Anda di halaman 1dari 31

SKENARIO 1

BLOK IPT
DEMAM SORE HARI
FA K U LT A S K E D O K T E R A N U N I V E R S I T A S
YA R S I

KELOMPOK A5
Ketua

: Antares Sinta Sintia

(1102015031)

Sekretaris : Anis Muslikha


Anggota

(1102015026)

: Angga Rizki Oktavian

Aulia Asa Karlos

(1102015022)

(1102014048)

Bella Anggraini Nursahid

(1102015046)

Dyah Fathonah

(1102014078)

Fanisa Tria Rani

(1102015069)

Ganang Suryansa Agusalim (1102015085)


Indah Permata Sari

(1102014130)

Khalfia Khairin

(1102015116)

DEMAM SORE HARI


Seorang wanita 30 tahun mengalami demam sejak 1 minggu
yang lalu. Demam dirasakan lebih tinggi pada sore hari dan
malam hari di bandingkan pagi hari. Pada pemeriksaan fisik
kesadaran somnolen, nadi bradikardia, suhu tubuh hiperpireksia
(pengukuran jam 20.00 WIB), lidah terlihat kotor (coated tongue).
Dokter menyarankan pemeriksaan darah untuk membantu
menegakkan diagnosis dan cara penanganannya.

HIPOTESA
Infeksi Salmonella typhi menyebabkan penyakit demam tifoid
yang ditandai dengan demam tinggi pada sore hari, nadi
bradikardia, suhu hiperpireksia dan coated tongue. Untuk
menegakkan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan penunjang
berupa pemeriksaan darah lengkap, tes widal dan kultur.
Penanganan demam bias dilakukan dengan pemberian
antibiotic, anti piuretik, diet, istirahat yang cukup dan kompres
dengan air hangat.

SASARAN BELAJAR
LI 1
Memahami
dan
Menjelaskan
Tentang
Demam

LI 2
Memahami
dan
Menjelaskan
Tentang
Salmonella
enterica

LI 3
Memahami
dan
Menjelaskan
Tentang
Demam
Tifoid

LI 4
Memahami
dan
Menjelaskan
Tentang
Penatalaksan
aan

LI 1
Definisi
Demam

Klasifikas
i Demam

Patofisiol
ogi
Demam

Etiologi
Demam

Mekanis
me
Demam

LI 2
Klasifikasi Salmonella enterica
Morfologi Salmonella enterica
Siklus Hidup Salmonella enterica

LI 3
De
fini
si

Eti
olo
gi
Meka
nism
e

Patofi
siolog
i

Epide
miolo
gi

Manif
estasi
Klinis

Diagn
osis
dan
Diagn
osis
Bandi
ng

Penc
egah
an
dan
Progn
osis

DEFINISI DEMAM
Demam adalah Peningkatan suhu tubuh diatas suhu normal yang
berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di
hipotalamus. Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2C.
Derajat suhu yang dapat dikatakan demam adalah rectal
temperature 38,0C atau oral temperature 37,5C atau
axillary temperature 37,2C

KLASIFIKASI DEMAM
1. Demam kontinyu atau sustained fever
2. Demam remiten
3. Demam intermiten
4. Demam septik atau hektik
5. Demam siklik

ETIOLOGI DEMAM
1. Faktor infeksi
Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada
anak-anak antara lain: pneumonia, bronchitis, osteomyelitis,
appendicitis,
tuberculosisis,
bakteremia,
sepsis,
bacterial
gastroenteritis, meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis, mediam,
infeksi saluran kemih, dll.
Infeksi virus pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral
pneumonia, influenza, dengue fever, demam chikungunya, virus
umum spt H1N1.
Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam yaitu
imitis, criptococcosis, dll.
Infeksi parasit yang pada umumnya menimbulkan demam antara
lain malaria, toksoplasmosis, dan helminthes.
2

2. Faktor Non-Infeksi
Faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal terlalu
tinggi, keadaan tumbuh tinggi).
Penyakit
autoimun
erythrmatosus, arthritis).
Keganasan
leukemia).

(penyakit

(vaskulitis,
Hodgkin,

systemic
limfoma

lupus

nonhodgkin,

Pemakaian obat-obatan (antibiotic, antihistamin, dll).

