Anda di halaman 1dari 6

MENGATASI MASALAH PSIKOLOGIS

YANG TIMBUL AKIBAT KEGAWATAN PADA


ANAK
Suci Murti Karini

.
Pendahuluan
Beberapa penelitian membuktikan bahwa anak yang sakit, apalagi dalam keadaan gawat
darurat serta harus dirawat inap akan memicu timbulnya stres pada keluarga, khususnya
orangtua, maupun pada anak yang dirawat itu sendiri. Beberapa orangtua lainnya mungkin
tidak mengalami stresstress, karena menganggap tim medis dapat mengatasi penyakit anak
dengan baik. Anak yang menderita sakit dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori,
yaitu pasien gawat darurat (keadaan gawat dan terancam tubuh dan nyawanya), pasien
gawat tapi tidak darurat, pasien darurat tetapi tidak gawat, misal akibat musibah yang
terjadi secara tiba-tiba tetapi tidak mengancam tubuh dan nyawanya. Anak dengan kondisikondisi tersebut rentan terhadap timbulnya masalah-masalah psikologis.1
Proses rawat inap pada anak dengan kegawatan merupakan pengalaman yang penuh
dengan stres, mulai dari lingkungan fisik rumah sakit, ruang perawatan, alat-alat medis, bau
yang khas, pakaian

petugas medis, lingkungan social sosial seperti sesama pasien yang

sakit, sikap dokter serta perawat, dan lain sebagainya. Dengan stressor yang cukup banyak,
maka diperlukan kepekaan dari petugas medis apakah pasien dan orangtuanya mengalami
masalah-masalah psikologis atau tidak. Jika memang ditemukan adanya gejala gangguan
psikologis maka perlu penanganan lebih lanjut. 2
Masalah psikologis akibat kegawatan pada anak
Masalah psikologis pada anak dalam kondisi gawat daruratkegawatan sebenarnya tidak
hanya muncul pada anaknya saja tetapi juga pada orangtuanya.
Masalah psikologis pada anak
Masalah psikologis anak sakit yang terkait dengan hospitalisasi pada umumnya sudah
muncul ketika anak pertama kali datang untuk dirawat. Ada anak yang datang dalam kondisi
gawat tetapi masih sadar dan ada juga yang datang dalam kondisi tidak sadar. Jika anak
datang dalam kondisi sadar maka masalah psikologis akan muncul lebih awal, bahkan sejak
awal kedatangan dan jika anak datang dalam kondisi tidak sadar maka masalah psikologis
akan tampak sesudah anak sadar. Berikut ini adalah masalah psikologis yang sering muncul
pada anak:
1. Takut.

Anak yang datang dalam kondisi sadar biasanya merasa takut sejak pertama kali melihat
dokter atau tenaga medis lain dengan pakaian khasnya dan alat-alat yang dibawa.
Manifestas gejala takut ini antara lain dengan menangis, menjerit, atau menolak
pemeriksaan. Perasaan takut ini bisa muncul karena adanya rasa takut mati, terutama
bila pasien sudah remaja. Dia merasa banyak hal yang belum bisa dilakukan. Pada anak
yang kurang dari 2 tahun biasanya pikiran akan kematian belum ada.
2. Cemas
Kecemasan biasanya muncul tanpa ada objek yang nyata, bisa karena persepsi anak
terhadap rumah sakit/ tempat rawat inapnya. Pertama kali datang untuk dirawat, anak
biasanya sudah menunjukkan gejala-gejala cemas yang manifestasinya pada perilaku
seperti rewel, tidak mau ditinggal oleh orangtua dan kalaupun ditinggal sebentar pasti
mencari-cari sambil menangis, serta menolak orang asing yang datang. Manifestasi
cemas pada anak juga bisa dilihat dari perilaku yang tadinya tidak ngompol menjadi
ngompol kembali, mengisap jari/ibu jari. Penelitian di RSUD Pekalongan tahun 2007
mendapatkan bahwa dari 28 anak yang dirawat, sebanyak 60,7 % mengalami cemas
tingkat sedang dan 39,3 % mengalami cemas tingkat tinggi. Jika kecemasan sudah
berlebihan maka memerlukan intervensi psikologis atau psikiatris.
3. Hukuman
Sebagian anak akan menganggap sakit yang dideritanya saat ini adalah hukuman
sebagai balasan dari perbuatannya yang buruk diwaktu yang lalu.
4. Emosi tidak stabil
Anak biasanya mudah marah, sedih, dan mudah tersinggung.
5. Stres
Merupakan kondisi tegang, tekanan batin yang berhubungan dengan adanya rasa takut
dan cemas yang ada pada individu. Stres dapat menyebabkan reaksi fisiologis ditandai
dengan meningkatnya tekanan darah, detak jantung dan gangguan sistem pernafasan
atau reaksi-reaksi fisiologis yang lain. Selain reaksi fisiologis, stres juga menyebabkan
reaksi emosi dan perilaku. Anak bisa melawan atau juga dapat menghindar dari situasi
yang menekan.
6. Depresi
Depresi dapat muncul pada anak dengan gejala kesedihan yang berlarut-larut, rasa
keputusasaan menghadapi penyakitnya dan ketidakberdayaan mengenai masa depan.
Depresi berat ditandai dengan keinginan untuk mati, bisa juga adanya usaha bunuh diri.
Prevalensi depresi berat pada anak yang memiliki masalah klinis pada usia prapubertas
sekitar 1,8 % dan pada anak remaja berkisar antara 3,5- 5 %. Anak perempuan
dilaporkan memiliki gejala depresif lebih bermakna dari pada anak laki-laki.3,4,5

