Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
`

Masalah manusia adalah terpenting dari semua masalah. Peradaban hari ini

didasarkan atas humanisme, martabat manusia serta pemujaan terhadap manusia.


Ada pendapat bahwa agama telah menghancurkan kepribadian manusia serta telah
memaksa mengorbankan dirinya demi tuhan. Agama telah memamaksa ketika
berhadapan dengan kehendak Tuhan maka manusia tidak berkuasa.
Manusia memiliki sifat sebagai individu, Individu adalah seorang manusia
yang khas. Ia mempunyai kemampuan dan kebutuhan yang berbeda satu sama
lain. Untuk mengembangkan kemampuan dan memenuhi kebutuhannya, ia tidak
bisa berdiri sendiri, ia membutuhkan orang lain. Karena itulah ia hidup
berkelompok membentuk masyarakat.
Masyarakat adalah suatu perwujudan kehidupan bersama manusia. Dalam
masyarakat berlangsung proses kehidupan sosial yaitu proses antar hubungan dan
interaksi. Di dalam masyarakat sebagai suatu lembaga kehidupan manusia
berlangsung pula keseluruhan perkembangan kehidupan manusia. Masyarakat
dapat diartikan suatu wadah atau medan tempat berlangsungnya interaksi warga
masyarakat. Masyarakat juga bisa diartikan sebagai subjek, yakni sebagai
perwujudan warga masyarakat dengan semua sifat (watak) dalam suatu gejala dan
manifestasi tertentu atau keseluruhan, sosio psikologisnya.
Setiap warga masyarakat sadar atau tidak, selalu terlibat dengan proses
dalam mekanisme masyarakat itu. Tiap-tiap pribadi tidak saja menjadi warga

masyarakat secara pasif, melainkan dalam kondisi-kondisi tertentu ia menjadi


warga masyarakat yang aktif. Suatu kenyataan masyarakat bahwa kita hidup
bergaul, bekerja sampai meninggal dunia didalam masyarakat. Masyarakat
sebagai lembaga hidup bersama, sebagai suatu Gemeinschafts, bahkan tidak dapat
dipisahkan dari pada warga masyarakatnya dengan segala antar hubungan dan
antaraksi yang berlangsung didalamnya.
Untuk mengerti hakikat manusia, manusia sebagai mahluk individu,
masyarakat, bagaimana kedudukan pribadi (individu), apa peranan hak dan
kewajiban warga masyarakat kepada masyarakat, , maka secara ringkas diuraikan
hal-hal berikut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Filsafat Manusia?
2. Apa yang dimaksud dengan Hakekat Manusia?
3. Apa yang dimaksud dengan individu menurut para ahli?
4. Apa yang dimaksud dengan masyarakat?
5. Bagaimana peranan individu dalam masyarakat?
6. Bagaimana status dan peran individu dalam masyarakat?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian filsafat manusia
2. Mengetahui hakekat manusia
3. Mengetahui pengertian individu menurut para ahli
4. Mengetahui pengertian dari masyarakat
5. Mengetahui peranan individu dalam masyarakat
6. Bagaimana status dan peran individu dalam masyarakat
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian filsafat manusia
2. Dapat mengetahui hakekat manusia
3. Dapat mengetahui pengertian individu menurut para ahli
4. Dapat mengetahui pengertian dari masyarakat
5. Dapat mengetahui peranan individu dalam masyarakat
6. Dapat bagaimana status dan peran individu dalam masyarakat

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian filsafat manusia
Filsafat Manusia adalah cabang filsafat yang hendak secara khusus
merefleksikan hakekat atau esensi dari manusia. Filsafat Manusia sering juga
disebut sebagai Antropologi Filosofis. Filsafat Manusia memiliki kedudukan yang
setara dengan cabang-cabang filsafat lainnya, seperti etika, epistemologi,
kosmologi, dll. Akan tetapi Filsafat Manusia juga memiliki kedudukan yang
istimewa, karena semua persoalan filsafat itu berawal dan berakhir tentang
pertanyaan mengenai esensi dari manusia, yang merupakan tema utama refleksi
Filsafat Manusia.
Manusia secara bahasa disebut juga insan, yang dalam bahasa arabnya
berasal dari kata nasiya yang berarti lupa. Dan jika dilihat dari kata dasar aluns yang berarti jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena
manusia memiliki sifat lupa dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri
dengan keadaan yang baru disekitarnya. Manusia memiliki cara keberadaan yang
sekaligus membedakannya secara nyata dengan mahluk yang lain. Seperti dalam
kenyataan mahluk yang berjalan diatas dua kaki, kemampuan berfikir, dan berfikir
tersebut yang menentukan manusia pada hakekat manusia.

