebih lanjut kekhawatiran akan kesehatan, lebih banyak simptom psikiatrik,
dan mempersepsikan kesehatan yang lebih buruk daripada orang lain. Sebagian besar
juga memiliki gangguan psikologis lain, terutama depresi mayor dan gangguan
kecemasan.
Etiologi
Masih belum jelas
Epidemiologi
Biasanya terjadi pada usia dewasa, rasio antara wanita dan pria sama
Gangguan Nyeri Somatoform Menetap
Definisi
Gangguan nyeri ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata berhubungan
dengan faktor psikologis atau secara bermakna dieksaserbasi oleh faktor psikologis.
Pasien sering wanita yang merasa mengalami nyeri yang penyebabnya tidak dapat
ditemukan. Munculnya secara tiba-tiba, biasanya setelah suatu stres dan dapat hilang
dalam beberapa hari atau berlangsung bertahun-tahun. Biasanya disertai penyakit
organik yang walaupun demikian tidak dapat menerangkan secara adekuat keparahan
nyerinya (Tomb, 2004).
Individu yang merasakan nyeri akibat gangguan fisik, menunjukkan lokasi rasa
nyeri yang dialaminya dengan lebih spesifik, lebih detail dalam memberikan
gambaran sensoris dari rasa nyeri yang dialaminya, dan menjelaskan situasi dimana
rasa nyeri yang dirasakan menjadi lebih sakit atau lebih berkurang (Adler et al.,
dalam Davidson, Neale, Kring, 2004). Sedangkan pada nyeri somatoform, pasien
malah bertindak sebaliknya.
Etiologi
37
Tidak diketahui
Epidemiologi
Terjadi pada semua tingkatan usia, di USA 10-15% pasien datang dengan keluhan
nyeri punggung.
Gangguan Konvensi
Definisi
Adalah suatu tipe gangguan somatoform yang ditandai oleh kehilangan atau
kendala dalam fungsi fisik, namun tidak ada penyebab organis yang jelas. Gangguan
ini dinamakan konversi karena adanya keyakinan psikodinamika bahwa gangguan
tersebut mencerminkan penyaluran, atau konversi, dari energi seksual atau agresif
yang direpresikan ke simptom fisik. Simptom-simptom itu tidak dibuat secara
sengaja atau yang disebut malingering. Simptom fisik biasanya muncul tiba-tiba
dalam situasi yang penuh tekanan. Tangan seorang tentara dapat menjadi lumpuh
saat pertempuran yang hebat, misalnya.
Dinamakan gangguan konversi karena adanya keyakinan psikodinamika
bahwa gangguan tersebut mencerminkan penyaluran, atau konversi, dari energi
seksual atau agresif yang direpresikan ke simptom fisik. Gangguan ini sebelumnya
disebut neurosis histerikal atau histeria dan memainkan peranan penting dalam
perkembangan psikoanalisis Freud.
Menurut DSM, simptom konversi menyerupai kondisi neurologis atau medis
umum yang melibatkan masalah dengan fungsi motorik (gerakan) yang volunter atau
fungsi sensoris. Beberapa pola simptom yang klasik melibatkan kelumpuhan,
epilepsi, masalah dalam koordinasi, kebutaan, dan tunnel vision (hanya bisa melihat
apa yang berada tepat di depan mata), kehilangan indra pendengaran atau
penciuman, atau kehilangan rasa pada anggota badan (anastesi).
Simptom-simptom tubuh yang ditemukan dalam gangguan konversi sering
kali tidak sesuai dengan kondisi medis yang mengacu. Misalnya konversi epilepsi,
tidak seperti pasien epilepsi yang sebenarnya, dapat mempertahankan kontrol
pembuangan saat kambuh; konversi kebutaan, orang yang penglihatannya
seharusnya mengalami hendaya dapat berjalan ke kantor dokter tanpa membentur
mebel; orang yang menjadi tidak mampu berdiri atau berjalan di lain pihak dapat
melakukan gerakan kaki lainnya secara normal.
