Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN AKHIR

MASTERPLAN DAN DED PERSAMPAHAN


KABUPATEN LUMAJANG

BAB - VI
KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI

6.1.

Kesimpulan

6.1.1 Karakteristik Sampah di Kabupaten Lumjang


Karakteristik sampah di Kabupaten Lumajang sangat dipengaruhi oleh pola konsumsi
masyarakat. Semakin tinggi kehadiran sampah anorganik, semakin tinggi tingkat kesulitan
pengolahannya. Saat ini, dimana tingkat konsumerisme masyarakat mulai berubah kearah
pengemasan segala jenis barang, kehadiran sampah plastik dan kertas semakin tinggi. Adapun
karakteristik sampah di Kabupaten Lumajang saat seperti disajikan pada tabel 6.1 berikut.
Tabel 6.1 Sumber Sampah Kabupaten Lumajang
SUMBER SAMPAH

PROSENTASE
(%)

Permukiman

72.00

Pasar

14.80

Pertokoan / Perdagangan

1.60

Hotel / Restoran

0.50

Rumah Sakit

1.20

Jalan

8.00

Industri

1.30

Lahan Terbuka

0.60
TOTAL

100

Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lumajang Tahun 2013

Sumber sampah yang ada di Kabupaten Lumajang terdapat 8 sumber sampah atau sumber
penghasil sampah, diataranya : Permukiman dengan prosentase 72.80%, Pasar dengan

|6 - 1

LAPORAN AKHIR
MASTERPLAN DAN DED PERSAMPAHAN
KABUPATEN LUMAJANG

prosentase 14.80%, Pertokoan/Perdagangan dengan prosentase 1.60%, Hotel / Restoran


dengan prosentase 0.50%, Rumah Sakit dengan prosentase 1.20%, Jalan dengan prosentase
8.00%, Industri dengan prosentase 1.30% dan Lahan Terbuka dengan prosentase 0.60%.
6.1.2 Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sampah
Dalam penyusunan Rencana Induk Persampahan/Masterplan, perlu dilakukan identifikasi
mengenai karakteristik persampahan agar diperoleh perencanaan yang memenuhi
persyaratan teknis. Analisis karakteristik persampahan ini dilakukan pada beberapa lokasi
yang dianggap mewakili rencana pengembangan pelayanan. Analisis karakteristik persampahan
ini meliputi analisis data timbulan sampah, analisis data densitas sampah dan analisis data
komposisi sampah.
A. Timbulan Sampah
Timbulan sampah merupakan istilah yang menggambarkan banyaknya sampah. Besarnya
timbulan sampah dapat dipengaruhi oleh tingkat hidup masyarakat, pola hidup serta mobilitas
masyarakat, iklim, pola penyediaan kebutuhan hidup dan penanganan makanan.
Dalam menghitung timbulan sampah di lokasi studi, dilakukan sampling sesuai SK SNI M-361994-03 tentang metode pengambilan dan pengangkutan contoh timbulan dan komposisi
sampah perkotaan. Pengukuran timbulan sampah dilakukan di beberapa lokasi yaitu timbulan
sampah di lokasi pemukiman dengan katagori rendah, menengah dan atas.
B. Densitas Sampah
Pengukuran densitas sampah sangat penting untuk memperoleh pendekatan jumlah total
massa sampah dan volume sampah yang harus ditanggulangi. Hal ini disebabkan sampah
seringkali mengalami kompaksi atau tidak terkompaksinya sampah di kontainer. Densitas
sampah sangat dipengaruhi komposisi sampah yang dikandung. Selain komposisi, densitas
dipengaruhi oleh cuaca dan kelembaban.
Pengukuran densitas sampah bersamaan dengan pengukuran timbulan dan komposisi sampah.
Pengukuran densitas sampah dilakukan dengan menghitung berat sampah dan volume sampah
yang timbul setiap hari selama pengamatan. Densitas sampah merupakan rasio berat per
volume sampah yang timbul.
C. Komposisi Sampah
Untuk memudahkan penanganan sampah, maka perlu diidentifikasi jenis-jenis sampah.
Pengukuran komposisi sampah dilakukan untuk menentukan pengolahan yang tepat dan
efisien sehingga dapat diterapkan dalam proses pengolahannya berkaitan dengan peralatan
yang dibutuhkan. Komposisi sampah dihitung dengan satuan persen berat (%). Komposisi

