Judul
Tujuan Percobaan
Pendahuluan
Hidrokarbon adalah senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen. Kelimpahan
senyawa hidrokarbon di bumi sangatlah banyak. Banyaknya senyawa hidrokarbon ini
menyebabkan adanya isomer-isomer struktur dari atom karbon maupun hidrogen. Isomer
struktur adalah isomer yang mempunyai rumus molekul sama tetapi mempunyai struktur
molekul yang berbeda (Stanley, 1988).
Hidrokarbon dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu:
1. Hidrogen alifatik adalah struktur yang terdiri atas atom-atom karbon yang berikatan satu sama
lain membentuk rantai karbon yang tidak mencakup bangun siklik. Golongan ini sering
disebut sebagai hidrokarbon rantai terbuka atau hidrokarbon siklik. Contoh hidrokarbon
alifatik yaitu :
H3C
CH3
Oktana
Senyawa jenis ini juga dapat berupa alkane, alkena dan alkuna (Riswiyanto, 2009).
2. Hidrokarbon alisiklik atau hidrokarbon siklik adalah struktur yang terdiri atas atom karbon
yang tersusun dalam satu lingkar atau lebih membentuk cincin. Contoh hidrokarbon alisiklik
yaitu :
Sikloheksana
(Syukri, 1999).
3. Hidrokarbon aromatik merupakan golongan khusus senyawa siklik yang biasanya
digambarkan sebagai lingkar enam dengan ikatan tunggal dan ikatan rangkap bersilih ganti
atau adanya ikatan rangkap yang terdelokalisasi. Kelompok ini digolongkan terpisah dari
hidrokarbon asiklik dan alifatik karena sifat fisika dan kimianya yang khas. Senyawa lingkar
ini mempunyai struktur benzene atau senyawa yang berhubungan dengan benzene. Berikut
adalah struktur dari hidrokarbon aromatik :
Benzena
(Syukri, 1999).
Hidrokarbon dapat diklasifikasikan menurut macam-macam ikatan karbon yang
dikandungnya yang dapat menentukan kejenuhan suatu senyawa. Hidrokarbon dengan karbonkarbon yang mempunyai satu ikatan dinamakan hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon dengan dua
atau lebih atom karbon yang mempunyai ikatan rangkap dua atau tiga dinamakan hidrokarbon
tidak jenuh. Macam-macam ikatan karbon dalam suatu sampel dapat diketahui menggunakan
cara penambahan hidrokarbon dalam sampel. Sampel yang dapat digunakan antara lain minyak
tanah, premium, dan solar. Beberapa sampel yang digunakan tersebut mempunyai banyak
manfaat, selain mudah di dapat sampel tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia
sehari-hari (Fessenden, 1997).
Alkana adalah suatu hidrokarbon jenuh yang mempunyai jumlah atom hydrogen maksimal.
Alkana mempunyai rumus umum CnH2n+2. Alkana hanya mengandung ikatan tunggal karbonkarbon. Empat ikatan pada setiap karbon dalam alkana tersusun dalam tetrahedron beratauran;
sudut antara dua ikatannya kurang lebih sebesar 109,5. Pada suhu kamar, gugus yang melekat
pada ikatan tunggal pada alkana rantai lurus akan berotasi bebas pada ikatan tunggalnya.
Sikloalkana merupakan alkane berstruktur lingkar, meskipun sikloalkana merupakan hidrokarbon
jenuh, namun rumus umumnya adalah CnH2n. Hal ini disebabkan sikloalkana kehilangan satu
atom hidrogennya jika atom C-C membentuk cincin (Marappung, 1996).
