Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pertambangan
Definisi menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral Dan Batubara:
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,
pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan
umum,eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.
KARAKTERISTIK PERUSAHAAN PERTAMBANGAN
Karakteristik Perusahaan Pertambangan Umum, terdapat empat kegiatan usaha pokok,meliputi:
Eksplorasi (Exploration) : usaha dalam rangka mencari, menemukan, dan mengevaluasi
Cadangan Terbukti pada suatu wilayah tambang dalam jangka waktu tertentu seperti yang diatur
dalam peraturan perundangan yang berlaku.2.
Pengembangan dan Konstruksi (Development and Construction) : setiap kegiatan yang dilakukan
dalam rangka mempersiapkan Cadangan Terbukti sampai siap diproduksi secara komersial.
Konstruksi adalah pembangunan fasilitas dan prasarana untuk melaksanakan dan mendukung
kegiatan produksi.3.
Produksi (Production) : semua kegiatan mulai dari pengangkatan bahan galian dari
CadanganTerbukti ke permukaan bumi sampai siap untuk dipasarkan, dimanfaatkan, atau diolah
Iebihlanjut.
Pengolahan : Dengan adanya kegiatan penambangan pada suatu daerah tertentu, maka akan
menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup di sekitar lokasi penambangan, meliputitetapi
tidak terbatas pada:
- Pencemaran lingkungan, yaitu masuknya atau dimasukannya mahluk hidup, zat,energi, dan
komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatananlingkungan oleh kegiatan
manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya.
- Perusakan lingkungan, yaitu adanya tindakan yang menimbulkan perubahan langsungatau tidak
Iangsung terhadap perubahan sifat-sifat dan atau hayati Iingkungan yangmengakibatkan
lingkungan itu kurang berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkesinambungan
PERBEDAAN PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DAN NONPERTAMBANGAN
Sifat dan karakteristik perusahaan pertambangan umum berbeda dengan perusahaan lainnya.
Perbedaaan tersebut adalah sebagai berikut:

- Eksplorasi bahan galian tambang umum merupakan kegiatan yang mempunyai ketidakpastian
yang tinggi, karena meskipun telah dipersiapkan secara cermat, dengan biaya yang besar, tidak
ada jaminan bahwa kegiatan tersebut akan berakhir dengan penemuan cadangan bahan galian
yang secara komersial layak untuk ditambang.
- Bahan galian bersifat deplesi dan tidak dapat diperbaharui (non renewable)serta untuk
melaksanakan kegiatan pertambangan ini, mulai tahap eksplorasi sampai dengan tahap
pengolahannya, dibutuhkan biaya investasi yang relatif sangat besar, padat modal, berjangka
panjang, sarat risiko, dan membutuhkan teknologi yang tinggi, sehinggadiperlukan pengelolaan
yang benar-benar profesional.
- Pada umumnya operasi perusahaan pertambangan berlokasi di daerah terpencil dan kegiatannya
menimbulkan kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup,sehingga setiap perusahaan
pertambangan wajib memenuhi ketentuan perundangan yang berlaku mengenai lingkungan
hidup, di samping mempunyai konsep pasca penambangan yang jelas.
- Pemerintah Indonesia tidak memberikan konsesi penambangan karena menurut peraturan
perundangan yang berlaku, segala bahan galian yang berada dalam wilayah hukum Indonesia
adalah kekayaan nasional Bangsa Indonesia yang dikuasai dan dipergunakan oleh negara untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Untuk dapat berusaha dalam industri pertambangan
umum, pemerintah mengeluarkan peraturanyang memberi wewenang kepada badan
usaha/perseorangan untuk melaksanakan usaha pertambangan umum.
2.1.1 Pertambangan Batu bara
Batu bara adalah batuan yang berasal dari tumbuhan yang mati dan tertimbun endapan lumpur,
pasir dan lempung selama berjuta-juta tahun lamanya. Adanya tekanan lapisan tanah bersuhu
tinggi serta terjadinya gerak tektonik mengakibatkan terjadinya pembakaran atau oksidasi yang
mengubah zat kayu pada bangkai tumbuh-tumbuhan menjadi batuan yang mudah terbakar yang
bernama batubara.
Penambangan batu bara sendiri berarti pekerjaan pencarian dengan cara penggalian yang
dilakukan untuk tujuan pengambilan batu bara. Di Indonesia terdapat tambang besar batubara
seperti tambang umbilin di sawahlunto sumatera barat dan tambang bukit asam di sumatra
selatan. Beberapa macam / jenis metoda penambangan barubara :
Penambangan Terbuka
Melakukan kegiatan menambang batubara tanpa melakukan penggalian berat karena karena letak
batubara yang dekat dengan permukaan bumi.
Penambangan Dalam
Untuk menambang batubara dengan teknik tersebut harus dibuat terowongan yang tegak hingga
mencapai lapisan batubara. Selanjutnya dibuat terowongan datar untuk melakukan
penambangan.
Penambangan Jauh

Pertambangan ini dilakukan ketika area batubara berada di bawah bukit di mana dibuat
terowongan miring hingga mencapai lapisan batu bara.
Penambangan Di Atas Permukaan
Jenis kegiatan menambang batubara ini dilakukan jika batubara yang diincar berada pada perut
bukit, yang di mana perlu terowongan datar untuk dapat mulai menambang batubara tersebut.

