Anda di halaman 1dari 3

Penapisan fitokimia

Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang


terkandung dalam simplisia atau ekstrak. Penapisan dilakukan menurut metode
Farnsworth, yaitu:
1.

Alkaloid
Serbuk simplisia dan ekstrak masing-masing dibasakan dengan ammonia, kemudian
ditambahkan kloroform, digerus kuat-kuat. Lapisan kloroform dipipet sambil disaring,
kemudian kedalamnya ditambahkan asam klorida 2 N. Campuran dikocok kuat-kuat
hingga terdapat dua lapisan. Lapisan asam dipipet, kemudian dibagi atas tiga bagian.
Bagian pertama ditambahkan pereaksi Mayer. Terjadinya endapan atau kekeruhan
diamati. Bila terjadi kekeruhan atau endapan putih, berarti dalam simplisia
kemungkinan terkandung alkaloid. Bagian kedua ditambahkan pereaksi Dragendorff.
Terjadinya endapan atau kekeruhan diamati. Bila terjadi kekeruhan atau endapan
bewarna jingga kuning, berarti dalam simplisia kemungkinan terkandung alkaloid
(Farnsworth, 1966).

2.

Flavonoid
Sejumlah kecil serbuk simplisia dan ekstrak masing-masing dalam tabung reaksi
dicampur dengan serbuk magnesium dan asam klorida 2 N. Campuran dipanaskan di
atas tangas air, lalu disaring. Kepada filtrat dalam tabung reaksi ditambahkan amil
alkohol, lalu dikocok kuat-kuat. Adanya flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna
kuning hingga merah yang dapat ditarik oleh amil alkohol (Farnsworth, 1966).

3.

Kuinon
Sejumlah kecil serbuk simplisia dan ekstrak masing-masing dalam tabung reaksi
dipanaskan di atas tangas air, kemudian disaring. Kedalam filtrat ditambahkan larutan

kalium hidroksida 5%. Adanya senyawa kuinon ditandai dengan terjadinya warna
kuning (Farnsworth, 1966).
4.

Polifenol
Sejumlah kecil serbuk simplisia dan ekstrak masing-masing dalam tabung reaksi
dipanaskan di atas tangas air, kemudian disaring. Kedalam filtrat ditambahkan larutan
pereaksi besi(III)klorida. Adanya senyawa fenolat ditandai dengan terjadinya warna
hijau-biru hitam hingga hitam (Farnsworth, 1966).

5.

Saponin
Di atas tangas air, dalam tabung reaksi, simplisia dan ekstrak masing-masing dicampur
dengan air dan dipanaskan beberapa saat, kemudian disaring. Setelah dingin filtrat
dalam tabung reaksi dikocok kuat-kuat selama lebih kurang 30 detik. Pembentukan
busa sekurang-kurangnya 1 cm tinggi dan persisten selama beberapa menit serta tidak
hilang pada penambahan 1 tetes

asam klorida encer menunjukkan bahwa dalam

simplisia terdapat saponin (Farnsworth, 1966).


6.

Tanin
Sejumlah kecil serbuk simplisia dan ekstrak masing-masing dalam tabung reaksi
dipanaskan di atas tangas air, kemudian disaring. Kedalam filtrat ditambahkan larutan
gelatin 1%. Adanya senyawa tannin ditandai dengan terjadinya endapan bewarna putih
(Farnsworth, 1966).

7.

Triterpenoid dan Steroid


Serbuk simplisia dan ekstrak masing-masing digerus dengan eter, kemudian dipipet
sambil disaring. Filtrat ditempatkan dalam cawan penguap, kemudian dibiarkan
menguap hingga kering. Kedalam hasil pengeringan filtrat ditambahkan pereaksi

Liebermann Burchard. Terjadinya warna ungu menunjukkan adanya senyawa


triterpenoid, sedangkan adanya warna hijau biru menunjukkan adanya senyawa steroid
(Farnsworth, 1966).
8.

Monoterpenoid dan Seskuiterpen


Serbuk simplisia dan ekstrak masing-masing digerus dengan eter kemudian dipipet
sambil disaring. Filtrat ditempatkan dalam cawan penguap, kemudian dibiarkan
menguap hingga kering. Kedalam hasil pengeringan filtrat ditambahkan larutan vanillin
10% dalam asam sulfat pekat. Terjadinya warna-warna menunjukkan adanya senyawa
monoterpenoid dan seskuiterpenoid (Farnsworth, 1966).

Anda mungkin juga menyukai