Pengauditan 2 SAP 5
Pengauditan 2 SAP 5
RA
RB x RP
Keterangan :
RA = Risiko Audit
RB = Risiko Bawaan
RP = Risiko Pengendalian
RD = Risiko Deteksi
Model di atas menunjukkan bahwa pada suatu tingkat risiko audit tertentu(RA)
yang ditetapkan auditor, risiko deteksi (RD) adalah berhubungan terbalikdengan tingkat
risiko bawaan (RB) dan risiko pengendalian (RP) yang ditentukan.Apabila digunakan
dalam tahap perencanaan untuk menetapkan rencana risikodeteksi, maka RP
mencerminkan rencana tingkat risiko pengendalian yangditetapkan sebagai komponen
pertama dari strategi audit awal.
Rencana risiko deteksi adalah dasar untuk menetapkan rencana tingkat pengujian
substantif yang ditentukan oleh auditor sebagai komponen terakhirdalam penetapan
strategi audit awal untuk suatu asersi.
B. MERANCANG PENGUJIAN SUBSTANTIF
Pengujian substantif di satu sisi bisa menghasilkan bukti tentangkewajaran setiap
asersi apoaran keuangan yang signifikan, dan di sisi lain pengujian substantif juga bisa
menghasilkan bukti yang menunjukkan adanya kekeliruan jumlah rupiah atau salah saji
dalam pencatatan atau pelaporan transaksidan saldo saldo. Perancangan pengujian
substantif meliputi penentuan sifat, saatdan luas pengujian yang diperlukan untuk
memenuhi tingkat risiko deteksi yangdapat diterima untuk setiap asersi.
Sifat Pengujian Substantif
Sifat pengujian substantif berhubungan dengan jenis dan keefektivan prosedur
pengauditan yang akan dilakukan. Bila tingkat risiko deteksi yang diterima rendah maka
auditor harus menggunakan prosedur yang lebih efektif dan biasanya lebih mahal. Dan
bila risiko deteksi yang diterima tinggi auditor menggunakan prosedur yang kurang
efektif yang biasanya lebih murah. Pengujian substantif terdiri dari 3 jenis :
1) Prosedur Analitis Digunakan dalam perencanaan audit untuk mengidentifikasi
daerah daerah atau tempat yang memiliki risiko tinggi terjadinya salah saji.
2) Pengujian Detail Transaksi Pengujian ini dilakukan auditor terutama untuk
menemukan kesalahan jumlah rupiah bukan atas penyimpangan atas
pengendalian.
3) Pengujian Detail atas Saldo Saldo Dilakukan untuk mendapatkan bukti bukti
secara langsung tentang sebuah saldo rekening dan bukan pada masing masing
pendebetan atau pengkreditan yang telah menghasilkan saldo tersebut.
C. PROSEDUR AWAL
Pengujian diawali dengan usaha mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan
bidang usaha klien.
Tujuan auditor menerapkan prosedur ini adalah untuk menaksir saldo utang
dagang dan untuk menetapkan hubungan antara utang dagang dan untuk menetapkan
hubungan antara utang dagang dengan rekening-rekening kunci lainnya seperti
pembelian atau persediaan.
Pengujian substantif untuk dimasukkan ke dalam program audit
1) Tentukan prosedur awal untuk :
Menelusur saldo awal ke kertas kerja tahun lalu (jika mungkin
dilakukan)
Mereview aktivitas dalam rekening buku besar dan
menyelediki hal hal yang tidak biasa.
Memeriksa kebenaran penjumlahan pada catatan pendukung
atau daftar untuk digunakan pada pengujian berikutnya, dan
memeriksa kecocokannya dengan saldo di buku besar, untuk
meyakinkan adanya kecocokan diantara keduanya.
Sifat asersi
Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan
Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk
membuat taksiran
Ketepatan taksiran
Apabila hasil prosedur analitis sesuai dengan taksiran, dan tingkat risiko deteksi
yang bisa diterima untuk asersi tinggi, maka auditor tidak perlu melakukan pengujian
detil. Prosedur analitis biasanya ,tidak begitu mahal biaya pelaksanaannya. Oleh karena
itu, auditor perlu mempertimbangkan seberapa jauh prosedur ini dapat digunakan untuk
mencapai tingkat risiko deteksi yang dapat diterima sebelum auditor memutuskan untuk
melakukan pengujian detil.
DAFTAR PUSTAKA
Auditing, Edisi II 2014, AI. Haryono Jusup, M. B. A., Ak. , Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi
https://japanesebuginese.wordpress.com/2013/01/18/audit-siklus-investasi-danpembiayaan/comment-page-1/