2.2 Manfaat Pertambangan Batu bara


Pada tahun 1800-an, batubara secara harfiah mendorong industrialisasi dunia. Batubara menjadi
sumber daya bagi lebih dari 35 persen listrik dunia dan digunakan untuk memproduksi 70 persen
baja dunia.
Sampai saat ini batubara ditambang di berbagai belahan dunia karena merupakan sumber energi.
Berbagai industri menggunakan batubara untuk kebutuhan energi mereka. Meskipun banyak
kekhawatiran mengenai keselamatan para penambang dan efeknya pada lingkungan,
pertambangan batubara terus tumbuh hingga hari ini. Berikut adalah berbagai keuntungan yang
ditawarkan oleh pertambangan batu bara:
1. Pertambangan batubara menyediakan ketersediaan energi Batubara dianggap sebagai salah
satu dari banyak mineral yang melimpah di dunia. Karena kelimpahan, banyak negara dan / atau
industri bergantung pada batubara untuk kebutuhan energi mereka. Batubara dapat ditemukan di
berbagai bagian AS dan di negara lain membuatnya tersedia untuk dikonsumsi. Hal ini berbeda
dengan ketersediaan sumber energi lain seperti minyak atau gas alam.
2. Batubara menyediakan kemudahan penggunaan Ini adalah salah satu keuntungan terbesar
batubara dibandingkan sumber energi lainnya. Setelah pertambangan batubara, hanya satu yang
secara harfiah membakar untuk dapat memanfaatkannya. Sumber energi lain harus diproses atau
melalui beberapa tahapan persiapan dan perbaikan sebelum itu dapat berguna untuk orang.
Minyak, misalnya perlu diproses dan disempurnakan sebelum dapat mencapai tujuannya. Dan
karena batubara juga menyediakan kemudahan penyimpanan, dapat langsung digunakan ketika
itu menjadi kebutuhan.
3. Batubara menyediakan sumber energi yang murah Bila dibandingkan dengan sumber energi
lainnya, batubara dianggap yang termurah. Itu sebabnya beberapa negara mengandalkan batubara
meskipun ada beberapa efek terhadap lingkungan. Energi merupakan syarat utama dalam hampir
di setiap negara karna apa pun yang muncul lebih murah selalu diharapkan.
Penduduk bumi semakin besar dari hari ke hari dan dengan kelangkaan dan biaya sumber energi
lainnya, banyak negara telah mendukung pertambangan batubara menjadi produsen energi utama
mereka. Hal ini juga menyatakan bahwa seluruh industri produksi batubara lebih banyak
membuat lapangan pekerjaan dari pertambangan hingga perdagangan dan distribusi. Semua ini
akan menerjemahkan manfaat dari batubara tidak hanya untuk pengguna akhir maupun
masyarakat tetapi juga untuk seluruh negeri.

Beberpa manfaat batubara bagi manusia :

Sebagai bahan untuk produksi baja dan besi

Sebagai bahan bakan pembangkit listrik

Sebagai bahan bakar cair

Sebagai bahan bakar produk semen

Untuk pembuatan karbon aktif

Sebagai penyerap dalam daur ulang minyak pelumas bekas

Sumber bahan untuk tungku hemat energi yang bisa di gunakan sebagai kebutuhan rumah
tangga dan industri kecil