B. Hakekat Manusia
Masalah manusia adalah terpenting dari semua masalah. Peradaban hari ini
didasarkan atas humanisme, martabat manusia serta pemujaan terhadap manusia.
Ada pendapat bahwa agama telah menghancurkan kepribadian manusia serta telah
memaksa mengorbankan dirinya demi tuhan. Agama telah memamaksa ketika
berhadapan dengan kehendak Tuhan maka manusia tidak berkuasa. (Ali
Syariati, Paradigma Kaum Tertindas, 2001). Hakekat manusia harus dilihat pada
tahapannya nafs, keakuan, diri, ego dimana pada tahap ini semua unsur
membentuk keatuan diri yang aktual, kekinian dan dinamik, dan aktualisasi
kekinian yang dinamik yang bearada dalam perbuatan dan amalnya. Secara
subtansial dan moral manusia lebih jelek dari pada iblis, tetapi secara konseptual
manusia lebih baik karena manusia memiliki kemampuan kreatif. Tahapan nafs
hakekat manusia ditentukan oleh amal, karya dan perbuatannya, sedangkan pada
kotauhid hakekat manusai dan fungsinya manusia sebagai adb dan khalifah dan
kekasatuan aktualisasi sebagai kesatuan jasad dan ruh yang membentuk pada
tahapan nafs secara aktual. (Musa Asyari, Filsafat Islam, 1999)
Bagi Freire dalam memahami hakekat manusia dan kesadarannya tidak
dapat dilepaskan dengan dunianya. Hubungan manusia harus dan selalu dikaitkan
dengan dunia dimana ia berada. Dunia bagi manusia adalah bersifat tersendiri,

dikarenakan manusia dapat mempersepsinya kenyataan diluar dirinya sekaligus


mempersepsikan

keberadaan

didalam

dirinya

sendiri.

Manusia

dalam

kehadirannya tidak pernah terpisah dari dunidan hungungganya dengan dunia


manusia bersifat unik. Status unik manusia dengan dunia dikarenakan manusia
dalam kapasistasnya dapat mengetahui, mengetahui merupakan tindakan yang
mencerminkan orientasi manusia terhdap dunia. Dari sini memunculkan kesadaran
atau tindakan otentik, dikarenakan kesadaran merupakan penjelasnan eksistensi
penjelasan manusia didunia. Orientasi dunia yang terpuasat oleh releksi kritiuas
serta kemapuan pemikiran adalah proses mengetahui dan memahami. Dari sini
manusia sebagaiu suatu proses dan ia adalah mahluk sejarah yang terikat dalam
ruang dan waktu. Manusia memiliki kemapuan dan harus bangkit dan terlibat
dalam

proses

sejarah

dengan

cara

untuk

menjadi

lebih.

(Siti

Murtiningsih, Pendidikan sebagai Alat Perlawanan, 2004)


Manusia merupakan mahluk yang unik yang menjadi salah satu kajian
filsafat, bahkan dengan mengkaji manusia yang merupakan mikro kosmos. Dalam
filsafat pembagian dalam melihat sesuatu materi yang terbagi menjadi dua macam
esensi dan eksistensi. Begitu pula manusia dilihat sebagai materi yang memiliki
dua macam bagian esensi dan eksistensi. Manusia dalam hadir dalam dunia
merupakan bagian yang berada dalam diri manusia esensi dan eksistensi. Esensi
dan eksistensi manusia ini yang menjadikan manusia ada dalam muka bumi.
Esensi dan eksistensi bersifat berjalan secara bersamaan dan dalam perjalananya
dalam diri manusia ada yang mendahulukan esensi dan juga eksistensi. Manusia
yang menjalankan esensi menjadikan ia bersifat tidak bergerak dan menunjau