Alkena mangandung satu atau lebih ikatan ganda dua karbon-karbon, dinamakan pula
hidrokarbon tak jenuh. Dua ikatan yang muncul dari setiap karbon pada ikatan ganda dua
karbon-karbon membentuk sudut 120. Alkena mempunyai ikatan isomer geometri yaitu cis dan
trans. Isomer geometri cis dan trans didasarkan pada gugus subtituen di setiap karbon yang
memiliki ikatan ganda dua, jika keduanya pada posisi yang sama dari ikatan ganda dua
dinamakan cis, dan bila keduanya pada posisi yang berbeda disebut trans. Pusat reaktivitas
senyawa alkena terletak pada ikatan rangkapnya, selain dapat di adisi, ikatan rangkap juga dapat
2. Reaksi Adisi
Reaksi adisi terjadi pada senyawa alkena, dimana pada reaksi adisi ini mengikuti hukum
Markovnikov. Hukum ini menyatakan hidrokarbon tak jenuh yang tak simetris akan diserang
oleh atom hidrogen yang akan masuk ke atom C yang mempunyai atom hidrogen yang lebih
banyak agar dihasilkan produk yang stabil. Reaksi adisi dapat menggunakan halogen, hidrogen
halida, asam hidro-halida, asam sulfat, air, hidrogen dan lainnya. Berikut adalah contoh reaksi
alkena dengan bromin dan asam sulfat :
Hidrokarbon tak jenuh bereaksi cepat dengan bromin dalam larutan CCl 4. Reaksi yang
terjadi adalah adisi bromin pada ikatan rangkap. Larutan bromin berwarna merah kecoklatan
sedangkan hasilnya adalah tidak berwarna. Sehingga terjadinya reaksi ini ditandai dengan
ilangnya warna larutan bromin. Alkana yang tidak memiliki ikatan rangkap, tidak bereaksi
dengan bromin (warna merah kecoklatan bromine tetap ada). Sedangkan senyawa aromatik dapat
mengalami reaksi substitusi dengan bromin dengan adanya katalis Fe atau AlCl 3. Reaksi
substitusi tersebut juga menghasilkan gas HBr.
2.
yang dihasilkan adalah asam alkil sulfonat yang larut dalam H 2SO4. Hidrokarbon jenuh dengan
H2SO4 pekat tidak bereaksi, sedangkan alkuna dan senyawa aromatik bereaksi lambat.
3. Reaksi Oksidasi
Alkena apabila dioksidasi menggunakan pereaksi Baeyer (alkali KMnO 4) maka akan
menghasilkan glikol dengan menghilangkan warna dari pereaksi Baeyer. Reaksi ini merupakan
uji pada senyawa yang mempunyai ikatan rangkap yang akan menghasilkan asam dan senyawa
keton, tergantung pada alkenanya
(Riswiyanto, 2009).
Prinsip Kerja
Reaksi kimia beberapa hidrokarbon menggunakan reagen brom dan asam sulfat pekat yang
melibatkan reaksi adisi serta menguji komposisi hidrokarbon dalam minyak tanah dan premium.
a. Penambahan brom bertujuan untuk mengadisi (memutus) ikatan rangkap pada rantai karbon
sampel. Larutan bromin yang berwarna merah kecoklatan akan menjadi tidak berwarna jika
direaksikan dengan hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap.
b. Reaksi sulfonasi (reaksi dengan asam sulfat) dapat terjadi pada hidrokarbon jenuh dengan
menghasilkan asam alkil sulfonat. Memperkirakan komposisi hidrokarbon dalam solar,
minyak tanah dan premium pada percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan sampel
dengan H2SO4 sebanyak 2 kali dan mencuci larutan dengan air serta menambahkan air brom.
c. Fungsi penambahan air untuk menghilangkan sisa asam sulfat yang telah direaksikan
sebelumnya dan fungsi penambahan air brom untuk memutus ikatan rangkap.
Alat
Tabung reaksi, pipet mohr, pipet tetes, erlenmeyer 50 mL, beaker glass 100 mL.
Bahan
Larutan KMnO4 0,01 M; H2SO4 pekat 0,1 M; heksana, minyak tanah, premium, solar, air brom,
toluena.
Prosedur Kerja
a) Reaksi dengan brom
Dimasukkan ke dalam 5 tabung reaksi yang bersih dan kering masing-masing 3 mL
air brom, ditandai setiap tabung dengan nomor 1 sampai 5. Ditambahkan ke dalam tabung tetes
demi tetes hidrokarbon (heksena, solar, minyak tanah, premium, toluena) sambil dikocok dan
dihitung jumlah tetes hidrokarbon sampai tidak terjadi perubahan warna. Dimasukkan data
pengamatan dalam tabel 1.
