GEOSOS Kota (Repaired)
GEOSOS Kota (Repaired)
OLEH :
QONITA AZZAHRA
130722607352 / OFF. H
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya, serta berkah limpahan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul Pemukiman Kumuh Sebagai Dampak Pertumbuhan Di Kota Malang. Sholawat dan
salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Akhir Semester Satu Matakuliah Geografi
Sosial. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data primer dan sekunder yang penulis
peroleh dari wawancara langsung dengan beberapa pihak, serta data pendukung dari beberapa
media massa dan elektronik. Selama penulisan Makalah ini, penulis mendapatkan banyak
bantuan baik material maupun spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih.
Penulis menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta
banyak kekurangannya. Penulis berharap penyusunan Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan pembaca secara umum.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penulis
Daftar Isi
Cover
Kata Pengantar
Bab I Pendahuluan
1.1 Latarbelakang
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pengertian dari masyarakat ?
1.2.2 Bagaimana pengertian dari Masyarakat Pedesaan ?
1.2.3 Bagaimana pengertian dari Masyarakat Perkotaan ?
1.2.4 Bagaimana Teori Struktur Ruang Kota ?
1.2.5 Bagaimana Perbedaan Antara Desa Dan Kota ?
1.2.6 Bagaimana Hubungan Antara Desa dengan Kota ?
1.2.7 Bagaimana Dampak Interaksi Desa dengan Kota ?
1.3 Tujuan
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6
1.3.7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Permasalahan perkotaan dewasa ini semakin hangat dibicarakan karena keterkaitannya
dengan hampir segala aspek kehidupan manusia. Perkembangan kegiatan suatu kota sering
menjadi tumpuan harapan masyarakat sehingga mereka berduyun-duyun berebut kesempatan
untuk bisa memperoleh penghidupan di kota tersebut.
Kepesatan perkembangan suatu kota ternyata juga membawa dampak sosial akibat
tingginya iklim kompetitif dalam kehidupan masyarakatnya. Masyarakat cenderung terbagi
menjadi 2 segmen, yaitu (1) kelompok masyarakat yang menang dan berhasil dalam iklim
kompetisi ini dan (2) kelompok masyarakat yang kalah dan tersingkir. Dampak sosial lain
yang sangat terasa akibat iklim ini adalah pada perilaku masyarakat pada masing-masing
segmen atau antarsegmen tersebut yang cenderung individualis. Perwujudan perilaku
individualis ini bisa mencakup 2 aspek, yaitu aspek fisik dan aspek sikap/tingkah laku
masyarakat yang selalu tercermin dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
Dari kajian dalam tulisan ini bisa disimpulkan bahwa perilaku individualis merupakan
ciri utama pada sifat kehidupan perkotaan. Hal tersebut merupakan permasalahan yang tidak
bisa dihilangkan karena timbul dan iklim kompetitif yang ada. Kondisi tersebut perlu
dikendalikan supaya tidak sampai menimbulkan konflik antar individu atau antar kelompok
masyarakat penghuni kota. Salah satu alat pengendali kondisi tersebut adalah perlunya upaya
pendidikan sosial bagi para penghuni atau calon penghuni lingkungan kota, sehingga dapat
tercipta hubungan yang saling membutuhkan di antara individu maupun kelompok yang ada.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pengertian dari masyarakat ?
1.2.2 Bagaimana pengertian dari Masyarakat Pedesaan ?
1.2.3 Bagaimana pengertian dari Masyarakat Perkotaan ?
1.2.4 Bagaimana Teori Struktur Ruang Kota ?
1.2.5 Bagaimana Perbedaan Antara Desa Dan Kota ?
1.2.6 Bagaimana Hubungan Antara Desa dengan Kota ?
1.2.7 Bagaimana Dampak Interaksi Desa dengan Kota ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6
1.3.7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Masyarakat
Dalam Bahasa Inggris disebut Society, asal katanya Socius yang berarti kawan.
Kata Masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu Syiek, artinya bergaul. Adanya
disebabkan oleh manusia sebagai pribadi melainkan oleh unsur unsur kekuatan lain
dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.