lebih dalam saja tanpa melakukan aktualisasi. Begitu pula manusia yang
menjalankan eksistensi tanpa melihat esensi maka yang terjadi ia hanya ada tetapi
tidak dapat mengada. Seperti yang telah dikekmukakan oleh Ali Syariati bahwa
esensi manusia merupakan dialektika antara ruh Tuhan dengan lempung dari
dialektika tersebut menjadikan manusia ada dalam mengada. Proses mengadanya
manusia merupakan refleksi kritis terhadap manusia dan realitas sekitar.
Sebagaimana perkataan bijak yang dilontarkan oleh socrates bahwa hidup yang
tak direfleksikan tak pantas untuk dijalanani. Refleksi tersebut menjadikan
manusia dapat memahami diri sendiri, realitas alam dan Tuhan. Manusia yang
memahami tentang dirinya sendiri ma ia akan memahami Penciptanya. Proses
pemahaman diri dengan pencipta menjadikan manusia berproses menuju
kesempurnaan yang berada dalam diri manusia. Proses pemahaman diri dengan
refleksi kristis diri, agama dan realitas, hal tersebut menjadikan diri manusia
menjadi insan kamil atau manusia sempurna.
C. Pengertian Individu Menurut Para Ahli
1. Menurut Marthen Luter
Individu berasal dari kata individum (Latin), yaitu satuan kecil yang tidak
dapat dibagi lagi. Individu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup
berdiri sendiri. Individu sebagai mahkluk ciptaan tuhan di dalam dirinya selalu
dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun.
2. Menurut Viniagustia
Merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyataan suatu
kesatuan yang paling kecil dan terbatas.

D. Manusia Selaku Individu


Individu adalah seseorang/seorang manusia secara utuh. Utuh di sini
diartikan sebagai suatu sifat yang tidak dapat dibagi-bagi. Merupakan satu
kesatuan antara jasmaniah dan rohaniah yang melekat pada diri seseorang.
Setiap individu mempunyai cirri khas yang berbeda dengan individu lainnya,
seperti bentuk fisik, kecerdasan, bakat, keinginan, perasaan dan memiliki tingkat
pemahaman/arti tersendiri terhadap suatu objek. Jadi individu adalah kondisi
internal dari seorang manusia yang berfungsi sebagai subjek. Manusia selaku
individu mempunyai 3 naluri, yaitu:
1. Naluri mempertahankan kelangsungan hidup
2. Naluri untuk mempertahankan kelanjutan penghidupan keturunan
Naluri untuk mempertahankan keturunan, menuntut adanya kebutuhan
akan rasa aman (safety need) baik dari gangguan cuaca yang tidak
nyaman, binatang liar/manusia lain.
3. Naluri ingin tahu dan mencari kepuasan Setiap manusia mempunyai naluri
untuk ingin tahu tentang sesuatu yang ada di sekitarnya, baik itu
lingkungan alam maupun lingkungan manusia lainnya.
E. Pengertian Masyarakat
Masyarakat dalam Bahasa Inggris disebut society, artinya sekelompok
manusia yang hidup bersama, saling berhubungan dan mempengaruhi, saling
terikat satu sama lain sehingga melahirkan kebudayaan yang sama. Pengertian
sekelompok manusia di sini, tidak mempunyai batas yang jelas harus beberapa
orang, tetapi jumlahnya minimal 2 orang. Anderson dan Parker (Astrid: 1977),
menyebutkan bahwa masyarakat adalah:

a) Adanya sejumlah orang,


b) Tinggal dalm suatu daerah tertentu,
c) Mengadakan hubungan satu sama lain,
d) Saling terikat satu sama lain karena mempunyai kepentingan bersama,
e) Merupakan satu kesatuan sehingga mereka mempunyai perasaaan
solidaritas,
f) Adanya saling ketergantungan,
g) Masyarakat merupakan suatu system yang diatur oleh normanorma/aturan-aturan tertentu, dan
h) Menghasilkan kebudayaan.
Menurut Soejono Soekamto (1987), beberapa ciri masyarakat perkotaan
yang menonjol adalah:
a) Kehidupan beragama kurang karena disebabkan adanya cara berpikir
yang rational, yang berdasakan pada perhitungan-perhitungan eksak;
b)