b) Reaksi hidrokarbon dengan asam sulfat pekat
Dimasukkan 1 mL hidrokarbon (heksena, solar, minyak tanah, premium, toluena) ke
dalam tabung reaksi bersih dan kering, ditambahkan dengan 1 mL asam sulfat pekat dan
dikocok campuran dengan sangat hati-hati. Diamati terjadinya perubahan dan timbulnya panas,
kemudian dituangkan campuran ke dalam beberapa gelas 100 mL yang diisi akuades serta
diamati ada tidaknya lapisan minyak yang mengapung di atas air. Dicatat pengamatan dalam
tabel 2.
c) Komposisi hidrokarbon dalam minyak tanah dan premium
Dimasukkan 5 mL hidrokarbon ke dalam erlenmeyer 100 mL yang bersih dan kering,
ditambahkan dengan 5 mL H2SO4 pekat, campuran dikocok dan dibiarkan beberapa saat dan
dibuang lapisan bawah secara hati-hati menggunakan pipet. Diulangi penambahan 5 mL asam
sulfat pekat untuk yang kedua, dan dibuang asam sulfatnya dan yang ketiga, dicuci hidrokarbon
dengan 5 mL air seperti penambahan asam sulfat dan dibuang airnya. Diperkirakan apakah
kelima jenis hidrokarbon yang tersisa sama jumlahnya. Ditambahkan tetes demi tetes air
brom ke dalam hidrokarbon yang didapat sampai warna brom tetap. Dibandingkan hasil yang
diperoleh dengan yang didapat pada langkah 1.
Waktu
Pukul 07.00 - 07.10
Pukul 07.10 - 07.30
Pukul 07.30 07.50
Alokasi Waktu
10 Menit
20 Menit
20 Menit
pekat
Menentukan komposisi hidrokarbon
50 Menit
Hasil Pengamatan
a) Reaksi dengan brom
No
1
2
4
4
Hidrokarbon
Solar
( Orange)
Minyak tanah
(Kuning bening)
Premium
(Tidak berwarna)
Toluena
Jumlah tetes
34 tetes
52 tetes
20 tetes
Keterangan
Terbentuk 2 fase, fase atas coklat dan
fase bawah bening
Terbentuk 2 fase, fase atas orange dan
fase bawah kuning pudar
Terbentuk 2 fase, fase atas kuning dan
fase bawah putih
Terbentuk 2 fase, fase atas orange dan
40 tetes
(Tidak berwarna)
fase bawah kuning pudar
b) Reaksi hidrokarbon dengan asam sulfat pekat
No
Larutan
1.
2.
3.
4.
Solar
Minyak tanah
Terasa panas
Terasa panas
Premium
Toluena
Terasa panas
Jumlah hidrokarbon
Larutan
sisa (sebelum
penambahan air
brom)
1.
2.
3.
4.
Solar
Minyak tanah
Premium
Toluena
brom)
20 tetes
dan
fase
4,2 mL
bawah
4 mL
kuning bening)
19 tetes
Ada 2 fase
30 tetes
Ada
fase
4 mL
(fase
bawah
4,8 mL
Hasil
a) Reaksi dengan brom
No
Hidrokarbon
Gambar
Keterangan
Tidak terjadi reaksi
Terdapat dua fasa
(fasa bawah brom dan
1.
Solar
2.
Minyak tanah
3.
Premium
atas
minyak
tanah)
Terdapat
dua
fasa
4.
Toluena
Hidrokarbon
Gambar
Keterangan
Terjadi reaksi
Panas
Lapisan minyak +++
Solar
(dalam akuades)
2.
Minyak tanah
Terjadi reaski
Panas
Lapisan minyak +
(dalam akuades)
Terjadi reaski
Panas
Lapisan minyak ++
Premium
(dalam akuades)
Terjadi reaski
Panas
Lapisan
minyak
sangat sedikit
4.
Toluena
(dalam akuades)
c) Komposisi hidrokarbon dalam minyak tanah dan premium
No
Hidrokarbon
Gambar
Keterangan
Volume
berkurang 0,8 mL
2 fase
1.
Solar
Volume
berkurang 1,0 mL
2 fase
2.
Minyak tanah
Volume
berkurang 1,0 mL
3.
Premium
2 fase
Volume
berkurang 0,2 mL
2 fase
4.
Toluena
Pembahasan
Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa yang terdiri dari karbon hidrogen. Senyawa ini
dapat dibedakan berdasarkan sifat jenuhnya. Hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak jenuh.
