Anda di halaman 1dari 8

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

DAN LIMBAH GAS (ASAP DAN


DEBU) DARI PABRIK GULA

Disusun Oleh :

DESLIANA PUTRI
11600028

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


UNIVERSITAS SLAMET RIYADI
SURAKARTA

2013

I.

DEFINISI LIMBAH

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim,
disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black
water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki
kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi,
limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik.
Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak
negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu
dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang
ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Karakteristik limbah
1. Berukuran mikro
2. Dinamis
3. Berdampak luas (penyebarannya)
4. Berdampak jangka panjang (antar generasi)
Limbah Industri
Berdasarkan karakteristiknya limbah industri dapat dibagi menjadi empat
bagian yaitu :
1. Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen
pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan
buangan organik dan bahan buangan anorganik
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel

II. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK GULA DENGAN


PROSES OZONISASI
Dalam proses produksi gula dari tanaman tebu yang diproses sampai menjadi
gula kasar atau gula murni hingga mempunyai nilai jual yang tinggi, memiliki
hasil samping produk berupa limbah. Limbah yang dihasilkan berupa limbah
padat yaitu ampas tebu dari proses penggilingan dan penyaringan kotoran setelah
dari proses pemerasan tebu, juga limbah cair yang berasal dari air pendingin
kondensor baromatik, air pendingin, air proses dari pencucian pada penghilangan
warna, pencucian endapan saringan tekan, dan air cuci peralatan pabrik.
Sumber utama air limbah adalah air pendingin pada kondensor barometik, air
proses dari pencucian pada penghilangan warna, pencucian endapan saringan
tekan, dan air cuci lantai dan alat, mempunyai laju alir lebih rendah tetapi
mempunyai nilai BOD yang tinggi (sampai 5000 mg/l) dan padatan tersuspensi
yang kadar organiknya relatif rendah. Air limbah yang terkumpul mempunyai
BOD yang berkisar dari 300 sampai 2000 mg/l dan TSS dari 200 sampai 800
mg/l, tergantung pada faktor proses produksi yang terjadi di dalam pabrik
khususnya pada proses pemurnian gula. Limbah cair pabrik gula pada umumnya
tidak mengandung limbah berbahaya atau beracun.

