Disusun Oleh :
Kelompok A
1. Sabrinna Vannesya P.
(16811005)
2. Aris Sumiatin
(16811019)
3. Istiqari Shilma Arifah
(16811026)
4. Syaftio Obiye Jatra
(16811032)
5. Shinta Vriskanindya
(16811060)
6. Liza Octiani
(16811051)
7. Selly Listianti
(16811030)
8. Nevien Panaziza
(16811061)
9. Difla Hanum
(16811062)
10. Hanung Yudha
(16811043)
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016
I. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan
a. Akuades
b. Akuabides
c. Asam asetat glasial
d. Asam ortofosfat 85%
e. Etanol pa
b. Sudut diam
Sebanyak 50 gram serbuk dimasukkan ke dalam corong uji waktu alir
Dibuka sumbatan sehingga terbentuk tumpukan granul berbentuk kerucut
pada bidang datar yang telah disiapkan kertas milimeter blok tepat di bagian
bawah corong
Diukur tinggi dan diameter serbuk untuk mengetahui sudut diamnya
Dihitung sudut diam dengan persamaan tan =
c. Tapped density
Sebanyak 100 gram serbuk dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml
Diberikan ketukan sebanyak 500 kali dicatat volumenya (3xreplikasi)
Ditimbang bobot akhir serbuk
Dihitung Compressibility index dengan persamaan x 100%
Dilakukan replikasi 3x
Diambil 20 tablet lalu diletakkan satu per satu di antara pegas penekan
Ditekan tombol pada alat, maka pengukuran kekerasan tablet dimulai dan akan berakhir
sampai jumlah tablet sesuai dengan yang disetting
b. Uji kerapuhan
Diuji sebanyak 20 tablet yang sudah dibersihkan terlebih dahulu dari debunya dan
ditimbang dengan seksama
Dimasukkan tablet ke dalam friabilator, dan dijalankan selama 4 menit dengan
kecepatan 25 rpm
Setelah selesai, tablet dikeluarkan dari alat, dibersihkan dari debu dan ditimbang
dengan seksama
Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan:
{(bobot awal tablet-bobot akhir tablet)/(bobot awal tablet)} x 100%
Tablet dianggap baik, jika kerapuhan <1%
Diukur panjang dan tinggi tablet menggunakan alat ukur dan jangka sorong
Dicatat ukuran tablet dan dihitung nilai rata-rata SD dan persen penyimpangan
Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali ketebalan tablet dan kurang dari 1 1/3 kali
ketebalan tablet
Dipindahkan larutan ke dalam labu ukur 1 L dan diadd hingga tanda batas
Dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml dan diadd hingga tanda batas
c. Pembuatan larutan kurva baku 130, 160, 190, 220, dan 250 ppm
Dibuat larutan baku 500 ppm sebanyak 100 ml dari stok 1000 ppm dengan cara dipipet 25 ml larutan
stok 1000 ppm, dimasukkan ke dalam labu 100 ml, diadd hingga tanda batas dan dihomogenkan
Dipipet dari larutan 500 ppm masing-masing 2,6 ml; 3,2 ml; 3,8 ml; 4,4 ml; 5 ml
f. Uji disolusi
500 ml dapar asetat 0,05 M dibuat dengan mencampur 2,99 g natrium asetat
trihidrat dan 1,66 ml asam asetat glasial P dengan air hingga 1000 ml (media
disolusi)
Dipasang padle pada setiap chamber disolusi dan dipasang pipet volume 5 ml
Diambil 5 ml larutan disolusi pada menit ke-30 kemudian disaring dan dibaca
absorbansinya pada panjang gekombang 274 nm
Kolom: C18
Volume injek: 20 l
Detektor: UV 265 nm
Ditimbang satu per satu 20 tablet aspirin, lalu dihitung bobot rata-rata tablet,
kemudian diserbukkan
Ditambahkan pelarut metanol sampai tanda batas lalu dihomogenkan dengan alat
ultrasonik 10 menit
Dipipet sebanyak 1,6 ml lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml dan dilarutkan
menggunakan metanol
Dihitung kadar aspirin dengan membandingkan luas area senyawa sampel dengan
larutan standar tunggal yang diinjeksikan
dilakukan 3x replikasi
III.
