PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan merupakan kegiatan yang melekat pada kehidupan masyarakat sehingga usia
pendidikan hampir sama tuanya dengan usia manusia dalam kehidupan masyarakat.
Pendidikan
berkembang
dalam
berbagai
rentang
peradaban.
Perjalanan
panjang
perkembangan pendidikan indonesia dapat di terlusuri sejak jaman hindu budha pada abad ke
5 hingga sekarang. Perkembangan pendidikan di indonesia berlangsung sesuai tuntutan
zaman yang berbeda dengan penyesuaian ideologi, tujuan serta sistem penyampaiannya
sehingga memungkinkan untuk dapat di pelajari.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah pendidikan pada zaman kerajaan?
2. Bagaimana sejarah pendidikan pada zaman penjajahan?
3. Bagaimana sejarah pendidikan pada zaman kemerdekaan?
4. Bagaimana sejarah pendidikan pada zaman reformasi?
C. Tujuan
Untuk mengetahui sejarah pendidikan indonesia di masa ke masa. Serta mengetahui
permasalahan pendidikan di indonesia dari masa ke masa sehingga di masa yang akan datang
kita dapat mengatasi permasalahan tersebut.
D. Manfaat
Makalah ini dapat memberikan gambaran kepada masyarakat tentang sejarah pendidikan
di Indonesia sehingga pendidikan dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaran. Selain itu,
juga diharapkan dapat menambah kepustakaan tentang pendidikan.
BAB II
ISI
Meskipun tujauan pendidikan selama periode colonial tidak pernah dinyatakan jelas,
tetapi pada dasarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja atau buruh bagi
kaum pemilik modal Belanda. Keluaran pendidikan, sebagian diharapkan untuk
menjadi tenaga administrasi, tenaga teknik atau tenaga pertanian bahkan dididik untuk
menjadi tenaga kelas bawah. Sementara kalangan pada saat itu menafsirkan tujuan
pendidikan untuk memperoleh tenaga kerja yang lebih murah demi keuntungan
ekonomi pemerintah.
Pada tanggal 3 Juli 1922 didirikan taman siswa Suwardi Suryadiningrat atau yang
lebih dikenal dengan Ki Hajar Dewantara. Tujuan umum taman siswa adalah
membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin, luhur akal
budinya, serta sehat jasmani untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi nusa
dan bangsa. Taman siswa berkembang dan mulai membuka berbagai cabang yang
tersebar di Indonesia. Pesatnya perkembangan dan kemajuan perguruan taman siswa
nampaknya telah mengancam kepentingan pemerintah Hindia-Belanda. Pemerintah
colonial bermaksud untuk mencegah meluasnya pengaruh taman siswa dengan
mengenakan pajak rumah tangga. Taman siswa tentu saja menolak kewajiban
membayar pajak tersebut. Pada tahun 1932, pemerintah colonial mengeluarkan
ordonansi sekolah liar. Ki Hajar Dewantara mengirimkan surat protes kepada gubernur
jendral Hindia-Belanda karena ordonansi tersebut dinilai telah melampaui batas. Partaipartai politik dan surat kabar mendukung protes itu. Akhirnya pada tahun 1935
ordonansi sekolah liar dihapuskan.
Perguruan taman siswa memberikan sumbangan besar pada perkembangan
pendidikan nasional. Selain perguruan taman siswa ada juga Muhammadiyah,
Nahdahtul Ulama, serta pesantren-pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia juga
memberikan sumbangan terhadap perkembangan pendidikan nasional.
3. Pendidikan pada Masa Penjajahan Jepang
Meskipun singkat, berlangsung pada tahun 1942-1945, masa pendudukan Jepang
memberikan corak yang berarti pada pendidikan di Indonesia. Tidak lama setelah
berkuasa, jepang segera menghapus sistem pendidikan warisan Belanda yang
didasarkan atas penggolongan menurut bangsa dan status sosial. Tingkat sekolah
terendah adalah Sekolah Rakyat (SR) yang disebut dalam bahasa Jepang Kokumin
Gakko, yang terbuka untuk semua golongan masyarakat tanpa membedakan status
sosial dan asal-usulnya. Kelanjutannya adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP)
selama tiga tahun, kemudian Sekolah Menengah Tinggi (SMT) selama tiga tahun.
