TINJAUAN PUSTAKA
bahwa pengamanan kesehatan haji Indonesia terdiri dari kegiatan kegiatan sebagai
berikut :4
a. Pemeriksaan kesehatan
Rangkaian pemeriksaan kesehatan seluruh jemaah haji pada saat kedatangan
di Embarkasi adalah sebagai berikut :
a.1.Pemeriksaan dokumen kesehatan ( Buku Kesehatan Jemaah Haji dan Surat
Keterangan Imunisasi Meningitis / ICV ).
a.2. Pemeriksaan kesehatan jemaah haji yang terdiri dari :
a.2.1.Pemeriksaan Fisik
a.2.1.Pemeriksaan Penunjang ( Kadar Gula Darah, EKG, Planotest bagi CJH
Wanita Usia Subur dan Pasangan Usia Subur).
b. Pembinaan kesehatan
Pembinaan kesehatan merupakan sarana mencapai kondisi kesehatan optimal
hingga menjelang keberangkatan. Bimbingan dan penyuluhan dapat dengan cara-cara
promotif dengan menekankan pendekatan manajemen risiko serta kemandirian
jemaah haji. Ruang lingkup kegiatan meliputi peningkatan pemahaman perjalanan
ibadah haji sebagai kondisi matra yang berpengaruh kepada kesehatan, manajemen
berhaji sehat dan mandiri, persiapan kesehatan (fisik dan psikis). Penyuluhan
kesehatan juga dapat dilakukan pada saat jemaah yang sakit datang meminta
pelayanan kesehatan.3,4
c. Pelayanan medis
c.2. Rujukan dan Perawatan di Rumah Sakit bagi jemaah haji sakit yang dirujuk
oleh
Panitia
Penyelenggara
Ibadah
Haji
(PPIH)
Bidang
Kesehatan
Embarkasi/Debarkasi.1
d. Pengamatan penyakit
Surveilans epidemiologi kesehatan haji adalah kegiatan analisis secara
sistimatis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan
jemaah haji dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan
penyakit atau masalah - masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data,
pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program
kesehatan haji. Surveilans epidemiologi di embarkasi meliputi 3,14,17
d.1. Surveilans Epidemiologi Jemaah Haji Risiko Tinggi.
Berdasarkan data SISKOHAT di Embarkasi Polonia Medan Tahun 2010
bahwa penderita hipertensi dengan umur < 40 tahun berjumlah 27 orang, 40-49 tahun
berjumlah 146 orang, 50-59 tahun berjumlah 371 orang dan
60 tahun berjumlah
415 orang.
kegiatan
pemeriksaan
sanitasi
makanan,
penyehatan
lingkungan asrama agar jemaah haji dan petugas bebes dari ancaman terjadinya
Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan dan penyakit menular, atau timbulnya
gangguan kesehatan lainnya.
Prioritas sanitasi makanan adalah penyediaan makanan yang bersifat
massal di asrama embarkasi dan dalam perjalanan (Pesawat). Sedangkan prioritas
penyehatan lingkungan adalah pengendalian vektor penular penyakit, penyediaan
kamar tidur, air mandi dan air minum di asrama embarkasi. Penyehatan lingkungan
di asrama untuk memberantas serangga/pengendalian vektor dilakukan pengasapan
(fogging). Penyehatan lingkungan di pesawat juga dilakukan dengan pemeriksaan
fisik kebersihan lingkungan di dalam pesawat, pemeriksaan dan pemantauan
kehidupan vektor serangga.3,14
Unsur tim pengamanan kesehatan haji tingkat propinsi antara lain Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Medan, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara, Dinas Kesehatan Kota Medan dan RS Haji Mina Medan. Dalam melaksanakan
tugasnya KKP bertanggungjawab kepada Departemen Kesehatan RI.14
kesehatan, dibantu perawat dan analis laboratorium kesehatan. Puskesmas dan Tim
Pemeriksa
kesehatan
Pertama
ditetapkan
oleh
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Prosedur pemeriksaan
bertempat di Puskesmas :
a. Pendaftaran Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji (CJH) di Puskesmas yang
ditunjuk sesuai dengan tempat tinggal/domisilinya.
b. Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji (CJH) sesuai protokol standar profesi
kedokteran meliputi pemeriksaan medis dasar sebagai berikut :
b.1. Anamnesis
b.2. Pemeriksaan Fisik
b.3. Tes Fungsional
Untuk CJH lansia (Usia 60 tahun ), dilakukan Tes Fungsional Barthel
Indeks dimana untuk menilai kesanggupan melakukan aktifitas sehari-hari.Hasil
penilaian berupa ukuran kesanggupan: mandiri, perlu pendamping/pengawas,
perlu bantuan/ketergantungan.Adapun yang dinilai adalah fungsi perawatan
diri,fungsi kerumahtanggaan dalam melakukan aktifitas sehari hari dan fungsi
perilaku.
b.4. Pemeriksaan Penunjang
Untuk CJH berusia 40 tahun dilakukan pemeriksaan Radiologi, Darah
Sewaktu (GDS), Kolesterol dan EKG.Untuk CJH Wanita Usia Subur (WUS) dan
Pasangan Usia Subur (PUS) dilakukan pemeriksaan tes kehamilan. Untuk CJH
yang bertugas sebagai pendamping dilakukan tes kebugaran.
b.4.1.Laboratorium Klinik
b.4.2. Radiologi
b.4.3. EKG
b.4.4.Tes Kebugaran dengan metode Tes Harvard
Tes Kebugaran berfungsi untuk mengetahui tingkat kebugaran. Harvard
Test Step adalah tes kebugaran (kesanggupan jasmani) dengan cara perlakuan naik
turun bangku untuk mengetahui kesanggupan kardiovaskuler seseorang, dengan
parameter penilaian frekuensi nadi. Tes ini bermanfaat bagi penilaian kemampuan
fisik seorang CJH untuk melakukan thawaf dan sai sebagai ritual/rukun ibadah
haji. Kontraindikasi Harvard Test Step adalah penderita penyakit jantung dan paru.
c. Hasil pemeriksaan dicatat dalam Catatan Medik dan disimpan di Puskesmas.
d. Cataan Medik dijadikan dasar pengisian Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH).
BKJH diisi setelah CJH mendapatkan bukti pelunasan Biaya Penyelenggaraan
Ibadah Haji (BPIH) atau terdaftar di SISKOHAT.
e. BKJH disimpan di Puskesmas sampai saat pemeriksaan tahap kedua untuk
selanjutnya diserahkan kepada Tim Pemeriksaan Kesehatan Kedua.
f. Calon jemaah haji diberikan pembinaan kesehatan lebih lanjut.
g. Untuk kepentingan pembinaan , pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan berulang
sesuai dengan kebutuhan.
h. Kepala Puskesmas bertanggungjawab atas pelaksaan pemeriksaan kesehatan bagi
calon jemaah haji dan melaporkan hasil pemeriksaan calon jemaah haji ke Dinas
Kabupaten/Kota.
2.2.2. Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua.
Pemeriksaan Kesehatan Tahap Kedua adalah upaya penilaian status kesehatan
rujukan terhadap jemaah haji dengan faktor risiko kesehatan yang secara
epidemiologi berisiko tinggi mendapatkan penyakit dan kematian dalam perjalanan
ibadah haji, yaitu jemaah haji risiko tinggi (risti). Pemeriksaan Kesehatan Kedua
dilakukan oleh
Tim Pemeriksa
Kesehatan
yang
ditunjuk.Penetapan rumah sakit dan Tim Pemeriksa Kesehatan dilakukan oleh Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
ulang
Pemeriksaan
Kesehatan
oleh
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota.
b. Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji sesuai protokol standar profesi
kedokteran meliputi pemeriksaan medis dasar sebagai berikut :
b.1. Anamnesis
b.2. Pemeriksaan Fisik
b.3. Tes Fungsional
b.4. Pemeriksaan Penunjang
b.4.1.Laboratorium Klinik
b.4.2. Radiologi
b.4.3. EKG
b.4.4. Imunisasi Meningitis Meningokokus
b.4.5.Tes Kebugaran dengan metode Tes Harvard
c. Hasil pemeriksaan Dokter Pemeriksa dan saran pembinaan dari Dokter
Ahli/Spesialis ditulis pada Catatan Medis yang dipakai sejak pemeriksaan
kesehatan tahap pertama.
d. Hasil pemeriksaan pada catatan medis menjadi dasar pengisian BKJH dan
penetapan kelayakan.
e. BKJH disimpan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan diserahkan kepada
masingmasing jemaah haji saat keberangkatan ke Embarkasi.