|6 - 2

LAPORAN AKHIR
MASTERPLAN DAN DED PERSAMPAHAN
KABUPATEN LUMAJANG

sampah sangat dipengaruhi oleh cuaca, frekuensi pengumpulan, musim, tingkat sosial
ekonomi, pendapatan per kapita, dan kemasan produk.
Kajian karakterisasi sampah di wilayah studi adalah kajian terhadap karakter sampah yang
dihasilkan dari wilayah studi sesuai dengan karakter sumber timbulannya. Data hasil kajian
merupakan data karakter sampah yang berisikan komposisi sampah, besaran timbulan
sampah dan perkiraan besaran timbulan (volume) sampah serta kondisi pengelolaannya saat
ini.
Secara umum karakter sampah yang dihasilkan terbagi kedalam 3 (tiga) katagori masingmasing terdiri dari :

Karakteristik sampah wilayah pemukiman rendah (low income).

Karakteristik sampah wilayah pemukiman menengah (midle income)

Karakteristik sampah wilayah pemukiman tinggi (higt income)

Hasil survai menunjukkan bahwa sebagian besar sampah permukiman ini berupa sampah organik.
Lihat Tabel 3.16 dan 3.17. Dari kedua tabel tersebut juga terlihat bahwa banyaknya sampah organik
tergantung dari tingkat strata pendapatan masyarakat. Makin tinggi pendapatan, makin besar
komposisi sampah organiknya. Untuk kelompok masyarakat berpendapatan tinggi, komposisi sampah
organik tercatat sebesar 63.89 %, sedangkan untuk kelompok masyarakat berpendapatan menengah
dan rendah, masing-masing sebesar 61.10% dan 50.20%. Komponen lain yang prosentasenya cukup
besar adalah kertas (5 6 %) dan plastik (10 12 %).
Tabel 6.2
Timbulan Sampah di Permukiman
Timbulan
Sampah
Per hari

Low

Midle

Hight

Rata-Rata

l/cap/day

l/cap/day

l/cap/day

l/cap/day

Hari 1

1.39

1.54

2.32

1.75

Hari 2

1.37

1.47

1.94

1.59

Hari 3

1.58

1.45

1.61

1.55

Hari 4

1.55

5.20

1.51

2.75

Hari 5

1.74

1.19

1.69

1.54

Hari 6

2.35

0.85

2.48

1.89

Hari 7

2.81

1.45

2.06

2.10

Hari 8

2.74

0.97

2.64

2.12

Rata-Rata

1.94

1.76

2.03

1.91

Sumber : Hasil Survai Konsultan ,2014

|6 - 3

LAPORAN AKHIR
MASTERPLAN DAN DED PERSAMPAHAN
KABUPATEN LUMAJANG

Tabel 6.3
Komposisi Sampah di Permukiman
No

Komponen

Komposisi Rata-Rata %
low

midle

higt

Rata-Rata

Organik

50.20

61.10

63.89

58.40

Plastik

Kertas

12.69

8.48

10.99

10.72

5.97

7.21

6.22

Logam/Kaleng

6.47

4.61

1.75

2.20

2.85

Gelas/Kaca

2.01

1.80

1.49

1.77

Kain

0.92

1.47

1.03

1.14

Kayu

4.50

1.33

2.01

2.61

Karet

0.90

0.94

1.42

1.09

Kulit

4.10

2.62

0.38

2.37

10

Styrofoam

2.68

2.97

0.17

1.94

11

Lain-lain

1.41

5.05

5.81

4.09

12

Sampah B3

9.99

5.27

4.40

6.55

Sumber : Hasil Survai Konsultan ,2014

Dengan semakin meningkatnya pola hidup masyarakat terutama di Kabupaten Lumajang,


maka volume sampah yang dihasilkan semakin bertambah dari tahun ke tahun. Untuk
menangani dan mengatasi permasalahan sampah di Kabupaten Lumajang untuk masa yang
akan datang perlu dibuatkan strategi pengurangan sampah mulai dari sumbernya. Adapun
usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi sampah dari sumbernya antara alain dengan
Strategi Pengembangan Persampahan, diantaranya :
1. Meningkatkan cakupan pelayanan secara terencana dan berkeadilan dari 42% saat ini
menjadi 100% pada akhir tahun perencanaan.
2. Optimalisasi dan penggantian prasarana dan sarana persampahan yang sudah mencapai
usia teknis.
3. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan.
4. Mengembangkan sistem pengelolaan sampah terpadu melalui upaya pengembangan 3R
(Reduce-Reuse-Recycle) di wilayah pelayanan eksisting dan rencana wilayah pelayanan baik
di wilayah Perkotaan maupun wilayah Perdesaan.
5. Pengembangan upaya pemanfaatan kembali dan daur ulang dari berbagai jenis sampah
yang dihasilkan sebelum dibawa ke TPA melalui pengembangan dan duplikasi Bank
Sampah.

