UNSUR - UNSUR
PEMETAAN GEOMORFOLOGI
Konsep pemetaan geomorfologi yang dikemukakan di bawah ini
me - ngacu kepada sistem yang dikembangkan oleh oleh Verstappen
(1967,1968) dan Van Zuidam (1968, 1975) yang dilandasi pengalaman
di wilayah tropis seperti di Indonesia dan Amerika Latin.
Sistem
dapat
dibedakan
menjadi
bentuklahan
Bentuklahan plato.
oleh
hempasan
ombak, bercampur dengan lempung dan
lanau.
seperti
pegunungan
(mountaineous
landforms)
memiliki
ketinggian lebih dari 500 meter dan kemiringan lereng lebih dari 20 %.
Sebutan perbukitan digunakan terhadap bentuklahan kubah intrusi
(dome landforms of intrusion), bukit rempah gunungapi / gumuk tefra,
koral (karst) dan perbukitan yang dikontrol oleh struktural.
Sebutan
pegunungan
digunakan
terhadap
rangkaian
(terpisah),
perbukitan
karst
membentuk
perbukitan
yang
berkelompok, membentuk pola pengaliran multi basinal (tiba tiba menghilang), terdapat gua - gua dengan stalagtit dan
talagmit.
Daerah
perbukitan
karst
mencerminkan
jejak
devided).
Bentuklahan
perbukitan
memanjang
kemudian
menyambung
dengan
Gunungapi
Ratu
(Sukabumi)
sampai
ke
Timur
di
Teluk
Pangandaran (Ciamis).
3.1.3 Bentuklahan gunungapi (vulkanik)
Bentuklahan gunungapi (vilkanik) memiliki ketinggian lebih dari
1000 meter di atas permukaan laut dan memiliki kemiring lereng yang
curam (56 % sampai 140 %), dengan ciri khas memiliki kawah, lubang
kepundan dan kerucut kepundan. material yang dapat ditemui pada
bentuklahan vulkanik bagian puncak merupakan material halus sampai
sedang (abu vulkanik / tuf), pada lereng bagian tengah lelehan lava
dan lahar serta pada bagian lereng bawah berupa endapan rempah rempah gunungapi (tefra).
Terbentuknya
gunungapi
akibat
kegiatan
magma
yang
menerus)
dalam
kurun
waktu
yang
panjang,
sehingga
LEKUKAN DALAM
TERBU
KA/ LEBAR
MENYEMPI
T / CURAM
MENYEMP
IT / CURAM
TERBU
KA / LEBAR
Gambar 1. Bentuk - bentuk lembah
(sumber : Van Zuidam, 1985)
3.1.5 Bentuk lereng
Bentuk
lereng
merupakan
cerminan
proses
geomorfologi
Pola
pola
punggungan
tersebut
mencerminkan
dikenal
sebagai
tenaga
endogen,
dapat
berupa
kegiatan
udara,
terutama
pada
skala
yang
besar.
Percabangan
percabangan dab erosi yang kecil pada permukaan bumi akan tampak
dengan jelas, sedangkan pada skala menengah akan menunjukkan
pola yang menyeluruh sebagai cerminan jenis batuan, struktur geologi
dan
erosi.
Pola
pengaliran
pada
batuan
yang
berlapis
sangat
dasar
dan
pola
pengaliran
modifikasi.
Definisi
pola
Pola
pengaliran
adalah
kumpulan
dari
suatu
jaringan
Perubahan
(modifikasi)
pola
dasar
adalah
salah
satu
DENDRITIK
PARALEL
TRALLIS
REKTANGULAR
KARAKTERISTIK
RADIAL
ANULAR
LANJUTAN
TABEL
3.
MULTIBASINAL
Endapan
berupa
gumuk
hasil
longsoran
dengan
perbedaan
penggerusan atau perataan batuan
dasar, merupakan daerah gerakan
tanah,
vulkanisme,
pelarutan
gamping
dan
lelehan
salju
(permafrost)
POLA
PENGALIRAN
MODIFIKASI
SUB DENDRITIK
Umumnya struktural
PINNATE
ANASTOMATIK
MENGANYAM
(DIKHOTOMIK)
SUB PARALEL
KOLINIER
SUB TRALLIS
DIREKSIONAL
TRALLIS
TRALLIS
BERBELOK
Perlipatan memanjang.
TRALLIS SESAR
Percabangan
menyatu
berpencar , sesar paralel
ANGULATE
KARST
Batugamping
Morisawa
(1985)
menyebutkan
pengaruh
atau
geologi
terhadap
BENTUK SUNGAI
A. DINAMIK
1.
SESAR Teras
AKTIF
gelas anggur
Lembah memanjang
terputus
Saluran "OFFSET"
menyebar
Sungai subsekuen
genangan
Lembah terjal
Lembah
Sungai
Saluran
Membentu
2.
PERLIPATAN
AKTIF
Sungai
anteseden
Pembelokkan sungai secara
Sungai konsekuen
tajam.
3. KEGIATAN
VULKANIK
Dasar
B. PASIF.
1.
TERAS Teras
SESAR
gelas anggur
Lembah memanjang
terputus
Sungai subsekuen
menyebar
Lembah terjal
genangan
Saluran "OFFSET'
2.
Aliran paralel
Lembah
Sungai
Saluran
Membentuk
Sungai
dinya
KEMIRINGAN
subsekuen
Aliran sepanjang lereng kemiringan.
Aliran konsekuen
tebing pendek
3. KUBAH
Pola radial
Sungai konsekuen
subsekuen
4. ANTIKLIN
SINKLIN
Pola
Pembelokkan sungai
Pola tralis
Aliran pada
Pola anular
Sungai
tralis
Sungai
subsekuen.