2.Observasi adalah calon jemaah haji yang memiliki kemampuan diri sendiri
mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat/obat.
3.Pengawasan adalah calon jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti
perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat/obat dan orang lain.
4.Tunda adalah calon jemaah haji yang kondisi kesehatannya tidak memenuhi
syarat untuk mengikuti perjalanan ibadah haji pada pemeriksaan tahap I dan
kedua.
b. Peraturan Kesehatan Internasional dan Ketentuan Keselamatan Penerbangan.
b.1.Peraturan Kesehatan Internasinal menyebutkan jenis jenis penyakit menular
tertentu sebagai alasan pelanggaran kepada seseorang untuk keluar masuk
antar negara.
b.2. Ketentuan Keselamatan Penerbangan
a. Penyakit tertentu yang berisiko kematian dikarenakan ketinggian.
b. Usia kehamilan kurang dari 12 minggu dan lebih dari 32 minggu.
c.Imunisasi Meningitis Meningokokus, dengan jenis vaksin ACW135Y,
dibuktikan dengan Kartu ICV (international Certificate of Vaccination).
d.Calon Jemaah Haji dinyatakan tidak memenuhi syarat apabila :
1. Status kesehatan termasuk kategori Tunda.
2. Mengidap salah satu atau lebih penyakit menular tertentu pada saat di
Embarkasi.
3. Tidak memenuhi persyaratan kesehatan penerbangan.5,18
2.3. Pembinaan Kesehatan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat bagi jemaah haji dipengaruhi system nilai, norma
atau kultural daerah asal jemaah haji, ekonomi, pendidikan serta keyakinan agama.
2.4. Jemaah Haji Risiko Tinggi (Risti)
Jemaah Haji Risiko Tinggi adalah jemaah haji yang memiliki kondisi atau
penyakit tertentu yang diperkirakan dapat memperburuk kesehatan selama
menjalankan ibadah haji. Kondisi ini bisa hanya terdiri dari satu jenis penyakit untuk
seorang jemaah haji, dan bisa pula lebih dari satu jenis penyakit. Makin banyak risti
yang dimiliki oleh jemaah, semakin besar risiko memburuknya kondisi kesehatan
calon jemaah haji tersebut.
Sebelum calon jemaah haji berangkat ke tanah Suci, terlebih dahulu
menjalani pemeriksaan kesehatan sehingga jemaah haji dapat dikelompokkan
kedalam yang sehat atau risiko tinggi (risti).Apabila calon jemaah haji tergolong
dalam risti,maka di Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH) yang bersangkutan diberi
stempel RISTI untuk memudahkan pemantauan oleh petugas kesehatan jemaah,
baik TKHI (Tim Kesehatan Haji Indonesia), TKHD (Tim Kesehatan Haji Daerah)
yang menyertai jemaah atau petugas kesehatan di BPHI (Balai Pengobatan Haji
Indonesia) maupun di Rumah Sakit Arab Saudi.3,7,19
1. Sai (berjalan sambil berlari kecil pulang balik sebanyak tujuh kali dari bukit
Safa ke Marwah, yang berkisar 500 m sekali jalan).
2. Wukuf di Arafah selama satu hari (berangkat dari Mekkah sehari sebelum
wukuf, dan tidur di bawah tenda pada malam sebelum wukuf).
3. Bermalam di Musdalifah di ruang terbuka, beratapkan langit dan berlantai
tanah yang dipenuhi dengan debu dan manusia yang sangat padat dan
diselimuti cuaca dingin.