|6 - 4

LAPORAN AKHIR
MASTERPLAN DAN DED PERSAMPAHAN
KABUPATEN LUMAJANG

6. Secara berangsur-angsur Tempat Pembuangan Sementara Pasangan sedapat mungkin


dilakukan dengan menggunakan container tertutup.
7. Pengembangan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) yang mampu mengolah
sampah melalui proses daur ulang dan produksi kompos di setiap Ibu Kota Kecamatan.
8. Mengeliminasi polusi akibat buangan sampah, yaitu melalui perbaikan manajemen dalam
pengumpulan, pengangkutan dan sistem pembuangan sampah di TPA.
9. Mendorong pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
10. Meningkatkan kinerja institusi pengelola persampahan.
11. Perkuatan kapasitas kelembagaan.
12. Meningkatkan kualitas Sumberdaya Manusia bidang persampahan.
13. Pengembangan alternatif sumber pembiayaan..
14. Penerapan biaya untuk pengelolaan persampahan mendekati pemulihan biaya (full cost
recovery), dan sedapat mungkin mengurangi dana subsidi dari pemerintah daerah.
15. Meningkatkan pemahaman masyarakat akan upaya 3R (Reduce-Reuse-Recycle).
a. Masyarakat merasa perlu menyediakan tempat sampah yang terpisah untuk sampah
yang organik dan non-organik.
b. Melakukan sosialisasi dan pelatihan teknis pemilah sampah di sumber timbulan.
c. Penyediaan fasilitas pemilah sampah yang sesuai dengan karakteristik dan sifat sampah
yang dihasilkan terutama pada lokasi yang potensi timbunan sampahnya besar.
Disamping adanya Strategi Pengembangan Persampahan di Kabupaten Lumajang, maka untuk
meningkatkan kinerja pelyanan persampahan diperlukan sarana dan prasarana persampahan
yang memadai. Untuk itu diperlukan pengadaan dan revitalisasi prasarana dan sarana
prsampahan agar kinerja pelayana persampahan di Kabupaten Lumajang dapat meningkat.
Untu itu diperlukan investasi di bidang persampahan seperti yang disajikan dalam tabel
berikut.

|6 - 5

LAPORAN AKHIR
MASTERPLAN DAN DED PERSAMPAHAN
KABUPATEN LUMAJANG

Tabel 6.4
Rencana Program Pengembangan Pengelolaan Persampahan Kabupaten Lumajang
Deskripsi
A. Cakupan pelayanan :
o Cakupan pelayanan perkotaan
o Cakupan pelayanan non perkotaan
B. Laju timbulan sampah :
o Perkotaan
o Perdesaan
C. Program 3R :
o Program 3R di sumber sampah
o Program 3R di TPST
D. Penduduk :
o Cakupan pelayanan perkotaan
o Cakupan pelayanan non perkotaan
E. Volume imbulan sampah :
o Perkotaan
o Non Perkotaan
o Total
F. Volume sampah Program 3R :
o Program 3R di sumber sampah
o Program 3R di TPST
o Total
G. Kebutuhan Lahan TPA :
o Kebutuhan Lahan TPA
o Program 3R di TPST
o Total

Satuan
%
%

Existing 2014
8.00%
92.00%

l/org/hari
l/org/hari
%
%
jiwa
jiwa

Year
2015-2017
28.00%
72.00%

2.00
4.200%
4.200%

2.06
20.000%
20.000%

2018-2022

2023- 2034

53.00%
47.00%

53.00%
47.00%
2.17
-

20.000%
20.000%

2.44
20.000%
20.000%

338,181
275,089

381,507
234,030

466,401
169,507

755,395
274,538

m3/hari
m3/hari
m3/hari

540
126
667

304
482
786

643
367
1,010

1,173
670
1,843

m3/hari
m3/hari
m3/hari

3
3
6.31

90
90
180

143
143
285

260
260
521

m3/hari
m3/hari
m3/hari

1.19

1.19
4

3.54
-

18.49
18

Sumb er : Analisis Konsultan, 2014

|6 - 6

LAPORAN AKHIR
MASTERPLAN DAN DED PERSAMPAHAN
KABUPATEN LUMAJANG

Tabel 6.5
Kebutuhan Sarana Dan Prasarana Persampahan Kabupaten Lumajang
NO

DESKRIPSI

I
1.1.
II
2.1.
2.1.1.
2.1.2.