Langkah yang harus dilakukan untuk mengurangi pencemaran, khususnya


pencemaran air adalah dengan mengolah air buangan tersebut sebelum di buang
ke badan sungai, salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi
tingkat pencemaran yaitu dengan penyerapan (adsorbsi) menggunakan zeolit
maupun bahan pengendap (koagulan) tawas dan perlakuan menggunakan ozon
(O3). Zeolit digunakan untuk mengikat koloid-koloid dalam limbah, tawas
berfungsi mengendapkan koloid dan ozon untuk mereduksi senyawa organik, bau,
warna dan menurunkan COD dan BOD. Sebelum dimanfaatkan sebagai adsorben,
dilakukan proses aktivasi terhadap zeolit alam yang akan dipakai. Aktivasi
terhadap zeolit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara fisis dan secara
kimiawi.
Proses yang dilakukan selama ini adalah limbah dienapkan dalam kolam dan
dilakukan aerasi, setelah satu hari mengendap kemudian beningannya disirkulasi
kembali lagi ke dalam pabrik untuk keperluan proses. Dari perlakuan semacam
ini dimungkinkan BOD dan COD dalam air limbah semakin tinggi. Sehingga
kurang efektif untuk digunakan dan juga dapat merusak alat-alat proses. Oleh
karena itu diperlukan suatu tindakan untuk menurunkan nilai BOD dan COD,
sehingga apabila air limbah tersebut digunakan kembali untuk tujuan proses akan
menjadi lebih aman. Lebih-lebih lagi bila air limbah tersebut langsung dibuang ke
sungai.
Tawas merupakan bahan koagulan yang sering digunakan di pengolahan air
minum ataupun pada air buangan domestik dan industri, ini disebabkan bahwa
tawas dapat mengurangi konsentrasi warna, bau, kekeruhan. Sehingga nantinya
diinginkan hasil akhir pengolahan air limbah yang cukup jernih. Dalam ini
perlakuan limbah yang pertama digunakan koagulan tawas yang telah dihaluskan,
sehingga dalam proses ozonisasi nantinya didapatkan hasil yang optimal karena
semakin kecil ukuran butiran tawas maka daya penyerapannya semakin tinggi.
Demikian juga untuk zeolit, dimaksudkan untuk menyerap koloid-koloid yang
ada dalam limbah, akan tetapi harga zeolit lebih mahal dibandingkan harga tawas.
Sedangkan pemakaian kapur tujuan utamanya adalah menaikkan pH limbah agar
> 8,0. Hal ini dikarenakan ozon lebih efektif bekerja pada pH > 7,0 (ke arah
basa).
Penambahan bahan-bahan pembantu, seperti tawas, zeolit maupun kapur,
sangat membantu kerja ozon. Karena tawas dan zeolit merupakan bahan koagulan
dan absorben yang sangat efektif dan harganya murah, sehingga koloid-koloid
yang ada dalam limbah diserap oleh bahan-bahan tersebut kemudian senyawa
yang lain dioksidasi oleh ozon. Sedangkan kapur berfungsi menaikkan pH limbah
menjadi lebih basa. Karena pada kondisi basa kerja ozon sangat efisien. Sehingga
pada penambahan kapur nilai COD dapat turun sangat signifikan.
Gas Ozon (O3) dapat berfungsi sebagai pembersih, penghilang bau serta bahan
desinfektan yang mampu membunuh semua mikroorganisme seperti bakteri,
virus, jamur dsb. Ozon merupakan bahan pengoksida yang sangat kuat kedua
setelah fluorin. Ozon sebelum dan sesudah bereaksi dengan unsur lain akan selalu
menghasilkan oksigen (O2) sehingga teknologi ozon sangat ramah terhadap
linkungan. Ozon merupakan gas triatomic allotrope oksigen yang dapat
terbnentuk akibat adanya rekombinasi atom-atom oksigen.
Proses Pembentukan Ozon

Ozon dihasilkan dengan pelbagai persenyawaan kimia, tetapi mekanisme


utama penghasilan dan perpindahan dalam atmosfer adalah penyerapan tenaga
sinar ultraviolet (UV) dari matahari. Ozon (O3) dihasilkan apabila O2 menyerap
sinar ultraviolet pada jarak gelombang 242 nanometer dan disingkirkan dengan
fotosintesis dari sinar bagi jarak gelombang yang besar dari 290 nm. O3 juga
merupakan penyerap utama sinar UV antara 200 dan 330 nm. Penggabungan
proses-proses ini efektif dalam meneruskan kekonstanan bilangan ozon dalam
lapisan dan penyerapan 90% sinar UV.
Pembuatan ozon yang digunakan adalah dengan metoda plasma lucutan
terhalang dielektrik (dielectric barrier discharge) (5,6) atau karena lucutannya
yang nyaris tak terdengar maka metode ini sering dikatakan metode plasma
lucutan senyap. Untuk mendukung penyempurnaan aplikasi, dengan metode ini
akan dirancang bangun ozonizer dengan keluaran daya 1.000 1.500 watt.
Keunggulan teknologi lucutan senyap dibanding dengan teknologi sinar UV
adalah efisiensi ozon yang dihasilkan lebih besar.
Dari skema ozoniser lucutan senyap tersebut dapat dijelaskan dalam gambar 1
tenaga eksternal yang merupakan tegangan tinggi AC dibebankan pada bagian
elektroda tabung ozoniser lucutan senyap sehingga pada celah lucutan/daerah
antara lapisan dielektrik dengan elektroda akan terjadi lucutan-lucutan mikro yang
kelistrikannya secara keseluruhan dapat dijabarkan dengan kuantitas rerata.
Komponen pendukung dalam alat ini diantaranya yaitu rangkaian osilator,
rangkaian penguat day dan tegangan. Awalnya rangkaian osilator memberi sinyal
bolak balik kemudian daya ditingkatkan oleh rangkaian penguat daya dan
selanjutnya oleh rangkaian pelipat tegangan. Adanya penutup dielektrik pada
salah satu elektroda merupakan kunci dari keistimewaan lucutan senyap karena
dielektrik berfungsi sebagai sumber filamen arus yang berisi elektron energetik.
Terdapat 2 macam ozonizer diantaranya yaitu:
1. Tipe Palte dengan elektroda datar dan isolator (glass dielectrics)
2. Tipe tabung dengan elektroda silinder koaksial (cylindrical electrodes coaxial)
dan isolator gelas silinder.
Sisi yang mempunyai tegangan tinggi didinginkan dengan konveksi (pemindahan
panas dengan sirkulasi) sedangkan sisi bertegangan rendah didinginkan dengan
air. Udara dilewatkan dimana elektroda-elektroda dan terozonisasi oleh tegangan
listrik yang ada diantara udara tersebut. Produksi ozon biasanya sampai 4% berat
udara yang dilewatkan dengan kebutuhan energi sekitar 25 kwh/kg ozon yang
dihasilkan.
Proses Ozonisasi Limbah Cair
1. Limbah cair yang dijadikan sampel adalah limbah cair keluaran proses
kristalisasi gula dan keluaran unit pendingin dan lain sebagainya dikumpulkan
pada sebuah kolam equalisasi lalu dipompakan ke tangki reaktor untuk
dicampurkan dengan gas ozon. Gas ozon yang masuk dalam tangki reaktor
bereaksi mengoksidasi senyawa organik dan membunuh bakteri patogen pada
limbah cair
2. Limbah cair yang sudah teroksidasi kemudian dialirkan ke tangki koagulasi
untuk dicampurkan koagulan. Lantas proses sedimentasi pada tangki