5.
KELURUSAN
SUNGAI
Lembah asimetri
saluran
Sungai subsekuen
6. KEKAR
Pola rektangular
subsekuen
Kelurusan
Sungai
3.2 Morfogenetik
Morfogenetik
adalah
proses
asal
usul
terbentuknya
lembah
atau
bentuklahan
pedataran.
Proses
yang
terhanyutkan
dan
pada
akhirnya
diendapkan
(agradasional).
Kenampakkan proses erosi pada peta topografi atau foto udara
ditunjukkan oleh kerapatan pola aliran, sehingga semakin rapat pola
aliran menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki tingkat erosi yang
cukup tinggi atau dapat pula diinterpretasikan bahwa daerah tersebut
disusun oleh batuan yang relatif lunak dengan porositas yang buruk.
Sebaliknya jika kerapatan pola pengaliran renggang, maka dapat
diartikan bahwa daerah tersebut memiliki tingkat erosi yang reltif kecil
atau dapat pula diinterpretasikan bahwa daerah tersebut disusun oleh
batuan yang relatif keras dan memiliki porositas yang cukup baik serta
memiliki ketahanan terhadap erosi.
3.2.2 Proses endogen
Proses endogen adalah proses yang dipengaruhi oleh kekuatan /
tenaga dari dalam kerak bumi, sehingga merubah bentuk permukaan
bumi. Proses dari dalam kerak bumi tersebut antara lain kegiatan
tektonik yang menghasilkan patahan (sesar), pengangkatan (lipatan)
dan kekar. Selain kegiatan tektonik, proses kegiatan magma dan
gunungapi (vulkanik) sangat berperan merubah bentuk permukaan
bumi, sehingga membentuk perbukitan intrusi dan gunungapi.
- Pola aliran radial pada bagian puncak dan pola aliran pada
lereng
tengah sampai lereng bawah lurus (elongate).
- Memiliki kawah dan lubang kepundan.
- Garis kontur pada peta topografi pada bagian puncak relatif
rapat,
dan pada bagian lereng tengah sampai lereng bawah agak
renggang
sampai renggang
3.2.3 Tata nama satuan geomorfologi
Penentuan tata nama satuan harus memiliki kesamaan unsusr unsur geomorfologi yaiitu kesamaan gambaran bentuk (morfografi),
seperti perbukitan, pegunungan atau pedatara dan asal - usul / proses
(morfogenetik) terjadinya suatu bentuk seperti proses asal fluvial,
marin, denudasional, aeolian, karst, glasial / preglasial (proses
eksogen), struktural dan vulkanik (proses endogen), sedangkan unsur unsur lain, seperti morfometri dan material penyusun merupakan
unsur penegasan dari pernyataan unsur morfografi dan morfogenetik,
sehingga penamaan satuan bentuklahan geomorfologi terdiri dari
gambaran bentuk (morfografi) dan asal - usul / proses terjadinya
bentuk (morfogenetik).
Contoh tata cara penamaan satuan geomorfologi adalah sebagai
berikut :
Satuan bentuklahan PERBUKITAN STRUKTURAL
Pernyataan
(morfografi)
dan
PERBUKITAN
mencerminkan
STRUKTURAL
menyatakan
gambaran
proses
bentuk
terbentuknya
pendukung
seperti
morfometri
dan
material
penyusun
merupakan
penilaian
kuantitatif
dari
suatu
berarti
terhadap
morfografi
dan
morfogenetik.
Penilaian
tertentu,
seperti
tingkat
erosi,
kestabilan
lereng
dan
merupakan
bagian
dari
bentuklahan
yang
dapat
bentuklahan,
sehingga
dengan
memberikan
penilaian
KETERANGAN
KLASIFIKAS KLASIFIKASI
I
USLE** (%)
USSSM*
(%)
0-2
Datar - Hampir
datar
0-2
1-2
3-7
Lereng sangat
landai
2-6
2-7
8 - 13
Lereng landai
6 - 13
7 - 12
14 - 20
Lereng agak
curam
13 - 25
12 - 18
21 - 55
Lereng curam
25 - 55
18 - 24
56 - 140
Lereng sangat
> 55
> 24
curam
* USSSM = United state soil System Management
**USLE = Universal Soil Loss Equation (Wischmeir, 1967).
PANJANG LERENG
KLASIFIKASI
(M)
< 15
Lereng
sangat
pendek
15 - 50
Lereng pendek
50 - 250
Lereng sedang
250 - 500
Lereng panjang
> 500
Lereng
sangat
panjang
3.3.2 Perbedaan ketinggian
Perbedaan ketinggian (elevasi) biasanya diukur dari permukaan
laut, karena permukaan laut dianggap sebagai bidang yang memilki
angka ke-tinggian (elevasi) nol. Pentingnya pengenalan perbedaan
ketinggian
adalah
untuk
menyatakan
keadaan
morfografi
dan
KETINGGIAN
ABSOLUT
< 50 meter
UNSUR MORFOGRAFI
Dataran rendah
rendah
Pegunungan tinggi
KELAS RELIEF
KEMIRINGAN
PERBEDAAN
Datar
datar
- Hampir
Berombak
LERENG
(%)
KETINGGIAN
(m)
0 - 2
<5
3 - 7
5 - 50
Berombak
Bergelombang
8 - 13
25 - 75
Bergelombang
Berbukit
14 - 20
75 - 200
Berbukit
Pegunungan
21 - 55
200 - 500
55 - 140
500 - 1.000
> 140
> 1.000
Pegunungan curam
pegunungan
sangat curam
PADA SKALA 1:
25.000
MEMILIKI
KERAPATAN
KARAKTERISTIK
HALUS
SEDANG
0,5 cm - 5 cm
KASAR