Hidrokarbon tak jenuh dapat ditemukan pada senyawa alkena, alkuna dan senyawa aromatik atau
benzena. Kejenuhan suatu senyawa dapat diketahui melalui proses reaksi identifikasi
menggunakan pereaksi tertentu. Praktikum reaksi kimia beberapa hidrokarbon ini yang bertujuan
untuk mempelajari reaksi beberapa hidrokarbon dan memperkirakan banyaknya ikatan rangkap
dalam toluena, solar, minyak tanah dan premium. Terdapat tiga percobaan yang dilakukan dalam
praktikum kali ini, diantaranya adalah mereaksikan hidrokarbon dengan brom, mereaksikan
hidrokarbon dengan H2SO4, dan memperkirakan komposisi hidrokarbon dalam toluena, solar,
minyak tanah dan premium.
a. Reaksi hidrokarbon dengan brom
Percobaan pertama yang dilakukan pada praktikum ini adalah reaksi hidrokarbon
dengan brom. Brom dimasukkan ke dalam tabung yang selanjutnya akan ditambahkan
beberapa tetes sampel yang akan diuji kejenuhannya sampai larutan tidak berubah warna.
Penggunaan brom bertujuan untuk menguji seberapa banyak ikatan rangkap yang dimiliki
oleh sampel. Brom akan bereaksi dengan hidrokarbon tak jenuh, dimana brom akan
memutuskan ikatan rangkapnyaa, reaksi ini melibatkan reaksi adisi. Keempat sampel apabila
mengandung ikatan rangkap maka akan terjadi reaksi adisi yang ditandai dengan adanya
perubahan warna. Perubahan warna larutan brom yang semula berwarna orange-kecoklatan
berubah menjadi tidak berwarna. Sampel apabila tidak mengalami perubahan warna ketika
direaksikan dengan larutan brom, artinya larutan tersebut tidak bereaksi dan sampel tersebut
merupakan hidrokarbon jenuh yang tidak mempunyai ikatan rangkap.
Sampel pertama adalah solar. Hasil menunjukkan bahwa reaksi antara brom dengan
solar tidak terjadi yang ditandai dengan adanya perubahan lapisan 2 fasa ketika ditambahkan
34 tetes solar. Lapisan atas berwarna coklat yaitu solar dan lapisan fasa bawah tidak berwana
yaitu larutan brom karena brom mempunyai massa jenis yang lebih besar dibanding solar.
Solar mempunyai jumlah atom C sebanyak C15-C17 dan bersifat sangat jenuh sehingga,
eaksi tidak terbentuk karena tidak ada ikatan rangkap pada senyawa solar yang dapat
diadisi oleh air brom. Berikut adalah persamaan reaksinya:
H3C
CH3
(l)
Br
Br
(l)
Sampel kedua yaitu minyak tanah. Hasil percobaan menunjukkan adanya lapisan 2
fasa setelah sampel ditambahkan larutan brom sebanyak 52 tetes. Bagian atas berwarna
orange-tua dan lapisan bawah berwarna putih-keorangenan yaitu brom karena brom
mempunyai massa jenis yang lebih besar dibanding minyak tanah . Adanya lapisan 2 fasa ini
menunjukkan bahwa reaksi antara brom dengan minyak tanah tidak terjadi. Hal ini terjadi
karena minyak tanah merupakan senyawa jenuh yang tersusun atas atom karbon sebanyak C
sebanyak C11-C15 dan tidak mempunyai ikatan rangkap yang dapat diadisi oleh brom. Berikut
adalah persamaan reaksinya :
H3C
CH3 (l)
Br Br (l)
Sampel yang ketiga adalah premium. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada reaksi yang
terjadi ketika ditetesi larutan brom sebanyak 20 tetes, hal ini ditandai dengan adanya
perubahan lapisan 2 fasa. Lapisan atas berwana kuning yaitu premium dan lapisan bawah
tidak berwarna yaitu larutan brom karena brom mempunyai massa jenis yang lebih besar
dibanding premium. Reaksi ini tidak terjadi karena premium merupakan senyawa
hidrokarbon jenuh yang mempunyai jumlah atom C sebanyak C5-C10 dan tidak mempunyai
ikatan rangkap yang digunakan oleh air brom untuk mengadisi senyawa premium. Reaksi
tidak terbentuk meski premium tidak sejenuh solar dan minyak tanah. Berikut adalah
persamaan reaksinya :
H3C
CH3 (l)
Br
Br (l)
Sampel keempat adalah toluena. Hasil percobaan menunjukkan setelah larutan brom