Replikasi
Waktu (s)
3.45
3.76
3.61
diameter
Tinggi (h)
12.2
6.1
3.1 cm
11.6
5.8
3.2 cm
13
6.5
3.5 cm
c. Tapped density
Berat
Gelas
Jumlah
Vol
Vol
Carr
Compr
Rasio
Gelas
Ukur
Tapping
Awal
Akhir
Index
esibilit
Hausner
Ukur
Rep
129,48 g
Serbuk
178,11 g
500
100 ml
72 ml
27,99
28%
1,38
1
Rep
129,48 g
177,59 g
500
100 ml
71 ml
28,99
29%
1,57
2
Rep
129,48 g
177,22 g
500
100 ml
71 ml
28,99
29%
1,41
Replikasi 1
Replikasi 2
Replikasi 3
Bobot awal
0,508 g
0,509 g
0,510 g
Bobot akhir
0,490 g
0,487 g
0,487 g
Kadar air
3,54 %
4,32 %
4,50 %
Waktu
1 menit 24 detik
1 menit 27 detik
1 menit 24 detik
Kekerasan Tablet
2
(kg/cm )
8,4
Tablet
12
Kekerasan Tablet
(kg/cm2)
9,2
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
6,9
7,0
6,9
8,4
8,2
8,0
7,2
6,9
8,4
8,4
13
14
15
16
17
18
19
20
Rata-rata
(SD)
8,8
10,6
6,7
9,1
8,3
9,3
7,8
9,5
8,76
1,0503
4,9934,965
100 =0,560
4,993
d. Data keseragaman
ukuran
Absorbansi
0,252
0,348
0,403
0,491
0,558
b. Absorbansi
Sampel
Kontrol
Tablet 1
Tablet 2
Tablet 3
Tablet 4
Tablet 5
Tablet 6
A
0,706
0,418
0,419
0,411
0,411
0,444
0,540
NO
No
242,7
11
248,0
248,7
12
250,8
246,7
13
246,3
251,1
14
251,5
248,9
15
254,2
244,5
16
245,8
250,8
17
246,0
254,7
18
254,3
254,2
19
238,4
10
253,2
20
252,2
IV.
Luas Area
430902
325236
323969
321587
R1 =
50 gram
3.45 s
massa
waktu
= 14.4 gram/detik
R2 =
50 gram
3.76 s
= 13.2 gram/detik
R3 =
50 gram
3.61 s
= 13.8 gram/detik
b. Sudut diam
Tan =
h
r
R1 = Tan =
3.1
=26.9
6.1
R2 = Tan =
3.2
5.8
= 28.8
R3 = Tan =
3.5
6.5
= 28.3
Rata rata =
26.9+ 28.8+28.3
3
= 28
c. Tapped density
Perhitungan Compressibility
V bulkV tapping
Compresibility =
V bulk
x 100%
Replikasi 1 =
10072
x 100 =
100
28%
Replikasi 2 =
10071
x 100 =
100
29%
Replikasi 3 =
10071
x 100 =
100
29%
x 100
CI Replikasi 1 =
0,67540,4863
0,6754
x 100 = 27,99
CI Replikasi 1 =
0,67760,4811
0,6776
x 100 = 28,99
CI Replikasi 1 =
0,67230,4774
0,6723
x 100 = 28,99
0,6754
0,4863
= 1,388
0,6776
0,4811
= 1,5717
0,6723
0,4774
= 1,4082
W 1W 2
100
W1
Keterangan:
W1 = bobot tablet sebelum uji
W2 = bobot tablet setelah uji
%Kerapuhan Tablet=
4,9934,965
100 =0,560
4,993
Sampel
Abs
Kadar
(ppm)
Kadar
mg/500 ml
disolusi
Kontrol
0,706
307,540
153,77
192,21%
Tablet 1
0,418
193,004
96,502
120,63%
Tablet 2
0,419
193,469
96,735
120,92%
Tablet 3
0,411
190,290
95,145
118,93%
Tablet 4
0,411
190,290
95,145
118,93%
Tablet 5
0,444
203,406
101,703
127,13%
Tablet 6
0,540
241,534
120,767
150,96%
201, 999
100,999
126,25%
Rata-rata sampel
b. Persen Disolusi
% disolusi
100%
153,77
= 80
100%
= 192,21%
4. Penetapan Kadar tablet aspirin