-
Etiologi
Teori psikoanalisis, (1895/1982), Breuer dan freud: disebabkan ketika seseorang
mengalami peristiwa yang menimbulkan peningkatan emosi yang besar, namun
afeknya tidak dapat diekspresikan dan ingatan tentang peristiwa tersebut dihilangkan
dari kesadaran.
Teori behavioral, Ullman & Krasner (dalam Davidson, Neale, Kring, 2004), terjadi
karena individu mengadopsi simptom untuk mencapai suatu tujuan. Individu
berusaha untuk berperilaku sesuai dengan pandangan mereka mengenai bagaimana
seseorang dengan penyakit yang mempengaruhi kemampuan motorik atau sensorik,
akan bereaksi.
38
Epidemiologi
Terjadi pada 11-500 per 100.000 penduduk. Biasanya terjadi pada usia anak-anak
(akhir) hingga dewasa (awal). Jarang terjadi sebelum usia 10 tahun dan setelah 35
tahun
Gangguan Dismorfik Tubuh
Definisi
Gangguan dismorfik tubuh (body dismorphic disorder) ditandai oleh
kepercayaan palsu atau persepsi yang berlebihan bahwa suatu bagian tubuh
mengalami cacat. Orang dengan gangguan ini terpaku pada kerusakan fisik yang
dibayangkan atau dibesar-besarkan dalam hal penampilan mereka. Mereka dapat
menghabiskan waktu berjam-jam untuk memeriksakan diri di depan cermin dan
mengambil tindakan yang ekstrem untuk mencoba memperbaiki kerusakan yang
dipersepsikan, seperti menjalani operasi plastik yang tidak dibutuhkan, menarik diri
secara sosial atau bahkan diam di rumah saja, sampai pada pikiran-pikiran untuk
bunuh diri. Orang dengan gangguan dismorfik tubuh sering menunjukkan pola
berdandan atau mencuci, atau menata rambut secara kompulsif, dalam rangka
mengoreksi kerusakan yang dipersepsikan. Contoh lain, seseorang merasa wajahnya
seperti piringan, terlalu rata, sehingga tidak mau difoto. Mereka dapat melakukan apa
saja untuk memperbaiki keadaan yang rusak tersebut.
Pada gangguan dismorfik tubuh, individu diliputi dengan bayangan mengenai
kekurangan dalam penampilan fisik mereka. Membuatnya bisa berlama-lama
berkaca di depan cermin memandang bentuk tubuh yang dianggapnya kurang, sering
pasien mendatangi spesialis bedah dan kecantikan.
Etiologi
Tidak Diketahui
Epidemiologi
Muncul kebanyakan pada wanita, biasanya dimulai pada akhir masa remaja, dan
biasanya berkaitan dengan depresi, fobia sosial, gangguan kepribadian (Phillips &
McElroy, 2000; Veale et al.,1996 dalam Davidson, Neale, Kring, 2004).
3.4. Manifestasi
Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang
berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti
hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa tidak ada kelainan yang
mendasari keluhannya (Kapita Selekta, 2001). Beberapa orang biasanya mengeluhkan
masalah dalam bernafas atau menelan, atau ada yang menekan di dalam tenggorokan.
Masalah-masalah seperti ini dapat merefleksikan aktivitas yang berlebihan dari
WRAP UP SKENARIO 3 BLOK SARAF DAN PERILAKU
39
cabang simpatis sistem saraf otonomik, yang dapat dihubungkan dengan kecemasan.
Kadang kala, sejumlah simtom muncul dalam bentuk yang lebih tidak biasa, seperti
kelumpuhan pada tangan atau kaki yang tidak konsisten dengan kerja sistem saraf.
Dalam kasus-kasus lain, juga dapat ditemukan manifestasi di mana seseorang berfokus
pada keyakinan bahwa mereka menderita penyakit yang serius, namun tidak ada bukti
abnormalitas fisik yang dapat ditemukan (Nevid, dkk, 2005).
Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian (histrionik),
terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk dokternya untuk
menerima bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa perlu adanya
pemeriksaan fisik yang lebih lanjut (PPDGJ III, 1993). Dalam kasus-kasus lain, orang
berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita penyakit serius, namun tidak ada
bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan.