ditetesi toluena menunjukkan adanya lapisan 2 fasa. Lapisan atas berwarna orange-muda
dan lapisan bawah berwarna putih yaitu brom karena brom mempunyai massa jenis yang
lebih besar dibanding toluena. Jumlah tetesan toluena yang ditambahkan pada larutan brom
hingga mengalami perubahan adalah 40 tetes. Toluena merupakan hidrokarbon siklik yang
tersubstitusi sehingga air brom pada percobaan ini tidak mampu memutuskan ikatan rangkap
yang jumlahnya lebih dari satu. Benzena atau toluena lebih mudah untuk melakukan reaksi
substitusi dari pada adisi namun reaksi substitusi elektrofilik aromatik juga hanya akan
terjadi apabila terdapat katalis asam lewis FeBr3. Toluena merupakan basa lewis sehingga
toluena tidak akan bereaksi dengan Br yang juga merupakan basa lewis. Berikut adalah
persamaan reaksinya :
CH3
(aq) +
b.
Br
Br
(l)
Percobaan kedua yaitu reaksi dengan asam sulfat pekat. Hal-hal yang harus
diamati pada percobaan ini yaitu perubahan warna ketika sampel senyawa hidrokarbon
direaksikan dengan asam sulfat pekat yang f ungsinya untuk mensulfonasi senyawa
hidrokarbon dan lapisan minyak yang mengapung ketika campuran dimasukkan ke dalam
akuades. Percobaan ini menggunakan sampel yang sama dengan percobaan pertama yaitu
solar, minyak tanah, toluena dan premium. Reaksi senyawa hidrokarbon dengan asam
sulfat pekat ini menghasilkan panas pada keempat sampel yang diuji sehingga reaksi ini
termasuk reaksi eksoterm.
Sampel pertama yaitu solar. Solar yang awalnya berwarna orange-kecoklatan
setelah ditambah asam sulfat pekat terbentuk lapisan 2 fasa. Lapisan atas berwarna
coklat muda dan lapisan bawah tidak berwarna. Massa jenis asam sulfat lebih besar
dibanding solar, massa jenis asam sulfat yaitu 1,84 g/cm3 sedangkan untuk massa jenis
asam sulfat yaitu 0,82 g/cm3, sehingga lapisan bawah yang tidak berwarna yaitu asam sulfat
dan lapisan atas yang berwarna coklat muda yaitu solar. Terbentuknya lapisan 2 fasa
menandakan reaksi ini tidak terjadi karena adanya perbedaan kepolaran. Berikut adalah
persamaan reaksinya :
O
H3C
CH3 + HO
OH
Sampel kedua yaitu minyak tanah. Minyak tanah yang awalnya tidak berwarna
setelah ditambah asam sulfat pekat terbentuk lapisan 2 fasa. Lapisan atas tidak berwarna
yang merupakan lapisan minyak dan bawah berwarna orange-kecoklatan gelap. Massa jenis
minyak tanah sebesar 0,77 g/cm3 dan massa jenis asam sulfat 1,84 g/cm3 sehingga lapisan
bawah pada tabung reaksi yaitu asam sulfat. Terbentuknya lapisan 2 fasa menandakan
reaksi ini tidak terjadi Terbentuknya lapisan 2 fasa menandakan reaksi ini tidak terjadi
karena adanya perbedaan kepolaran.. Berikut adalah persamaan reaksinya :
O
H3C
CH3 + HO
OH
Sampel ketiga yaitu toluena. Toluena yang ditambah atau direaksikan dengan
asam sulfat membentuk lapisan 2 fasa. Lapisan atas bening dan lapisan bawah bening
keruh. Massa jenis asam sulfat 1,84 g/cm3 dan toluena adalah 0,87 g/cm3, sehingga lapisan
bawah pada tabung reaksi yaitu asam sulfat. Terbentuknya lapisan 2 fasa menandakan
reaksi ini tidak terjadi, namun sebenarnya reaksi antara toluena dengan asam sulfat ini
terjadi yaitu reaksi sulfonasi sesuai dengan prinsip kerja dari reaksi antara hidrokarbon
jenuh dengan asam sulfat akan menghasilkan asam alkil sulfonat. Berikut adalah persamaan
reaksinya :
OH
CH3
O
HO
S
O
OH
H3C
OH
methanol
benzenesulfo
nic acid
Reaksi sulfonasi ini berjalan sangat lambat apabila tidak diberi katalis. Adanya lapisan 2
fasa ini dikarenakan praktikan tidak mengingat kembali teori yang menyatakan jika
senyawa aromatik direaksikan dengan asam sulfat, reaksi akan berjalan dengan lambat
sehingga praktikan tidak menunggu beberapa jam untuk mengamati reaksi ini hingga
bereaksi.