a. Fase gerak
Dapar fosfat 0,016 M pH 4,6 : Metanol (30:70)
Dapar fosfat
30
500 ml = 150 ml
100
Metanol
70
500 ml = 350 ml
100
25 mg
50 ml
= 500 ppm
Pengenceran
M1 V1 = M2 V2
500 V1 = 80 ppm 10
V1 = 1,6 ml
c. Preparasi sampel dan penetapan kadar sampel aspirin
Preparasi sampel
249,15 mg 25 mg
80 mg
= 77,86 mg
Perhitungan kadar
Replikasi 1 (R1)
luas area sampel R 1
luas area standar
325236
430902
10 ml
1,6 ml
= 6,25 x
Replikasi 2 (R2)
luas area sampel R 2
luasarea standar
323969
430902
Replikasi 3 (R3)
luas area sampel R 3
luas area standar
321587
430902
Replikasi 1 (R1)
18,87 mg
77,86 mg
= 60,16 mg
Replikasi 3 (R3)
18,66 mg
77,86 mg
= 60,38 mg
Replikasi 2 (R2)
18,80 mg
77,86 mg
Replikasi 1 (R1)
Persen kadar R1 =
60,38 mg
100
80 mg
= 75,48 %
= 59,71 mg/tablet
Replikasi 2 (R2)
Persen kadar R2 =
60,16 mg
100
80 mg
= 75,2 %
59,71 mg
100
80 mg
= 74,64 %
Replikasi 3 (R3)
Persen kadar R3 =
R 1+ R 2+ R 3
3
225,32
3
= 75,11 %
V. PEMBAHASAN
1. Evaluasi serbuk aspirin
a. Uji sifat alir
Kecepatan alir adalah kecepatan atau waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah
serbuk untuk mengalir dalam suatu alat. Pada praktikum ini dilakukan pengujian
kecepatan alir dari serbuk aspirin menggunakan metode kecepatan aliran Hoppler
yaitu menggunakan corong. Pertama-tama ditimbang sebanyak 50 gram serbuk
kemudian dimasukkan kedalam corong uji waktu alir. Penuangan dilakukan dengan
cara ditaburkan secara bertahap melalui ujung atas corong secara melingkar. Setelah
semua serbuk dimasukkan ke dalam corong, penutup corong kemudian dilepas dan
dicatat waktu yang dibutuhkan serbuk untuk jatuh ke alas kaca. Pengujian ini
dilakukan 3 kali replikasi. Waktu alir yang dibutukan oleh serbuk aspirin untuk
sampai pada alas kaca adalah berturut - turut 3,45 detik; 3,76 detik dan 3,61 detik.
Dari hasil tersebut dapat dihitung kecepatan alir serbuk aspirin dan dihasilkan nilai
rata-rata kecepatan alir serbuk aspirin sebesar 13.4 gram/detik. Berdasarkan dari
literatur menyebutkan bahwa pada umumnya serbuk dikatakan mempunyai sifat
yang baik jika 100 gram serbuk yang diuji mempunyai waktu alir 10 detik atau
mempunyai kecepatan alir 10 gram/detik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
serbuk aspirin yang digunakan pada praktikum ini memiliki kecepatan alir yang
sangat bagus (Aullton, 1988).
Metode corong ini dipengaruhi oleh beberapa kondisi pengamatan seperti :
berat serbuk, diameter corong (bagian atas dan bawah), ukuran partikel serbuk,
panjang tangkai corong dan cara penuangan sampel serta pengaruh getaran luar.