Batu bara Untuk Membuat Kokas, Kokas untuk Membuat Baja


Produsen bir adalah orang yang pertama kali menggunakan kokas. Untuk memanggang bijibijian yang digunakan untuk membuat produk bir mereka, produsen bir mempelajari bagaimana
cara untuk memanaskan batubara pada temperatur yang sangat tinggi dengan kondisi kedap
udara.
Proses ini menyingkirkan byproduk yang tidak diinginkan seperti ter, minyak dan gas dari
batubara. Produk akhirnya adalah massa karbon yang hampir murni, bernama kokas. Kokas
bekerja dengan baik untuk memproduksi bir,tetapi yang lebih penting, kokas menjadi bahan
utama dalam produksi baja.
Dalam produksi baja, kokas dan bijih logam, seperti bijih besi, digabungkan dalam blast furnace.
Kokas menyediakan panas yang secara kimiawi mengubah bijih yang seperti batu menjadi
bentuk logam cair. Kokas juga membantu memisahkan gas dari logam cair. Sementara gas naik
di dalam tungku, logam cair tenggelam ke bawah dimana ia akan diambil untuk diproses lebih
lanjut menjadi baja.
Selain itu manfaat batubara juga dirasakan dipabrik-pabrik pembuat kertas, dan juga industri
farmasi. Hasil sampingan batubara juga bisa diproduksi menjadi beberapa macam produk kimia.
Misalnya batubara setelah diolah dimurnikan bisa menjadi bahan pembuat minyak fenol,
benzene, kreosot dan naftalen. Dari tungku kokas bisa diambil gas amonia yang berguna untuk
membuat pupuk, garam amonia dan asam nitrat. Selain itu, komponen-komponen batubara jika
diolah bermanfaat untuk zat pelarut, zat peawrna, sabun, plastik, rayon, aspirin dan nilon.
Batubara juga menjadi bahan penting memproduksi seperti berikut :

Serat karbon, berfungsi sebagai bahan pengeras yang ringan dan kuat, biasanya
digunakan pada rakit tenis, sepeda gunung dan bahan kontruksi.

Metal silikon, berfungsi untuk membuat silan dan silikon. Jika diolah lebih jauh dapat
juga digunakan untuk membuat bahan kedap air, kosmetik, pelumas, rasin, pasta gigi,
dan sampo.
Karbon teraktivasi, seringkali digunakan dalam pembersihan udara, mesin pencuci darah
dan saringan air.

Manfaat Briket Batu bara


Ada salah satu produk batubara yang sangat besar manfaatnya bagi keberlangsungan
ketersediaan energi bagi Indonesia, yaitu briket batubara. Briket batubara merupakan bahan
bakar yang sudah melalui proses pemampatan dan memiliki daya tekatan tertentu, berbentuk dan
memiliki ukuran yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga mudah digunakan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Adapun manfaat menggunakan batubara dalam bentuk briket adalah sebagi berikut :

Mengurangi penggunaan karna ketergantungan pada minyak Bumi semakin lama


semakin menipis.
Kemudahan penggunaan teknologi sederhana yang memungkinkan batubara dapat
dibentuk menjadi briket untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar alternatif.
Selain bisa menggantikan bahan bakar minyak juga bisa mengurngi penggunaan kayu
bakar.

2.3 Dampak Pertambangan Batu bara Terhadap Lingkungan


Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara juga telah
menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup besar, baik itu air, tanah, Udara,
dan hutan, Air . Penambangan Batubara secara langsung menyebabkan pencemaran antara lain ;

1.Pencemaran Air

Penambangan batubara secara langsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah
pencucian batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur.Limbah pencucian
batubara setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika
airnya dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang (b), merkuri (Hg), asam slarida
(HCn), mangan (Mn), asam sulfat (H2SO4), dan timbal (Pb). Hg dan Pb merupakan logam berat
yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit.

2. Pencemaran Udara
Polusi udara di sebabkan pembakaran batubara yang Menghasilkan gas nitrogen oksida yang
terlihat cokelat dan juga sebagai polusi yang membentuk acid rain (hujan asam) dan ground level
ozone, yaitu tipe lain dari polusi yang dapat membuat kotor udara.Selain itu debu-debu hasil
pengangkatan batubara juga sangat berbahaya bagi kesehatan, yang dapat menyebabkan
timbulnya penyakit infeksi saluran pernafasan (ISPA), dan dalam jangka panjang jika udara
tersebut terus dihirup akan menyebabkan kanker, dan gangguan yang sangat fatal pada wanita
yang sedang mengandung kemungkinan bayi lahir cacat.

3. Pencemaran Tanah
Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada, menghancurkan profil tanah genetic,
menggantikan profil tanah genetic, menghancurkan satwa liar dan habitatnya, degradasi kualitas
udara, mengubah pemanfaatan lahan dan hingga pada batas tertentu dapat megubah topografi
umum daerah penambangan secara permanen.

4. Pencemaran Hutan
Penambangan batubara dapat menghancurkan sumber-sumber kehidupan rakyat karena lahan
pertanian dan hutan adat yaitu hutan dan lahan-lahan sudah dibebaskan oleh perusahaan. Hal ini
disebabkan karena adanya perluasan tambang sehingga mempersempit lahan usaha masyarakat,
akibat perluasan ini masyarakat pribumi sangat di rugikan dan selain itu dapat menyebabkan
terjadinya banjir karena hutan di wilayah hulu yang semestinya menjadi daerah resapan aitr telah
dibabat habis. Hal ini diperparah oleh buruknya tata drainase dan rusaknya kawan hilir seperti
hutan rawa oleh perusahaan.