PEMBEBASAN LAHAN
Lahan TPA termasuk fasilitas penunjang, buffer zone & IPAL Lindi)
KONSTRUKSI TPST, TPA & FASILTAS LAINNYA
TPA
rehab/optimalisasi TPA eksisting
pembangunan TPA baru

2.2.
2.2.1.
2.2.2.
2.2.3.
2.2.4.
III
3.1.
3.1.1.

TPST lengkap dgn Pengolahan 3R


rehab/optimalisasiTPS eksisting
pembangunan TPS baru kap 10 m3/hr
pembangunan TPS baru kap 20 m3/hr
pembangunan TPS baru kap 50 m3/hr
FASILITAS PEWADAHAN,PEMINDAHAN & PENGANGKUTAN
Pewadahan
Container kap 6 m3

3.2. Pengumpulan
3.2.1 Gerobak sampah 0.75 m3
3.2.2. Motor sampah kap 1,5 m3
3.3. Pengangkutan
3.3.1. Peremajaan alat pengangkut
a. Arm Roll Truck
Kapasitas 6 m3
b. Dump Truck
Kapasitas 6 m3
3.3.2 Pengadaan baru
a. Arm Roll Tuck
Kapasitas 5 m3
b. Dump Truck
Kapasitas 6 m3
3.4 Peralatan Berat di TPA
Bulldozer bobot 15 ton
Excavator bobot 15 ton

Satuan

2015 - 2017

Tahun
2018 - 2022

Ha

2.44

5.17

Ha
Ha

2.44

5.17

unit
unit
unit
unit

1.00
5.00
-

7.00
-

unit

6.50

14.00

unit
unit

24.00
66.00

92.00
444

unit

3.00

unit

7.00

unit

2.00

5.00

unit

6.00

12.00

unit
unit

1.00
1.00

2023 - 2034
15.92
15.92
11.00
26.00
157.00
423
9.00
9.00
20.00
-

|6 - 7

LAPORAN AKHIR
MASTERPLAN DAN DED PERSAMPAHAN
KABUPATEN LUMAJANG

Tabel 6.6 Biaya Investasi Persampahan Kabupaten Lumajang Tahun 2015 - 2034
x Rp 1000
NO

DESKRIPSI

2015

I PEMBEBASAN LAHAN

2016

2017

2018

2019

2,000,000

200,000
200,000
-

200,000
200,000
-

400,000
400,000
-

2020
-

2021

2022

TAHUN IMPLEMENTASI
2024
2025
2026

2023

5,166,356

200,000 10,532,712
- 10,332,712
200,000
200,000
-

400,000
400,000
-

200,000
200,000
-

2027

2028

2029

6,969,295

400,000 13,938,590
- 13,938,590
400,000
-

200,000
200,000
-

200,000
200,000
-

2030
-

2031

2032

2033

TOTAL

2034

8,954,717

23,090,368

200,000 18,109,435
- 17,909,435
200,000
200,000
-

200,000
200,000
-

200,000
200,000
-

600,000
600,000
-

50,830,736

2,186,932 2,147,223 2,748,814 1,856,772


120,000 120,000 240,000 120,000
866,932 877,223 958,814 986,772
1,200,000 1,150,000 1,550,000 750,000
-

56,328,330

II
2.1
2.2
2.3
2.4

KONSTRUKSI TPST, TPA & FASILTAS LAINNYA


TPA
TPST lengkap dgn Pengolahan 3R
Bangunan penunjang

4,650,000
4,000,000
650,000
-

III
3.1
3.2
3.3
3.4

FASILITAS PEWADAHAN,PEMINDAHAN & PENGANGKUTAN


Pewadahan
Pengumpulan
Pengangkutan
Peralatan Berat di TPA

4,905,000 1,340,015 2,535,000 11,464,316


- 150,015 240,000
120,000
655,000 390,000 395,000 4,494,316
4,250,000 800,000 1,900,000 1,150,000
- 5,700,000

IV PROGRAM NON KONSTRUKSI


4.1 Program Bantuan Teknis
4.2 Program Peran Swasta

- 2,675,000 2,600,000
- 2,675,000 2,000,000
- 600,000

900,000
900,000
-

2,840,388
180,000
1,110,388
1,550,000
475,000
475,000
-

1,674,327 3,386,382 3,071,757


120,000 300,000 120,000
1,154,327 1,236,382 1,351,757
400,000 1,850,000 1,600,000
650,000
650,000
-