Sampel keempat yaitu premium. Premium yang ditambah atau direaksikan dengan
asam sulfat membentuk lapisan 2 fasa. Lapisan atas berwarna orange-kecoklatan bening
dan lapisan bawah sama seperti lapisan atas namun lebih keruh. Massa jenis asam sulfat
1,84 g/cm3 dan premium adalah 0,77 g/cm3, sehingga lapisan bawah pada tabung reaksi
yaitu asam sulfat. Terbentuknya lapisan 2 fasa menandakan reaksi ini tidak terjadi
Terbentuknya lapisan 2 fasa menandakan reaksi ini tidak terjadi karena adanya perbedaan
kepolaran.. Berikut adalah persamaan reaksinya :
H3C
O
CH3 + HO
OH
Ketiga sampel (solar, minyak tanah dan premium) tidak bereaksi karena adanya
perbedaan kepolaran dan toluena bereaksi dengan jangka waktu yang panjang, sesuai
dengan literatur yang dijelaskan oleh Riswiyanto (2009) bahwa hidrokarbon jenuh dengan
H2SO4 pekat tidak bereaksi, sedangkan alkuna dan senyawa aromatik bereaksi lambat.
Perlakuan setelah penambahan asam sulfat pada percobaan ini produk yang dihasilkan
dituangkan kedalam air. Perlakuan ini dilakukan untuk memisahkan fasa polar dan nonpolar. Fasa polar akan larut dalam air dan fasa non-polar tidak larut dalam air dimana fasa
non-polar mempunyai massa jenis yang lebih ringan dibanding fasa polar dan massa jenis
air. Hal ini ditandai dengan adanya pengapungan zat dari fasa non-polar seperti
pengapungan lapisan minyak.
Hasil pengamatan pada solar menunjukkan adanya lapisan minyak diatas permukaan
air. Hal ini dikarenaka solar merupakan senyawa non-polar dan mempunyai massa jenis yg
lebih kecil dibanding asam sulfat, sehingga asam sulfat yang merupakan senyawa polar larut
dalam air. Lapisan minyak yang dihasilkan cukup banyak. Lapisan minyak yang dihasilkan
merupakan senyawa polar yaitu solar itu sendiri. Hasil pengamatan kedua pada minyak tanah
menunjukkan adanya lapisan minyak diatas permukaan air. Lapisan minyak yang dihasilkan
dari minyak tanah lebih banyak dibanding lapisan minyak yang dihasilkan pada senyawa
solar, seharusnya lapisan minyak yang dihasilkan oleh olar lebih banyak dibanding minyak
tanah. Kesalahan ini dikarenakan banyaknya volume air yang digunakan pada percobaan ini
sehingga senyawa yang ada pada solar ikut terlarut dalam air dan lapisan minyak yang
dihasilkan lebih sedikit. Hasil pengamatan ketiga pada toluena menunjukkan adanya lapisan
minyak diatas permukaan air. Lapisan minyak yang dihasilkan sangat sedikit. Hasil
pengamatan terakhir yaitu pada premium menunjukkan adanya lapisan minyak. Lapisan
minyak yang dihasilkan sedikit namun lebih sedikit dibanding lapisan minyak dihasilkan oleh
toluena.