Contoh daerah Kutai Kartanegara yang terkena dampak dari tambang batubara adalah Loa Kulu.
Sebelum ada penambangan batu bara, di desa Ponoragan yang merupakan salah satu desa di
Kecamatan Loa Kulu jarang terjadi banjir. Banjir biasanya terjadi setiap satu tahun sekali itupun
kalau hujan deras yang bersamaan dengan pasang air Sungai Mahakam. Jarangnya terjadi banjir
dikarenakan masih banyaknya pohon-pohon yang akarnya mengikat butir-butir air.

Namun saat ini banjir sering terjadi di Loa Kulu yang disebabkan adanya aktifitas pertambangan
batubara tersebut karena air hujan tidak bisa ditampung oleh pohon-pohon yang telah ditebang
untuk pembukaan lahan pertambangan batubara. Banjir yang berkepanjangan ini menyebabkan
banyak kerugian bagi petani padi dan petani ikan. Bagi petani padi banyak sawah yang gagal
panen karena terkena banjir tersebut. Pada saat akan menebar benih, lahan sawah masih
tergenang air yang disebabkan oleh banjir sehingga para petani tidak bisa menanam padi dan

padi membusuk. Pada saat pertengahan tanam, hujan deras membuat lahan sawah terendam dan
banjir sehingga padinya membusuk dan gagal panen. Biasanya petani Loa Kulu panen 3 kali
dalam setahun tapi sekarang panen hanya setahun sekali.

Bagi petani ikan, banyak petani ikan yang lepas ikut arus air banjir sehingga banyak petani ikan
yang rugi besar. Setelah banjir, petani ikan harus mengeluarkan biaya lebih banyak lagi untuk
merenovasi kolam, membeli bibit ikan dan sebagainya. Hal ini mendorong diperlukannya upaya
serius untuk menertibkan kegiatan penambangan ini dari pemerintah maupun seluruh aspek
masyarakat agar tanah Kalimantan yang dikenal sebangai tanah surga tidak menjadi dongeng
dikemudian hari.
2.4 Regulasi Hukum Pertambangan
Dalam UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang pertambangan Mineral dan batu bara, pasal yang
memuat sanksi pidana diatur dalam Bab XXIII tentang Ketentuan Pidana, yang didalamnya
terdapat 8 (delapan) pasal mulai dari Pasal 158 s/d Pasal 165. UU ini dapat dipandang sebagai
hukum pidana administratif. Mengacu pada isi UU Minerba ini dikenal adanya 3 (tiga) jenis
izin) yaitu IUP, IPR, dan IUPK. Untuk mendapatkan izin pertambangan tersebut harus memenuhi
syarat administratif. Dari sini jelas bahwa adanya ketentuan dalam Pasal 158 s/d 165 sejalan
dengan pandangan Barda Nawami Arief dalam bukunya yang berjudul kapita selekta hukum
pidana yang pada hakikatnya ketentuan pasal tersebut sebagai perwujudan dari politik hukum
pidana sebagai alat untuk menegakkan norma hukum administrasi.
PASAL YANG MEMUAT SANKSI PIDANA
Pasal 158
Setiap orang yang melakukan usaha penambangan tanpa IUP, IPR atau IUPK sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 40 ayat (3), Pasal 48, Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1) atau
ayat (5) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Pasal 159
Pemegang IUP, IPR, atau IUPK yang dengan sengaja menyampaikan laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1), Pasal 70 huruf e, Pasal 81 ayat (1), Pasal 105 ayat (4),Pasal
110, atau Pasal 111 ayat (1) dengan tidak benar atau menyampaikan keterangan palsu dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Pasal 160
(1) Setiap orang yang melakukan eksplorasi tanpa memiliki IUP atau IUPK sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 atau Pasal 74 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun atau denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

