Anda di halaman 1dari 5

Studi Literatur.

1. Air Bersih.
-

Latar Belakang

Air minum merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, yang harus tersedia
dalam kuantitas yang cukup dan kualitas yang memenuhi syarat dan terjamin
kontinuitasnya. Meskipun alam telah menyediakan air dalam jumlah yang cukup,
tetapi pertambahan penduduk dan peningkatan aktivitasnya telah mengubah
tatanan dan keseimbangan air di alam. Sebagian besar air yang tersedia tidak
lagi layak dikonsumsi secara langsung dan memerlukan pengolahan supaya air
dari alam layak dan sehat untuk dikonsumsi.
Kualitas air baku untuk air minum semakin memburuk dengan masih kurangnya
perhatian yang serius terhadap pengelolaan air limbah. Air limbah dari rumah
tangga dan industri, kawasan perdagangan, dan sebagainya hampir semuanya
dibuang langsung ke badan-badan air tanpa pengolahan. Akibatnya, terjadi
penurunan kualitas air permukaan dan air tanah, yang pada akhirnya
menurunkan kualitas air baku untuk air minum.
Pemerintah telah memberikan perhatian yang cukup besar terhadap
pengembangan sistem pernyediaan air minum. Sejak akhir 1970-an hingga saat
ini penyediaan air minum khususnya dengan sistem perpipaan telah dibangun
dan dikembangkan menggunakan berbagai pendekatan baik yang bersifat
sektoral maupun pendekatan keterpaduan dan kewilayahan (perkotaan dan
pedesaan).
Pada awalnya pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) banyak
dilakukan oleh pemerintah pusat. Tetapi sejalan dengan upaya desentralisasi
melalui PP No.14 Tahun 1987 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah
bidang Pekerjaan Umum kepada Daerah, urusan pembangunan, pemerliharaan
dan pengelolaan prasarana dan sarana air minum diserahkan kepada pemerintah
Kabupaten/Kota. Meskipun urusan tersebut telah diserahkan, namum
pendanaannya masih dapat dibantu sebagian oleh Pemerintah pusat.
Penyerahan urusan pembangunan, pemerliharaan dan pengelolaan prasarana
dan sarana air minum sebagai wewenang dan tanggung jawab pemerintah
Kabupaten/Kota tersebut selanjutnya dipertegas dalam Pasal 16 Undang-Undang
No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan Pasal 40 PP No.16 tahun 2005
tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan rumusan
memenuhi kebutuhan air minum masyarakat di wilayahnya sesuai dengan
standar pelayanan minimal yang ditetapkan.
Penetapan wewenang dan tanggung jawab tersebut sejalan pula dengan
pengaturan dalam Pasal 14 Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang menempatkan urusan penyediaan prasarana dan
sarana umum serta pelayanan dasar bagi masyarakat di Kabupaten/Kota sebagai
urusan wajib Pemerintah Kabupaten/Kota. Tentunya lingkup atau pengertian
dan urusan penyediaan prasarana dan sarana umum serta pelayanan dasar bagi
masyarakat di Kabupaten/Kota tersebut mencakup pula penyediaan air minum
bagi masyarakat.

Untuk mengatur pengembangan sistem penyediaan air minum nasional yang


sekaligus terintegrasi dengan pengelolaan air limbah dan persampahan,
Pemerintah telah menetapkan pengaturannya dalam Pasal 23 Peraturan
Pemerintah (PP) No.16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sisitem Penyediaan
Air Minum (SPAM). Pasal 23 Peraturan Pemerintah tersebut juga menegaskan
bahwa perlindungan air baku dilakukan melalui keterpaduan pengaturan
pengembangan SPAM dan prasarana dan sarana sanitasi, yang meliputi sarana
dan prasarana air limbah dan persampahan.
Hal mendasar lainnya yang diatur dalam PP tersebut adalah bahwa Pemerintah
bertanggung jawab dan wajib untuk menjamin penyelenggaraan pelayanan air
minum yang berkualitas, melalui :
-

Terciptanya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas


dengan harga terjangkau.
Terciptanya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan
penyedia jasa pelayanan.
Meningkatnya efisiensi dan cakupan pelayanan air minum dan sanitasi.

2. Sampah.
-

Latar Belakang.