Sekolah kejuruan juga dikembangkan. Sekolah Hukum dan MOSVIA yang didirikan
5
Tujuan pendidikan pada waktu itu dirumuskan untuk mendidik warga negara yang
sejati. Dengan kata lain, tujuan pendidikan pada masa itu ditekankan pada penanaman
semangat patriotisme, karena pada saat itu negara dan bangsa Indonesia sedang
mengalami perjuangan fisik dan sewaktu-waktu pemerintah kolonial Belanda masih
mencoba untuk menjajah kembali negara Indonesia.
Kurikulum pasca kemerdekaan kemerdekaan saat itu diberi nama Leer Plan dalam
bahasa Belanda artinya Rencana Pelajaran, lebih terkenal ketimbang kurikulum1947.
Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sitem pendidikan
kolonial Belanda dan Jepang. Sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan
sebelumnya. Rencana Pelajaran 1947 dikatakan sebagai pengganti sitem pendidikan
kolonial Belanda. Karena saat itu bangsa Indonesia masih dalam semangat juang
merebut kemerdekaan dan bertujuan untuk pembentukan karakter manusia Indonesia
yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi. Yang
diutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi
pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan
pendidikan jasmani.
Tata susunan persekolahan sesudah Indonesia merdeka yang berdasarkan satu jenis
sekolah untuk tiga tingkat pendidikan seperti pada zaman Jepang tetap diteruskan
sedangkan rencana pembelajaran pada umumnya sama dan bahasa Indonesia ditetapkan
sebagai bahasa pengantar untuk sekolah. Buku-buku pelajaran yang digunakan adalah
buku-buku hasil terjemahan dari bahasa Belanda ke dalam bahsa Indonesia yang sudah
dirintis sejak jaman Jepang.
Adapun susunan persekolahan dan kurikulum yang berlaku sejak tahun 1945-1950
adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
Pendidikan Rendah
Pendidikan Guru
Pedidikan Kejuruan
Pendidikan Teknik
Pendidikan Tinggi
pendidikan yang tidak kalah mutunya. Para pengajar, pelajar melaksanakan tugasnya
dengan sebaik-baiknya walaupun serba terbatas.
Dari keterbatasan itu, dapat memupuk pemimpin-pemimpin nasional yang dapat
mengatasi masa pancaroba seperti rongrongan terhadap NKRI. Sayangnya pada era ini,
pendidikan kemudian dimasuki oleh politik praktis untuk mulai dijadikan kendaraan
politik. Pada masa itu, dimulai pendidikan Indoktrinasi, yaitu menjadikan pendidikan
sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan orde lama. Pada orde lama sudah mulai
diadakan ujian-ujian negara yang terpusat dengan system kolonial yang serba ketat,
tetapi jujur dan mempertahankan kualitas.
Secara umum pendidikan orde lama sebagai wujud interpretasi pasca kemerdekaan
di bawah kendali kekuasaan Soekarno cukup memberikan ruang bebas terhadap
pendidikan. Pemerintahan yang berasaskan sosialisme menjadi rujukan dasar
bagaimana pendidikan akan dibentuk dan dijalankan demi pembangunan dan kemajuan
bangsa Indonesia di masa mendatang. Pada prinsipnya konsep sosialisme dalam
pendidikan memberikan dasar bahwa pendidikan merupakan hak semua kelompok
masyarakat tanpa memandang kelas sosial.
Tujuan dan upaya pendidikan sudah mulai ditujukan kepada pembentukan manusia
yang diinginkan oleh konsep Manipol Usdek. Tujuan pendidikan adalah menanamkan
jiwa yang memiliki kepeloporan dalam membela dan mengembangkan Manipol Usdek.
Untuk itu perubahan kurikulum di lakukan. Mata pelajaran Civics menjadi mata
pelajaran utama disetiap jenjang pendidikan. Dalam pelajaran itu dimasukkan ideologi
yang sedang dikembangkan presiden Soekarno.
Pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun
1952 ini diberi nama Rencana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah
pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus menjadi
ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi
pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Kurikulum ini lebih merinci
setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai1952. Silabus mata
pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata pelajaran, kataDjauzak
Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Pada masa itu juga
dibentuk kelas Masyarakat. Yaitu sekolah khusus bagi lulusan Sekolah Rendah 6 tahun
yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti
pertanian, pertukangan, dan perikanan tujuannya agar anak tak mampu sekolah
kejenjang SMP, bisa langsung bekerja.