berikutnya. Pada proses ini, polutan mikro, logam berat dan lain-lain sisa hasil
proses oksidasi dalam tangki reaktor dapat diendapkan.
3. Selanjutnya dilakukan proses penyaringan pada tangki filtrasi. Pada tangki ini
terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat pollutan yang
terlewatkan pada proses koagulasi. Zat-zat polutan akan dihilangkan
permukaan karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah
jenuh, atau tidak mampu lagi menyerap maka proses penyerapan akan
berhenti, dan pada saat ini karbon aktif harus diganti dengan karbon aktif baru
atau didaur ulang dengan cara dicuci. Air yang keluar dari filter karbon aktif
untuk selanjutnya dapat dibuang dengan aman ke sungai.
Ozon akan larut dalam air untuk menghasilkan hidroksil radikal (-OH), sebuah
radikal bebas yang memiliki potential oksidasi yang sangat tinggi (2.8 V), jauh
melebihi ozon (1.7 V) dan chlorine (1.36 V). Hidroksil radikal adalah bahan
oksidator yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa organik (fenol, pestisida,
atrazine, TNT, dan sebagainya). Sebagai contoh, fenol yang teroksidasi oleh
hidroksil radikalakan berubah menjadi hydroquinone, resorcinol, cathecol untuk
kemudian teroksidasi kembali menjadi asam oxalic dan asam formic, senyawa
organik asam yang lebih kecil yang mudah teroksidasi dengan kandungan oksigen
yang di sekitarnya. Sebagai hasil akhir dari proses oksidasi hanya akan didapatkan
karbon dioksida dan air (Purwadi, 2001). Hidroksil radikal berkekuatan untuk
mengoksidasi senyawa organik juga dapat dipergunakan dalam proses sterilisasi
berbagai jenis mikroorganisma, menghilangkan bau, dan menghilangkan warna
pada limbah cair. Dengan demikian akan dapat mengoksidasi senyawa organik
serta membunuh bakteri patogen. Pada saringan karbon aktif akan terjadi proses
adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat yang akan diserap oleh permukaan
karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, proses
penyerapan akan berhenti. Maka, karbon aktif harus diganti baru atau didaur ulang
dengan cara dicuci (NN, 2002).
Dengan pemanfaatan sistem ozonisasi ini pihak pabrik tidak hanya dapat
mengolah limbahnya tapi juga akan dapat menggunakan kembali air limbah yang
telah terproses (daur ulang) atau dapat langsung dibuang ke sungai. Teknologi ini,
selain efisiensi waktu juga cukup ekonomis, karena tidak memerlukan tempat
instalasi yang luas.

