Anda di halaman 1dari 27

REFERAT

VARICES
OESOPHAGUS
PEMBIMBING :
DR.dr. SUYANTO SIDIK,SpPD-KGEH

PENYUSUN :
RISMA W. LUBIS
030.92.148

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT MINTOHARDJO
PERIODE 8 0KTOBER 22 DESEMBER 2007
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa atas segala berkat dan rahmat yang
dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan referat ini.
Penyusunan referat ini yang berjudul VARICES
OESOPHAGUS dimaksudkan untuk memenuhi
sebagian dari tugas-tugas yang diberikan dalam
menjalankan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit
Dalam di Rumah Sakit Angkatan Laut Mintohardjo
Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada DR.dr. Suyanto Sidik,SpPD-KGEH sebagai
pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga
dan pikiran serta memberi petunjuk kepada penulis
dalam menyusun referat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan referat ini masih terdapat banyak
kekurangan,
sehingga
penulis
sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala
budi baik yang telah diberikan kepada penulis .

Jakarta, November 2007

Penulis
2

BAB I
PENDAHULUAN
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) yang
bermanifestasi sebagai hematemesis dan melena akibat
varises esofagus dapat ditemukan dalam praktek seharihari dan merupakan salah satu keadaan darurat dalam
bidang gastroenterologi.
Dalam

kepustakaan

Barat

dilaporkan

angka

kematian yang cukup tinggi (8 10%) dalam kurun waktu


40

tahun

terakhir,

walaupun

telah

banyak

dicapai

kemajuan baik dari segi diagnostik maupun terapeutik. Di


Amerika Serikat keadaan ini menyebabkan 10.000-20.000
kematian

setiap

tahunnya

dengan

angka

kekerapan

sekitar 150 per 100.000 populasi. Di RSUPN Dr. Cipto


Mangunkusumo

ditemukan

rata-rata

200-300

kasus

perdarahan SCBA setiap tahun dengan angka kematian


rata-rata 26% (pada tahun 1988) dimana sebagian besar
disebabkan oleh penyakit dasar sirosis hepatis dengan
berbagai komplikasinya.
Terdapat perbedaan populasi penyebab/sumber
perdarahan
Indonesia.
menduduki

SCBA
Di

di

negara-negara

negara-negara

peringkat

teratas

Barat

Barat
ulkus

(50-60%)

dan

di

peptikum

dan

varises

esofagus hanya sekitar 10%. Semantara di Indonesia


(khususnya di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo) varises
3

esofagus

menduduki

peringkat

pertama

penyebab

perdarahan SCBA.
Angka kematian pada perdarahan pertama akibat
pecahnya varises esofagus sekitar 30-50%, hampir 2/3nya

meninggal

dalam

waktu

satu

tahun.

Kematian

tersebut akibat perdarahan yang tidak dapat dihentikan


sehingga

terjadi

renjatan

dan

dapat

pula

akibat

perburukan fungsi hati dengan manifestasi koma hepatik.


Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan untuk mencegah
varises esofagus pecah. Tindakan tersebut terdiri dari tiga
tahap,

yaitu

pencegahan

perdarahan

varises,

pencegahan

agar

primer,

pencegahan

tidak

terjadi

agar

tidak

terjadi

sekunder

yaitu,

perdarahan

ulang,

pencegahan tersier yaitu penghentian perdarahan aktif.


Usaha untuk mencari faktor resiko pecahnya
varises amat penting agar

dapat melakukan

upaya

pencegahan perdarahan dan pengobatan maksimal. Dan


mengingat bahwa angka kematian yang tinggi oleh karena
pecahnya

varises

mempunyai
manifestasi

ini

maka

pengetahuan
klinis

dan

diharapkan
mengenai

penatalaksanaan

para

patofisologi,
perdarahan

saluran cerna bagian atas pada varises esofagus.