Setelah RIS kembali kenegara kesatuan RI, jawatan inspeksi pengajaran kementerian
PP dan K di Yogyakarta pada tanggal 25 Agustur 1950 mengeluarkan keputusan
mengenai perubahan sekoah-sekolah yang dilaksanakan di daerah-daerah RI. sejak
tahun ajaran 1949/1950. Sekolah-sekolah dibagi-bagi atas enam kelompok modelmodel sekoah yang berasal dari masa sebelum kembali kenegara keatuan di bekasbekas daerah-daerah ferdeal atau pendudukan Belanda yang pada dasarnya menurut
model kolonial diubah dan disesuaikan dengan sistem pendidikan dan pengajaran
nasional.
3. Pendidikan pada Masa Orde Baru
Orde baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998, dan dapat dikatakan sebagai
era pembangunan nasional. Dalam bidang pembangunan pendidikan, khususnya
pendidikan dasar, terjadi suatu loncatan yang sangat signifikan dengan adanya Instruksi
Presiden (Inpres) Pendidikan Dasar. Namun, yang disayangkan adalah pengaplikasian
inpres ini hanya berlangsung dari segi kuantitas tanpa diimbangi dengan perkembangan
kualitas. Yang terpenting pada masa ini adalah menciptakan lulusan terdidik sebanyakbanyaknya tanpa memperhatikan kualitas pengajaran dan hasil didikan.
Pelaksanaan pendidikan pada masa orde baru ternyata banyak menemukan kendala,
karena
pendidikan
orde baru
mengusung
ideologi
keseragaman
sehingga
untuk pembangunan nasional. Siswa sebagai peserta didik, dididik untuk menjadi
manusia pekerja yang kelak akan berperan sebagai alat penguasa dalam menentukan
arah kebijakan negara. Pendidikan bukan ditujukan untuk mempertahankan eksistensi
manusia, namun untuk mengeksploitasi intelektualitas mereka demi hasrat kepentingan
penguasa. Kurikulum-kurikulum yang digunakan pada masa orde baru yaitu sebagai
berikut:
1) Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu
dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana
menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Kelebihan Kurikulum 1968
- Pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan,
serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat
Kekurangan Kurikulum 1968
Hanya memuat mata pelajaran pokok saja.
Muatan materi pelajaran bersifat teoritis,
tidak
mengaitkan
dengan
yang disempurnakan".
CBSA merupakan
suatu
upaya
dalam
pembaharuan
pendidikan
mendengarkan,
berdiskusi,
membuat
dipelajarinya
Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian
materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian
pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret, semikonkret,
semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan induktif dari contohcontoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar dan dari sederhana
menuju ke kompleks.
Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah
pendekatan belajar mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukkan
4) Kurilukum 1994
- Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.
- Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
-
pemecahan masalah.
Kelebihan Kurikulum 1994
- Penggunaan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara
-
12
Materi pelajaran yang dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan
tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait
Kurikulum ini dikatakan sebagai perbaikan dari KBK yang diberi nama Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP ini merupakan bentuk implementasi dari UU
No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang dijabarkan ke dalam
sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang
standar nasional pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang
perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
standar isi,
standar proses,
standar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan.
Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, maka dengan
terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah telah menggiring
pelaku pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum
14
tingkat satuan pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di setiap satuan pendidikan.
Secara substansial, pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No. 19/2005. Akan
tetapi, esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan
tercapainya paket-paket yaitu:
a. Untuk menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal.
b. Untuk berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
c. Untuk penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
d. Untuk sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
e. Untuk penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.
Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan KBK tahun 2004 dengan KBK
tahun 2006 (versi KTSP), bahwa sekolah diberi kewenangan penuh dalam menyusun
rencana pendidikannya dengan mengacu pada standar-standar yang ditetapkan, mulai
dari tujuan, visi-misi, struktur dan muatan kurikulum, beban belajar, kalender
pendidikan hingga pengembangan silabusnya.