4. Lontar Jumroh sekali sehari selama tiga hari. Perjalanan dari pemondokan ke
Jamarat berjarak 2-5 km, sangat padat oleh jemaah yang lalu lalang, dan
berdesakan saat melontar jumroh.6
Risti Sehat
Risti sehat adalah kelompok jemaah calon haji yang secara fisiknya sudah
sebagai Silent Killer karena tidak ditemukan tandatanda fisik, individu dengan
tekanan darah >160/95 mmHg memiliki risiko 2-3 kali lebih tinggi untuk terkena
penyakit jantung dan 3 kali lebih tinggi untuk terkena stoke. Prevalensi hipertensi di
dunia sekitar 5- 18 %, sedangkan di Indonesia 6- 15 %. Sekitar 25- 37% jemaah haji
asal Indonesia menderita hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu penyebab
kematian pada jemaah haji.11,20
2.5. Defenisi Hipertensi
Tekanan darah adalah kekuatan yang memungkinkan darah mengalir dalam
pembuluh darah untuk beredar dalam seluruh tubuh. Tinggi rendahnya tekanan darah
ditentukan oleh 2 faktor yaitu curahan jantung dan tahanan resistensi pembuluh darah
perifer.21
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah secara abnormal dan
terus menerus yang berkaitan dengan peningkatan tekanan darah diastolik tekanan
darah sistolik maupun kedua - duanya secara terus menerus.22
2.5.1. Klasifikasi Hipertensi
2.5.1.1. Berdasarkan Tinggi Rendahnya TDS dan TDD
Berdasarkan Joint National Committee on Detection,Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure (JNC VI) tahun 1997 dan WHO pada tahun 1999,
mempunyai kriteria gradasi yang sama, hanya berbeda dalam istilah tahapan dan
derajatnya.21,22
JNC VI tahun 1997 menggolongkan hipertensi dalam beberapa kriteria
,yaitu :
a. Optimal yaitu tekanan darah sistolik < 120 mmHg dan tekanan darah diastolik <
80 mmHg.
b. Normal yaitu tekanan darah sistolik < 130 mmHg dan tekanan darah diastolik <
85 mmHg.
c. Normal tinggi yaitu tekanan darah sistolik 130-139 mmHg dan tekanan darah
diastolik 85-89 mmHg.
d. Hipertensi Ringan atau Derajat 1 yaitu tekanan darah sistolik 140-149 mmHg dan
tekanan darah diastolik 90-99 mmHg.
e. Hipertensi Sedang atau Derajat 2 yaitu tekanan darah sistolik 160-179 mmHg dan
tekanan darah diastolik 100-109 mmHg.
f. Hipertensi Berat atau Derajat 3 yaitu tekanan darah sistolik
18
0 mmHg dan
organ tubuh lain yang telah terbukti kaitannya dengan timbulnya hipetensi seperti
gangguan ginjal dan penyakit pembuluh darah yang memerlukan pemeriksaan khusus
agar dapat ditentukan diagnosis penyebabnya. Prevalensinya 10 % dari seluruh
penderita hipertensi.