Banyaknya lapisan minyak yang dihasilkan oleh keempat sampel diatas dibedakan
berdasarkan jumlah atom hidrogen yang dimiliki oleh setiap sampel. Senyawa yang
mempunyai banyak atom hidrogen, lapisan minyak yang dihasilkan juga akan banyak karena
reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah substitusi hidrogen oleh gugus - SO3H. Hal ini
dibuktikan pada percobaan meskipun terdapat sedikit kesalahan, seharusnya urutan sampel
yang mempunyai lapisan minyak paling banyak sampai dengan yang paling sedikit adalah
solar-minyak tanah-premium dan toluena sedangkan pada percobaan ini urutannya adalah
minyak tanah-solar-premium dan toluena. Solar mempunyai atom H yang lebih banyak,
kemudian minyak tanah, premium dan toluena merupakan senyawa yang mempunyai atom
H paling sedikit jika dibandingkan dengan ketiga sampel lainnya.
c. Komposisi hidrokarbon dalam minyak tanah dan premium
Percobaan ketiga pada praktikum ini yaitu komposisi hidrokarbon dalam minyak
tanah dan premium. Percobaan ini dilakukan dengam
mereaksikan 5 mL hidrokarbon
dengan 5 mL asam sulfat pekat yang kemudian dikocok dan didiamkan. Reaksi tersebut
akan menghasilkan 2 lapisan, perlakuan selanjutnya yaitu lapisan bawah yang ada diambil
atau dibuang dengan cara memipetnya. Lapisan yang dibuang adalah lapisan dari asam
sulfat karena massa jenis asam sulfat lebih besar dibandingkan keempat hidrokarbon.
Perlakuan tersebut diulangi, kemudian hidrokarbon tersebut dicuci dengan 5 mL air setelah
itu dibuang airnya. Perlakuan terakhir adalah penambahan air brom ke dalam hidrokarbon
sampai warna brom tidak berubah lagi. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan proses
penambahan asam sulfat pada hidrokarbon, perbandingannya dapat diukur dari kurang
tidaknya volume akhir dari volume awal hidrokarbon atau sampel pada percobaan ini.
Fungsi penambahan air pada proses ini adalah untuk menghilangkan sisa asam sulfat yang
telah direaksikan sebelumnya, sedangkan penambahan asam sulfat pekat dilakukan
sebanyak dua kali dengan tujuan untuk mensulfonasi hidrokarbon tersebut dan reaksi terjadi
sempurna. Fungsi air brom sendiri dalam percobaan ini adalah memutus ikatan rangkap pada
sampel.
Hasil pengamatan volume pada sampel solar setelah penambahan asam sulfat, air dan
brom yaitu 4,2 mL. Solar yang warna awalnya orange-kecoklatan ketika ditambah asam
sulfat terbentuk 2 fasa, lapisan atas berwarna coklat dan lapisan bawah berwarna coklat
muda keruh. Larutan kemudian berubah warna lagi ketika ditambah 20 tetes air brom,
lapisan atas berwarna coklat dan lapisan bawah berwarna kuning. Hal tersebut terjadi
karena solar bersifat non-polar sedangkan asam sulfat adalah pengoksidasi kuat yang
bersifat polar, sehingga ketika direaksikan dengan hidrokarbon tersebut akan terbentuk 2
fase, karena solar tidak larut dalam air dan asam sulfat, tetapi berdasarkan percobaan
yang dilakukan volume solar berubah dari 5mL ke 4,2 mL. Hal ini dikarenakan terjadi
kesalahan praktikan pada saat melakukan percobaan yaitu adanya sampel yang ikut
terbuang bersama asam sulfat pada saat dipipet.
Hasil pengamatan volume pada sampel minyak tanah setelah penambahan asam
sulfat, air dan brom yaitu 4,0 mL. Minyak tanah yang warna awalnya tidak berwarna ketika
ditambah asam sulfat terbentuk 2 fasa, lapisan atas berwarna bening-kecoklatan dan lapisan
bawah berwarna coklat-kekuningan. Larutan kemudian berubah warna lagi ketika ditambah
5 mL air, lapisan atas berwarna bening-kecoklatan dan lapisan bawah tidak berwarna dan
seperti ada lapisan minyak. Hal tersebut terjadi karena minyak tanah bersifat non-polar
sedangkan asam sulfat adalah pengoksidasi kuat yang bersifat polar.Minyak tanah ketika
ditambahkan dengan 20 tetes air brom terbentuk 2 fasa dimana pada fasa atas berwarna
oputih dan bagian bawah berwarna kuning. Minyak tanah tidak larut dalam air, asam
sulfat dan air brom, tetapi berdasarkan percobaan yang dilakukan volume solar berubah
dari 5mL ke 4,0 mL. Hal ini dikarenakan terjadi kesalahan praktikan pada saat melakukan
percobaan yaitu adanya sampel yang ikut terbuang bersama asam sulfat pada saat dipipet.