Dalam pelaksanaan percobaan ini kami mengalami beberapa kendala terkait dengan
faktor penuangan serbuk kedalam corong dan diameter corong. diantaranya adalah
perlunya dilakukan beberapa kali pengulangan percobaan (lebih dari 3 kali) karena
mengalami stagnasi serbuk. Serbuk aspirin yang digunakan tidak dapat meluncur
kebawah secara sempurna dan meninggalkan sisa serbuk yang masih menempel di
corong. Hal ini dapat dimungkinkan karena beberapa faktor diantaranya adalah
kurang proporsionalnya perbandingan antara corong yang digunakan sebagai
simulator dengan corong pada mesin pencetak tablet yang lebih besar.
b. Sudut diam
Sudut diam adalah sudut yang dibentuk oleh tumpukan serbuk terhadap bidang
datar setelah serbuk tersebut mengalir secara bebas melalui suatu celah sempit. Alat
yang biasa digunakan adalah corong. Semakin kecil sudut diam maka semakin mudah
serbuk tersebut mengalir. Sudut diam dapat diukur dengan mengamati tinggi kerucut
yang terbentuk (t) di atas alas dengan diameter tertentu (d). Cara kerja yang dilakukan
hampir sama dengan cara kerja yang dilakukan pada uji kecepatan alir serbuk.
Pertama-tama dtimbang 50 mg serbuk aspirin. Kemudian dimasukkan ke dalam
corong uji yang telah disumbat terlebih dahulu. Dibawah corong telah dilapisi dengan
alas kaca transparan yang telah dilapisi bawahnya dengan ketas mikromeritik.setelah
semua serbuk tertuang secara perlahan memutar dari ujung atas corong, sumbatan
corong dibuka dan serbuk akan tejatuh kebawah membentuk pola melingkar.
Kemudian dihitung tinggi dan lebar dari tumpukan serbuk tersebut. Uji penentuan
sudut diam ini juga dlakukan 3 kali replikasi. Dari hasil tersebut kemudian dapat
dihitung sudut diam dari serbuk asetosal yang diteliti dan didapat nilai 26,9; 28,8;
28,3. Nilai rata-rata sudut diam yang didapat adalah 28o. Berdasarkan literatur yang
kami dapatkan, sudut diam yang bagus adalah antara 25-30o. Oleh karena dapat
disimpulkan bahwa hasil sudut diam tersebut sudah baik (Aullton, 1988).
c. Tapped density
Uji kompaktibilitas atau uji pengetapan merupakan kemampuan serbuk atau
granul untuk berkurang volumenya setelah diberikan tekanan, dimana semakin kecil
kompresibilitas granul atau serbuk maka semakin besar daya alirnya. Uji
kompaktibilitas dilakukan dengan tapping atau pemampatan serbuk atau granul. Alat
yang digunakan untuk uji pengetapan adalah tap density tester. Syarat indeks
kompaktibilitas tablet yang baik adalah kurang dari 25%.(wicaksono, ) Hasil uji pada
percobaan ini didapatkan nilai compressibility index, cars index, dan rasio haussner
yang digunakan untuk memprediksi sifat baik atau tidak. Berdasarkan data yang
diperoleh, Tapped Density yang diperoleh berkisar antara 28-29. Sehingga dari hasil
tersebut dapat dikatakan serbuk aspirin memiliki sifat alir yang kurang baik (rendah)
yaitu lebih dari 20%.
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan oleh tablet untuk menjadi
partikel-partikel kecil yang menyebabkan tablet hancur di dalam air atau cairan
lambung. Peralatan uji waktu hancur terdiri dari rak keranjang yang mempunyai
enam lubang yang terletak vertical diatas ayakan mesh no 10. Selama percobaan
tablet diletakan pada tiap lubang keranjang, kemudian keranjang tersebut bergerak
naik turun dalam larutan transparan dengan kecepatan 29-32 putaran permenit.
Interval waktu hancur adalah 5-30 menit (Ansel. H.C., 1989) Waktu hancur penting
dilakukan jika tablet diberikan peroral. Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan
kesesuaian batas waktu hancur tablet dalam cairan tubuh. Untuk itu pada saat uji
digunakan air dengan suhu sesuai suhu tubuh. Waktu yang diperlukan untuk
menghancurkan keenam tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut.