PATOFISIOLOGI DEMAM

MEKANISME DEMAM

KLASIFIKASI SALMONELLA ENTERICA


S. enteric
S. enteric subsp. enteric (I)
S. enteric subsp. salamae (II)
S. enteric subsp. arizonae (IIIa)
S. enteric subsp. diarizonae (IIIb)
S. enteric subsp. houtenae (IV)
S. enteric subsp. indica (V)

MORFOLOGI SALMONELLA ENTERICA


Struktur:
Inti/ nukleus: badan inti tidak mempunyai dinding inti/ membran inti. Di
dalamnya terdapat benang DNA yang panjangnya kira kira 1 mm
Sitoplasma: tidak mempunyai mitokondria atau kloroplas sehingga enzim
enzim untuk transport elektron bekerja di membran sel
Membran sitoplasma: terdiri dari fosfolipid dan protein. Berfungsi sebagai
transport bahan makan an, tempat transport elektron, biosintesi DNA, dan
kemotaktik. Terdapat mesosom yang berperan dalam pembelahan sel
Dinding sel: terdiri dari lapisan peptidoglikan, berfungsi untuk menjaga tekana
osmotic, pembelahan sel, biosintesis, determinan dari antigen permukaan
bakteri. Pada bakteri gram negative salah satu lapisan dinding sel mempunyai
aktivitas endotoksin yang tidak spesifik, yaitu lipopolisakarida yang bersifat
toksik.
Kapsul: disintesis dari polimer ekstrasel yang berkondensasi dan membentuk
lapisan di sekeliling sel, sehingga bakteri lebih tahan terhadap efek
fagositosis.

Flagel; berbentuk seperti benang, yang erdiri dari protein berukuran 12 30


nanometer. Flagel adalah alat pergerakan. Protein dari flagel disebuk flagelin
Pili: fimbriae: berperan dalam adhesi bakteri dengan sel tubuh hospes dan
konjugasi bakteri
Panjang salmonella bervariasi. Sebagian besar isolate motil dengan flagel
peritrika. Berupakan batang gram negative. Salmonella mudah tumbuh pada
medium sederhana. Tidak memfermentasikan laktosa dan sukrosa. Tetapi
mebentuk asam dan terkadang gas dari glukosa dan manosa. Salmonella
biasanya mengasilkan H2S. Bertahan didalam air yag membeku dengan
waktu yang lama. Salmonella resisten terhadap bahan kimia tertentu (misal,
hijau brilian, natrium tetrationat, natrium deoksikolat) yang menghambat
bakteri enteric lain. Salmonella umumnya bersifat patogen untuk manusia.
Kuman ini empunyai tiga antigen yang penting untuk pemeriksaan
laboraturium yaitu:
o Antigen O(somatik)
o Antigen H(flagella)
o Antigen Vi

SIKLUS HIDUP
Infeksi terjadi dari memakan makanan yang tercontaminasi dengan feses yang
terdapat bakteri Sal. Typhimurium dari organisme pembawa (hosts).
Setelah masuk dalam saluran pencernaan maka Sal. Typhimurium menyerang dinding
usus yang menyebabkan kerusakan dan peradangan.
Infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah karena dapat
menembus dinding usus tadi ke organ-organ lain seperti hati, paru-paru, limpa,
tulang-tulang sendi, plasenta dan dapat menembusnya sehingga menyerang fetus
pada wanita atau hewan betina yang hamil, dan ke membran yang menyelubungi
otak.
Subtansi racun diproduksi oleh bakteri ini dan dapat dilepaskan dan mempengaruhi
keseimbangan tubuh.
Di dalam hewan atau manusia yang terinfeksi Sal. typhimurium, pada fesesnya
terdapat kumpulan Sal. Typhimurium yang bisa bertahan sampai berminggu-minggu
atau berbulan- bulan.
Bakteri ini tahan terhadap range yang lebar dari temperature sehingga dapat
bertahan hidup berbulan-bulan dalam tanah atau air.

DEFINISI DEMAM TIFOID


Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut
yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit infeksi akut yang
biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala
demam. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan
terutama pada sore hingga malam hari dan ditandai oleh panas
berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan
struktur endotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus
multiplikasi ke sel fagosit manonuklear dari hati, limpa, kelenjar
limfe dan Payers patch.

ETIOLOGI DEMAM TIFOID


Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhii.
Salmonella adalah bakteri gram-negatif, tidak berkapsul,
mempunyai flagella, dan tidak membentuk spora. Kuman ini
mempunyai tiga antigen yang penting untuk pemeriksaan
laboratorium, yaitu:
Antigen O (somatic)
Antigen H (flagella)
Antigen K (selaput)
Bakteri ini akan mati pada pemanasan 57derajat Celcius dalam
beberap menit.