dokter

BAB II
PEMBAHASAN
ANATOMI ESOFAGUS
Esofagus

dimulai

dari

tepi

bawah

kartilago

krikoidea setinggi servikal VI atau VII dan berakhir pada


muaranya di lambung (kardia) setinggi 25 cm, sedang
permulaan esofagus dari gigi seri 15 cm. Jadi jarak
antara kardia denagn gigi seri orang dewasa 40 cm.
Bila

ditinjau

secara

anatomis,

esofagus

mempunyai 3 tempat penyempitan :


1. Di

tepi

bawah

kartilago

krikoidea,

yaitu

pada

permulaan esofagus.
2. Di belakang bifurkatio trakhea. Pada tempat ini
esofagus terletak di antara trakhea, bronkhus dan
aorta.
3. Tepat diatas dan didalam hiatos esofagus.
Secara fisiologik, esofagus adalah salah satu
bagian dari traktus gastrointestinal yang aktif dan secara
anatomik merupakan bagian yang tergolong sederhana.
Fungsi esofagus terutama untuk penelanan yaitu akan
mendorong dan meneruskan makanan, karena :

a. Kontraksi

dari

otot-otot

yang

menyebabkan

gelombang-gelombang peristaltik, terutama terhadap


makanan padat.
b. Sebaliknya

untuk

makanan

cair,

maka

fungsi

esofagus adalah meneruskan makanan cair tersebut,


karena gaya berat sendiri.
MANIFESTASI KLINIS
Perdarahan SCBA sebagian besar disebabkan oleh
pecahnya varises esofagus, pecahnya varises gaster ( di
kardia atau di fundus). Perdarahan SCBA ini biasanya
bervariasi

dari

hanya

anemia

dengan

perdarahan

tersamar yang diketahui pada tes benzidin, klinis melena


sampai hematemesis melena masif.
Caption: Picture 1. Normal venous flow through the portal
and systemic circulation.

Perdarahan

SCBA

karena

pecahnya

varises

esofagus menuntut penatalaksanaan yang cepat dan


tepat

karena

dapat

mengancam

jiwa

serta

dapat

memperburuk keadaan penyakit dan dapat mencetuskan


terjadinya ensefalopati hepatik. Belum jelas benar apa
penyebab pecahnya varises esofagus ini, namun diduga
6

tingginya

tekanan

portal

dan

ukuran

dari

varises

memegang peranan penting.


HIPERTENSI PORTAL
Merupakan definisi yang tegas sebagai kenaikan
tekanan dalam sistem vena porta di atas 7 mmHg. Tetapi
biasanya mengacu pada sindroma dengan karakteristik
pembentukan

anastomosis

porto-sistemik

splenomegali, anastomosis porto-sistemik

dan

yang secara

klinik penting ialah varises esofagus dan varises gaster.


Hipertensi

portal

merupakan

suatu

faktor

dalam

pembentukan ascites dan mungkin berkaitan dengan


timbulnya gastritis erosif pada penderita dengan penyakit
hati kronik.
Hipertensi portal menyebabkan perdarahan yang
berasal dari varises (terbanyak adalah esofagus, sedikit
pada

gaster

atau

duodenum)

atau

pada

gastropati

hipertensi portal.
Beberapa penyakit yang menyebabkan hipertensi
portal adalah :
I.

Kelainan-kelainan intrahepatik.
a. Virus hepatitis
b. Sirosis portal
c. Sirosis biliaris
d. Tumor primer dan metastatik
e. Parasit :
Leishmaniasis donovani (kala azar)
7

Schistosomiasis
Fassioliasis hepatika
Klonorkhiasis
f. Trombosis dari V. hepatika (penyakit
Chiari)
g. Amyloidosis hepatika
II.

Kelainan-kelainan

ekstrahepatik

(Bantis

Syndrom)
1. Intrahepatik
Stenosis dari V. porta
- Aplasia congnita
- Flebosklerosis
Kompresi pada vena
- Proses inflamasi
- Kista (mesenterik, pankreatik)
- Tumor

(retroperitoneal,

intraperitoneal )
- Aneurisma arteri (aortik, splenik)
Trombosis dari vena
- Primer, spontan
- Traumatik
- Tromboflebitis
Fistula arteriovenosa
2. Suprahepatik
Dekompensasio kordis
Perikarditis konstriktiva
Penyebab-penyebab yang tidak diketahui
8

Pada penderita dengan hipertensi portal presinusoidal, fungsi hati biasanya baik yang merupakan hal
yang penting bila pembedahan shunt dipertimbangkan.
Penderita dengan hipertensi portal intrahepatik atau post
sinusoidal mungkin mengalami kegagalan hati bila varises
memecah.
Gambaran klinik :
Hipertensi portal mungkin ditemukan secara kebetulan
atau pada waktu mencarinya pada penderita sirosis,
mungkin terjadi lambat laun dengan dispepsia yang tidak
jelas

dan

atau

anemia

atau

secara

akut

dengan

kehilangan darah melalui GI (terutama hematemesis)


akibat perdarahan varises esofagus.
Hal-hal penting dalam anamnesis ialah perdarahan
GI

terdahulu

alcohol,

atau

perdarahan,

ikterus,

riwayat

sepsis,

trauma

obat-obatan

dan

abdomen

atau

pembedahan.
Tanda-tanda
abdomen,

berupa

splenomegali,

dilatasi
ascites

vena
atau

dinding
hemoroid.

Hepatomegali dan stigmata penyakit hati kronik harus


dicari. Pemeriksaan rektal dan pemeriksaan darah samar
dari tinja perlu dilakukan.
VARISES GASTER
Varises gaster sering terjadi pada bagian kardia
dan fundus, terdapat pada 20% pasien dengan hipertensi
9

portal dan sebagian besar penyebabnya non cirrhotic.


Mereka berkembang menempati seluruh atau per bagian
(sebelah kiri) dari hipertensi portal sebagai akibat dari
trombosis vena splenika.
Walaupun varises gaster angka kejadiannya lebih
kecil daripada varises esofagus, pecahnya varises gaster
lebih

sulit

ditangani

daripada

varises

esofagus,

perdarahan pada varises gaster lebih berat, transfusi


harus dilakukan dengan cepat agar tidak mempercepat
kematian, dan pada varises gaster merupakan insiden
tertinggi terjadinya perdarahan ulang. Adapun jumlah
prevalensi tertinggi gastro renal shunt, perdarahan varises
gaster dapat terjadi pada tekanan sistem portal bila
tekanannya < 12 mmHg dan merupakan insiden tertinggi
terjadinya

ensefalopati.

Faktor-faktor

resiko

yang

menyebabkan perdarahan gaster termasuk lokasi fundus,


ukuran, red color sign dan beratnya kriteria Child. Varises
gaster

sebaiknya

diimplikasikan

sebagai

sumber

perdarahan jika darah yang keluar sifatnya menyembur,


dan berupa bekuan, menandakan adanya varises gaster
yang luas, bukan varises esofagus, dan juga bukan dari
sumber pardarahan yang lain.
KLASIFIKASI VARISES ESOFAGUS
KLASIFIKASI DAGRADI

10

Menurut Dagradi, berdasarkan hasil pemeriksaan


esofagoskopi dengan Eder Hufford esofagoskop, maka
varises esofagus dapat dibagi dalam beberapa tingkatan,
yaitu.
Tingkat 1

: Dengan diameter 2 3 mm, terdapat pada


submukosa,

boleh

dikata

sukar

dilihat

penonjolan kedalam lumen. Hanya dapat


dilihat setelah dilakukan kompresi.
Tingkat 2

: Mempunyai diameter 2 3 mm, masih


terdapat

di

submukosa,

mulai

terlihat

penonjolan di mukosa tanpa kompresi.


Tingkat 3

: Mempunyai diameter 3 4 mm, panjang,


dan sudah mulai terlihat berkelok-kelok,
terlihat penonjolan sebagian dengan jelas
pada mukosa lumen.

Tingkat 4

: Dengan diameter 4 5 mm, terlihat


panjang berkelok kelok. Sebagian besar
dari varises terlihat nyata pada mukosa
lumen.

Tingkat 5

: Mempunyai diameter lebih dari 5 mm,


dengan jelas sebagian besar atau seluruh
esofagusnya

terlihat

penonjolan

serta

berkelok-keloknya varises.
Klasifikasi

tersebut

dimaksudkan

untuk

ikut

menentukan tindakan lebih lanjut pada hipertensi portal.


KLASIFIKASI PALMER & BRICK
11

Palmer dan Brick menilai bentuk, warna, tekanan


dan panjangnya varises esofagus serta membaginya
dalam tingkat ringan, bila diameter varises esofagus lebih
kecil dari 3 mm, tingkat sedang bila diameter varises
esofagus 3-6 mm dan berat bila diameter varises esofagus
lebih besar dari 6 mm. Selain itu diukur pula panjang dan
tekanan dalam varises tersebut. Klasifikasi klasifikasi ini
bermaksud untuk memberikan gambaran yang seragam
dari varises esofagus, serta tanda tanda yang erat
hubungannnya dengan perdarahan varises tersebut.
KLASIFIKASI OMED
1. Besarnya
Besarnya varises esofagus dibagi dalam 4 derajat,
yaitu :
Penonjolan dalam dinding lumen yang minimal
sekali
Penonjolan kedalam lumen sampai lumen
dengan

pengertian

bahwa

esofagus

dalam

keadaan relaksasi yang maksimal.


Penonjolan

kedalam

lumen

sampai

setengahnya.
Penonjolan kedalam lumen sampai lebih dari
setengah dari lumen esofagus.
2. Bentuknya
Dibedakan 3 macam bentuk varises esofagus, yaitu :

12

Sederhana (simple), ialah penonjolan mukosa


yang berwarna kebiru-biruan dan berkelok-kelok
dengan

atau

tanpa

adanya

kelainan

pada

mukosanya.
Penekanan

(congested),

ialah

penonjolan

mukosa yang berwarna merah tua disertai tanda


pembengkakan

mukosa

dan

dengan

tanda-

tanda perdarahan.
Varises

yang

mengeluarkan

berdarah,
darah

ialah

segar

varises

karena

yang

adanya

robekan pada permukaan varises tersebut.


3. Varises dengan Stigmata (tanda-tanda perdarahan)
Ialah

terdapatnya

bekuan

atau

pigmen

darah

dipermukaan varises yang menandakan telah terjadi


perdarahan.

Klasifikasi

digunakan meskipun

Omed

ini

belum

banyak

sudah lebih baik daripada

klasifikasi Dagradi atau Palmer & Brick, karena


dirasakan tidak praktis.

KLASIFIKASI

PERHIMPUNAN

ENDOSKOPI

GASTROINTESTINAL JEPANG.
Kemudian Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal
Jepang membuat klasifikasi yang disebut Endoscopio
Diagnosis and Classification of Esophageal Varices in
Japan. Klasifikasi ini didasrkan atas tanda-tanda yang
dilihat pada pengamatan pemeriksaan endoskopi yang
13

dibedakan dalam 4 kategori, yaitu : warna (colour), tanda


warna merah (red colour sign), bentuk (form), dan
lokalisasi.
1. Warna
Ialah

warna

yang

dilihat

dengan

mata

pada

pengamatan endoskopi, oleh karena warna pada foto


akan

berlainan,

yang

banyak

tergantung

dri

pencahayaan dan film yang dipakai. Mengenai warna


dibedakan atas putih dan biru (CW dan CB).
2. Tanda warna merah (red colour sign/RCS)
Perubahan warna pada mucosa varises yang selalu
menjadi merah merupakan tanda perdarahan baru
atau risiko tinggi untuk terjadinya perdarahan.
Ada 4 sub kategori yang masing-masing adalah :
Red Wall Marking (RWM),
Adalah tanda pelebaran pembuluh darah pada
dinding

varises

yang

memanjang

dan

menyerupai cambuk.
Cherry Red Spot (CRS),
Ialah bintik-bintik merah yang banyak dengan
diameter lebih dari 2 mm, terdapat pada
dinding varises.
Hemato Cystic Spot (HCS),
Ialah tanda warna merah yang lebih besar, lebar
dan kistik. Terdapat pada varises yang besar
dan merupakan resiko tinggi untuk terjadinya
perdarahan.
14

Diffuse Redness (DR),


Ialah warna merah yang diffus pada mucosa
varises,

tidak

terdapat

permukaan

yang

meninggi atau cekung seperti pada esofagitis.


3. Lokalisasi
Biasanya dimulai dari esophagogastric junction
yang

makin meluas ke oral. Jadi kebanyakan di 1/3

bagian esofagus sebelah distal.


Oesophageal varices. CT at mid-chest level following intravenous contrast
administration. demonstrates multiple tubular and rounded contrast enhanced
structures surrounding the oesophagus and representing perioesophageal varices
(large arrows). Enhancement of the thickened oesophageal wall (small arrow) is due
to enlarged submucosal contrast enhanced varices. Reprinted from: Advances in
Computed Tomography by D. Vanbeckevoort, A.L. Baert and L. Van Hoe, in Modern
Imaging of the Alimentary Tube. A.R. Margulis, Springer Verlag, Berlin Heidelberg
New York, 1998, by courtesy of Springer Verlag.

Varices, oesophageal,
Fig.1

Varices, oesophageal,
Fig.2

Varices, oesophageal, Fig.3

Pecahnya varises esofagus dapat terjadi secara


spontan tanpa adanya factor pencetus, menyebabkan
terjadinya hematemesis masif dengan atau tanpa melena.
Kadang-kadang status hemodinamik pasien masih stabil
atau hanya takikardia ringan, namun sering pula sampai
terjadi

renjatan.

Perdarahan
15

SCBA

berbeda

dengan

perdarahan eksternal yang mudah dilihat/diukur. Lumen


usus mempunyai kemampuan untuk menyimpan volume
darah sebelum keluar melalui muntah atau peranum.
Terjadinya hipotensi postural
menggambarkan

bahwa

(10 mmHg atau lebih)

kemungkinan

telah

terjadi

kehilangan darah sedikitnya 20%. Jika terjadi renjatan,


menandakan

telah

terjadi

kehilangan

volume

darah

sekitar 40%.
Penilaian

berkala

hemoglobin

dan

hematokrit

dapat membantu kita mengantisipasi jumlah darah yang


akan ditransfusikan. Tetapi harus diingat bahwa nilai
hematokrit dipengaruhi oleh faktor hemodilusi, sehingga
pada awal perdarahan kurang dapat menggambarkan
berapa banyak darah yang telah hilang.
Gejala-gejala klinik :
Keluhan yang ditimbulkan oleh varises esofagus
sendiri sebetulnya tidak ada. Yang seringkali adalah,
estela timbulnya perforasi dan terjadi perdarahan yang
masif, yaitu hematemesis dan melena. Jadi yang dapat
menimbulkan

perdarahan

sebagian

besar

varises

berwarna kemerahan.

Diagnosis :
Pada varises esofagus yang tidak menimbulkan
perdarahan, biasanya tidak memberikan keluhan, sukar
dapat dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik, oleh
16

karena itu perlu dilakukan pemeriksaan rontgenologik dan


endoskopik. Tidak jarang ditemukan varises esofagus
secara kebetulan pada pemeriksaan rontgenologik atau
esofagoskopik.

Pada

penderita

hematemesis

sebagai

akibat pecahnya varises esofagus, dapat segera dilakukan


pemeriksaan

rontgenologik

dan

endoskopik,

guna

menemukan lokalisasi perdarahan dengan pasti.


Rontgenologik :
Pemeriksaan

rontgen

harus

dilakukan

pada

berbagai posisi, dengan memberikan bubur yang kental


atau 150%. Bila ditemukan adanya efek pengisian bulatbulat atau panjang pada 1/3 bagian bawah esofagus,
maka merupakan gambaran dri varises esofagus.
Esofagoskopik :
Pemeriksaan esofagoskopik lebih banyak membantu
menegakkan
berwarna

diagnosis,

keabu-abuan

akan
atau

terlihat
biru

varises

yang

kemerah-merahan.

Demikian pula ditentukan tingkatan klasifikasi dari varises.


Pemeriksaan ini sebaiknya merupakan pemeriksaan rutin
pada setiap penderita dengan hematemesis, apalagi
ditemukan endoskop serat optik yang lentur.

BAB III
PENATALAKSANAAN

17

Pada garis besarnya, penatalaksanaan pasien dengan


perdarahan

SCBA,

apapun

penyebabnya

termasuk

perdarahan akibat pecahnya varises esofagus ) terdiri atas


penatalaksanaan umum dan penatalaksanaan khusus.
I. Penatalaksanaan Umum
Penatalaksanaan umum bertujuan untuk sesegera
mungkin memperbaiki keadaan umum dan menstabilkan
hemodinamik (resusitasi). Bila memungkinkan, pasien
akan lebih baik jika dirawat diruang gawat darurat intensif
untuk menjamin pengawasan hemodinamik.
Resusitasi

cairan

biasanya

dengan

memberikan

cairan kristaloid (NaCl fisiologis atau Ringer laktat) bahkan


jika perlu diberikan larutan koloid. Pada keadaan tertentu
sebaiknya

dipasang

dua

jalur

infus

dengan

jarum

besar,sekaligus untuk mempersiapkan jalur intravena


untuk pemberian transfusi darah. Untuk transfusi darah
biasanya diberikan packed red cell dengan INRs > 1,8
2,0 (20 ml/kg) dosis awal dilanjutkan dengan 10 mg/kg
tiap 6 jam atau < 50.000 u/L pada perdarahan aktif,
dengan pertimbangan untuk pemulihan cairan intravena.
Bilas lambung

dengan menggunakan air es atau

larutan NaCl fisiologis sebaiknya dilakukan, selain untuk


tujuan diagnostik juga dalam usaha untuk menghentikan
perdarahan. Teknik bilas lambung harus tepat sehingga
tidak menimbulkan trauma mukosa SCBA. Dari aspirat
sonde

dapat

kita

perkirakan
18

bahwa

perdarahan

berlangsung aktif bila darah yang keluar berwarna segar


(belum bercampur dengan asam lambung). Darah segar
cair tanpa bekuan harus diwaspadai adanya gangguan
hemostasis. Untuk memperbaiki faal hemostasis dapat
diberikan

injeksi

vitamin

dan

asam

traneksamat.

Pemberian antasida oral, sukralfat dan injeksi penyekat


reseptor H2 dapat diberikan jika ada dugaan kerusakan
mukosa yang menyertai perdarahan. Dengan menekan
sekresi asam, diharapkan mekanisme pembekuan darah
tidak terganggu oleh terjadinya lisis bekuan pada lesi yang
terlalu cepat.
II. Penatalaksanaan Khusus
Sejumlah kepustakaan melaporkan bahwa hampir
50% kasus perdarahan SCBA karena pecahnya varises
esofagus

akan

berhenti

penatalaksanaan

secara

resusitasi,

spontan

sehingga

setelah
eksplorasi

diagnostik dapat dikerjakan secara elektif (khususnya


endoskopi).

Terdapat

dua

pilihan

yaitu,

endoskopi

emergensi (emergency endoscopy) atau endoskopi dini


(early endoscopy). Keduanya mempunyai kelebihan dan
kekurangan.
dilakukan
perdarahan

Endoskopi

tidak

hanya

tetapi

juga

emergensi
untuk
dapat

seyogyanya

menentukan
dilakukan

sumber

endoskopi

terapeutik lebih lanjut. Secara teknis tindakan endoskopi


emergensi sulit dilakukan sehingga diperlukan skill yang
tinggi (karena umumnya lapangan pandang tertutup oleh
19

darah), serta peralatan yang memadai (sebaiknya alat


endoskopi dengan double channel) dan dukungan alat
serta tim resusitasi yang lengkap.
Management dari varises gaster akut serupa dengan
varises esofagus, kecuali dalam terapi endoskopi lebih
sulit dan tidak mungkin karena lokasi perdarahan sering
tertutupi dengan darah.
II. 1. Terapi Farmakologik
Terapi farmakologi dilakukan segera setelah dicurigai
terjadinya perdarahan varises bahkan sebelum diagnosis
endoskopik ditegakkan.

Antibiotik
Pasien dengan perdarahan saluran cerna bagian
atas

50%

memungkinkan

terjadinya

infeksi

bakteri (bakteremia) selama dirawat di rumah


sakit seperti bakteri peritonitis, pneumonia, UTI
dengan
profilaksis

atau

tanpa

dapat

disertai

diberikan

sepsis.

secara

oral

Treapi
atau

parenteral, biasanya diberikan norfloxacin 400 mg


( atau golongan quinolon lainnya) per os atau
melalui NGT dua kali perhari selama tujuh hari.

Obat-obat vasoaktif yang dapat digunakan dalam


keadaan ini adalah :
Vasopresin (Pitresin) :
Golongan

obat

menghentikan

ini

diharapkan

perdarahan
20

melalui

dapa
efek

vasokonstriksi
sehingga

pembuluh

menyebabkan

darah

splanik

penurunan

aliran

darah portal dan tekanan vena porta.


Dosis yang dianjurkan adalah 0,2 0,4
unit/menit selama 1 24 jam. Obat ini juga
dapat

menurunkan

sehingga

dapat

aliran

darah

menimbulkan

koroner,

insufisiensi

koroner akut.
Somatostatin dan Octreotide.
Beberapa

penelitian

efektifitas

golongan

menghentikan

melaporkan
obat

perdarahan

ini
SCBA

bahwa
dalam
akibat

pecahnya varises esofagus adalah 70 80%


sebanding

dengan

skleroterapi

emergensi

varises esofagus. Dilaporkan bahwa golongan


obat

ini

dapat

perdarahan

ulang

mencegah

terjadinya

setelah

tindakan

skleroterapi varises esofagus.


Dosis somatostatin : 250 mikrogram bolus
diikuti dengan tetesan infus kontinyu 250
mikrogram /jam.
Dosis octreotide : tetesan infus kontinyu 50
mikrogram/jam.
II. 2. Ballloon Tamponade (Sengstaken-Blakemore
Tube)

21

Sengstaken-Blakemore tube (SB tube) mempunyai


tiga

pipa

dan

Pemasangan

dua

balon

tamponade

lambung

balon

ini

dan

esofagus.

hanya

bersifat

sementara jadi bukan merupakan terapi yang menetap


tetapi merupakan tindakan sementara dalam menunggu
terapi endoskopi skleroterapi atau ligasi dilakukan.
II. 3. Terapi Endoskopik
a. Skleroterapi
Dengan

menggunakan

etoksisklerol,

penyuntikan

dapat dilakukan intravarises atau paravarises. Untuk itu


diperlukan fungsi hemostatik yang cukup baik.

22

Beberapa penelitian melaporkan bahwa skleroterapi


endoskopis dapat mengontrol perdarahan SCBA akibat
pecahnya varises esofagus antara 70 - 90%, namun
sebagian besar

memerlukan

tindakan

skleroterapi

lanjutan.

b. Rubber Band Ligation


Akhir-akhir ini ligasi varises esofagus makin banyak
dilakukan, karena efektivitasnya yang lebih baik serta
resiko perdarahan durante tindakan dan komplikasinya
yang lebih rendah dibanding skleroterapi endoskopik. Saat
ini banyak dipakai six shooter ligator atau local five
shooter

ligator

yang

dikembangkan

oleh

Subbagian

Gastroenterologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI RSUPN


Dr.