25,000
25,000
-

25,000
25,000
-

2,689,401 1,136,335
180,000 120,000
609,401 616,335
1,900,000 400,000
25,000
25,000
-

25,000
25,000
-

4,189,141
60,000
629,141
3,500,000
625,000
625,000
-

1,127,862 1,247,545
60,000 120,000
667,862 727,545
400,000 400,000
25,000
25,000
-

50,000
50,000
-

2,823,241 1,270,000
180,000 120,000
743,241 750,000
1,900,000 400,000
50,000
50,000
-

50,000
50,000
-

1,687,878
120,000
817,878
750,000
650,000
650,000
-

25,000
25,000
-

25,000
25,000
-

25,000
25,000
-

25,000
25,000
-

8,950,000

2,411,932 2,172,223 2,973,814 2,481,772


482,386 434,445 594,763 496,354
2,894,319 2,606,668 3,568,577 2,978,127

139,199,434
27,839,887
167,039,321

Total (Rpx 1000)


PPN + Contingenci cost (20%)
Grand total (Rpx1000)

11,555,000 4,215,015 5,335,000 12,764,316


2,311,000 843,003 1,067,000 2,552,863
13,866,000 5,058,018 6,402,000 15,317,179

3,515,388 18,023,396 3,811,382 3,296,757


703,078 3,604,679 762,276 659,351
4,218,466 21,628,075 4,573,658 3,956,108

2,714,401 1,561,335 25,722,025


542,880 312,267 5,144,405
3,257,281 1,873,602 30,866,430

1,352,862 1,297,545
270,572 259,509
1,623,434 1,557,054

3,073,241 1,520,000 29,402,030


614,648 304,000 5,880,406
3,687,889 1,824,000 35,282,436

Sumber : Hasil Analisis Konsultan Tahun 2014

|6 - 8

LAPORAN AKHIR
MASTERPLAN DAN DED PERSAMPAHAN
KABUPATEN LUMAJANG

Tabel 6.10 Rekapitulasi Biaya Investasi Pertahapan Program


NO

DESKRIPSI PROGRAM

PEMBEBASAN LAHAN

KONSTRUKSI TPST, TPA & FASILTAS LAINNYA

3
4

TAHAP 1
Program Mendesak
(tahun 2015-2017)

TAHAP 2
Jangka Menengah
(tahun 2018-2022)

TAHAP 3
Jangka Panjang
(tahun 2023-2034)

TOTAL BIAYA
(Rp.)

2,317,200,000

5,837,982,422

17,994,133,662

26,149,316,084

12,998,800,000

20,253,754,298

58,509,747,520

91,762,301,819

FASILITAS PEWADAHAN,PEMINDAHAN & PENGANGKUTAN

8,870,000,000

26,026,571,433

24,101,742,983

58,998,314,416

PROGRAM NON KONSTRUKSI

5,275,000,000

2,100,000,000

1,575,000,000

8,950,000,000

Total
PPN + Contingenci 20%
Grand Total

29,461,000,000
5,892,200,000
35,353,200,000

54,218,308,153
10,843,661,631
65,061,969,784

102,180,624,166
20,436,124,833
122,616,748,999

185,859,932,319
37,171,986,464
223,031,918,783

Dari tabel 6.10 diatas, diketahui untuk meningkatkan pelayanan persampahan di Kabupaten
Lumajang dalam jangka waktu 20 tahun ke depan diperlukan dana sebesar Rp.
223,031,918,783,-.
6.2.

Rekomendasi

6.2.1

Skenario Pengelolaan

Terkait dengan rencana pengembangan pelayanan persampahan di Kabupaten Lumajang, disamping


harus memperhatikan kondisi kota, kemampuan daerah dan masyarakat serta NSPK yang ada, maka
beberapa alternatif yang perlu dikaji berkaitan dengan beberapa kemungkinan skenario pengembangan
pelayanan yaitu :
Skenario-1,
Merupakan skenario optimasi target Nasional dalam sistem pengelolaan sampah, dengan konsep :
1.
2.

3.

4.
5.

6.