Pada percobaan di laboratorium tidak dilakukan waktu hancur, dikarenakan alat yang
digunakan terjadi kesalahan atau terjadi kerusakan alatnya sehingga tidak dilakukan
pengujian waktu hancur. Waktu hancur tidak boleh terlalu singkat maupun terlalu
lama, karena apabila obat mengalami waktu hancur yang singkat menyebabkan obat
akan hancur sebelum mencapai lambung atau usus yang menyebabkan efek obatnya
menjadi tidak optimal.
dimana
terjadi
pecahan
pada
tablet
karena
kompresibilitas/
kompaktibilitas dari tablet yang kurang baik. Granul dengan kadar air kurang dari
2% akan menyebabkan tablet yang dicetak menjadi rapuh.
2. Evaluasi sifat fisik tablet aspirin
a. Uji kekerasan
Untuk mengetahui kualitas suatu tablet yang dihasilkan, perlu dilakukan suatu
pengujian baik sifat fisik dan kimia tablet. Uji sifat fisik yang dapat dilakukan
diantaranya uji kekerasan tablet, uji kerapuhan tablet, dan uji keseragaman tablet,
yang terdiri dari uji keseragaman bobot dan uji keseragaman ukuran.
Sebuah tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu agar dapat
bertahan dalam berbagai guncangan pada saat pembuatan, pengepakan, dan
distribusi. Ketahanan tablet dapat dievaluasi dengan menggunakan alat uji kekerasan
(hardness tester). Kekerasan yang cukup dari suatu tablet merupakan salah satu
persyaratan penting dari suatu tablet. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan
tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Biasanya bahan yang
mempengaruhi kekerasan adalah pengisi dan pengikat. Kekerasan ini yang dipakai
sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan
saat pengempaan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet
dikatakan baik, apabila mempunyai kekerasan antara 4-6 kg/cm2 untuk tablet kecil
dan 6-10 kg/cm2 untuk tablet besar (farmakope III). Hasil uji kekerasan dari 20
tablet asetosal diperoleh rata-rata kekerasan adalah 8,76 kg/cm2 dengan kekerasan
tablet yang terkecil 6,7 kg/cm2 dan yang terbesar 10,6 kg/cm2 .Tablet aspirin 80 mg
merupakan tablet besar. Hasil yang didapatkan ada satu tablet yang bernilai diluar
range syarat kekerasan yang baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak semua
tablet memenuhi persyaratan uji kekerasan. Hal ini disebabkan karena bahan
pengikat yang digunakan terlalu banyak maka tablet yang dihasilkan terlau keras,
sebaliknya jika kurang komposisi bahan pengikatnya maka tablet yang dihasilkan
cenderung lunak dan rapuh (Banker and Anderson, 1986).
b. Uji kerapuhan
Uji sifat fisik tablet kedua yaitu uji kerapuhan. Uji Kerapuhan Tablet
(friabilitas) merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang
dialami selama pengemasan, pengiriman dan penyimpanan. Kerapuhan tablet dapat
dievaluasi dengan menggunakan alat uji kerapuhan (friability tester). Tablet
dikatakan baik apabila kerapuhannya kurang dari 1% (USP, 2009). Uji kerapuhan
berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi (pengikisan) yang terjadi pada
permukaan tablet. Kerapuhan yang tinggi akan menurunkan konsentrasi/kadar zat
aktif yang masih terkandung dalam tablet. Setelah diukur sebanyak 20 tablet aspirin,
diperoleh kerapuhan tablet sebesar 0,560% . Berdasarkan USP kerapuhan tablet tidak
boleh <1%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tablet aspirin 80 mg yang
digunakan dalam pengujian ini, semuanya memenuhi persyaratan uji kerapuhan
tablet (USP, 2009).