Dapat

mengurus

dirinya

sendiri

tanpa

bantuan

orang

lain;

c) Pembagian kerja lebih tegas dan mempunyai batas-bats yang nyata;


d)

Banyak

peluang

mendapat

kerja

daripada

orang

desa;

e) Jalan pikiran yang rasional menyebabkan interaksi sosial berdasarkan


kepentingan daripada faktor pribadi;
f) Jalan kehidupan yang cepat mengakibatkan pentingnya faktor waktu;
g) Perubahan sosial tampak jelas dan cepat sebagai akibat terbukanya
pengaruh dari luar.
F. Status dan Peran Individu dalam Masyarakat
Setiap individu dalam masyarakat mempunyai peran (role)dan kedudukan
(status) yang berbeda. Peran adalah pola perilaku yang diharapkan dari seseorang
yang mempunyai posisi (status) tertentu. Sedangkan kedudukan (status) adalah
posisi seseorang dalam kelompok. Mengingat setiap individu mempunyai
kepentingan yang beragam, maka setiap individu mempunyai kepentingan yang

beragam, maka setiap individu dapat berstatus dan berperan di kelompok sesuai
dengan kepentingan itu.
Setiap individu

harus

berperilaku

atau

berperan

sesuai

dengan

kedudukannya agar ia dapat diterima dan diakui keberadaanya. Karena setiap


organisasi mempunyai aturan sendiri, maka sanksi yang diberikan oleh setiap
organisasi kepada anggota yang melanggar pun berbeda pula. Sanksi ini bertujuan
menjaga keutuhan, keseimbangan, kestabilan kelompoknya sehingga tujuan
kelompok dapat tercapai.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang mempunyai peran dan tugas
yang berbeda. Tugas seorang Dokter berbeda dengan guru, petani, supir atau
TNI/POLRI. Tetapi masing-masing saling membutuhkan, saling bekerja sama
untuk mencapi tujuan yang sama yaitu terpenuhinya kebutuhan dan mencapi
kesejahteraan. Dengan demikian peran dan kedudukan sangat penting unutk
menjaga keseimbangan dan integritas social. Kedudukan atau status seseorang
dalam masyarakat ada 2 macam:
a. Ascribed status Yaitu kedudukan yang diperoleh tanpa melalui perjuangan
atau usaha sendiri.
b. Achieved status, Yaitu kedudukan yang diperoleh melalui usaha atau
perjuangan sendiri.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut
1. Filsafat Manusia adalah cabang filsafat yang hendak secara khusus
merefleksikan hakekat atau esensi dari manusia

10

2. Manusia dalam hadir dalam dunia merupakan bagian yang berada dalam
diri manusia esensi dan eksistensi. Esensi dan eksistensi manusia ini yang
menjadikan manusia ada dalam muka bumi.
3. Menurut Viniagustia : Merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk
menyataan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas.
4. Manusia selaku individu mempunyai 3 naluri, yaitu:
a. Naluri mempertahankan kelangsungan hidup
b. Naluri untuk mempertahankan kelanjutan penghidupan keturunan
c. Naluri ingin tahu dan mencari kepuasan.
5. Masyarakat dalam Bahasa Inggris disebut society, artinya sekelompok
manusia yang hidup bersama, saling berhubungan dan mempengaruhi,
saling terikat satu sama lain sehingga melahirkan kebudayaan yang sama.
6. Kedudukan atau status seseorang dalam masyarakat ada 2 macam:
a. Ascribed status
b. Achieved status

B. Saran
Saran korang karang sendiri oke...

11

DAFTAR PUSTAKA

Zainal Abidin, Filsafat Manusia, Mengenal Manusia dengan


Filsafat PT Rosda Remaja, 2006, Bandung)
K. Bertens, Panorama Filsafat Modern, Gramedia Pustaka Utama,
2005, Jakarta
http://halimsani.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai