Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MATERIAL TEKNIK

MENGENAL DAN MENGERTI LEBIH


DEKAT BIOETHANOL

DI SUSUN OLEH :
ANDIKA SARNOTO

: 13321057

ARI SYAHBIHI

: 13321032

IRPAN NAINGGOLAN

: 13321064

M. KHAIRI

: 13321059

M. SYARIFUDDIN : 13321008
M. WAHYUDI

: 13321023

RAMADHAN

: 13321060

SYOFYAN RIANDI : 13321001

TEKNIK MESIN
SEKOLAH TINGGI TEKNIK HARAPAN
2013

CARA MEMBUAT BAHAN BAKAR


BENSIN (BIOETANOL) DARI BERAS
Naiknya harga BBM seperti yang sedang terjadi saat ini tentunya semakin membuat
rakyat kecil semakin berat dalam menghadapi dinamika hidup sehari-hari. Untunglah sudah
banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli terhadap bahan bakar lain sebagai bahan
bakar alternatif. Hingga saat ini yang sedang menjadi perhatian serius adalah mengenai
pemanfaatan sumber nabati sebagai bahan bakar. karena bahan bakar nabati mempunyai
banyak kelebihan, selain ramah lingkungan, juga merupakan sumber bahan bakar yang bisa
diperbarui karena sumber bahan bakar tersebut bisa ditanam dan dikembangkan.

BAHAN BAKAR BENSIN ATAU BIOETANOL


Penelitian yang banyak dilakukan saat ini difokuskan pada pemanfaatan bioetanol
sebagai sumber bahan bakar. Dimana dalam pembuatan bioetanol ini memanfaatkan bahan
baku yang mudah didapat dan diproduksi, seperti beras, jagung, ubi, serta jarak.

MEMBUAT BAHAN BAKAR BENSIN ATAU


BIOETANOL DARI BERAS
Di beberapa negara di belahan dunia seperti Brazil, Perancis, Jerman, Swedia,
Amerika Serikat, India, dan beberapa negara lainnya sudah sejak permulaan abad ke-20
memanfaatkan etanol sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Seperti perusahaan mobil
kelas dunia yang melahirkan mobil ford, yakni henry ford telah melihat fungsi etanol sebagai
bahan bakar masa depan. Tetapi karena harga BBM jenis petroleum lebih murah, para
produsen kendaraan kemudian merancang kendaraannya dengan bahan bakar tersebut,
sehingga kehadiran petroleum jauh lebih dominan.
Namun kini, Setelah masyarakat dunia menyadari dan merasakan betapa dahsyatnya
dampak negatif yang ditimbulkan BBM terhadap kelestarian alam, kesehatan manusia, serta
kelangsungan hidup manusia di bumi ini, barulah mereka berupaya mencari alternatif
pengganti BBM yang ramah lingkungan, tidak memiliki dampak negatif, atau setidaknya
dampak negatif yang ditimbulkan tidak begitu besar.
Berdasarkan hal-hal tersebutlah, akhirnya etanol kembali menjadi bahan
pertimbangan masyarakat dunia, bahkan diagung-agungkan terutama oleh para pengguna
mesin otomotif. Tidak cukup disitu, pemakaiannya pun sudah meluas seperti di Brazil, Cile,
bahkan Amerika Serikat sekalipun. Di negeri Samba, sekitar pertengahn tahun 1980 seluruh
kendaraan bermotor sudah menggunakan etanol sebagai sumber bahan bakarnya, minimal
mengandung etanol 20%. Lebih dari 90% mobil baru yang digunakan di Brazil, mesinnya
dirancang untuk menggunakan bahan bakar etanol murni.

Etanol yang juga akrab dinamakan dengan nama alkohol sebetulnya sudah tidak asing
lagi di telinga kita, bangsa Indonesia. Di negeri ini, sebetulnya alkohol sudah banyak
diproduksi untuk kebutuhan sehari-hari, baik dalam bentuk makanan maupun minuman.
Bahkan msyarakat dunia sudah memproduksi ribuan tahun yang lalu meskipun mereka tidak
sadar telah mempoduksi etanol yang sebetulnya bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Padahal cara pembuatannya sangatlah sederhana, seperti misalnya pada makanan, hanya
dengan menambahkan ragi saja sebenarnya kita sudah bisa memproduksi etanol karena pada
dasarnya prinsip pembuatannya pun sama, apalagi jika bahan yang dipakai dapat
menghasilkan etanol dalam kadar yang tinggi.
Di sini, Anda mestinya sudah tidak asing lagi dengan makanan bernama tape ketan,
apalagi tape ketan produk Magelang yang memiliki rasa sangat istimewa. Nah, pembuatan
tape ketan ini pada prinsipnya sama dengan pembuatan etanol untuk bahan bakar karena pada
dasarnya di dalam tape beras ketan tersebut mengandung cukup banyak etanol. Sehingga
proses pembuatan etanol itu sendiri sebenarnya bukanlah hal yang aneh bagi masyarakat kita.
Selain bahan baku beras ketan, di Jepang, bahan baku beras telah diolah menjadi minuman
berkadar etanol yang cukup tinggi, dinamakan sake.
Tidak hanya di Magelang dan di Jepang saja, ternyata masyarakat di belahan Eropa
juga telah memproduksi etanol dengan memanfaatkan berbagai bahan baku seperti buah
anggur dan gandum. Melalui serangkaian proses fermentasi, buah anggur diolah dan berubah
menjadi khamer atau minuman keras atau arak yang tentunya kebiasaan (adat) dan hukum
yang berlaku di sana memperbolehkannya. Tidak hanya itu, gandum juga diolah menjadi bir.
Bagi masyarakat Amerika, Eropa, atau Jepang, mereka telah memproduksi etanol yang
diperuntukkan bagi minuman keras seperti bir, sake, vodka, dan lain-lain. Berbeda dengan di
Indonesia, pembuatan etanol telah diproduksi untuk makanan berupa tape baik tape ketan
maupun tape singkong.
Dengan semakin berkembangnya jaman, menuntut perkembangan teknologi menjadi
semakin pesat pula, akhirnya telah ditemukan bahwa hasil konversi etanol tidak hanya
berasal dari tanaman pangan saja, melainkan juga bisa bersumber dari bagian lain dari
tanaman. Bahkan, dari etanol pun kembali dikonversi menjadi produk lain.
Betapa pentingnya produk etanol ini sehingga sejak abad ke-20 hingga saat ini abad
ke-21, bahan bakar kendaraan bermotor yang memanfaatkan etanol telah mencapai 2/3
produksi dunia. Artinya etanol telah diposisikan sebagai bahan bakar terbesar di belahan
dunia. Di Brazil saja pemakaian etanol untuk bahan bakar kendaraan bermotornya sudah
menyentuh angka 40-45% dan di Amerika Serikat sendiri tidak kurang dari 1,2% pasaran
bensin bersumber dari etanol. Artinya, pasaran bahan bakar kendaraan bermotor di Amerika
Serikat berjumlah sekitar 570 juta ton. Yakni, dengan pasaran etanol pada posisi 2.000 juta
ton (atau 80 kali produksi dunia sekarang).
Besarnya penggunaan etanol menjadi bahan bakar tidak lepas dari tumbuhnya
kesadaran manusia terhadap dampak lingkungan. Bayangkan saja, BBM telah distempel
sebagai sumber utama polusi dunia, sementara etanol (bioetanol) terbukti merupakan bahan
bakar terbarui yang ramah lingkungan. Tidak hanya itu, biaya pembuatannya pun relatif lebih
sederhana dan lebih murah, serta tidak harus berburu sampai ke lepas pantai untuk
mendapatkan sumber minyaknya.

Di samping itu, kehadiran etanol mampu mengurangi beban impor BBM. Khusus
untuk Indonesia, selain bisa mengatasi krisis bahan bakar rumah tangga seperti minyak tanah
dan gas, juga bisa mendongkrak peningkatan jumlah tenaga kerja yang sangat luar biasa, dan
sangat cocok dikembangkan di kawasan perkebunan tanaman pangan.