Pencapaian 60% tingkat pelayanan di tahun 2015 sampai tahun 2017 Selanjutnya dengan
optimasi tingkat pelayanan ini akan mencapai 85% pada tahun 2034.
Strategi reduksi sampah di sumber diimplementasikan dengan intensif dalam 10 tahun pertama
melalui program kampanye dan pendidikan masyarakat, sehingga tercapai penurunan angka
timbulan sampah perkapita pada tahun 2019, yang berdampak pada penurunan beban penimbunan
di TPA yang cukup signifikan.
Optimasi minimasi sampah di TPA sebagai implementasi konsep 3R, dilakukan dengan
peningkatan pengomposan hingga 22% tahun 2018, 33% di tahun 2028, hal ini dilakukan dalam
10 tahun pertama,
Implementasi 3R dengan upaya daur ulang anorganik dilakukan dengan intensif dengan mencapai
22% pada tahun 2015 dan 27% tahun 2028,
Pengolahan lain pada skenario dengan konsep 3R. Ditargetkan mencapai 13% tahun 2010 dan 31%
tahun 2028. Pembangunan Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di perdesaan,
dilakukan dengan intensif, hingga mencapai 20% tahun 2010, dan 38% tahun 2028.
Orientasi pengolahan sampah anorganik dilakukan dengan pemberdayaan sektor informal, hingga
mencapai 40% pada tahun 2010, meningkat 42% di tahun 2015, dan pada tahun 2028 mencapai
48%.
|6 - 9

LAPORAN AKHIR
MASTERPLAN DAN DED PERSAMPAHAN
KABUPATEN LUMAJANG

Skenario-2,
Merupakan skenario pelayanan yang ditetapkan dengan pendekatan pencapaian Sasaran Nasional pada
periode akhir perencanaan :
1. Pelayanan 85% baru tercapai pada Tahun 2020, dengan tahapan pencapaian 50% di tahun 2015, dan
pada tahun 2034 sebesar 60%.
2. Pengomposan sebagai implementasi 3R, dengan target 20% di tahun 2015 sampai dengan tahun
2034.
3. Daur Ulang Anorganik sebagai implementasi 3R, ditargetkan 20% di tahun 2015, sampai dengan
tahun 2034.
4. Pengembangan sistem pengelolaan berbasis masyarakat di perdesaan, dilakukan secara konsisten,
sehingga mencapai 20% pada tahun 2034.

Skenario-3,
Merupakan skenario yang di dasarkan pada kemampuan pemerintah dalam mengelola sampah selama
beberapa tahun terakhir, yaitu :

1. Dalam 2 tahun pertama, atau jangka pendek, dilakukan optimalisasi dan rehabilitasi sarana

2.
3.

4.
5.

eksisting, dengan meningkatkan performansi sarana dan prasarana, sehingga Tingkat Pelayanan
mencapai 40% pada tahun 2017, dan meningkat hingga 85% di pada Tahun 2022, 60% pada tahun
2034.
Peningkatan sarana mulai dilakukan dalam jangka menengah hingga jangka panjang sebanyak
40%.
Konsep 3R dilakukan secara bertahap mulai jangka menengah dengan meningkatkan
pengomposan di TPA dan ditingkatkan Kelurahan, hingga tingkat pengomposan mencapai 20%
pada 2034.
Pengolahan sampah anorganik dilakukan di TPS Kecamatan , hingga tingkat pengolahan
mencapai 20% di tahun 2034.
Tingkat Pelayanan Sistem Perkotaan pada Tahun 2015 diperkirakan mencapai 50%, meningkat
ditahun 2020 hingga 60%, dan pada tahun 2034 mencapai 85%.

Dari ketiga skenario dapat dilihat bahwa sebesar apapun proporsi beban pengelolaan yang
ditetapkan bagi Dinas, tetap memerlukan adanya peran dari dua kelompok pengelola lainnya untuk
mencapai tingkat sampah tertangani yang paling optimal.
Penentuan skenario mana yang akan dipilih, sangat ditentukan oleh kebijakan Pemerintah. Banyaknya
aspek pembangunan yang masih harus menjadi prioritas di KabupatenLumajang, ketiga skenario di
atas perlu dianalisis dengan pendekatan tidak saja dari aspek pembiayaan tetapi juga dari aspek
stratgies pembangunan kota.

|6 - 10

LAPORAN AKHIR
MASTERPLAN DAN DED PERSAMPAHAN
KABUPATEN LUMAJANG

Disamping 3 skenario diatas, sebaiknya dalam menangani persampahan Kabupaten Lumajang perlu
memperhatikan arahan RTRW Kabupaten Lumajang dengan memperhatikan Pembagian Zona
Pelayanan.
Dalam Rencana Struktur Wilayah Kabupaten Lumajang, sistem wilayah di bagi menjadi 2 (dua) yaitu :