Gambaran keluhan gejala somatoform :
Neuropsikiatri:
kedua bagian dari otak saya tidak dapat berfungsi dengan baik ;
saya tidak dapat menyebutkan benda di sekitar rumah ketika ditanya
Kardiopulmonal:
jantung saya terasa berdebar debar. Saya kira saya akan mati
Gastrointestinal:
saya pernah dirawat karena sakit maag dan kandung empedu dan belum ada dokter
yang dapat menyembuhkannya
Genitourinaria:
saya mengalami kesulitan dalam mengontrol BAK, sudah dilakukan pemeriksaan
namun tidak di temukan apa-apa
Musculoskeletal
saya telah belajar untuk hidup dalam kelemahan dan kelelahan sepanjang waktu
Sensoris:
pandangan saya kabur seperti berkabut, tetapi dokter mengatakan
kacamata tidak akan membantu
40
41
4. Keyakinan ini terus berlanjut, tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dokter,
walaupun hasil pemeriksaan medis tidak menunjukkan adanya penyakit dan sudah
diyakinkan.
5. Keyakinan ini menyebabkan adanya distress atau hambatan dalam fungsi sosial,
pekerjaan atau aspek penting lainnya.
Gangguan dimorfik tubuh
1. Keyakinan akan adanya masalah dengan penampilan atau melebih-lebihkan
kekurangan dalam hal penampilan (misalnya : keriput di wajah, bentuk atau ukuran
tubuh)
2. Keyakinan/perhatian berlebihan ini meyebabkan stress, menghabiskan banyak waktu,
menjadi mal-adaptive atau menimbulkan hambatan dalam fungsi sosial, pekerjaan
atau aspek penting lainnya (menghindar/tidak mau bertemu orang lain, keluar sekolah
atau pekerjaan), juga menyebabkan dirinya sering harus konsultasi untuk operasi
plastik
3. Bagian tubuh yang diperhatikan sering bervariasi, kadang dipengaruhi budaya.
Gangguan nyeri
1. Gangguan dimana individu mengeluhkan adanya rasa nyeri yang sangat dan
berkepanjangan, namun tidak dapat dijelaskan secara medis (bahkan setelah
pemeriksaan yang intensif)
2. Rasa nyeri ini bersifat subyektif, tidak dapat dijelaskan, bersifat kronis, muncul di
satu atau beberapa bagian tubuh.
3. Rasa nyeri ini menyebabkan stress atau hambatan dalam fungsi sosial, pekerjaan dan
aspek penting lainnya.
4. Faktor-faktor psikologis sering memainkan peranan penting dalam memunculkan,
memperburuk rasa nyeri.
3.5. Diagnosis dan Diagnosis banding
Kriteria diagnosis menurut DSM-IV
Kriteria diagnostik untuk Gangguan Somatisasi
A. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi
selama periode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan
gangguan bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi pada
sembarang waktu selama perjalanan gangguan:
1. Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya empat
tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi,
anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau
selama miksi).
WRAP UP SKENARIO 3 BLOK SARAF DAN PERILAKU
42
A.
B.
C.
D.
E.
F.
secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting
Kriteria diagnostik untuk Gangguan Konversi
Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau
sensorik yang mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain.
Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena
awal atau eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stresor
lain.
Gejala atau defisit tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada
gangguan buatan atau berpura-pura).
Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan
sepenuhnya oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atau
sebagai perilaku atau pengalaman yang diterima secara kultural.
Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna lain atau memerlukan
pemeriksaan medis.
Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi
semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan
dengan lebih baik oleh gangguan mental lain.
Sebutkan tipe gejala atau defisit:
Dengan gejata atau defisit motorik
Dengan gejala atau defisit sensorik
Dengan kejang atau konvulsi
Dengan gambaran campuran
43
44
C.
D.
E.
F.