Cipto

mangunkusumo

Jakarta,

ada

pengalaman

penggunaan rubber band ligation pada varises fundus


dengan hasil yang cukup memuaskan.
II. 4. Prosedur Portal Dekompresive
Dilakukan pada pasien dengan perdarahan varises
yang tidak dapat dikontrol dengan pemberian terapi
farmakologik dan terapi endoskopi.
Transvenosus Intrahepatik Portosystemic Shunts
Terapi

skleroterapi

dan

ligasi

maupun

terapi

farmakologik dilakukan pada 10 20% perdarahan varises


23

sering terjadi berulang. TIPS dapat mengontrol secara


efektif perdarahan akut varises yang nonresponsive pada
terapi

endoskopi

dan

terapi

farmakologik

dengan

menurunkan tekanan vena portal, IVC pressure < 10


mmHg. Pemasangan TIPS mempunyai tingkat keberhasilan
hampir 100%. Pada terapi ini dilakukan pemasangan stent
melalui vena jugularis menuju vena hepatik.

II. 5. Tindakan pembedahan


Dilakukan pada perdarahan masif sehingga terdapat
keterbatasan manfaat endoskopik baik untuk diagnosis
maupun terapeutik karena lapang pandang yang tertutup
oleh bekuan darah. Terapi bedah antara lain dengan
melakukan transeksi esofagus, dilakukan devaskularisasi
atau operasi pintas. Namun biasanya keadaan umum
pasien sudah buruk dan sering menjadi kendala dalam
melakukan operasi.

24

BAB III
KESIMPULAN
Perdarahan
sebagian

besar

saluran

cerna

disebabkan

bagian

oleh

atas

(SCBA)

pecahnya

varises

esofagus, pecahnya varises gaster ( di kardia atau fundus)


sebagian kecil lainnya

disebabkan

karena

terjadinya

gastropati hipertensi portal. Gejala pada perdarahan SCBA


varises bervariasi, umumnya pasian mengeluh muntah
darah (hematemesis) biasanya berwarna kehitaman dan
tidak membeku (karena sudah bercampur dengan asam
lambung), atau merah segar, dapat juga ditemukan
melena atau hematoschezia.
Penatalaksanaan perdarahan saluran cerna bagian
atas (SCBA) adalah :
1. Penatalaksanaan Umum
2. Penatalaksanaan Khusus

Farmakologik
25

Balloon Tamponade Tube

Terapi Endoskopik

Skleroterapi

Rubber Band Ligation

Prosedur Portal Dekompresive

Transvenous Intrahepatic Portosystemic Shunts

Pembedahan

DAFTAR PUSTAKA
1. Adi, Pangestu ; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, 2006,
291 294

2. B.T Cooper, M. J Hall, R.E Barry; Manual Gastroenterologi,


Churchill Livingstone, 1989, 244 248

3. Hadi, Sujono ; Gastroenterologi, 1991, 103


4. Stiegmann V, Greg ; Endoscopic Approaches to Upper
Gastrointestinal Bleeding, From Gastrointestinal,Tumor &
Endocrine Surgery, University of Colorado Denver and
Health Science Center, Denver Colorado

5. Matsumoto,
Prevention
Treatment

Akio;
of

Takimoto,

Systemic
of

Kengo;

Embolization

Gastric

Fundal

Inokuchi,

Hideto;

Associated

with

Varices

www.mayoclinicproceedings.

6. Sarin, SK; Negi, S; Management of Gastric Variceal


Hemorhage,

Indian

Journal

www.indianjgastro.com

26

Gastroenterologi

2006

7. GOW

P.J;

Chapman

R.W;

Modern

Management

of

Oesophageal Varices, Postgrad Med, 2001 Feb, 75-81

8. Buencamino,Cenon MD ; Esophageal Varices ; eMEDICINE


9. Encyclopaedia, Britannica ; Esophagus or Oesophagus ; /
www.google.com

27

Anda mungkin juga menyukai