(2) Setiap orang yang mempunyai IUP Eksplorasi tetapi melakukan kegiatan operasi produksi
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
denda paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Pasal 161
Setiap orang atau pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi yang
menampung, memanfaatkan, melakukan pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, penjualan
mineral dan batubara yang bukan dari pemegang IUP, IUPK, atau izin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37, Pasal 40 ayat (3), Pasal 43 ayat (2), Pasal 48, Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1),
Pasal 81 ayat (2), Pasal 103 ayat (2), Pasal 104 ayat (3), atau Pasal 105 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah).
Pasal 162
Setiap orang yang merintangi atau mengganggu kegiatan usaha pertambangan dari pemegang
IUP atau IUPK yang telah memenuhi syarat- syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 136 ayat
(2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pasal 163
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam bab ini dilakukan oleh suatu badan
hukum, selain pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan
terhadap badan hukum tersebut berupa pidana denda dengan pemberatan ditambah 1/3 (satu per
tiga) kali dari ketentuan maksimum pidana denda yang dijatuhkan.
(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), badan hukum dapat dijatuhi
pidana tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; dan/atau
b. pencabutan status badan hukum.
Pasal 164
Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158, Pasal 159, Pasal 160, Pasal 161, dan
Pasal 162 kepada pelaku tindak pidana dapat dikenai pidana tamb ahan berupa:
a. perampasan barang yang digunakan dalam melakukan tindak pidana;
b. perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; dan/atau
c. kewajiban membayar biaya yang timbul akibat tindak pidana.
Pasal 165
Setiap orang yang mengeluarkan IUP, IPR, atau IUPK yang bertentangan dengan UndangUndang ini dan menyalahgunakan kewenangannya diberi sanksi pidana paling lama 2 (dua)
tahun penjara dan denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)

PASAL YANG DAPAT DIKENAKAN PIDANA DAN SANKSI PIDANA YANG DAPAT
DIJATUHKAN
Aturan Pidana yang dimuat dalam Bab XXIII mengenai ketentuan pidana, mengisyaratkan
bahwa terdapat masalah pokok hukum pidana terhadap tindak pidana di bidang pertambangan
mineral dan batubara. Penganalisaan mengenai unsur hukum pidana dalam UU Nomor 4 Tahun
2009 diuraikan sebagai berikut :
A. TINDAK PIDANA
Perbuatan perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana di bidang pertambangan
mineral dan batubara yakni :
1.Melakukan usaha penambangan tanpa IUP, IPR atau IUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal
37, Pasal 40 ayat (3), Pasal 48, Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 (1) atau ayat (5).
2. Dengan sengaja menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (1), Pasal
70 huruf e, Pasal 81 ayat (1), Pasal 105 ayat (4), Pasal 110, atau Pasal 111 ayat (1) dengan tidak
benar atau menyampaikan keterangan palsu
3.Melakukan eksplorasi tanpa memiiki IUP atau IUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37
atau Pasal 74 ayat 1
4. Mempunyai IUP Eksplorasi tetapi melakukn kegiatan operasi produksi
5. Menampung, memanfaatkan, melakukan pengolahan,dan pemurnian, pengangkutan, penjualan
mineral dan batubara yang bukan dari pemegang IUP,IUPK, atau izin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37, Pasal 40 ayat (3), Pasal 43 ayat (2), Pasal 40 ayat (3), Pasal 43 ayat (2), Pasal 48,
Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1), Pasal 81 ayat (2), Pasal 103 ayat (2), Pasal 105 ayat (1)
6. Merintangi atau mengganggu kegiatan usaha pertambangan dari pemegang IUP atau IUPK
yang telah memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 136 ayat (2)
7. Mengeluarkan IUP, IPR, IUPK yang bertentangan dengan undang-undang ini dan
menyalahgunakan kewenangannya[1]
Uraian Pasal :
1. Pasal 37, IUP diberikan oleh:
a. bupati/walikota apabila WIUP berada di dalam satu wilayah kabupaten/kota;
b. gubernur apabila WIUP berada pada lintas wilayah kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi
setelah mendapatkan rekomendasi dari bupati/walikota setempat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
c. Menteri apabila WIUP berada pada lintas wilayah provinsi setelah mendapatkan rekomendasi
dari gubernur dan bupati/walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.

Sanksi Pidana yang dapat dijatuhkan :


1) Pasal 158, Pelaku usaha penambangan tanpa IUP dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.0000.0000,00 (sepuluh miliar rupiah)
2) Pasal 160, Setiap orang yang melakukan eksplorasi tanpa memiliki IUP atau IUPK dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah)
3) Pasal 161, Pemegang IUP Operasi Produksi yang menampung, memanfaatkan, melakukan
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, penjualan mineral dan batubara yang bukan dari
pemegang IUP dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
2. Pasal 40 ayat (3), Pemegang IUP yang bermaksud mengusahakan mineral lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), wajib mengajukan permohonan IUP baru kepada Menteri, gubernur,
dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Yang dimaksud pada ayat (2) adalah pemegang IUP yang menemukan satu (1) jenis mineral atau
batubara di WIUP yang dikelola diberikan prioritas untuk mengusahakannya.
Sanksi Pidana yang dapat dijatuhkan :
1) Pasal 158, Pelaku usaha penambangan tanpa IUP dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.0000.0000,00 (sepuluh miliar rupiah).
2) Pasal 161, Pemegang IUP Operasi Produksi yang menampung, memanfaatkan, melakukan
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, penjualan mineral dan batubara yang bukan dari
pemegang IUP dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
3. Pasal 43 ayat (1), Dalam hal kegiatan eksplorasi dan kegiatan studi kelayakan, pemegang IUP
Eksplorasi yang mendapatkan mineral atau batubara yang tergali wajib melaporkan kepada
pemberi IUP.
Sanksi Pidana yang dapat dijatuhkan :
Pasal 159, Pemegang IUP dengan sengaja menyampaikan laporan dengan tidak benar atau
menyampaikan keterangan palsu kepada Pemberi IUP dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
4. Pasal 43 ayat (2), Pemegang IUP Eksplorasi yang ingin menjual mineral atau batubara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengajukan izin sementara untuk melakukan
pengangkutan dan penjualan.
Sanksi Pidana yang dapat dijatuhkan :
Pasal 161, Pemegang IUP Operasi Produksi yang menampung, memanfaatkan, melakukan
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, penjualan mineral dan batubara yang bukan dari