Masalah psikologis pada orang tua


Ketakutan adalah hal yang tidak bisa ditutupi oleh orangtua tentang penyakit gawat darurat
yang diderita anaknya. Hal ini biasanya cukup realistis. Ketika pertama kali diberitahu
tentang diagnosis dan kondisi anak masuk kegawatan serta prognosis yang kurang baik
maka reaksi orang tua atau keluarga pasien pada umumnya melalui beberapa fase:
1. Fase syok dan tidak percaya
Hal ini dapat dilihat dari perilaku orangtua yang terus bertanya-tanya pada dokter atau
perawat. Pada fase ini ada kemungkinan orangtua mencari pendapat dokter kedua.
2. Fase kemarahan
Orang tua sering menunjukkan kemarahan pada diri mereka sendiri maupun kepada
petugas medis. Perasaan marah tersebut bisa tercampur dengan perasaan bersalah. Jika
kemarahan berlarut-larut maka dapat menghambat proses terapi.
3. Fase depresi dan kesedihan
Pada fase ini orangtua akan mulai merasakan kesedihan memikirkan penyakit anaknya
dan perasaan takut kehilangan anak.
4. Fase adaptasi dan pengaturan
Pada fase ini orang tua biasanya sudah bisa melihat sakit anaknya dengan realistis dan
menerima kondisi anak serta menerima terapi yang akan dilakukan tim medis. Biasanya
orangtua sudah mulai semangat dengan program terapi yang dilakukan oleh tim medis.
Namun demikian, ada juga orang tua yang bersikap fatalism yaitu menerima tetapi
tanpa usaha dan ada pula yang menganggap enteng penyakit anak.
Pada beberapa kasus, tiga fase pertama dengan emosi yang bervariasi mungkin dapat
muncul dalam satu waktu. Seringkali kecemasan orang tua dikomunikasikan kepada anak
secara verbal maupun non verbal. Orang tua menjadi kurang kooperatif selama mereka
berada di rumah sakit.5,6
Upaya mengatasi masalah
Masalah-masalah psikologis pada anak dengan kondisi gawat daruratkegawatan timbul baik
pada pasien itu sendiri maupun orangtuanya, sehingga upaya untuk mengatasi masalah
tersebut juga perlu dilakukan untuk kedua pihak, yaitu anak dan orangtuanya.
Mengatasi masalah pada anak
Pada anak yang masih berusia balita kebanyakan tidak mengeluh secara verbal namun
dengan bahasa non verbal

dan ekspresi wajah. Pada anak yang sudah usia sekolah

biasanya keluhan verbal akan lebih banyak. Pendekatan psikologis yang dilakukan oleh tim
medis

perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain: tidak berbicara dengan cara

merendahkan anak; tidak menyampaikan kepada anak bahwa pendapat ataupun pikirannya

adalah kekanak-kanakan; tidak menertawakan anak tentang apa yang dikatakan; dan tidak
terlalu banyak bercanda; tidak membohongi anak, misalnya mau memberi suntikan
mengatakan tidak sakit padahal sakit; dan untuk anak-anak yang usianya lebih dari 5 tahun
dapat dibiasakan untuk berbicara secara sederhana kepada mereka tentang rumah sakit,
gejala penyakit, diagnosis dan penanganan yang akan diberikan, sehingga diharapkan anak
akan memahami penyakitnya. Dapat dipergunakan gGambar2-gambar dapat dipergunakan
untuk

mengilustrasikan

dan

menjelaskan

masalah

pasien,

problem

sehinggayang

diharapkan akan dapat berguna membantu pemahaman anak. Selain itu,


Ttidak disarankan untuk berbicara pada anak dengan suara yang keras, karena suara keras
tidak menentramkan anak.
Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan

rasa takut , cemas, serta masalah psikologis

lainnya pada anak dapat berkurang .7,8


B.Mengatasi masalah pada orang tua.
Untuk mengatasi masalah

psikologis yang muncul pada orang tua yang anaknya

mengalami sakit dengan kondisi kegawatankegawatan, maka diperlukan konseling atau


komunikasi, informasi dan edukasi yang dilakukan oleh dokter/tim medis kepada orang tua
pasien. Tujuan dari dilakukannya konseling ini antara lain adalah: agar orang tua dan tim
medis bisa saling memahami kondisi anak serta timbul s. Sikap toleransi dari orang tua
juga diharapkan akan terbentuk, dan orang tua sehingga orangtua mau bekerja keras serta
berkorban untuk proses kesembuhan anaknya. Dengan aAdanya sikap orang tua tersebut
diharapkan maka anak akan mempunyai semangat hidup dan, bersedia menjalani proses
pengobatan. Orang tua dan anak diharapkan dapat berpikir positif.
Upaya pendekatan yang disarankan terhadapterhadap orang tua pasien adalah: :
Y yakinkan pada orang tua pasien bahwa mereka dapat konsultasi dengan dokter yang
bertugas dan jika menemui masalah, d.Dorong orang tua untuk bersikap positif dalam
menghadapai anak sakit;.
C ciptakan suasana informal dengan orang tua pasien

sehingga terdorong untuk

curhat/ mengungkapkan perasaannya pada dokter;.


T tidak menyampaikan

suatu

informasi

yang berlebihan

tersebut tidak diminta oleh orang tua;.


L lakukan konseling pada tempat yang privacy .;
Ggunakan bahasa yang mudah dipahami;.
T tunjukkan empat;i
B beri perhatian dalam komunikasi dengan kontak mata; .
Ppahami masalah sosial budaya dari keluarga pasien; dan.

sedangkan informasi tsb

M memberi

bantuan untuk melakukan evaluasi tentang jadwal harian pengobatan,

,missalnya : apakah anak mudah/sulit minum obat, apakah resep sudah dibelikan, dan lain
sebagainya dll. Sebaliknya,
U upaya yang kurang disarankan terhadap orang tua pasien antara lain adalah diskusi
dengan teman atau sesama petugas tentang kondisi pasien yang memburuk didepan anak,
meratap dan putus harapan didepan pasien.7,8
PENUTUP Simpulan.
Anak dengan penyakit gawat darurat perlu pendekatan dari berbagai aspek, t. Tidak
hanya

aspek medis tetapi juga masalah psikologis yang timbul karena kondisi sakitnya.

KDibutuhkan kerjasama yang baik antara keluarga, dokter dan perawat sangat dibutuhkan.
Dengan memperlakukan anak

dan orang tuanya dengan komunikasi yang baik dan lembut

maka akan mengurangi masalah-masalah psikologis yang timbul dari kondisi

kegawat

daruratankegawatan anak.

Daftar pustaka
1. Supartini Y. Parents experience of their childs care during hospitalization. 2004.
2. Huriani, E, Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat, FK Kep Unand, 2010, http:
/www.fkep unand ac.id/images.diakses 10 Februari 2014
3. Pratiwi YS. Penurunan tingkat Kecemasan anak rawat inap dengan permainan
Hospital Story di RSUD Kraton Pekalongan. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 2012;5(2)
4. Steinhauer PD, Rae G. Psychological problems of the child and the family. USA: Basic
Book;
5. Odgen J. Health psychology a textbook. USA. Bristol PA; 1999
6. Wong ID. Pediatric nursing . United state: Mosby; 1997
7. Anonim..Psychosocial effects of complex emergencies: symposium report.
Washington: America red cross; 1999
8. Schroeder CS, Gordon BN. Assessment & treatment of childhood problems. New York:
The Guilford Press; 2002.

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Odgen J. Health psychology a textbook. USA. Bristol PA; 1999


Anonim..Psychosocial effects of complex emergencies: symposium report. Washington:
America red cross; 1999
Pratiwi YS. Penurunan tingkat Kecemasan anak rawat inap dengan permainan Hospital
Story di RSUD Kraton Pekalongan. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 2012;5(2)
Schroeder CS, Gordon BN. Assessment & treatment of childhood problems. New York:
The Guilford Press; 2002.
Steinhauer PD, Rae G. Psychological problems of the child and the family. USA: Basic
Book; 1983
Supartini Y. Parents experience of their childs care during hospitalization. 2004.
Wong ID. Pediatric nursing . United state: Mosby; 1997
-

Anda mungkin juga menyukai