No. RM : 185908
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi : Wanita, 66 tahun, keluhan keluhan nyeri tengkuk sejak 1 minggu yang lalu, sakit
kepala (+), riwayat HT (+) namun pasien berobat tidak teratur.
Tujuan : Mendiagnosis kelainan pasien, life saving, penatalaksanaan lebih lanjut pada pasien,
menentukan prognosis pasien, edukasi pasien dan keluarganya.
Bahan
Tinjauan
Bahasan :
Pustaka
Cara
membahas :
Data Pasien :
Nama klinik :
Diskusi
Riset
Presentasi dan
diskusi
Kasus
Audit
Pos
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien pernah berobat sebelumnya di puskesmas.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Pasien sudah menderita hipertensi sejak 5 tahun lamanya, tapi berobat tidak teratur.
Riwayat diabetes mellitus dan trauma disangkal.
4. Riwayat Keluarga :
Suami pasien menderita penyakit yang sama.
5. Riwayat Pekerjaan :
Pasien merupakan seorang lansia yang tidak bekerja.
6. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum
Keadaan gizi
GCS
Tanda Vital
Tekanan Darah
: 170/90 mmHg
Pernapasan
: 18 x/menit
Nadi
: 96 x/menit
Suhu
: 36,6 oC
Status Genaralisata
Kelapa
Mata
Hidung
Mulut
Leher
Paru-paru
Abdomen
Ekstremitas
Status Lokalis
:
: Normocephal
: Konjungtiva anemis (-/-), ikterus (-/-), pupil bulat isokor
: Tidak ada pernapasan cuping hidung
: Sianosis (-)
: Deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-)
: dalam batas normal
: dalam batas normal
: Akral hangat, sianosis (-), ikterik (-), edem tibial (-)
:
2
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
pada linea sternalis kanan, batas jantung kiri sesuai ictus cordis terletak pada sela
iga 5-6 linea medioklavikularis kiri)
Auskultasi
Daftar Pustaka :
1. Fisher Nomi, Williams Gordon. Hypertensive Vascular Diease. Harrison Tinsley R,
editor. Harrisons Principle of Internal Medicine. 16th edition. United Nations of
America: McGraw-Hill. 2005. P.1463-80
2. Schwartz Gary L. Hypertension. Habermann Thomas, Ghosh K. Amit, editors. Mayo
Clinic Internal Medicine Concise Textbook. USA: Mayo Clinic Scientific Press and
Informa Healthcare USA, INC. 2008. P 429-64
3. Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation
and Treatment of High Blood Pressure. U.S. Department Health and Human Services.
August. 2004
4. Camm AJ, BUnce N. Cardiovascular Disease. Kumar Parveen, Clark Micheal, editors.
Kumar & Klarks Clinicak Medicine. Seventh Edition. UK: Saunders Elsevier. 2005.
p.798-804
5. Kowalak Jenifer, Cardiovascular System. Kowalak Jenifer, Cavallini Mario, editors.
Handbook of Pathopisiology. US: Springhouse Corporation. 2001.p.120-4
6. Hafrialdi. Antihipertensi. Gunawan Gan Sulistia, editor. Farmakologi dan Terapi. Edisi
5. Jakarta: Departemen farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Indonesia.
2007. h.341-60
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :
1. Subjektif :
Seorang wanita, 66 tahun dirawat dengan keluhan nyeri tengkuk sejak 1 minggu yang
lalu. Nyeri pada tengkuk dirasakan memberat sejak 3 hari terakhir dan dirasakan terus
menerus tapi ada perbaikan jika pasien baring. Nyeri tengkuk disertai dengan sakit
3
kepala (+). BAK : kesan normal, BAB : kesan normal. Riwayat merokok (-), riwayat
mengkonsumsi alkohol (-). Riwayat menderita Hipertensi sebelumnya (+) namun
pasien tidak berobat secara teratur.
2. Objektif :
Pada pemeriksaan fisis didapatkan pasien terlihat lemas, sakit sedang, GCS E 4V5M6.
Dengan tanda vital, tekanana darah 170/90 mmHg, nadi 96 kali/menit, pernapasan 18
kali/menit, suhu 36,6oC per aksila. Pemeriksaan jantung dari inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi semuanya dalam batas normal.
Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisis.
3. Assesment :
Berdasarkan subjektif dan objektif yang meliputi gejala klinis dan pemeriksaan fisis,
maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita Hipertensi Stage II.
Tinjauan Pustaka
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang sering ditemukan pada Negara
berkembang. Secara umum, hipertensi tidak bergejala, mudah dideteksi, biasanya mudah
diobati dan sering menyebabkan komplikasi kematian bila tidak ditangani.
Saat ini untuk orang dewasa, hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan
darah sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih tinggi dan atau peningkatan tekanan darah
diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih tinggi. Hipertensi dibagi menjadi dua tingkatan baik
bersadarkan sistolik maupun diastolik darah (Tabel 1). Tekanan darah sistolik antara 120 dan
139mm Hg atau tekanan darah diastolik antara 80 dan 89 mm Hg dikategorikan
prehipertensi.