45
46
47
Pedoman diagnostik
Pada gangguan ini keluhan-keluhannya tidak sistem saraf otonom dan terbatas secara
spesifik pada bagian tubuh atau sistem tertentu
Tidak ada kaitannya dengan kerusakan jaringan
Diagnosis Banding Gangguan Somatofom
a. Gangguan Somatisasi
Klinisi harus selalu menyingkirkan kondisi medis non-psikiatrik yang dapat
menjelaskan gejala pasien. Gangguan medis tersebut adalah sklerosis multiple,
miastenia gravis, lupus eritematosus sistemik kronis. Selain itu juga harus dibedakan
dari gangguan depresi berat, gangguan kecemasan (anxietas), gangguan hipokondrik
dan skizofrenia dengan gangguan waham somatik.
b. Hipokondriasis
Kondisi medis nonpsikiatrik: khususnya gangguan yang tampak dengan gejala yang
tidak mudah didiagnosis. Penyakit-penyakit tersebut adalah AIDS, endokrinopati,
miastenia gravis, skerosis multiple, penyakit degeneratif pada sistem saraf, lupus
eritematosus sistemik, dan gangguan neoplastik yang tidak jelas.
c. Gangguan Konversi
Gangguan neurologis (seperti demensia, penyakit degeneratif), tumor otak, penyakit
ganglia basalis harus dipertimbangkan sebagai diagnosis banding.
d. Gangguan Dismorfik Tubuh
Pada distorsi citra tubuh terjadi pada anoreksia nervosa, gangguan identitas jenis
kelamin, gangguan depresif, gangguan kepribadian narsistik, skizofrenia dan
gangguan obsesif-kumpulsif.
e. Gangguan Nyeri
Gangguan nyeri harus dibedakan dari gangguan somatoform lain, seperti nyeri pada
hipokondrial, nyeri pada konversi.
3.6. Tata Laksana
Gangguan Somatisasi
Tujuan pengobatan
1. Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan
pemikiran/meyakinkan bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak untuk kehidupan
nyata
2. Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes diagnosis,
treatment, dan obat-obatan yang tidak perlu
3. Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid (memperparah kondisi)
Strategi dan teknik psikoterapi dan psikososial
WRAP UP SKENARIO 3 BLOK SARAF DAN PERILAKU
48
49
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
Gangguan Konvensi
Tujuan pengobatan
1. Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak membenarkan
pemikiran/meyakinkan bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak untuk kehidupan
nyata
2. Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes diagnosis,
treatment, dan obat-obatan yang tidak perlu
3. Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid (memperparah kondisi)
1.
2.
3.
4.
5.
50
6. Kronik: Eksplorasi lebih lanjut mengenai konflik yang bersifat interpersonal pada
pasien
Strategi dan teknik farmakologikal dan fisik
1. Diberikan hanya bila indikasinya jelas
2. Hindari obat-obatan yang bersifat adiksi
3. Pertimbangkan narcoanalisis (sedatif hipnotik)
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
51
motivasi: perlu motivasi dari orang lain, karena pasien sering kali berpikir bahwa
mereka tidak memerlukan terapi.
bila terdapat cemas dan depresi maka berikan anti-depresan namun terkadang tidak
efektif.
Terapi jangka panjang
52
Terapi wicara: psikoterapi yang dimaksudkan untuk membantu pasien mengerti apa
penyebab kecemasan dan mengenal perilakunya yang tidak pantas, sebagai landasan
untuk pengobatan lainnya. Psikoanalisis: bila ditemukan gangguan kepribadian
seperti, narsis/obsesif kompulsif.
Medikamentosa
Golongan
Mekanisme Kerja
Contoh
Anti
depresan
trisiklik
Menghambat
reuptake
Amitriptilin,
imipramin,
desipramin,
nortriptilin,
klomipramin
Menghambat secara
Fluoksetin, paroksetin,
sertralin, fluvoksamin
Menghambat
reuptake
Trazodon, nefazodon,
SSRIs (selective
serotonin
reuptake
inhibitors)
Mixed
reuptake
DA/NE
Inhibitor
MAO inhibitors
Menghambat aktivitas
enzim MAO
mirtazapin, bupropion,
maprotilin,
venlafaksin
Phenelzine,
tranylcypromine
Dosis
Depresi ringan sampai dengan sedang 25 mg 1-3 x sehari atau 25-75 mg 1 x
sehari tergantung dari beratnya gejala.