III. PENGELOLAAN LIMBAH GAS (ASAP DAN DEBU)


PABRIK GULA
Senyawa pencemar udara itu sendiri digolongkan menjadi (a) senyawa
pencemar primer, dan (b) senyawa pencemar sekunder. Senyawa pencemar primer
adalah senyawa pencemar yang langsung dibebaskan dari sumber sedangkan
senyawa pencemar sekunder ialah senyawa pencemar yang baru terbentuk akibat
antar-aksi dua atau lebih senyawa primer selama berada di atmosfer. Dari sekian
banyak senyawa pencemar yang ada, lima senyawa yang paling sering dikaitkan
dengan pencemaran udara ialah: karbonmonoksida (CO), oksida nitrogen (NOx),
oksida sulfur (SOx), hidrokarbon (HC), dan partikulat (debu).
Pencemaran udara dari pada pabrik gula berupa asap dan debu, yang dapat
menyebabkan sejumlah penyakit pernafasan seperti infeksi saluran pernafasan
pada manusia disekitar pabrik tersebut, iritasi mata dan lain-lain. Untuk

menanggulanginya dibutuhkan pengendalian pencemaran udara. Pengendalian ini


dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengendalian pada sumber pencemar dan
pengenceran limbah gas. Pengendalian pada sumber pencemar merupakan metode
yang lebih efektif karena hal tersebut dapat mengurangi keseluruhan limbah gas
yang akan diproses dan yang pada akhirnya dibuang ke lingkungan. Di dalam
sebuah pabrik kimia, pengendalian pencemaran udara terdiri dari dua bagian yaitu
penanggulangan emisi debu dan penanggulangan emisi senyawa pencemar.
Idealnya demikian pula yang harus dilakukan oleh pabrik tebu.
Guna menekan tingkat pencemaran udara, pabrik tebu dapat mengelola asap
dan debu tersebut dengan jalan memisahkan partikel padatanya yang berada di
asap. Nantinya partikel-partikel ini dalam jumlah yang cukup, bisa diolah menjadi
pupuk. Karenanya suatu pabrik gula seharusnya dilengkapai dengan alat-alat
pemisah debu untuk memisahkan debu dari alirah gas buang. Debu dapat ditemui
dalam berbagai ukuran, bentuk, komposisi kimia, densitas, daya kohesi, dan sifat
higroskopik yang berbeda.
Maka dari itu, pemilihan alat pemisah debu yang tepat berkaitan dengan
tujuan akhir pengolahan dan juga aspek ekonomis. Secara umum alat pemisah
debu dapat diklasifikasikan menurut prinsip kerjanya:
Pemisah Brown
Alat pemisah debu yang bekerja dengan prinsip ini menerapkan prinsip
gerak partikel menurut Brown. Alat ini dapat memisahkan debu dengan
rentang ukuran 0,01 0,05 mikron. Alat yang dipatenkan dibentuk oleh
susunan filamen gelas dengan jarak antar filamen yang lebih kecil dari
lintasan bebas rata-rata partikel.
Penapisan
Deretan penapis atau filter bag akan dapat menghilangkan debu hingga 0,1
mikron. Susunan penapis ini dapat digunakan untuk gas buang yang
mengandung minyak atau debu higroskopik. Electrostatic Precipitator
Pengendap Elektrostatik
Alat ini mengalirkan tegangan yang tinggi dan dikenakan pada aliran gas
yang berkecepatan rendah. Debu yang telah menempel dapat dihilangkan
secara beraturan dengan cara getaran. Keuntungan yang diperoleh dari
penggunaan pengendap elektrostatik ini ialah didapatkannya debu yang
kering dengan ukuran rentang 0,2 0,5 mikron. Secara teoritik seharusnya
partikel yang terkumpulkan tidak memiliki batas minimum.
Pengumpul Sentrifugal
Pemisahan debu dari aliran gas didasarkan pada gaya sentrifugal yang
dibangkitkan oleh bentuk saluran masuk alat. Gaya ini melemparkan partikel
ke dinding dan gas berputar (vortex) sehingga debu akan menempel di
dinding serta terkumpul pada dasar alat. Alat yang menggunakan prinsip ini
digunakan untuk pemisahan partikel dengan rentang ukuran diameter hingga
10 mikron lebih.
Pemisah Inersia
Pemisah ini bekerja atas gaya inersia yang dimiliki oleh partikel dalam
aliran gas. Pemisah ini menggunakan susunan penyekat sehingga partikel
akan bertumbukan dengan penyekat dan akan dipisahkan dari aliran fasa