PROSES-PROSES SELAMA BERLANGSUNGNYA


PEMBUATAN ETANOL
1. Proses
Gelatinasi
Proses gelatinasi merupakan proses penting dalam pembuatan etanol, pada proses ini
terjadi perubahan bahan baku menjadi bubur, kemudian dilakukan proses pemanasan
pada
suhu
100C
yang
diakhiri
dengan
proses
pendinginan.
Tujuan dari proses gelatinasi ini mengubah karbohidrat menjadi gula sederhana.
2. Proses
Fermentasi
Proses fermentasi merupakan proses perombakan yang dilakukan oleh jasad renik
sebagai dekomposer (pengurai). Dekomposer pada proses pebuatan etanol dari beras
ini dilakukan oleh ragi dari jenis Sacaromyses C. Dalam hal ini, proses fermentasi
yang berlangsung adalah proses perubahan gula oleh ragi Sacaromyses C.
Sacaromyces C ini melepaskan ikatan kimia rantai karbon dari gula dan fruktosa satu
per satu, kemudian secara kimiawi kembali dirangkai menjadi molekul etanol, gas
karbondioksida,
serta
menghasilkan
panas.
Ketika proses ini berlangsung, ragi mengeluarkan enzim yang sangat kompleks,
bahkan mampu merombak monosakarida menjadi etanol dan karbon dioksida. Ragi
terus
bekerja
sepanjang
waktu
tanpa
diperintah.
Selama proses fermentasi, ragi yang jumlahnya miliaran ini melakukan pekerjaan
secara teratur dan rapi, setelah melalui proses pelepasan karbon dan mengikatan
kembali menjadi etanol, proses ini mengeluarkan panas (kenaikan suhu), dimana suhu
yang ditimbulkan selama proses fermentasi justru bisa mematikan ragi. Selain itu, ragi
juga bisa mati ketika alkohol yang dihasilkan sudah cukup banyak. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam proses fermentasi, yakni:
o Kandungan monosakarida
o Derajat keasaman, ideal antara 4,8 s/d 5
o Temperatur mash tidak lebih dari 30C (ragi menjadi tidak aktif pada
temperatur di atas 30C atau 32C dan pada kadar alkohol 12%
o Fermentasi berlangsung selama 1-2 hari
3. Proses
Destilasi
Proses destilasi merupakan proses penyulingan untuk memisahkan antara alkohol
dengan air dan bahan padat lainnya.

Hal-Hal Yang Perlu Perlu Diperhatikan Saat Membuat


Bahan Bakar Bensin Atau Bioetanol
1. Menyiapkan Ragi
o Sediakan ragi sebanyak 0,5 kg untuk tiap 1.000 liter mash dengan kandungan
total gula yang ada pada mash berkisar antara 20-22%.
o Sebelumnya, ragi dibiakkan di dalam tangki berisi 10 liter mash selama
kurang lebih 1 jam pada suhu maksimal 30C.
2. Kebersihan
Peralatan
Kebersihan peralatan sangat perlu diperhatikan, mengingat hasil etanol yang
diproduksi dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme lain yang tidak diharapkan
serta mempengaruhi jumlah etanol yang dihasilkan. Bakteri Azotobacter di udara
bebas atau yang tertinggal pada peralatan kotor akan menghasilkan vinegar, selain itu
family Lactobacillus juga akan mengubah etanol menjadi asam laktat sehingga
mempengaruhi jumlah etanol yang dihasilkan.

Proses Pembuatan Bahan Bakar Bensin Atau Bioetanol


Dari Beras
Beras yang merupakan salah satu bahan pangan di Indonesia mengandung senyawa
karkohidrat yang kompleks, dimana tanaman padi ini termasuk salah satu sumber pati. Untuk
bisa menghasilkan etanol, sebelum melakukan proses fermentasi pati yang terkandung dalam
beras ini perlu disederhakan terlebih dahulu menjadi glukosa melalui sebuah proses
penguraian yang dilakukan oleh cendawan atau jamur. Pada proses penguraian pati menjadi
glukosa tersebut dibutuhkan aktivitas cendawan Aspergillus sp. yang terdapat pada ragi.
Cendawan Aspergillus sp. merupakan salah satu jenis jamur pengurai makanan. Selama
proses penguraian berlangsung, cendawan Aspergillus sp. menghasilkan enzim alfaamilase
dan glikoamilase. Enzim alfaamilase dan glikoamilase inilah yang berperan penting dalam
proses penguraian karbohidrat (maltosa atau sukrosa) menjadi gula sederhana (glukosa dan
fruktosa). Setelah pati diubah menjadi glukosa, barulah fermentasi bisa dilakukan sehingga
menghasilkan
etanol.
Secara sederhana dapat diuraikan bahwa pembentukan etanol terjadi karena enzim-enzim
dalam ragi mengubah karbohidrat (maltosa atau sukrosa) menjadi lebih sederhana (glukosa
dan fruktosa). Kemudian mengubah karbohidrat sederhana tersebut menjadi etanol dan
karbondioksida.

CARA MEMBUAT BAHAN BAKAR BENSIN ATAU


BIOETANOL DARI BERAS
Cara Membuat Bahan Bakar Bensin atau Bioetanol Dari
Beras 1
1. Beras 25 kilogram. Semua jenis beras dapat dijadikan sebagai bahan bakunya.
2. Cuci beras sampai bersih.
3. Masukkan beras ke dalam tangki/dandang besar berkapasitas 120 liter, lalu tambahkan
air hingga mencapai volume 100 liter.
4. Panaskan beras hingga suhu 100C atau sampai mendidih sambil terus diaduk, hingga
hancur menjadi bubur. Tambahkan air jika kurang, masak beras sampai benar-benar
menjadi bubur.
5. Masukkan bubur ke dalam tangki/dandang, lalu dinginkan. Setelah dingin taburkan
cendawan Aspergilus sp. atau ragi ke dalam bubur. (Untuk kebutuhan menguraikan
100 liter bubur pati beras diperlukan sedikitnya 10-12 liter larutan cendawan
Aspergillus
atau
10%
dari
total
bubur).
Perlu diketahui bahwa tingkat konsentrasi cendawan mencapai 100 juta sel/ ml.
Sebelum cendawan digunakan, sebaiknya dibenamkan terlebih dahulu ke dalam bubur
yang telah dimasak, tujuannya agar adaptif dengan sifat kimia bubur. Pada tahap ini,
cendawan akan berkembang biak dan bekerja mengurai pati.
6. Setelah 2 jam, bubur akan berubah menjadi 2 lapisan, yaitu lapisan air dan endapan
gula.
7. Pastikan bahwa bubur sudah mengalami perubahan, kemudian aduk-aduk pati yang
sudah berubah menjadi gula tersebut.
8. Setelah itu masukkan ke dalam tangki fermentasi. (Sebelum difermentasi, larutan pati
mengandung kadar gula 17-18%. Kondisi ini sangat cocok untuk hidup dan
berkembangnya bakteri Saccaromyces, dimana bakteri Saccaromyces akan bekerja
menguraikan
gula
menjadi
alkohol.
Perlu diperhatikan: Jika kadar gulanya terlalu tinggi, perlu ditambahkan air.
Sebaliknya, jika kadar gulanya terlalu rendah, perlu ditambahkan gula.
Tutup tangki rapat-rapat agar tidak terjadi kontaminasi dengan mokroorganisme lain
yang tidak diharapkan, disamping itu juga untuk menjaga bakteri Saccaromyces agar
bekerja lebih baik. karena, proses fermentasi berlangsung secara anaerob yaitu tidak
memerlukan oksigen pada suhu 28-32C.

