DI SUSUN OLEH :
ANDIKA SARNOTO
: 13321057
ARI SYAHBIHI
: 13321032
IRPAN NAINGGOLAN
: 13321064
M. KHAIRI
: 13321059
M. SYARIFUDDIN : 13321008
M. WAHYUDI
: 13321023
RAMADHAN
: 13321060
TEKNIK MESIN
SEKOLAH TINGGI TEKNIK HARAPAN
2013
Etanol yang juga akrab dinamakan dengan nama alkohol sebetulnya sudah tidak asing
lagi di telinga kita, bangsa Indonesia. Di negeri ini, sebetulnya alkohol sudah banyak
diproduksi untuk kebutuhan sehari-hari, baik dalam bentuk makanan maupun minuman.
Bahkan msyarakat dunia sudah memproduksi ribuan tahun yang lalu meskipun mereka tidak
sadar telah mempoduksi etanol yang sebetulnya bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Padahal cara pembuatannya sangatlah sederhana, seperti misalnya pada makanan, hanya
dengan menambahkan ragi saja sebenarnya kita sudah bisa memproduksi etanol karena pada
dasarnya prinsip pembuatannya pun sama, apalagi jika bahan yang dipakai dapat
menghasilkan etanol dalam kadar yang tinggi.
Di sini, Anda mestinya sudah tidak asing lagi dengan makanan bernama tape ketan,
apalagi tape ketan produk Magelang yang memiliki rasa sangat istimewa. Nah, pembuatan
tape ketan ini pada prinsipnya sama dengan pembuatan etanol untuk bahan bakar karena pada
dasarnya di dalam tape beras ketan tersebut mengandung cukup banyak etanol. Sehingga
proses pembuatan etanol itu sendiri sebenarnya bukanlah hal yang aneh bagi masyarakat kita.
Selain bahan baku beras ketan, di Jepang, bahan baku beras telah diolah menjadi minuman
berkadar etanol yang cukup tinggi, dinamakan sake.
Tidak hanya di Magelang dan di Jepang saja, ternyata masyarakat di belahan Eropa
juga telah memproduksi etanol dengan memanfaatkan berbagai bahan baku seperti buah
anggur dan gandum. Melalui serangkaian proses fermentasi, buah anggur diolah dan berubah
menjadi khamer atau minuman keras atau arak yang tentunya kebiasaan (adat) dan hukum
yang berlaku di sana memperbolehkannya. Tidak hanya itu, gandum juga diolah menjadi bir.
Bagi masyarakat Amerika, Eropa, atau Jepang, mereka telah memproduksi etanol yang
diperuntukkan bagi minuman keras seperti bir, sake, vodka, dan lain-lain. Berbeda dengan di
Indonesia, pembuatan etanol telah diproduksi untuk makanan berupa tape baik tape ketan
maupun tape singkong.
Dengan semakin berkembangnya jaman, menuntut perkembangan teknologi menjadi
semakin pesat pula, akhirnya telah ditemukan bahwa hasil konversi etanol tidak hanya
berasal dari tanaman pangan saja, melainkan juga bisa bersumber dari bagian lain dari
tanaman. Bahkan, dari etanol pun kembali dikonversi menjadi produk lain.
Betapa pentingnya produk etanol ini sehingga sejak abad ke-20 hingga saat ini abad
ke-21, bahan bakar kendaraan bermotor yang memanfaatkan etanol telah mencapai 2/3
produksi dunia. Artinya etanol telah diposisikan sebagai bahan bakar terbesar di belahan
dunia. Di Brazil saja pemakaian etanol untuk bahan bakar kendaraan bermotornya sudah
menyentuh angka 40-45% dan di Amerika Serikat sendiri tidak kurang dari 1,2% pasaran
bensin bersumber dari etanol. Artinya, pasaran bahan bakar kendaraan bermotor di Amerika
Serikat berjumlah sekitar 570 juta ton. Yakni, dengan pasaran etanol pada posisi 2.000 juta
ton (atau 80 kali produksi dunia sekarang).