2.2 Masyarakat Pedesaan (masyarakat tradisional)
2.2.1
kebiasaan
3. Cara berusaha (ekonomi)adalah agraris yang paling umum yang
sangat dipengaruhi alam seperti : iklim, keadaan alam ,kekayaan
alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat
sambilan
d. Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak
diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan
suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.
e. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam
hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit.
Masyarakat
desa
menggunakan
bahasa
tidak
langsung,
untuk
menunjukkan sesuatu.
2.3 Masyarakat Perkotaan
2.3.1 Pengertian Kota menurut beberapa ahli :
a. Wirth
Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen,
dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.
b. Max Weber
Kota menurutnya, apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi
sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar lokal.
c. Dwigth Sanderson
Kota ialah tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih.
2.3.2 Ciri-ciri Masyarakat Kota menurut teori Talcott Parsons yaitu :
a. Netral Afektif
Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yang lebih mementingkat
Rasionalitas dan sifat rasional ini erat hubungannya dengan konsep
Gesellschaft atau Association. Mereka tidak mau mencampuradukan halhal yang bersifat emosional atau yang menyangkut perasaan pada
umumnya dengan hal-hal yang bersifat rasional, itulah sebabnya tipe
masyarakat itu disebut netral dalam perasaannya.
b. Orientasi Diri
Teori ini menyatakan bahwa Daerah Pusat Kota (DPK) atau Central Business
District (CBD) adalah pusat kota yang letaknya tepat di tengah kota dan berbentuk
bundar yang merupakan pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik, serta
merupakan zona dengan derajat aksesibilitas tinggi dalam suatu kota. DPK atau CBD
tersebut terbagi atas dua bagian, yaitu: pertama, bagian paling inti atau RBD (Retail
Business District) dengan kegiatan dominan pertokoan, perkantoran dan jasa; kedua,
bagian di luarnya atau WBD (Wholesale Business District) yang ditempati oleh bangunan
Teori ini menyatakan bahwa DPK atau CBD memiliki pengertian yang sama
dengan yang diungkapkan oleh Teori Konsentris.
a. Sektor pusat kegiatan bisnis yang terdiri atas bangunan-bangunan kontor, hotel, bank,
bioskop, pasar, dan pusat perbelanjaan.
b. Sektor kawasan industri ringan dan perdagangan.
c. Sektor kaum buruh atau kaum murba, yaitu kawasan permukiman kaum buruh.
d. Sektor permukiman kaum menengah atau sektor madya wisma.
e. Sektor permukiman adi wisma, yaitu kawasan tempat tinggal golongan atas yang
terdiri dari para eksekutif dan pejabat.
2.4.3
Teori ini menyatakan bahwa DPK atau CBD adalah pusat kota yang letaknya
relatif di tengah-tengah sel-sel lainnya dan berfungsi sebagai salah satu growing points.
Zona ini menampung sebagian besar kegiatan kota, berupa pusat fasilitas transportasi dan
di dalamnya terdapat distrik spesialisasi pelayanan, seperti retailing, distrik khusus
perbankan, teater dan lain-lain. Namun, ada perbedaan dengan dua teori yang disebutkan
di atas, yaitu bahwa pada Teori Pusat Berganda terdapat banyak DPK atau CBD dan
letaknya tidak persis di tengah kota dan tidak selalu berbentuk bundar.
a. Pusat kota atau Central Business District (CBD).
b. Kawasan niaga dan industri ringan.
c. Kawasan murbawisma atau permukiman kaum buruh.
ketinggian bangunan. DPK atau CBD secara garis besar merupakan daerah dengan harga
lahan yang tinggi, aksesibilitas sangat tinggi dan ada kecenderungan membangun struktur
perkotaan secara vertikal. Dalam hal ini, maka di DPK atau CBD paling sesuai dengan
kegiatan perdagangan (retail activities), karena semakin tinggi aksesibilitas suatu ruang maka
ruang tersebut akan ditempati oleh fungsi yang paling kuat ekonominya.
2.4.5
ini disebutkan bahwa DPK atau CBD merupakan tempat utama dari perdagangan, hiburan
dan lapangan pekerjaan. Di daerah ini terjadi proses perubahan yang cepat sehingga
mengancam nilai historis dari daerah tersebut. Pada daerah daerah yang berbatasan dengan
DPK atau CBD di kota-kota Amerika Latin masih banyak tempat yang digunakan untuk
kegiatan ekonomi, antara lain pasar lokal, daerah-daerah pertokoan untuk golongan ekonomi
lemah dan sebagian lain dipergunakan untuk tempat tinggal sementara para imigran.
2.4.6
2.4.7
kota. Asumsinya adalah mobilitas fungsi-fungsi dan penduduk mempunyai intensitas yang
sama dan topografi kota seragam. Faktor utama yang mempengaruhi mobilitas adalah poros
transportasi yang menghubungkan CBD dengan daerah bagian luarnya.Aksesibilitas
memperhatikan biaya waktu dalam sistem transportasi yang ada. Sepanjang poros
transportasi akan mengalami perkembangan lebih besar dibanding zona di antaranya. Zona
yang tidak terlayani dengan fasilitas transportasi yang cepat.
2.5 Perbedaan Antara Desa Dan Kota
Perbedaan ciri antara kedua sistem tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut
Poplin (1972) sebagai berikut:
a. a.
Ma Ma
b. Perilaku homogen
b. Perilaku heterogen
kebersamaan
d. Perilaku yang berorientasi pada
d. Perilaku yang berorientasi pada
h. Kolektivisme
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih
mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem
kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan (Soekanto, 1994).
Selanjutnya Pudjiwati (1985), menjelaskan ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa itu,
adalah pertama-tama, hubungan kekerabatan. Sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan
masih memegang peranan penting. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup
dari pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata, tukang
membuat gula, akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di
samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan saja.
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan
penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan
yang dihadapi. Nimpoeno (1992) menyatakan bahwa di daerah pedesaan kekuasaan-
kekuasaan pada umumnya terpusat pada individu seorang kiyai, ajengan, lurah dan
sebagainya.
2.6 Hubungan Antara Desa dengan Kota
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komonitas yang terpisah sama
sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat
hubungan yang erat. Bersifat ketergantungan, karena diantara mereka saling
membutuhkan. Kota tergantung pada dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan
bahan pangan seperti beras sayur mayur , daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber
tenaga kasar bagi bagi jenis jenis pekerjaan tertentu dikota. Misalnya saja buruh
bangunan dalam proyek proyek perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan
raya atau jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja
musiman. Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan
dibidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau
ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
Interface, dapat diartikan adanya kawasan perkotaan yang tumpang-tindih dengan
kawasan perdesaan, nampaknya persoalan tersebut sederhana, bukankah telah ada alat
transportasi, pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan, pasar, dan rumah makan dan lain
sebagainya, yang mempertemukan kebutuhan serta sifat kedesaan dan kekotaan.
Hubungan kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan menang,
karena itu dalam hubungan desa-kota, makin besar suatu kota makin berpengaruh dan
makin menentukan kehidupan perdesaan.
a. Secara teoristik, kota merubah atau paling mempengaruhi desa melalui
beberapa caar, seperti:
1. Ekspansi kota ke desa, atau boleh dibilang perluasan kawasan
perkotaan
dengan
merubah
atau
mengambil
kawasan
Dampak Positif
Pengetahua
n penduduk
meningkat
karena
semakin
lengkapnya
fasilitas
pembelajar
an.
A S
Damoak Negatif
k
i
u
t
e
r
n
g
m n
e
g
a
m u
i
d
a
p
e
u
r
n
.
k
a
r
e
n
a
b
a
n
y
a
k
y
a
n
g
p
i
n
d
a
h
k
e
k
o
t
a
.
A M
k
s
t
k
l
a
e
s
e
l
r
k
j
a
n
a
s
e
.
s
a
l
i
n
g
g
o
t
o
n
g
r
o
y
o
n
g
.
P R
r
v
i
a
n
h
a
b
a
a
n
n
g
m g
k
a
a
h
r
e
m
i
m a
a
u
k
e
r
k
n
s
i
p
a
a
n
u
n
r
l
a
l
u
b
a
n
y
a
k
.
M S
e
a
t
y
a
a
t
h
a
w n
i
r
w t
a
a
n
n
g
m
e
l
k
n
j
d
u
e
r
e
.
Koprasi
dan
organisasi
social
kesejahteraan
rakyatnya.
7
Mengetahui
sehingga
tata
mampu
guna
lahan,
meningkatkan
produktivitas pertanian.
Dampak positif
Tercukupin
ya
sebagian
kebutuhan
masyaraka
t
perkotaan.
m s
l
Dampak negatif
n
g
n
a
t
a
a
n
n
t
e
n
u
k
m
e
m d
i
a
p
n
g
.
h
i
n
g
g
a
t
i
n
g
g
i
.
M
e
r
e
k
a
y
a
n
g
b
e
r
p
e
n
d
a
p
a
t
a
n
r
e
n
d
a
h
k
u
r
a
n
g
m
a
m
p
u
b
e
r
s
a
i
n
g
d
a
l
a
m
k
o
t
a
.
S
e
h
i
n
g
g
a
m
e
n
y
e
b
a
b
k
a
n
s
e
m
a
k
i
n
t
i
n
g
g
i
n
y
a
k
r
i
m
i
n
a
l
i
t
a
s
.
P N
r
k
l
d
h
a
o
t
k
o
s
a
a
d
k
e
l
w e
i
y
a
a
h
e
s
n
a
s
e
m
a
k
i
n
b
a
n
y
a
k
n
y
a
u
r
b
a
n
d
a
n
d
e
g
r
a
d
a
s
i
n
i
l
a
i
g
u
n
a
l
a
h
a
n
Faktor-faktor yang ada dikota yang menarik penduduk desa untuk pindah dan
menetap dikota (pull factors)
b.
c.
d.
e.
b.
c.
d.
e.
BAB III
PEMBAHASAN
Dari teori dasar yang telah dijelaskan, penulis mengambil salah satu dampak negative
bagi kota akibat adanya interaksi antara desa dengan kota. Banyak dampak negative yang timbul
akibat sebuah interaksi, namun dari berbagai dampak yang ditimbulkan, ada salah satu hal yang
paling menonjol. Yaitu semakin banyaknya pemukiman kumuh yang berdiri di sepanjang sungai
dan rel kereta api. Hal ini memang benar adanya.
Tumbuhnya pemukiman kumuh di sepanjang jalur kereta api dan bantaran sungai ini
terjadi karena banyaknya urban yang pindah ke kota tanpa didasari oleh kemampuan untuk
bersaing atau kemampuan hidup layak di wilayah kota. Mereka hanya memikirkan untuk pindah
ke kota saja tanpa memikirkan dampak jangka panjangnya.
Sebagai contoh, di Kota Malang banyak ditemukan pemukiman kumuh di sekitar
bantaran Sungai Brantas. Seperti gambar dibawah ini.
Pemukiman kumuh yang berdiri di sepanjang sungai Brantas ini telah ada dan terus bertambah
sejak 15 tahun yang lalu. Hal ini dapat dilihat dari bentuk fisik sungai yang terus mengalami
penyempitan. Seperti yang dijelaskan pada teori struktur ruang kota, pemukiman kumuh selalu
berada di titik pusat sebuah kota. Disebabkan karena tempat tinggal mereka dekat dengan
pekerjaan. Dari hasil observasi di sekitar bantaran sungai Brantas, penulis mendapatkan
informasi mengenai :
a.
Pendidikan
Masyarakat yang tinggal dan menetap di sekitar bantaran sungai pada umumnya
mereka lulusan SD SMP. Mereka melakukan urbanisasi ke Kota Malang karena
alasan pekerjaan, dimana mereka berfikir bekerja di malang akan mendapatkan
pekerjaan yang baik. Namun, kenyataannya berbeda, dengan hanya lulusan SD-SMP
mereka tidak mampu bersaing dengan pendatang lainnya yang pendidikannya lebih
tinggi.
b.