PATOFISIOLOGI DEMAM TIFOID

MEKANISME DEMAM TIFOID

EPIDEMIOLOGI DEMAM TIFOID


Insidens demam tifoid yang tergolong tinggi terjadi diwilayah Asia Tengah, Asia
Selatan, Asia Tenggara, dan kemungkinan Afrika Selatan (insidens > 100 kasus
per 100.000 polpulasi per tahun). Insidens tifoid yang tergolong sedang (10100 kasus per 100.000 populasi per tahun) berada diwilayah Afrika, Amerika
Latin, dan Oceania (kecuali Australia dan Selandia Baru); serta yang termasuk
rendah (,10 kasus per 100.000 populasi per tahun) di bagian dunia lainnya.
Di Indonesia, insidens demam tifoid banyak dijumpai pada populasi yang
berusia 3-19 tahun. Kejadian demam tifoid di Indonesia juga berkaitan dengan
rumah tangga. Yaitu adanya anggota keluarga dengan riwayat terkena demam
tifoid, tidak adanya sabun untuk mencuci tangan, menggunakan piring yang
sama untuk makan, dan tidak tersedianya tempat buang air besar didalam
rumah.
Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Departemen kesehatan RI tahun 2010,
melaporkan demam tifoid menempati urutann ke-3 dari 10 pola penyakit
terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia (41.081 kasus).

MANIFESTASI KLINIS DEMAM TIFOID

DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING


DEMAM TIFOID
DIAGNOSIS

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi
Urinalis
Tinja (feses)
Kimia Klinik
Pemeriksaan Widal
Pemeriksaan Elisa Salmonella typhi/ paratyphi lgG dan lgM
Mikrobiologi
Biologi Molekular

DIAGNOSIS BANDING

Abdominal Abscess
Amebic Hepatic Abscesses
Appendicitis
Brucellosis
Dengue Fever
Influenza
Leishmaniasis
Malaria
Rickettsial diseases
Toxoplasmosis
Tuberculosis
Tularemia
Influenza
Malaria
Bronchitis
Sepsis
Broncho Pneumonia
I.S.K (Infeksi Saluran kencing)
Gastroenteritis (infeksi Saluran Cerna: muntah atau diare)
Keganasan : Leukemia
Tuberculosa Lymphoma

PENCEGAHAN DAN PROGNOSIS DEMAM TIFOID

Pencegahan demam tifoid adalah dengan memperhatikan kualitas


makanan dan minuman yang dikonsumsi. Salmonella Typhi akan
mati di dalam air jika dipanasi setinggi 57C untuk beberapa menit
atau dengan proses iodinasi dan klorinasi. Untuk makanan
pemanasan hingga suhu 57C beberapa menit juga dapat
mematikan kuman Salmonella typhi. Pengadaan sarana air dan
pengaturan pembuangan sampah serta imunisasi aktif dapet
membantu menekan angka kejadian demam tifoid.

Prognosis demam tifoid tergantung tepatnya terapi, usia, keadaan


kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di negara maju,
dengan terapi antibiotik yang adekuat, angka mortalitas < 1 %. Di negara
berkembang, angka mortalitasnya > 10% biasanya karena keterlambatan
diagnosis, perawatan, dan pengobatan. Munculnya komplikasi seperti
perforasi gastrointestinal atau perdarahan hebat, meningitis, endokarditis,
dan pneumonia, mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Prognosis juga menjadi kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis
yang berat seperti :
a.

Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinu

b.

Kesadaran menurun sekali yaitu stupor, koma, atau delirium

c.

Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi energi protein)

LI 4
Istirahat dan perawatan
Diet dan terapi penunjang (simtomatik dan suportif),
Pemberian antibiotik
Istirahat dan perawatan.
Diet dan terapi penunjang
Pemberian antibiotik
Kombinasi Obat Antibiotik
Kortikosteroid.
Penobatan Demam Tifoid pada Wanita Hamil

DAFTAR PUSTAKA
Behrman R.E. et al. (1999). Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15. ab.A.Samik Wahab. Jakarta: EGC.
Fisher RG, Boyce TG. Fever and shock syndrome. Dalam: Fisher RG, Boyce TG, penyunting. Moffets Pediatric
infectious diseases: A problem-oriented approach. Edisi ke-4. New York: Lippincott William & Wilkins; 2005.h.318-73.
Geo F. Brooks, Janet S. Butel, Nicholas Ornston. Mikrobiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. edisi 20
Setyabudi, Rianto. (2008).Farmakologi dan Terapi Edisi Revisi edisi 5. Jakarta: Balai PenerbitFKUI.
Sherwood, Lauralee, 2012, fisiologi manusia : dari sel ke system. Edisi 6. Jakarta:EGC.
Sudoyo, W.A, dkk.. 2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi 5. Hal 2797-2805. Jakarta : ineterna publishing.
Christopher J. Gordon. 2005 Temperature and Toxicology: An Integrative, Comparative, and Environmental Approach.
USA : CRC Press
Davey Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga
Soeharsono. 2002. Zoonosis: penyakit menular dari hewan ke manusia. Vol.1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Sudoyono, A.W. Setiyohadi, B. et.al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jilid III. Jakarta: Interna Publishing
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis epidemiologi, penularan, pencegahan & pemberantasannya Edisi.2. Jakarta:Erlangga
http://www.patient.co.uk/doctor/typhoid-and-paratyphoid-fever

Anda mungkin juga menyukai