pemegang IUP dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
5. Pasal 48, IUP Operasi Produksi diberikan oleh:
a. bupati/walikota apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta
pelabuhan berada di dalam satu wilayah kabupaten/kota;
b. gubernur apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan
berada di dalam wilayah kabupaten/kota yang berbeda setelah mendapatkan rekomendasi dari
bupati/walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan
c. Menteri apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan
berada di dalam wilayah provinsi yang berbeda setelah mendapatkan rekomendasi dari gubernur
dan bupati/walikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sanksi Pidana yang dapat dijatuhkan :
1) Pasal 158, Pelaku usaha penambangan tanpa IUP dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.0000.0000,00 (sepuluh miliar rupiah)
2) Pasal 161, Pemegang IUP Operasi Produksi yang menampung, memanfaatkan, melakukan
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, penjualan mineral dan batubara yang bukan dari
pemegang IUP dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
6. Pasal 67 ayat (1)
(1) Bupati/walikota memberikan IPR terutama kepada penduduk setempat, baik perseorangan
maupun kelompok masyarakat dan/atau koperasi.
(2) Bupati/walikota dapat melimpahkan kewenangan pelaksanaan pemberian IPR sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada camat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
(3) Untuk memperoleh IPR sebagaimana dimaksud pada ayat
menyampaikan surat permohonan kepada bupati/walikota.

(1), pemohon wajib

Sanksi Pidana yang dapat dijatuhkan :


1) Pasal 158, Pelaku usaha penambangan tanpa IPR dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.0000.0000,00 (sepuluh miliar rupiah)
2) Pasal 161, Pemegang IUP Operasi Produksi yang menampung, memanfaatkan, melakukan
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, penjualan mineral dan batubara yang bukan dari
pemegang IUP dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
7. Pasal 70 huruf e, Pemegang IPR wajib: menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan rakyat secara berkala kepada pemberi IPR.
Sanksi Pidana yang dapat dijatuhkan :

Pasal 159, Pemegang IPR dengan sengaja menyampaikan laporan dengan tidak benar atau
menyampaikan keterangan palsu dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
8. Pasal 74 ayat (1), IUPK diberikan oleh Menteri dengan memperhatikan kepentingan daerah.
Sanksi Pidana yang dapat dijatuhkan :
1) Pasal 158, Pelaku usaha penambangan tanpa IUPK dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.0000.0000,00 (sepuluh miliar
rupiah)
2) Pasal 160, Setiap orang yang melakukan eksplorasi tanpa memiliki IUPK dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah)
3) Pasal 161, Pemegang IUPK Operasi Produksi yang menampung, memanfaatkan, melakukan
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, penjualan mineral dan batubara yang bukan dari
pemegang IUP dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
9. Pasal 74 ayat (5),Pemegang IUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat menyatakan
tidak berminat untuk mengusahakan mineral lain yang ditemukan tersebut.
Yang dimaksud pada pasal 2 yaitu IUPK diberikan oleh Menteri untuk 1 (satu) jenis mineral
logam atau batubara dalam 1 (satu) WIUPK

Sanksi Pidana yang dapat dijatuhkan :


Pasal 158, Pelaku usaha penambangan tanpa IUPK dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.0000.0000,00 (sepuluh miliar rupiah)
10. Pasal 81 ayat (1), Dalam hal kegiatan eksplorasi dan kegiatan studi kelayakan, pemegang
IUPK Eksplorasi yang mendapatkan mineral logam atau batubara yang tergali wajib melaporkan
kepada Menteri.
Sanksi Pidana yang dapat dijatuhkan :
Pasal 159, Pemegang IUPK dengan sengaja menyampaikan laporan dengan tidak benar atau
menyampaikan keterangan palsu dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
11. Pasal 81 ayat (2), Pemegang IUPK Eksplorasi yang ingin menjual mineral logam atau
batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengajukan izin sementara untuk
melakukan pengangkutan dan penjualan.
Sanksi Pidana yang dapat dijatuhkan :