Besarnya penggunaan etanol menjadi bahan bakar tidak lepas dari tumbuhnya
kesadaran manusia terhadap dampak lingkungan. Bayangkan saja, BBM telah distempel
sebagai sumber utama polusi dunia, sementara etanol (bioetanol) terbukti merupakan bahan
bakar terbarui yang ramah lingkungan. Tidak hanya itu, biaya pembuatannya pun relatif lebih
sederhana dan lebih murah, serta tidak harus berburu sampai ke lepas pantai untuk
mendapatkan sumber minyaknya.
Di samping itu, kehadiran etanol mampu mengurangi beban impor BBM. Khusus
untuk Indonesia, selain bisa mengatasi krisis bahan bakar rumah tangga seperti minyak tanah
dan gas, juga bisa mendongkrak peningkatan jumlah tenaga kerja yang sangat luar biasa, dan
sangat cocok dikembangkan di kawasan perkebunan tanaman pangan.
9. Diamkan selama 3-4 hari. Setelah 3-4 hari, akan terjadi perubahan pada larutan pati
tadi dengan membentuk 3 lapisan, yitu endapan protein pada lapisan terbawah,
lapisan air pada bagian tengah, dan lapisan etanolnya di bagian teratas. Hasil
fermentasi ini disebut juga bir (sake), karena telah mengandung etanol (alkohol)
sebanyak 6-12%.
10. Pisahkan etanol dengan cara penyedotan menggunakan selang plastik. Gunakan
kertas/kain penyaring berukuran 1 mikron untuk menyaring endapan protein.
11. Setelah seluruh etanol dipisahkan, proses selanjutnya dilakukan destilasi atau
penyulingan, yaitu dengan menggunakan tangki/dandang yang sudah dipasangi pipa,
dimana pipa itu dialirkan ke tangki/dandang lainnya dalam keadaan selalu basah atau
terendam dalam air. Panaskan pada suhu 78C atau sampai etanol mendidih. Tujuan
dari penyulingan ini adalah untuk memisahkan etanol dari air sehingga akan terjadi
penguapan pada etanol, dan mengalirkannya melalui pipa yang terendam air sehingga
terkondensasi dan kembali menjadi etanol cair.
12. Hasil penyulingan ini menghasilkan etanol dengan kadar 95%, Etanol berkadar 95%
ini belum larut dalam bensin, tetapi sudah dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar
pengganti minyak tanah. Agar bisa larut dalam bensih, perlu dilakukan penyulingan
kedua untuk meningkatkan kadar etanolnya hingga mencapai 99%.
13. Larutan etanol yang dibutuhkan berkadar 99% (etanol kering), memerlukan destilasi
absorbent, yaitu dengan cara memanaskan etanol 95% hingga suhu 100C, agar etanol
dan air menguap. Uap tersebut masuk melalui pipa yang dindingnya sudah dilapisi
zeolit atau pati. Zeolit tersebut berfungsi untuk menyerap kadar air tersisa hingga
diperoleh etanol berkadar 99%.
Etanol berkadar 99% ini sudah cukup larut dalam bensin sehingga sudah bisa digunakan
sebagai campuran bensin untuk kendaraan bermotor.
3. Setelah itu masukkan ragi ke dalam bubur, biarkan hangat pada suhu sekitar 35C
selama beberapa hari sampai proses fermentasi berlangsung sempurna. Tutup sampai
rapat dan jangan biarkan udara masuk ke dalam campuran, tujuannya untuk mencegah
terjadinya oksidasi etanol menjadi asam ethanoat (asam cuka).
Tunggu sampai kira-kira 4-5 hari, maka akan dihasilkan dengan kadar etanol berkisar
90%, kadar etanol 90% ini sering juga disebut dengan minyak tanah BE.40.
4. Pada etanol berkadar 90% ini masih mengandung Pb sehingga perlu ditingkatkan lagi
menjadi etanol berkadar 95% dengan cara menambahkan batu kapur (gamping).
Karena kadar etanol 90% ini belum cukup berfungsi sebagaimana layaknya minyak
tanah.