Ekonomi
Akibat dari tingkat pendidikan yang rendah maka, sebagian besar penduduk di
sekitar bantaran sungai dan rel kereta api di Kota Malang bekerja sebagai buruh
kasar, pemulung, pedagang kecil, dan ada juga yang pengangguran. Tingakt ekonomi
yang rendah semakin medukung para urban memenuhi lahan di sekitar sungai dan rel
kereta api. Penghasilan mereka sangat rendah sehingga, untuk memenuhi kebutuhan
sehari-harinya mengalami kesulitan. Tingkat kriminalitas yang ada juga cukup tinggi
Apabila suatu masyarakat yang hidup di sekitar wilayah mempunyai tingkat ekonomi
dan pendidikan yang rendah, maka dapat dipastikan bahwa kepedulian terhadap
kelestarian lingkungannya sangat rendah. Hal itu terbukti dengan semakin banyaknya
sampah yang tertumpuk di tepi tepi sungai.
Kepedulian terhadap lingkungan sangat rendah karena mereka hanya berfikir pendek
dan tidak memikirkan resiko yang akan terjadi kedepannya. Padahal di sekitar
d.
bantaran sungai brantas sering terjadi banjir yang menghanyutkan rumah warga.
Social-Budaya
Social-budaya yang ada sebagian besar masih membawa karakteristik dari masingmasing daerah masyarakat setempat. Sebagian besar, warga yang tinggal di sekitar
bantaran sungai dan rel kereta api adalah orang malang asli dan pendatang dari
pedesaan yang berada di wilayah kabupaten Malang. Mereka masih menjunjung nilai
kebudayaan seperti gotong royong bersih kampong.
Terkadang interaksi antara desa dengan kota tidak selalu berdampak positif terhadap
perkembangannya. Namun, juga tidak semuanya memberikan dampak negatif. Terkdang nteraksi
desa dan kota harus ada pembatasan tertentu agar tidak menimbulkan masalah yang signifikan
yang terlalu sulit untuk diatasi.
Pemukiman kuuh di Kota Malang telah ada belasan tahun yang lalu, dimana kebijakan
pemerintah kota malang sendiri belum ada yang mampu mengatasi. Bukannya semakin
berkurang jumlah pemukiman kumuh tapi semakin banyak dan menyebabkan masalah sosial
lainnya.
Tingkat kriminalitas di kota malang semakin hari semain meningkat, hal ini dipengaruhi
oleh jumlah urban yang tidak mampu bersaing secara sehat terlalu banyak. Dimana kebutuhan
hidup semakin lama semakin bertambah. Didukung pula dengan tingkat pendidikan yang rendah.
Maka jelas sudah kriminalitas semakin tinggi.
Untuk menanggulangi masalah sosial yang semakin bertambah diperlukan kebijakan
untuk mengurang jumlah atau tingkat urbanisasi yang ada di kota malang. Peningkatan kualitas
pendidikan demi terjaganya kualitas sumber daya yang ada di lingkungan sekitar sepert air yang
ada di aliran sungai Brantas.
Perlu pula dilakukan pembukaan lapangan pekerjaan bagi mereka yang menganggur, agar
tidak terjadi tindakan kriminal. Pemerintah juga harus mengupayakan bahwa mereka yang
melakukan perpindahan dan menetap di Kota Malang benar-benar dalam keadaan bekerja atau
belajar, khususnya bagi mahasiswa.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Interaksi antara desa dan kota tidak selamanya memberikan keuntungan dalam
pertumbuhan dan perkembangan. Namun, bisa interaksi tersebut tidak dikelola dengan sebuah
kebijakan maka akan menimbulkan masalah-masalah social
DAFTAR PUSTAKA
http://subiantogeografi.wordpress.com/pengertian-desa-dan-kota/
http://umihabibah.com/malangnya-air-di-kota-malang/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota
http://gophunkzthedexter.blogspot.com/2011/02/kemiskinan.html
http://imanarsyad.blogspot.com/2012/03/pengertian-kemiskian-dampakakibat-dan.html
http://pengembanganperkotaan.wordpress.com/2011/11/09/teori-teoriperkembangan-kota/
Ahmadi, Abu, Drs. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineke Cipta.