Orang
dengan
prehipertensi
memiliki
peningkatan
risiko
penyakit
Peningkatan tekanan darah pada pembacaan setidaknya dua kali berturut-turut setelah
penyaringan awal
Nyeri kepala oksipital (kemungkinan memburuk pada di pagi hari sebagai akibat dari
peningkatan tekanan intrakranial); mual dan muntah juga dapat terjadi
Bruits (yang dapat didengar melalui aorta perut atau karotis, arteri ginjal, dan
femoralis) disebabkan oleh stenosis atau aneurisma
Pusing, kebingungan, dan kelelahan yang disebabkan oleh perfusi jaringan menurun
karena vasokonstriksi pembuluh darah
Nokturia disebabkan oleh peningkatan aliran darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi
glomerular
Unrinalisis dapat menunjukkan adanya protein, sel darah merah atau sel darah putih,
5
pada
penyakit
ginjal:
adanya
katekolamin
yang
dihubungkan
dengan
ditangani. Perubahan gaya hidup dapat menurunkan tekanan darah dan harus digalakkan
untuk semua orang dengan prehipertensi. Modifikasi mungkin cukup sebagai terapi awal
untuk beberapa orang dengan hipertensi stadium 1. Perlu terapi tambahan bagi mereka
dengan hipertensi yang lebih parah.
Dalam lebih dari 50% dari orang dengan tahap 1 hipertensi, tekanan darah dapat
dikontrol dengan terapi obat tunggal. Faktor penting untuk pertimbangkan ketika memilih
obat untuk terapi awal adalah khasiat sebagai monoterapi, rute eliminasi, interaksi obat, efek
samping, dan biaya. Pemilihan obat yang tepat adalah penting untuk menjaga kepatuhan
jangka panjang.
Pengobatan monoterapi meliputi diuretik tiazid, beta-bloker, calcium channel blockers
(CCB),ACE-inhibitors (ACEIs) dan Angiotensi Receptor Blockers (ARBs). Kombinasi dosis
rendah juga dapat digunakan untuk terapi awal. Tiazid sebaiknya diberikan sebagai terapi
awal pasien hipertensi tanpa komplikasi yang tidak memiliki pilihan yang jelas untuk jenis
lain.
Obat kelas lain dipertimbangan untuk diberikan apabila diuretik tidak efektif atau ada
kontraindikasi atau dengan pengaturan obat lain yang memiki alternative pada kondisi
tertentu (misalnya ACEIs pada pasien hipertensi dengan gagal jantung kongestif). Antagonis
alfa yang bekerja sentral (clonidin, methyldopa, guanabenz dan guanfacine) dan vasodilator
(hydralazine dan mnoxidil) dapat dipertimbangkan dalam kondisi pseudotolasnsi.
Pseudotoleransi adalah stimulasi reflex dari sistem rennin-angiotensin-aldosteron atay sistem
saraf simpatis yang menyebabkan retensi cairan, peningkatan resistensi vascular, atau
peningkatan curah jantung dengan hilangnya kemanjuran dengan penggunaan jangka
panjang. Oleh karena itu sejumlah obat tidak diberikan sendiri. Obat efek sentral (-agonist
cocok ketika diberikan dengan diuretic, vasodilator paling baik diberikan sebagai obat ketiga
dalam kombinasi diuretic dan adrenergik inhibitor. Adapula obat yang lebih baik pada
sejumlah umur dan ras tertentu (diuretik dan CCB lebih efektif pada ras Afro-Amerika dan
pasien usia: beta-bloker , ACEI dan ARB lebih efektif pada pasien kulit putih dan dan pasien
yang lebih muda. Dengan terapi kombinasi, memastikan obat bekerja kombinasi dan dua obat
dari kelas yang sama tidak boleh diberikan. Biasanya, salah satu obat kombinasi adalah
diuretik kelemahan dan impotensi. Impotensi merupakan efek sampiang yang paling
berpotensi pada semua obat anti hipertensi.
Dikenal ada 2 kelompok obat lini pertama yang lazim digunakan untuk pengobatan
awal hipertensi yang itu diuretic, beta-bloker, ACE-inhbitor, ARB dan antagonis kalsium.
Pada JNC-VII, penyekat reseptor alfa adrenergik tidak dimasukkan dalam lini pertama.
Berikut ini pembagian obat lini pertama hipertensi:
1. Diuretik
Diuretik bekerja dengan meningkatkan ekskresi natrium, air dan
klorida sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler.
Penelitian-penelitian besar membuktikan bahwa efek proteksi kardiovaskuler
diuretic belum dikalahkan oleh obat lain sehingga diuretic dianjurkan untuk
sebagian besar kasus hipertensi ringan dan sedang. Bahkan bila menggunakan
kombinasi dua atau lebih antihipertensi, maka salah satunya adalah diuretik.
Sampai sekarang diuretik golongan tiazid merupakan obat utama
dalam terapi hipertensi. Sebagian penelitian besar membuktikan bahwa
diuretik terbukti paling efektif dalam menurunkan risiko kardiovaskuler.
Diuretik bekerja dengan menghambat transport bersama Na-Cl di
tubulus distal ginjal, sehingga ekskresi Na+ dan Cl- meningkat.Beberapa obat
7
4.
Plan
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa pasien ini di diagnosis menderita Hipertensi Stage II JNC-7.
Penatalaksanaan
Infus RL 24 tpm
Pemeriksaan penunjang
Edukasi
Edukasi pada pasien agar mengubah pola hidup dan pola makan begitu pun menu
makanannya.
Edukasi pada pasien agar rutin meminum obat dan memantau tekanan darah agar
tekanan darah pasien senantiasa terkontrol.