Depresi berat 25 mg 3 x sehari atau 75 mg 1 x sehari. Maksimal: 150 mg/hari
dalam dosis tunggal atau terbagi.
Lansia Awal 10 mg 3 x sehari atau 25 mg 1 x sehari. Bila perlu tingkatkan
bertahap sampai 25 mg 3 x sehari atau 75 mg 1 x sehari.
Efek Samping
Reaksi SSP, antikolinergik ringan, sinus takikardi, hipotensi pustural, reaksi alergi
pada kulit, kejang, aritmia, gangguan hantaran jantung, alveolitis alergi, hepatitis.
53
Kontraindikasi
epilepsi atau ambang rangsang lebih rendah, intoksikasi akut oleh alkohol,
gangguan hantaran jantung, glaukoma sudut sempit, retensi urin, hepatitis berat,
gangguan ginjal.
pengguanaan bersama obat analgesik, hipnotik, atau psikotropik.
Perhatian pada pasien dengan:
Insufisiensi hati & ginjal, retensi urin, riwayat peningkatan tekanan intra okular,
hamil, laktasi, skizofrenia,gangguan afektik siklik,dapat mengganggu kemampuan
mengemudi/menjalankan mesin.
Rujukan: penanganan pada kasus ini juga membutuhkan dukungan dari berbagai
bidang ilmu misalnya psikiatri, ahli penyakit dalam, keluarga, serta para ulama (bila
perlu).
3.7. Komplikasi
1. Komplikasi iatrogenik akibat prosedur diagnostik invasif / prosedur prosedur
operasi.
2. Ketergantungan pada substansi- substansi pengontrol yang diresepkan.
3. Kehidupan yang bergantung pada orang lain.
4. Suicide.
3.8.
Pencegahan
Pertama, mulai berolah raga dengan baik dan teratur serta menjaga pola makan
dengan asupan gizi yang seimbang. Hal ini berguna untuk menjaga metabolism
tubuh. Sehingga menjadi prima.
Kedua, Apabila gangguan serangan cemas akan rasa sakit menyerang, katakan pada
diri anda stop, lalu lakukan relaksi dengan cara mengatur aliran nafas anda.
Ketiga, Lakukan lah medical check up 1 tahun 1 kali, secara rutin. Dengan harapan
dapat mengetahui kondisi fisikyang sebenarnya (membuat anda tenang), dan
melakukan langkah pencegahan jika ditemukan penyakit dalam diri.
54
Self talk Tubuh saya sehat, dan saya baik-baik saja (katakan pada diri anda, setiap
hari saat anda bercermin setiap saat, dan katakan juga indahnya hari ini, saya
bersyukur karena tuhan masih mengijinkan saya menikmati setiap karuniaNya.
3.9.
Prognosis
Prognosis pada gangguan somatoform sangat bervariasi, tergantung umur pasien
dan sifat gangguannya (kronik atau episodik). Umumnya, gangguan somatoform
prognosisnya baik, dapatditangani secara sempurna. Sangat sedikit sekali yang
mengalami eksarsebasi, dapat bervariasi dari mild-severe dan kronis. Pengobatan
yang lebih awal dan menjadikan prognosis menjadilebih baik. Secara independen
tidak meningkatkan risiko kematian. Kematian lebih disebabkan karena upaya bunuh
diri. (Kaplan, 1999)
55
Dari Ibnu Mas'ud RA telah bersabda Rosulullah SAW : "Wahai para pemuda
barang siapa diantara kalian yang sudah mampu maka segeralah menikah,
karena hal ini dapat menundukan pandangan dan menjaga kemaluan,
barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa karena hal ini
dapat menjadi tameng baginya. " (Muttafaqun 'alaihi).
3. Untuk menegakkan rumah tangga yang Islami
Merupakan salah satu tujuan pernikahan dalam Islam, yang semestinya setiap
mukmin memperhatikannya. Maka Islam sedemikian rupa mengatur urusan
pernikahan ini agar pasangan suami istri dapat bekerja sama dalam
merealisasikan nilai-nilai Islam dalam rumah tangga.
4. Untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT
Bersabda Rosulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam
" ..Sesoorang diantara kalian yang bergaul dengan istrinya adalah sedekah!"
Mendengar sabda Rosulullah SAW tersebut para sahabat bertanya: "Wahai
Rosulullah, apakah seseorang dari kita yang melampiaskan syahwatnya
terhadap istrinya akan mendapatkan pahala?" Rosulullah SAW menjawab:
"Bagaimana menurut kalian jika sesorang bersetubuh dengan selain istrinya,
bukankah dia berdosa?, Begitu pula jika dia bersetubuh dengan istrinya maka
dia akan mendapatkan pahala." (HR. Bukhori Muslim)
5. Untuk memperoleh banyak keturunan yang sholeh dan sholehah
Firman Allah ta'ala dalam surat An Nahl ayat 72 :
Artinya:
"Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman
kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?"
Melalui
menikah
dengan
izin
Allah
SWT,
seseorang
akan
mendapatkan keturunan yang sholeh sehingga menjadi aset yang sangat
berharga, karena anak yang sholeh senantiasa akan mendoakan kedua orang
tuanya ketika masih hidup atau sudah meninggal dunia, hal ini menjadi amal
jariyah bagi kedua orang tua. Dengan banyak anak juga akan memperkuat
barisan kaum muslimin.
6. Untuk mendatangkan ketenangan dalam hidupnya
Merupakan salah satu tujuan dalam pernikahan, yakni membentuk keluarga yang
sakinah, mawaddah warohmah.
Firman Allah ta'ala dalam Al Qur'an surat Ar Rum ayat 2:
56
57
58
15.
16.
17.
18.
13. Suami wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agama kepada istrinya,
dan menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
14. Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan wanita
(hukum-hukum haidh, istihadhah,dll).
Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap istri.
Suami tidak boleh membuka aib istri kepada siapapun.
Apabila istri tidak mentaati suami (durhaka kepada suami), maka suami wajib
mendidiknya dan membawanya kepada ketaatan, walaupun secara paksa.
Jika suami hendak meninggal dunia, maka dianjurkan berwasiat terlebih dahulu
kepada istrinya.
Kewajiban istri kepada suami
1. Hendaknya istri menyadari dan menerima dengan ikhlas bahwa kaum laki-Iaki
adalah pemimpin kaum wanita.
2. Hendaknya istri menyadari bahwa hak (kedudukan) suami setingkat lebih tinggi
daripada istri.
3. Istri wajib mentaati suaminya selama bukan kemaksiatan.
4. Diantara kewajiban istri terhadap suaminya, ialah: menyerahkan dirinya, entaati
suami, tidak keluar rumah, kecuali dengan ijinnya, inggal di tempat kediaman
yang disediakan suami, menggauli suami dengan baik.
5. Istri hendaknya selalu memenuhi hajat biologis suaminya, walaupun sedang
dalam kesibukan.
6. Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur untuk menggaulinya,
lalu sang istri menolaknya, maka penduduk langit akan melaknatnya sehingga
suami meridhainya.
7. Istri hendaknya mendahulukan hak suami atas orang tuanya. Allah SWT
mengampuni dosa-dosa seorang istri yang mendahulukan hak suaminya daripada
hak orang tuanya.
8. Yang sangat penting bagi istri adalah ridha suami. Istri yang meninggal dunia
dalam keridhaan suaminya akan masuk surga.
9. Kepentingan istri mentaati suaminya, telah disabdakan oleh Nabi saw:
Seandainya dibolehkan sujud sesama manusia, maka aku akan perintahkan istri
bersujud kepada suaminya. (Timidzi)
10. Istri wajib menjaga harta suaminya dengan sebaik-baiknya.
11. Istri hendaknya senantiasa membuat dirinya selalu menarik di hadapan suami.
12. Istri wajib menjaga kehormatan suaminya baik di hadapannya atau di
belakangnya (saat suami tidak di rumah).