1. Sistem Perkotaan
2. Sistem Perdesaan
Pola pelayanan sampah di Kabupaten Lumajang sebaiknya memberlakukan Sistem Perkotaan dan
Perdesaan sesuai dengan arahan RTRW Kabupaten Lumajang Tahun 2011-2031. Untuk sistem
perkotaan sampah akan diangkut oleh Bidang Kebersihan Kabupaten Lumajang sampai ke TPS atau
TPST, sedangkan untuk Sistem perdesaan akan digalakkan program TPS dan TPST dan sisa sampai
yang tidak bisa di kurang melalui 3R akan di habiskan ditingkat desa.
Untuk lebih jelasnya Sistem Perkotaan sesuai dengan arahan RTRW Kabupaten Lumajang Tahun
2011-2031 sebagai berikut :

6.2.2

Kelayakan Lokasi TPA

Sebagaimana diketahui Kabupaten Lumajang mempunyai 1 (satu) TPA di Desa Besuk, Kecamatan
Tempeh yang telah beroperasi tahun 1992 dengan sistem Controlled Landfill, luas lahan yang ada 3.8
Ha, luas lahan terbangun 3.58 Ha, Daya Tampung Total sebanyak 29.795 m3, volume deposit 28.116
m3 dan sisa daya tampung 2.640 m3 dan diperkirakan sisa lahan yang tersedia hanya hampu
menimbun sampah sampai akhir tahun 2015.

|6 - 11

LAPORAN AKHIR
MASTERPLAN DAN DED PERSAMPAHAN
KABUPATEN LUMAJANG

TPA Besuk berada pada kawasan bekas penambangan pasir, beberapa kelemahan dari TPA Besuk
adalah jenis batuan dasar disekitarnya adalah lapisan pasir sehingga sangat rentan terjadi pencemaran
oleh air lindi terhadap sumber air tanah. Selain itu di sekitar kawasan TPA Besuk tidak terdapat jenis
tanah penutup yang memenuhi kriteria sehingga pentupan lapisan sampah di TPA Besuk menggunakan
pasir. Hal ini menyebabkan porositas lapisan penutup sampah cukup tinggi sehingga menyebabkan
produksi lindi cukup tinggi.
TPA Besuk tidak bisa dikembangkan lagi mengingat cadangan lahan kepemilikan lahan pemerintah
sudah terbatas. sehingga perlu diantisipasi dengan memindahkannya ke wilayah yang lebih layak
berdasarkan tinjauan beberapa aspek diantaranya :
Ditinjau dari Aspek Tata Guna Lahan
Daerah yang tidak boleh digunakan untuk TPA sampah antara lain :
Daerah danau, sungai dan laut
Daerah perkotaan pemukiman
Daerah pertanian potensial
Daerah industri, daerah konservasi lingkungan
Daerah khusus yang dilestarikan
Daerah yang jaraknya dari lapangan terbang < 1500 meter
Dengan pertimbangan tata guna lahan, zona yang dapat dipilih sebagai zona layak TPA sampah adalah
daerah yang dominasi penggunaannya sebagai tegalan atau padang rumput.
Parameter Geologi Lingkungan
a. Batuan
Jenis batuan sangat berperan dalam mencegah atau mengurangi pencemaran air tanah dan air
permukaan secara alami yang berasal dari leachate (air lindi). Tingkat peredaman sangat tergantung
pada attenuation capacity (kemampuan peredaman) dari batuan. Attenuation capacity mencakup
permeabilitas, daya filtrasi, pertukaran ion, absorbsi, dan lain-lain.
Material batuan berbutir halus seperti batu lempung dan napal mempunyai daya peredaman yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan material besar atau kristalin. Batuan yang telah padu
umumnya juga mempunyai daya peredaman yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan batuan yang
sifatnya masih lepas. Batu gamping dianggap tidak layak untuk menjadi TPA sampah karena batuan
ini umumnya berongga.