Dengan meningkatnya laju pembangunan, pertambahan penduduk, serta aktivitas dan tingkat sosial
ekonomi masyarakat telah memicu terjadinya peningkatan jumlah timbulan sampah. Hal ini menjadi
semakin berat dengan hanya dijalankannya paradigma lama pengelolaan yang mengandalkan
kegiatan pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan, yang kesemuanya membutuhkan anggaran
yang semakin besar dari waktu ke waktu, yang bila tidak tersedia akan menimbulkan banyak masalah
operasional seperti sampah yang tidak terangkut, fasilitas yang tidak memenuhi syarat, cara
pengoperasian fasilitas yang tidak mengikuti ketentuan teknis, dan semakin habisnya lahan
pembuangan.
Pengelolaan sampah yang umumnya dilakukan saat ini adalah menggunakan sistem open dumping
(penimbunan secara terbuka) serta tidak memenuhi standar yang memadai. Keterbatasan lahan
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di kota besar dan metropolitan juga berpotensi
menimbulkan persoalan baru. Daerah pinggiran kota masih dianggap sebagai tempat paling mudah
untuk membuang sampah. Sehingga daerah tersebut kehilangan peluang untuk memberdayakan
sampah, memanfaatkannya serta meningkatkan kualitas lingkungannya. Apabila hal ini tidak
tertangani dan dikelola dengan baik, peningkatan sampah yang terjadi tiap tahun itu bisa
memperpendek umur TPA dan membawa dampak pada pencemaran lingkungan, baik air, tanah,
maupun udara. Di samping itu, sampah berpotensi menurunkan kualitas sumber daya alam,
menyebabkan banjir dan konflik sosial, serta menimbulkan berbagai macam penyakit.
Penanganan sampah tersebut harus segera ditanggulangi. Apabila ditangani secara serius, maka
sampah bukan lagi musuh tapi sahabat, karena bisa didaur ulang, dan dapat menghasilkan
peningkatan ekonomi. Pengelolaan sampah berbasis 3R yang saat ini merupakan konsensus
internasional yaitu reduce, reuse, recycle atau 3M (Mengurangi, Menggunakan kembali, dan Mendaur
Ulang) merupakan pendekatan sistem yang patut dijadikan sebagai solusi pemecahan masalah
persampahan.

Penyajian data
1. Data fisik.
a. Sistem jaringan air bersih.
- Sistem pengadaan air bersih dengan pengadaan sendiri (dengan pengadaan
sumber air bersih sendiri atau bukan dari PDAM).
- Sistem jaringan direncanakan untuk kalangan sendiri (untuk memenuhi
kebutuhan lingkungan itu sendiri atau permukiman).
b. Sistem jaringan drainase.
- Sistem drainase limbah air kotor/lindi
c. Sistem jaringan pemadam kebakaran
d. Sistem pengelolaan sampah.
Sistem jaringan air bersih.
a. Sistem pengadaan air bersih dengan pengadaan ssendiri (dengan
pengadaan sumber air bersih sendiri atau bukan dari PDAM).
Kawasan permukiman oma campus masih menggunakan sistem pompa
air/sumur bor (artesis) hal ini di pilih sebagai alternatif lain dikarenakan
volume air PDAM yang masih tidak sesuai dengan kebutuhan sehari-hari,
mengingat kondisi kawasan yang berada di dataran tinggi. Hal ini
mengakibatkan tekanan air PDAM belum mencukupi kebutuhan penghuni
perumahan ini. Selain itu sumur bor dapat di katakan lebih mudah
penginstalasian/pemasangannya di bandingkan pemasangan perpipaan dari
PDAM. Di samping itu air dari sumur bor juga relatif murah dan dapat di
ambil/di pakai secara terus-menerus jika di bandingkan sumber air dari PDAM
yang harus di bayar per hari atau perbulannya.
b. Sistem jaringan direncanakan untuk kalangan sendiri (untuk memenuhi
kebutuhan lingkungan itu sendiri atau permukiman).
Sistem air bersih pada kawasan ini sebelumnya sudah di rencanakan
bersumber dari PDAM dan bersifat komersial untuk sebagian besar kawasan
ini. Pada umumnya perpipaan PDAM ini di alirkan melalui sebagian besar pipa
induk yang bertempatkan di sebelah utara atau di pinggiran kawasan yang
kemudian di salurkan lagi ke rumah-rumah penduduk melalui pipa-pipa
standar. Sedangkan untuk volume tekanan air juga masih relatif sedang dan
tidal maksimal bagi penduduk. Hal ini mengakibatkan penduduk pada
kawasan tersebut mencari sumber alternatif lain untuk mencukupi kebutuhan
air bersih bagi kalangan sendiri.
Sistem jaringan drainase.
a. Sistem drainase limbah air kotor/lindi.
Sistem drainase pada kawasan pemukiman ini cukup lancar di sebabkan
contour tanah kawasan ini yang cukup landai dengan kemiringan rata-rata
30% dan berada di atas puncak. Saluran-saluran ini di bagi menjadi 2 jalur
yang di tempatkan pada sisi depan rumah (saluran sekunder) dan di sisi lain
pada pinggiran kawasan di tempatkan juga saluran induk (saluran primer)
yang telah terintegrasi dengan saluran kota. Saluran sekunder pada kawasan
ini sebagian besar tidak tergenangi air karena kondisi kemiringannya. Hal ini
mengakibatkan sebagian besar saluran sekunder di tumbuhi rerumputan.