gas. Alat yang bekerja berdasarkan prinsip inersia ini bekerja dengan baik
untuk partikel yang berukuran hingga 5 mikron.
Pengendapan dengan Gravitasi
Alat yang bekerja dengan prinsip ini memanfaatkan perbedaan gaya
gravitasi dan kecepatan yang dialami oleh partikel. Alat ini akan bekerja
dengan baik untuk partikel dengan ukuran yang lebih besar dari 40 mikron
dan tidak digunakan sebagi pemisah debu tingkat akhir. Pada industri, yang
lebih maju terdapat juga beberapa alat yang dapat memisahkan debu dan gas
secara bersamaan (simultan). Alat-alat tersebut memanfaatkan sifat-sifat
fisik debu sekaligus sifat gas yang dapat terlarut dalam cairan. Beberapa
metoda umum yang dapat digunakan untuk pemisahan secara simultan
ialah:Irrigated Cyclone Scrubber
Menara Percik
Prinsip kerja menara percik ialah mengkontakkan aliran gas yang
berkecepatan rendah dengan aliran air yang bertekanan tinggi dalam bentuk
butiran. Alat ini merupakan alat yang relatif sederhana dengan kemampuan
penghilangan sedang (moderate). Menara percik mampu mengurangi
kandungan debu dengan rentang ukuran diameter 10-20 mikron dan gas
yang larut dalam air.
Siklon Basah
Modifikasi dari siklon ini dapat menangani gas yang berputar lewat percikan
air. Butiran air yang mendandung partikel dan gas yang terlarut akan
dipisahkan dengan aliran gas utama atas dasar gaya sentrifugal. Slurry
dikumpulkan di bagian bawah siklon. Siklon jenis ini lebih baik daripada
menara percik. Rentang ukuran debu yang dapat dipisahkan ialah antara 3
5 mikron.
Pemisah Venture
Metode pemisahan venturi didasarkan atas kecepatan gas yang tinggi pada
bagian yang disempitkan dan kemudan gas akan bersentuhan dengan butir
air yang dimasukkan di daerah sempit tersebut. Alat ini dapat memisahakan
partikel hingga ukuran 0,1 mikron dan gas yang larut di dalam air.
Tumbukan Orifice Plate
Alat ini disusun oleh piringan yang berlubang dan gas yang lewat orifis ini
membentur lapisan air hingga membentuk percikan air. Percikan ini akan
bertumbukkan dengan penyekat dan air akan menyerap gas serta mengikat
debu. Ukuran partikel paling kecil yang dapat diserap ialah 1 mikron.
Menara dengan Packing
Prinsip penyerapan gas dilakukan dengan cara mengkontakkan cairan dan
gas di antara packing. Aliran gas dan cairan dapat mengalir secara cocurrent, counter-current, ataupun cross-current. Ukuran debu yang dapat
diserap ialah debu yang berdiameter lebih dari 10 mikron.

Pencuci dengan Pengintian


Prinsip yang diterapkan adalah pertumbuhan inti dengan kondensasi dan
partikel yang dapat ditangani ialah partikel yang berdiameter hingga 0,01
mikron serta dikumpulkan pada permnukaan filamen.
Pembentur Turbulen
Pembentur turben pada dasarnya ialah penyerapan partikel dengan cara
mengalirkan aliran gas lewat cairan yang berisi bola-bola pejal. Partikel
dapat dipisahan dari aliran gas karena bertumbukkan dengan bola-bola
tersebut. Efisiensi penyerapan gas bergantung piada jumlah tahap yang
digunakan.

Anda mungkin juga menyukai