Hasil uji disolusi dalam praktikum ini diperoleh kadar kontrol aspirin 160 ppm
sebesar 192,21%. Kontrol digunakan untuk mengetahui perbandingan kelarutan zat
aktif aspirin tunggal pada dapar yang digunakan. Hasil uji disolusi dari masingmasing tablet uji diperoleh persen disolusi Tablet 1 : 120,63%; Tablet II : 120,92%;
Tablet III : 118,93%; Tablet IV : 118,93%; Tablet V : 127,13%; dan Tablet VI :
150,96%. Rata rata persen disolusi dari keenam tablet uji sebesar 126,25%.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan persen disolusi yang didapatkan
tersebut tidak valid karena memiliki nilai lebih dari 100%. Berdasarkan FI Edisi V,
toleransi suatu tablet aspirin memenuhi syarat tablet yang baik apabila dalam waktu
30 menit harus larut tidak kurang dari 80 % dari jumlah yang tertera dalam etiket.
Hasil screening panjang gelombang diperoleh panjang gelombang maksimum aspirin
adalah 274 nm. Panjang gelombang untuk pembacaan absorbansi kadar disolusi
aspirin sesuai Farmakope Indonesia edisi V adalah 265 2 nm (Kementerian
Kesehatan RI, 2014).
VI.
Kesimpulan
1. Dari evaluasi sebuk aspirin dapat disimpulkan:
-
Serbuk aspirin yang diuji memiliki sifat alir yang sangat baik dengan kecepatan
alir serbuk yaitu 13 gram/detik dan sudut diam granul 28
Serbuk aspirin yang diuji belum memiliki kompaktibilitas yang baik dengan
nilai Compressibility index 28-29% dan Rasio Hausner 1,336
Tablet aspirin memiliki kerapuhan yang baik karena diperoleh persen kerapuhan
0,560%
Tablet aspirin memiliki kekerasan yang kurang baik dengan nilai rata-rata
kekerasan adalah 8,76 kg/cm2
3. Dari hasil uji disolusi tablet aspirin yang diuji dapat disimpulkan bahwa tablet
aspirin memiliki disolusi yang kurang baik yaitu lebih dari 100% sehingga perlu
dilakukan validasi metode.
4. Dari hasil penetapan kadar aspirin dapat disimpulkan:
Kadar aspirin yang diperoleh masih menyimpang yaitu 60,08 mg/tablet dan
75,11 % seharusnya mengandung aspirin tidak kurang dari 90,0% dan tidak
lebih dari 110,0%.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
Anonim. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
Anonim, 2009, USP 32: United States Pharmacopeia Convention, United States
Pharmacopeia and The National Formulary (USP 32 NF 27), The United States
Pharmacopeial Convention, Rockville (MD).
Anonim. 2011. Chapter 1225: Validation of Compendial Methods. USA: MD.; hal 4.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi keempat, Universitas Indonesia
Press, Jakarta
Aulton, M. E., 1988, Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design,
dalam Formulasi Tablet Kunyah Serbuk Jahe Kuning (Zingiber
gramineum BI), Churchill Livingstone Inc, New York
Banker. G.S. dan Anderson. N.R. 1986. Tablet. Dalam Lachman. L.,
Lieberman, H. A., Kanig. J. L (Eds), Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. UI-Press. Jakarta.
Gandjar IG dan Rohman A. 2012. Analisis Obat secara Spektrofotometri dan Kromatografi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal 418.
Raini M., Mutiatikum D., Lastari P. Uji Disolusi dan Penetapan Kadar Tablet
Loratadin Inovator dan Generik Bermerek. Artikel Media Litbang
Kesehatan. 2010; Vol XX (2) : 60, 62 63.
Shargel and Yu. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, dalam
Syukri Y. Sukmawati U. Disintegrasi dan Disolusi Tablet Furosemid
dari Berbagai Produk Geerik dan Produk Paten yang Beredar. Logika.
2004 ; 1 (1) ; 67.
Syamsuni,H.A.,2007, Ilmu Resep , Penerbit Buku Kerdokteran ,EGC, Jakarta
Watson DG. Analisis Farmasi Edisi II. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2010.