9. Diamkan selama 3-4 hari. Setelah 3-4 hari, akan terjadi perubahan pada larutan pati
tadi dengan membentuk 3 lapisan, yitu endapan protein pada lapisan terbawah,
lapisan air pada bagian tengah, dan lapisan etanolnya di bagian teratas. Hasil
fermentasi ini disebut juga bir (sake), karena telah mengandung etanol (alkohol)
sebanyak 6-12%.
10. Pisahkan etanol dengan cara penyedotan menggunakan selang plastik. Gunakan
kertas/kain penyaring berukuran 1 mikron untuk menyaring endapan protein.
11. Setelah seluruh etanol dipisahkan, proses selanjutnya dilakukan destilasi atau
penyulingan, yaitu dengan menggunakan tangki/dandang yang sudah dipasangi pipa,
dimana pipa itu dialirkan ke tangki/dandang lainnya dalam keadaan selalu basah atau
terendam dalam air. Panaskan pada suhu 78C atau sampai etanol mendidih. Tujuan
dari penyulingan ini adalah untuk memisahkan etanol dari air sehingga akan terjadi
penguapan pada etanol, dan mengalirkannya melalui pipa yang terendam air sehingga
terkondensasi dan kembali menjadi etanol cair.
12. Hasil penyulingan ini menghasilkan etanol dengan kadar 95%, Etanol berkadar 95%
ini belum larut dalam bensin, tetapi sudah dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar
pengganti minyak tanah. Agar bisa larut dalam bensih, perlu dilakukan penyulingan
kedua untuk meningkatkan kadar etanolnya hingga mencapai 99%.
13. Larutan etanol yang dibutuhkan berkadar 99% (etanol kering), memerlukan destilasi
absorbent, yaitu dengan cara memanaskan etanol 95% hingga suhu 100C, agar etanol
dan air menguap. Uap tersebut masuk melalui pipa yang dindingnya sudah dilapisi
zeolit atau pati. Zeolit tersebut berfungsi untuk menyerap kadar air tersisa hingga
diperoleh etanol berkadar 99%.
Etanol berkadar 99% ini sudah cukup larut dalam bensin sehingga sudah bisa digunakan
sebagai campuran bensin untuk kendaraan bermotor.

Cara Membuat Bahan Bakar Bensin atau Bioetanol Dari


Beras 2
1. Pencucian
2. Cuci sampai bersih beras yang akan dijadikan etanol, kemudian dilakukan pemasakan
hingga beras berubah menjadi bubur. Selanjutnya dipanaskan dengan malat. Malat
adalah beras berkecambah yang mengandung enzim pengurai pati menjadi
karbohidrat
yang
lebih
sederhana,
yang
disebut
maltosa.
Maltosa memiliki rumus molekul yang sama seperti sukrosa tetapi mengandung dua
unit glukosa yang saling mengikat, sedangkan sukrosa mengandung satu unit glukosa
dan satu unit fruktosa.

3. Setelah itu masukkan ragi ke dalam bubur, biarkan hangat pada suhu sekitar 35C
selama beberapa hari sampai proses fermentasi berlangsung sempurna. Tutup sampai
rapat dan jangan biarkan udara masuk ke dalam campuran, tujuannya untuk mencegah
terjadinya oksidasi etanol menjadi asam ethanoat (asam cuka).
Tunggu sampai kira-kira 4-5 hari, maka akan dihasilkan dengan kadar etanol berkisar
90%, kadar etanol 90% ini sering juga disebut dengan minyak tanah BE.40.
4. Pada etanol berkadar 90% ini masih mengandung Pb sehingga perlu ditingkatkan lagi
menjadi etanol berkadar 95% dengan cara menambahkan batu kapur (gamping).
Karena kadar etanol 90% ini belum cukup berfungsi sebagaimana layaknya minyak
tanah.

Keunggulan dan Kelemahan Bioethanol


Beberapa keunggulan yang dapat diperoleh dari bioethanol adalah sebagai berikut:
1. Nilai oktan yang tinggi menyebabkan campuran bahan bakar terbakar tepat pada waktunya
sehingga
tidak
menyebabkan
fenomena
knocking
2. Emisi gas buang tidak begitu berbahaya bagi lingkungan salah satunya gas CO2 yang
dapat dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan untuk proses fotosintesa serta emisi NO yang
rendah
3. Efisiensi tinggi dibanding bensin
Selain memiliki keunggulan yang begitu banyak bioethanol ini pun terdapat
kelemahan,
kelemahan-kelemahan
tersebut
diantaranya:
1. Memerlukan modifikasi mesin jika ingin menggunakan bioethanol murni pada kendaraan
2. Bisa terjadi kemungkinan ethanol mengeluarkan emisi polutan beracun.
kelebihan bioetanol dibanding minyak tanah adalah api berwarna biru sehingga tidak
menghanguskan alat masak. Bahan bakar dari bioetanol juga tidak berbau dan mudah
dipadamkan dengan air.

Anda mungkin juga menyukai