2.5.2.Gejala Klinis
Kebanyakan pada penderita tidak mengetahui dan tidak sadar bahwa tekanan
darah mereka tinggi. Adapun keluhan/gejala yang dirasakan adalah sakit kepala,
mudah marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, mata berkunangkunang,susah tidur dan pusing.22
2.5.3. Determinan Hipertensi
2.5.3.1.Faktor Yang Tidak Dapat Diubah
a.Genetik
Penelitian menunjukkan riwayat keluarga dengan hipertensi merupakan
faktor risiko mengalami hipertensi dikemudian hari dan dinyatakan pula bahwa bila
salah satu orang tua menderita hipertensi, maka mempunyai risiko lebih besar untuk
terkena hipertensi dibanding dengan orang yang kedua orang tuanya normal.24
b.Umur dan Jenis Kelamin
Pada umumnya ditemukan peningkatan tekanan darah menurut peningkatan
usia dimulai sejak umur 40 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Nursanty (2005)
karakteristik penderita hipertensi yang rawat inap di Rumah Sakit Permata Bunda
Medan tahun 2003 2004, bahwa proporsi penderita hipertensi pada kelompok umur
40 tahun 98,7 % (231 Orang).11,25
Menurut penelitian Mukhtar D (2007) menemukan bahwa prevalensi
penderita hipertensi pada perempuan usia 60-79 tahun sebesar 63% dan > 80 tahun
sebesar 74% dan diruang Rawat Akut Geriatri, persentase pasien perempuan dengan
hipertensi adalah 62,5%. Studi Cardiovascular Disease Framingham melaporkan
bahwa 90% usia pertengahan dan usia lanjut mengalami hipertensi. Ditemukan
kecenderungan peningkatan prevalensi penderita hipertensi menurut peningkatan
usia, tingkat prevalensi sebesar 6-15%.26
c.Ras atau Suku Bangsa
c. Kebiasaan Merokok
Zat-zat racun dalam rokok yang masuk ke peredaran darah akan
menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Sehingga sewaktu-waktu menyebabkan
terjadinya thrombosis pada pembuluh koroner yang sudah menyempit. Selain itu
rokok juga dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunkann kadar
kolesterol baik (HDL). Telah diketahui juga bahwa akibat merokok, menyebabkan
meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah. Rokok juga dapat menyebabkan
pengapuran sehingga volume plasma darah berkurang karena tercemar oleh nikotin
akhirnya viskositas darah meningkat dan menimbulkan hipertensi.20,27
Menurut penelitian Martini (2006) ditemukan bahwa faktor risiko yang
signifikan terhadap kejadian hipertensi adalah jumlah rokok yang dihisap per hari 1020 batang. Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah rokok yang dihisap per hari lebih
berpengaruh terhadap risiko kejadian hipertensi dibandingkan lama kebiasaan
merokok. Penelitian ini mendukung penelitian Niskanen dkk (2004) adapun
karakteristik dari merokok yang berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian
hipertensi adalah umur pertama kali mulai merokok, jumlah rokok yang dihisap
perhari dan lama lama kebiasaan merokok telah dijalani.28
d. Konsumsi Kopi
Kopi mengandung kafein yang meningkatkan debar jantung dan naiknya
tekanan darah.Pada umumnya yang mempunyai kebiasaan merokok juga suka minum
kopi.
e. Konsumsi Alkohol
Alkohol yang diminim terlalu banyak dapat menyebabkan gangguan
metabolisme karbohidrat sehingga dapat meningkatkan tekanan darah dan
menimbulkan thrombosis, serta meningkatkan sintesis katekolamin yang dalam
jumlah besar dapat mengakibatkan hipertensi.21
Prevalensi penderita hipertensi dimasyarakat disebabkan oleh konsumsi
alkohol sekitar 5-7%. Konsumsi alcohol sebanyak 3 sloki per hari merupakan ambang
bagi kenaikan tekanan darah, dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah 3
mmHg. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengurangan konsumsi alkohol
dapat menurunkan tekanan sistolik 4-8 mmHg.27
f. Stress Psikososial
Stres dan kecemasan mempengaruhi fungsi biologis tubuh.Pada saat stres
respons syaraf simpatis memicu peningkatan tekanan darah secara intermiten.
Apabila stress berkepanjangan tekanan darah akan tetap tinggi.22
g. Kurang Olah Raga
Hindari stress. Usahakan sejak berangkat dan selama di perjalanan tenang, tidak
usah tergesa-gesa dan berdesakkan.
c.
dengan
kondisi kesehatan dan nasehat dokter dan lokasi pemondokan yang jauh dari
mesjid. Termasuk melontar jumroh di Mina sebaiknya jemaah yang sakit
diwakilkan dengan jemaah yang sehat untuk menghindari situasi berdesakan.
d. Istirahat yang cukup.
e. Olah Raga teratur jalan kaki lebih kurang 30 menit sehari.
f. Tidak merokok.
g. Selalu gunakan masker untuk melindungi diri dari penyakit infeksi
dari orang