13. Ada empat cobaan berat dalam pernikahan, yaitu: banyak anak, sedikit harta,
tetangga yang buruk, istri yang berkhianat.
14. Wanita Mukmin hanya dibolehkan berkabung atas kematian suaminya selama
empat bulan sepuluh hari.
15. Wanita dan laki-laki mukmin, wajib menundukkan pandangan mereka dan
menjaga kemaluannya.
Prinsip yang harus dilakukan untuk mencapai rasa tenteram, kasih dan sayang
dalam rumah tangga:
59
Sikap yang santun dan bijak (Muasyarah bil Maruf), merawat cinta kasih dalam
keluarga. Rasulullah saw menyatakan bahwa : Sebaik-baik orang diantara kamu
adalah orang yang paling baik terhadap isterinya, dan aku (Rasulullah) adalah
orang yang paling baik terhadap isteriku.
Saling mengingatkan dalam kebaikan. Di antara bentuk ketakwaan suami istri dalam
mempererat serta mengokohkan rumah tangga adalah dengan saling nasehat
menasehati untuk menjalankan sunnah Nabi.
"Allah merahmati seorang suami yang bangun pada malam hari untuk
melaksanakan shalat (malam/tahajjud) lalu dia juga membangunkan istrinya hingga
shalat. Jika istrinya enggan untuk bangun dia percikan air kewajahnya. Dan Allah
merahmati seorang istri yang bangun dimalam hari untuk melaksanakan shalat
(malam/tahajjud) lalu dia membangunkan suaminya hingga shalat. Jika suaminya
enggan untuk bangun dia percikan air ke wajahnya" (HR. Ahmad, Nasai, dan Ibnu
Majah dan derajatnya hasan shohih).
Lebih mengutamakan untuk melaksanakan kewajiban daripada menuntut hak. Dalam
membangun rumah tangga, suami dan istri memiliki hak dan kewajiban yang saling
sinergi satu sama lain. Untuk menghadirkan ketentraman, hendaknya setiap individu
lebih mengedepankan kewajiban daripada hak. Hal ini akan menumbuhkan sikap
saling pengertian dan rasa tanggung jawab. Sebaliknya, tuntutan yang muncul dalam
kehidupan rumah tangga dapat menyulut api perpecahan diantara pasangan suamiistri.
Saling menutupi kekurangan pasangannya. Setiap suami pasti memiliki kekurangan,
begitu juga dengan sang istri. Dengan saling menutupi kekurangan diri masingmasing, harmonisasi dalam rumah tangga akan terjaga. Prinsip saling menutupi ini
didasari oleh Surat Al Baqarah ayat 187, "..mereka adalah pakaian bagimu, dan
kamupun adalah pakaian bagi mereka..". Fungsi pakaian adalah menutup aurat,
sehingga dapat dipahami bahwa suami-istri hendaknya saling menutupi
kekurangannya satu sama lain.
Saling tolong menolong. Itulah kata kunci pasangan samara dalam mengelola
keluarga. Suami-istri itu akan berbagi peran dan tanggung jawab dalam mengelola
keluarga mereka. Suami penuh rasa tanggung jawab, istri mampu menjaga
kehormatan diri dan pandai menempatkan diri.
60
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan, H.I., Sadock B.J. (1997). Sinopsis Psikiatri Jilid II Edisi ke-7. Jakarta.
Binarupa Aksara.
Mansjoer, A.A.,etc. (2004). Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta. Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. (2003). Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta.
Maslim, R. (2001). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III. Jakarta.
Kowalak, Jennifer P., William Welsh. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Uddin, Jurnalis. (2009). Anatomi Susunan Saraf Manusia. Jakarta. Fakultas
Kedokteran Universitas Yarsi.
Price.Sylvia A.,Wilson.Lorraine M, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit., Edisi 6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sherwood, Lauralee. (2004). Fisiologi Manusia dari sel ke sistem Edisi 2. Jakarta.
EGC.
Gunawan , Sulistis Gan et all. (2007). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta.
FKUI.
Maramis, W.F. (1997). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi VI. Surabaya. Airlangga
University Press.
61
62