Hasil pengamatan volume pada sampel premium setelah penambahan asam sulfat, air
dan brom yaitu 4,0 mL. Perubahan premium pada percobaan ini setelah ditambahkan asam
sulfat, air dan 20 tetes air brom sama dengan perubahan warna dan terbentuknya 2 lapisan
pada perlakuan premium yang pertama. yang warna awalnya kuning muda ketika ditambah
asam sulfat, air dan air brom masing-masingnya 5 mL terbentuk 2 fasa, lapisan atas
berwarna bening-kecoklatan dan lapisan bawah berwarna coklat-muda keruh. Premium
tidak larut dalam air, asam sulfat dan air brom, tetapi berdasarkan percobaan yang
dilakukan volume solar berubah dari 5mL ke 4,0 mL. Hal ini dikarenakan terjadi
kesalahan praktikan pada saat melakukan percobaan yaitu adanya sampel yang ikut
terbuang bersama asam sulfat dan air pada saat dipipet.
Hasil pengamatan volume akhir pada sampel toluena setelah penambahan asam
sulfat, air dan brom yaitu 4,8 mL. Toluena yang awalnya tidak berwarna ketika ditambah
asam sulfat terbentuk 2 fasa, lapisan bawah berwarna kuning dan lapisan atas putih-bening
keruh. Larutan kemudian berubah warna lagi ketika ditambah air, menjadi 2 lapisan yang
tidak berwarna, hal tersebut terjadi karena toluena bersifat non-polar sedangkan asam
sulfat adalah pengoksidasi kuat yang bersifat polar, sehingga ketika direaksikan dengan
hidrokarbon tersebut akan terbentuk 2 lapisam. Lapisan akan berubah warna ketika
ditambah air brom. Toluena tidak bereaksi dengan asam sulfat, air dan air brom jika tidak
diberi katalis asam atau dengan perlakuan pemanasan. Hal ini dibuktikan pada percobaan
yang dilakukan volume solar berubah dari 5mL ke 4,8 mL. Hilangnya 0,2 mL
dikarenakan adanya kesalahan praktikan pada saat melakukan percobaan yaitu adanya
sampel yang ikut terbuang bersama asam sulfat dan air pada saat dipipet.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil percobaan dapat disimpulkan :
1. Percobaan hidrokarbon melibatkan reaksi adisi dan sulfonasi. Hidrokarbon tak jenuh yang
mempunyai atom C rangkap dapat bereaksi dengan reaksi brominasi atau adisi dan sulfonasi.
Sampel solar, minyak tanah premium, toluena, dan tidak dapat bereaksi secara adisi dan
sulfonasi karena termasuk hidrokarbon jenuh.
2. Minyak tanah dan premium tidak ditemukan adanya ikatan rangkap karena keduanya
merupakan senyawa hidrokarbon dengan ikatan tungal.
Saran
Praktikan sebaiknya membaca dan mencermati prosedur yang harus dilakukan pada setiap
percobaan sebelum melakukan praktikum agar tidak ada prosedur yang terlewati dari
pengamatan dan praktikum berjalan dengan cepat. Praktikan juga harusnya lebih berhati-hati
dan teliti dalam membuang lapisan dengan cara memipet yang terdapat pada percobaan 3, agar
lapisan yang seharusnya tidak dibuang, tidak terikut terbuang.
Daftar Pustaka
Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta: Bina
Aksara.
Marappung, 1996. Kimia Organik 1. Bandung: Erlangga.
Siswoyo, Riswiyanto. 2009. Kimia Organik.Jakarta:Erlangga.
Stanley, Pine. 1988. Kimia Organik I. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Nama Praktikan
Nanda Ain An Nisa
(141810301031)