Dampak lain dari hal ini akan menghambat arus air jika terjadi hujan deras
terus-menerus. Penghuni kawasan tersebut menggunakan saluran ini sebagai
jalur pembuangan limbah rumah tangga, baik limbah dapur maupun limbah
kamar mandi. Di samping itu kondisi saluran induk masih relatif bersih dan
tidak di tumbuhi rerumputan.
Sistem jaringan pemadam kebakaran.
a. Sistem jaringan pemadam kebakaran pada kawasan ini masih belum
terintegrasi dengan sistem pengadaan air bersih yang direncanakan.
Selain itu fasilitas hydrant pada kawasan ini masih belum tersedia
sehingga jika terjadi musibah kebakaran, para penghuni hanya
menggunakan alternatif manual. Dan jika terjadi kebakaran dalam skala
besar, maka jasa unit pemadam kebakaran akan menjadi alternatif utama
untuk mengatasi masalah tersebut. Kurangnya fasilitas pemadam
kebakaran ini dikarenakan kondisi kawasan yang masih dalam tahap
pembangunan, selain itu kondisi contour tanah yang cukup landai menjadi
masalah bagi unit pemadam kebakaran dalam pencapaiannya ke lokasi
tersebut. Di sisi lain lokasi pemukiman ini berada cukup jauh dari
perkotaan sehingga menyulitkan unit pemadam kebakaran.
Sistem pengeolaan sampah.
a. Sistem pengelolaan sampah pada kawasan ini sudah terintegrasi dengan
jaringan sampah perkotaan selain itu pada titik-titik tertentu juga
disediakan fasilitas tempat sampah baik dari pemerintah maupun
kalangan sendiri, sehingga memudahkan penduduk setempat pada saat
membuang sampah baik sampah organik maupun non organik. kemudian
sampah yang sudah terkumpulkan di angkut dengan menngunakan truk
sampah yang kemudian disalurkan ke TPA.
Analisis.
-

a. Analisa Kebutuhan Layanan.


Jaringan Air Bersih.
Pengadaan bak penampungan air bersih pada setiap rumah menjadi
alternatif lain penyimpanan air bersih di kala volume air tanah telah habis,
selain itu dapat di jadikan solusi untuk menghemat biaya air dari PDAM. Hal
ini juga berfungsi untuk menciptakan volume tekanan air yang sesuai dengan
kebutuhan masing-masing rumah dan dapat di ambil terus-menerus dengan
volume tekanan air tetap.

Jaringan Drainase.
Pembuatan saluran drainase yang sesuai standar dapat mengurangi dampak
tumbuhnya rerumputan yang dapat menghambat arus air, selain itu perlunya
perhatian penduduk setempat.

Jaringan Pemadam Kebakaran.


Kondisi tanah pada kawasan ini sangat miring, dan hal ini menjadi masalah
bagi unit pemadam kebakaaran dalam pencapaiannya. Sehingga perlunya
fasilitas Hydrant pada titik-titik tertentu di setiap blok untuk menjadi
alternatif lain di saat terjadinya kebakaran.

Jaringan Pengelolaan Sampah.

Ketersediaan fasilitas persampahan perlu di perhatikan sehingga memudahkan


penghuni setempat agar terciptanya kawasan yang bersih. Selain itu adanya
dukungan dari pemerintah melalui petugas kebersihan sangat penting dalam
penyaluran sisa buangan organik maupun non organik.
Aspek Teknis Operasional

1. Pewadahan
Jenis pewadahan untuk pemukiman beragam antara lain bin plat besi, bin karet, keranjang
bambu, maupun bak permanen. Sedangkan untuk sampah jalan menggunakan tong sampah
drum plat besi.
2. Pengumpulan
Menggunakan sistem individual langsung (sampah langsung diangkut ke TPA) dan individual
tidak langsung (sampah dikumpulkan ke TPS kemudian diangkut ke TPA). Sarana yang
digunakan berupa gerobak sampah, kendaraan roda tiga, dan mobil pick up.
3. Pengangkutan
Menggunakan sistem individual langsung (sampah diangkut dari sumbernya menuju TPA)
dan individual tidak langsung (sampah diangkut dari TPS kemudian dibuang ke TPA). Sarana
yang digunakan berupa Armroll Truck dan Dump Truck.

Anda mungkin juga menyukai