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses
pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah
banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah
guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan
lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada.Hal ini disebabkan karangka
dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi
dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan
oleh Departemen Pendidikan Nasional.Jadi pengambangan perangkat pembelajaran,
seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan
(sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota. (TIAR)
Kurikulum yang terbaru adalah kurikulum 2006 KTSP yang merupakan
perkembangan dari kurikulum 2004 KBK. Kurikulum 2006 yang digunakan pada saat
ini merupakan kurikulum yang memberikan otonomi kepada sekolah untuk
menyelenggarakan pendidikan yang puncaknya tugas itu akan diemban oleh masing
masing pengampu mata pelajaran yaitu guru. Sehingga seorang guru disini menurut
Okvina (2009) benar-benar digerakkan menjadi manusia yang professional yang
15
menuntuk kereatifitasan seorang guru.Kurikulum yang kita pakai sekarang ini masih
banyak kekurangan di samping kelebihan yang ada. Kekurangannya tidak lain :
a. Kurangnya sumber manusia yang potensial dalam menjabarkan KTSP dengan kata
lain masih rendahnya kualitas seorang guru, karena dalam KTSP seorang guru
dituntut untuk lebihh kreatif dalam menjalankan pendidikan.
b. Kurangnya sarana dan prasarana yang dimillki oleh sekolah.
Setelah kurikulum KTSP 2006, kini pemerintah menetapkan kurikulum baru yaitu
kurikulum 2013. Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah
digagas dalam Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tapi belum
terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Rumusannya berdasarkan pada sudut pandang yang
berbeda dengan kurikulum berbasis materi, sehingga sangat dimungkinkan terjadi
perbedaan persepsi tentang bagaimana kurikulum seharusnya dirancang. Perbedaan ini
menyebabkan munculnya berbagai kritik dari yang terbiasa menggunakan kurikulum
berbasis materi.
Pengembangan Kurikulum 2013 dilakukan dalam empat tahap. Pertama, penyusunan
kurikulum di lingkungan internal Kemdikbud dengan melibatkan sejumlah pakar dari
berbagai disiplin ilmu dan praktisi pendidikan. Kedua, pemaparan desain Kurikulum
2013 di depan Wakil Presiden selaku Ketua Komite Pendidikan yang telah
dilaksanakan pada 13 November 2012 serta di depan Komisi X DPR RI pada 22
November 2012. Ketiga, pelaksanaan uji publik guna mendapatkan tanggapan dari
berbagai elemen masyarakat. Salah satu cara yang ditempuh selain melalui saluran
daring (on-line) pada laman http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id , juga melalui
media massa cetak. Tahap keempat, dilakukan penyempurnaan untuk selanjutnya
ditetapkan menjadi Kurikulum 2013.
Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematikintegratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam
menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi
perkembangan masa depan.
Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih
baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan
(mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima
materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan
16
penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan
budaya.
Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap,
ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan
lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai
persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.
Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan
pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun
2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara
terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pada penjelasan pasal 35, di mana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai
dengan standar nasional yang telah disepakati.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat.Setiap manusia membutuhkan
pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya,
sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang.
Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia
yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan
moral yang baik. Tujuan pendidikan yang kita harapkan adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
17
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap,
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Pendidikan harus
mampu mempersiapkan warga negara agar dapat berperan aktif dalam seluruh lapangan
kehidupan, cerdas, aktif, kreatif, terampil, jujur, berdisiplin dan bermoral tinggi,
demokratis, dan toleran dengan mengutamakan persatuan bangsa dan bukannya
perpecahan.
Namun, pada dasarnya pendidikan dipandang sebagai sarana untuk meningkatkan
ketrampilan warga Negara untuk memperoleh suatu kehidupan masyarakat yang lebih
baik. Konsep dasar tersebut berkembang hingga merubah pandangan masyarakat terhadap
pendidikan sesuai yang dibutuhkan pada suatu kondisi sosial budaya tertentu. Berdasarkan
sejarahnya, pendidikan di Indonesia awalnya dibawa oleh pengaruh imigran dari berbagai
negara. Tidak dipungkiri bahwa adanya penjajahan memberikan pengaruh positif terhadap
Indonesia. Meskipun pendidikan zaman penjajahan hanya untuk kepentingan penjajah,
namun mampu melahirkan golongan cendekiawan. Pada masa Kemerdekaan, pendidikan
Indonesia semakin berkembang dengan pesat. Pendidikan dikelola dengan baik dan
diusahakan untuk lebih baik dari masa ke masa sehingga Indonesia memiliki kualitas
sumber daya manusia yang mampu bersaing dengan negara maju lainnya.
18