|6 - 12

LAPORAN AKHIR
MASTERPLAN DAN DED PERSAMPAHAN
KABUPATEN LUMAJANG

b. Muka air tanah


Kedudukan muka air tanah merupakan parameter penting. Semakin dangkal muka air tanah,
semakin mudah pencemaran terjadi. Daerah dengan kedalaman muka air tanah kurang dari 3
meter dianggap tidak layak untuk menjadi TPA sampah.
c. Kemiringan lereng
Kemiringan lereng berkaitan erat dengan kemudahan pekerjaan konstruksi dan operasional TPA
sampah. Semakin terjal suatu daerah semakin sulit pekerjaan konstruksi dan pengoperasiannya.
Daerah dengan kemiringan lereng lebih dari 20 % dianggap tidak layak untuk menjadi TPA sampah.
d. Curah hujan
Besarnya curah hujan berkaitan dengan tingkat kesulitan penyediaan sarana TPA sampah yaitu
parit pembuang air larian, kolam pengumpul leachate dan oksidasi. Semakin tinggi curah hujan
semakin tinggi pula tingkat kesulitannya.
e. Jarak terhadap sungai
Jarak TPA sampah terhadap sungai ditetapkan 150 meter sebagai buffer tidak layak. Buffer ini
berfungsi sebagi sempadan untuk pengelolaan sungai. Sungai yang diberi adalah sungai permanen.
f. Jarak terhadap patahan (sesar)
Jarak terhadap patahan ditetapkan 100 meter sebagai buffer tidak layak. Buffer TPA sampah
berfungsi untuk mencegah terjadinya pengaruh patahan terhadap konstruksi TPA sampah karena
zona patahan merupakan zona lemah sehingga tidak stabil jika terimbas rombakan gelombang
gempa. Tidak dibedakan antara patahan aktif dan tidak aktif.
g. Kerentanan terhadap gerakan tanah
Daerah yang rentan terhadap gerakan tanah merupakan daerah yang tidak layak bagi lokasi TPA,
karena akan menimbulkan bencana baik terhadap infrastrukturnya sendiri maupun memicu
terjadinya penyebaran pencemaran.
h. Erupsi gunung api
Daerah bahaya erupsi gunung api dianggap tidak layak menjadi TPA sampah karena erupsi gunung
api akan membahayakan operasinya.
i. Banjir
Daerah berbakat banjir dianggap tidak layak menjadi TPA sampah karena banjir dapat merusak
sarana dan prasarana TPA sampah serta dapat menyebabkan pencemaran. Daerah yang layak
untuk TPA sampah harus terbebas dari banjir 25 tahunan.

|6 - 13

LAPORAN AKHIR
MASTERPLAN DAN DED PERSAMPAHAN
KABUPATEN LUMAJANG

j. Jarak terhadap garis pantai


Jarak TPA sampah terhadap garis pantai ditetapkan 250 meter sebagai buffer tidak layak. Buffer ini
berfungsi sebagai sempadan untuk pengelolaan pantai.
k. Daerah lindung
Daerah lindung seperti hutan lindung, cagar alam, cagar budaya dan sebagainya yang ditetapkan
sebagai kawasan lindung oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai daerah yang tidak
layak untuk menjadi TPA sampah.
l. Jarak terhadap pemukiman
Jarak TPA sampah terhadap pemukiman ditetapkan 300 meter sebagai buffer tidak layak. Buffer ini
berfungsi untuk mencegah pencemaran air, gangguan bau, lalat, dan bising yang ditimbulkan dari
TPA sampah.
m. Jarak terhadap jalan raya
Jarak TPA sampah terhadap jalan raya ditetapkan 150 meter sebagai buffer tidak layak. Buffer ini
berfungsi sebagai daerah penyangga terhadap estetika. Jalan yang diberi buffer adalah jalan utama.
n. Jarak terhadap bandara
Jarak TPA sampah terhadap bandara ditetapkan 3000 meter sebagai buffer tidak layak. Buffer ini
berfungsi sebagai pencegah gangguan asap yang berasal dari TPA sampah terhadap keselamatan
penerbangan.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Lumajang Tahun 2012 2032, Pemerintah Kabupaten Lumajang telah
menetapkan kawasan pengembangan TPA berada di Desa Lempeni Kecamatn Tempeh. Diusulkan
untuk diadakan kaji ulang/kelayakan lokasi TPA baru mengingat kawasan rencana pengembangan TPA
baru di Desa Lempeni Kecamatan Tempeh adalah kawasan penambangan pasir dengan jenis batuan
dasarnya adalah pasir.
Lokasi pengembangan TPA Kabupaten Lumajangg diusulkan berada di wilayah utara, mengingat
tataguna lahan diwilayah utara lebih banyak tegalan/perkebunan tanaman keras sengon dan palawija,
jenis batuan yang membentuknya dominansi tanah lempung/liat. Selain itu ketersediaan tanah penutup
di wilayah utara cenderung melimpah.

|6 - 14

Anda mungkin juga menyukai