Pasal 161, Pemegang IUPK Operasi Produksi yang menampung, memanfaatkan, melakukan
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, penjualan mineral dan batubara yang bukan dari
pemegang IUPK dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
12. Pasal 103 ayat (2), Pemegang IUP dan IUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
mengolah dan memurnikan hasil penambangan dari pemegang IUP dan IUPK lainnya.
Yang dimaksud pada ayat (1) adalah pemegang IUP dan IUPK produksi wajib melakukan
pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri
Sanksi Pidana yang dapat dijatuhkan :
Pasal 161, Pemegang IUP Operasi Produksi atau IUP Operasi Produksi yang menampung,
memanfaatkan, melakukan pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, penjualan mineral dan
batubara yang bukan dari pemegang IUP atau IUPK dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
13. Pasal 104 ayat (3), Pemegang IUP dan IUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang
melakukan pengolahan dan pemurnian dari hasil penambangan yang tidak memiliki IUP, IPR,
atau IUPK.
Yang dimaksud pada ayat (1) Pemegang IUP dan IUPK dapat melakukan kerja sama dengan
badan usaham koperasi, atau perseorangan yang telah mendapatkan IUP atau IUPK
Sanksi Pidana yang dapat dijatuhkan :
Pasal 161, Pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi yang menampung,
memanfaatkan, melakukan pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, penjualan mineral dan
batubara yang bukan dari pemegang IUP atau IUPK dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
14. Pasal 105 ayat (1), Badan usaha yang tidak bergerak pada usaha pertambangan yang
bermaksud menjual mineral dan/atau batubara yang tergali wajib terlebih dahulu memiliki IUP
Operasi Produksi untuk penjualan.
Sanksi Pidana yang dapat dijatuhkan :
Pasal 161, Pemegang IUP Operasi Produksi yang menampung, memanfaatkan, melakukan
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, penjualan mineral dan batubara yang bukan dari
pemegang IUP dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
15.Pasal 105 ayat (4), Badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib
menyampaikan laporan hasil penjualan mineral dan/atau batubara yang tergali kepada Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Yang dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah Badan usaha yang tidak bergerak pada usaha
pertambangan yang bermaksud menjual mineral dan/atau batubara yang tergali wajib terlebih
dahulu memiliki IUP Operasi Produksi untuk penjualan dimana IUP hanya dapat diberikan 1

(satu) kali penjualan


kewenangannya.

oleh

Menteri,

gubernur, atau

bupati/walikota

sesuai

dengan

Pasal 159, Pemegang IUP dengan sengaja menyampaikan laporan dengan tidak benar atau
menyampaikan keterangan palsu dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
16. Pasal 110, Pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan seluruh data yang diperoleh dari
hasil eksplorasi dan operasi produksi kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
Sanksi Pidana yang dapat dijatuhkan :
Pasal 159, Pemegang IUP atau IUPK dengan sengaja menyampaikan laporan dengan tidak benar
atau menyampaikan keterangan palsu dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
17. Pasal 111 ayat (1), Pemegang IUP dan IUPK wajib memberikan laporan tertulis secara
berkala atas rencana kerja dan pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara
kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Sanksi Pidana yang dapat dijatuhkan :
Pasal 159, Pemegang IUP dan IUPK dengan sengaja menyampaikan laporan dengan tidak benar
atau menyampaikan keterangan palsu dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
18. Pasal 136 ayat (2), Penyelesaian hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan atas tanah oleh pemegang IUP atau IUPK.
Yang dimaksud pada ayat (1) adalah Pemegang IUP atau IUPK sebelum melakukan kegiatan
operasi produksi wajib menyelesaikan hak atas tanah dengan pemegang hak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sanksi Pidana yang dapat dijatuhkan :
Pasal 162, Setiap orang yang merintangi atau mengganggu kegiatan usaha pertambangan dari
pemegang IUP atau IUPK yang telah memenuhi syarat- syarat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 136 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

B. PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA
Untuk adanya pertanggungjawaban pidana harus jelas terlebih dahulu siapa yang dinyatakan
sebagai pembuat untuk suatu tindak pidana tertentu. Masalah ini menyangkut tentang Subjek
tindak pidana yang sudah dirumuskan oleh pembuat undang-undang tindak pidana yang
bersangkutan.

