Anda di halaman 1dari 2

Mengkonsumsi buah setiap hari sangat bermanfaat untuk kesehatan.

Konsumsi buah
telah menjadi gaya hidup orang kebanyakan. Ada dua jenis buah yakni buah lokal dan buah
impor.Namun kebanyakan dari konsumen sekarang ini lebih memilih buah impor dibanding
buah lokal itu sendiri.
Minat konsumen buah Indonesia terhadap buah lokal sangat rendah. Konsumen
cenderung untuk membeli buah impor. Buah lokal memang kebanyakan bermutu rendah.
Itulah sebabnya sedikit sekali buah lokal yang bisa masuk ke supermarket. Sebagai konsumen
sering kita tertipu saat membeli buah lokal. Selain karena mutu buah lokal masih belum baik,
konsumen memilih buah impor karena gengsi. Rasanya lebih bangga menenteng buah apel
Washington atau peer Jianglie daripada membeli apel Malang. Lebih bangga membawa jeruk
murcot daripada membeli jeruk Pontianak
Penyebab utama buah lokal tidak bisa bersaing adalah kebijakan perbuahan yang tidak
memihak produksi buah lokal. Seperti kebijakan di bidang pertanian lainnya yang tidak
berpihak pada produksi lokal, demikian pula kebijakan perbuahan Indonesia. Pemerintah
tidak membuat kebijakan yang bisa memproteksi buah lokal. Selama buah impor masih
membanjiri pasar lokal, maka buah lokal tak akan mampu bersaing.
Penjual apel Malang menuturkan bahwa penjualan apel impor mendominasi hingga
70% dibandingkan apel malang. Dominasi itu terjadi sejak beberapa tahun terakhir. Ada
beberapa masalah mengapa apel impor lebih diminati pembeli daripada apel asli Malang atau
apel lokal lainnya.
Pertama, harga apel impor bersaing dengan apel lokal Malang yaitu sekitar Rp 15.000
per kilogram (kg), sedangkan apel Malang dipatok dengan harga yang sama. Selain itu
ukuran apel impor lebih menarik dan lebih besar. Kemasan apel Malang dinilai juga kalah
bagus dibandingkan apel impor. Perkara seperti ini tentu menjadi masalah bagi penjual buah
apel asli Malang atau apel lokal lainnya. Jika dibandingkan dengan apel impor, Apel Malang
memiliki rasa yang lebih enak dan kandungan gizi yang tidak kalah. Namun karena kalah
bersaing, tak jarang petani apel Malang yang kalah bersaing harus gulung tikar dan beralih
profesi menanam tanaman lain.

Akibat banyak petani apel yang beralih menanam buah, banyak petani apel yang harus
mengambil suplai apel sampai keluar daerahnya. Karena jarak pengambilan suplai apel yang
lebih jauh, pihak petani pun harus merogoh uang lebih banyak untuk ongkos transportasi.
Indonesia tidak membatasi peredaran buah impor. Buah impor bisa beredar sampai ke
pedesaan, bahkan sampai ke sentra produksi. Buah lokal kebanyakan dipanen dari alam oleh
petani sebagai kegiatan sambilan. Belum banyak petani yang benar-benar mengusahakan
buah sebagai bisnis utamanya. Karena dikerjakan sebagai sebuah kegiatan sambilan, maka
kebanyakan petani buah Indonesia tidak terdidik dalam bisnis buah. Mereka tidak
mengerti Good Agriculture Practice yang saat ini menjadi persyaratan untuk bisa masuk ke
pasar modern. Mereka juga tidak paham tentang cara panen dan paska panen. Akibatnya
mutu buah menurun drastis pada fase pasca panen dan saat pengangkutan.

Anda mungkin juga menyukai