Subjek hukum pidana dalam UU minerba yaitu manusia dan badan hukum. Di dalam UU
tersebut selalu menyebut setiap orang sebagai subjek hukumnya yakni di Pasal 158, Pasal 160,
Pasal 161, Pasal 162, dan Pasal 165. Sedangkan pada Pasal 163 ayat (1) bisa ditelaah atau dapat
dikatakan badan hukum merupakan subjek hukum dalam UU Mineba yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Namun, yang sangat disayangkan dalam perumusan Pasal 163 yang berbunyi, dalam hal tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam bab ini dilakukan oleh suatu badan hukum Frasa yang
bercetak tebal tersebut dapat mengandung arti bahwa tindak pidana yang diatur dalam Pasal 158,
159,160,161, dan Pasal 165 yang termasuk dalam bab ini dapat dilakukan oleh badan Hukum.
Padahal jelas dalam Penjelasan Pasal 165 bahwa yang dimaksud dengan setiap orang adalah
pejabat yang menerbitkan IUP,IPR, atau IUPK. Dengan demikian ada Kontradiksi. Seharusnya
dalam Pasal 163 langsung menyebut pasal-pasal yang dimaksudkan bukan menyebutkan tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam bab ini.
Dengan adanya pasal 163 yang mengisyaratkan bahwa badan hukum juga termasuk subjek
hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. Seharusnya pula ada pasal yang mengatur
bagaimana atau kapan korporasi itu dapat dipertanggungjawabkan pidana. Hal tersebut tentu
pada gilirannya akan menghambat proses penegakan hukum.[2]

C. STETSEL PIDANA
1. Jenis Sanksi Pidana
Dalam KUHP tepatnya dalam Pasal 10 hanya dikenal dua jenis pidana, yakni Pidana Pokok
dan Pidana Tambahan. Barda Namawi Arief dalam bukunya yang berjudul Perkembangan
Sistem Pemidanaan di Indonesia, pernah menelaah perkembangan aturan khusus (special rules)
di luar KUHP. Dimana salah satu hasil simpulan yang di dapat berkenaan dengan jenis sanksi
pidana adalah pembagian kelompok jenis pidana masih berorientasi pada KUHP.[3]
Hal ini demikian juga terjadi dalam UU Minerba. Jenis sanksi pidana yang dapat dijatuhkan
berupa pidana pokok dan pidana tambahan. Selanjutnya bila dicermati ketentuan pidana UU
Minerba menggunakan pola ancaman pidana kumulatif dan alternatif.
2. Berat/ringannya pidana
Dalam KUHP dikenal adanya ancaman pidana minimal umum, maksimal umum dan maksimal
khusus. Sehingga dalam menentukan berat ringannya pidana, hakim diberi kebebasan dari
minimal sampai maksimal sebagai reaksi yang yang pantas dari tindak pidana yang dilakukan
oleh terdakwa.
Ketentuan dalam UU Minerba juga bila dicermati menganut hal yang sama sebagaimana diatur
dalam KUHP,hal yang demikian dinyatakan karena didalam pasal-pasalnya hanya memuat
ancaman pidana maksimal khusus, dan secara otomatis ketentuan minimal-maksimal umum
dalam KUHP berlaku bagi tindak pidana seagaimana diatur dalam UU Minerba
3. Cara pelaksanaan pidana

Dalam UU Minerba mengancam pidana denda yang sangat tinggi terhadap manusia maupun
badan hukum namun tidak disertai dengan aturan tentang bagaimana pidana tersebut
dilaksanakan dan alternatif pidana pengganti bila denda tersebut tidak dipenuhi. Dengan tidak
diaturnya bagaimana pidana itu dilaksanakan maka akan berpengaruh pada aktif atau tidaknya
pidana dendam yang diancamkan.
Oleh karena itu, layak diakhiri dengan mengetahkan pandangan Barda Nawami Arief, suatu
sistem sanksi pidana menyeluruh harus pula mencakup kebijakan-kebijakan yang dapat
diharpkan menjamin terlaksananya sanksi pidana itu.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.anaktambang.com/2015/05/fungsi-batubara.html

Ade Adhari,dkk. 2013. Jurnal Kebijakan Hukum Pidana Terhadapa TP Di Bidang


Pertambangan Mineral dan Batubara. Diponegoro Law Review
Barda Nawawi Arief. 2011. Perkembangan Sistem Pemidanaan di Indonesia Semarang:
Pustaka Magister.
Muladi
dan
Barda
Nawawi
Arief.1984. Teori-teori
dan
Kebijakan
Pidana,Bandung:Alumni
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
https://wendytandiawan.files.wordpress.com/2013/08/audit-tambang.pdf
http://www.hukumpertambangan.com/
http://bumikalimantan.com/dampak-pertambangan-batubara-terhadap-lingkungan-dikalimantan-timur/
http://saveour-nature.blogspot.co.id/2013/01/dampak-negatif-penambanganbatubara.html
http://ririnpuspitasarifr.blogspot.co.id/2014/10/pasal-yang-memuat-sanksi-pidanadan.html

Anda mungkin juga menyukai