Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Definisi
Malaria serebral adalah suatu komplikasi berat dari infeksi Plasmodium
falciparum yang ditandai demam yang sangat tinggi, gangguan kesadaran, kejang yang
terutama terjadi pada anak, hemiplegi dan berakhir pada kematian jika tidak
secepatnya mendapatkan perawatan yang tepat. Pada malaria falciparum, 10% kasus
akan mengalami komplikasi malaria serebral dan jumlah ini memenuhi 80% kematian
pada malaria. Malaria serebral merupakan penyebab utama ensefalopati non-traumatik
di dunia, sehingga merupakan penyakit parasitik terpenting pada manusia (Brust, 2007).
Etiologi
Penyebab malaria serebral adalah akibat sumbatan pembuluh
darah kapiler di otak karena menurunnya aliran darah efektif dan
adanya hemolisa sel darah. Hal tersebut dikarenakan oleh infeksi
Plasmodium falciparum yang ditularkan oleh nyamuk anopheles
betina (Combes; Coltel; Faille; Wassmer; Grau, 2006).
Epidemiologi
Di daerah mana saja yang terdapat suhu yang sesuai, yaitu
melebihi isotherm 16C, serta terdapat koeksistensi manusia dan
nyamuk Anopheles sp, maka terdapat faktor risiko untuk penularan
malaria. Kelima-lima parasit Plasmodium yang bisa menginfeksi
manusia terdistribusi di tempat geografis yang berbeda. Plasmodium
falciparum paling sering ditemui di Afrika Sub-Sahara dan Melanesia;
Plasmodium vivax pula ditemui di Amerika Sentral, Amerika Selatan,
Afrika Utara, Timur Tengah, dan subkontinen India; Plasmodium Ovale
ditemui hampir secara eksklusif di Afrika Barat; Plasmodium malariae
bisa ditemui di seluruh dunia walaupun terkonsentrasi di Afrika dan
Plasmodium knowlesi yang sejak kebelakangan ini didokumentasikan
malaria
tidak
serebral
dapat
ditandai
dengan
koma
dengan
keadaan
klinis
ringan
seperti
apatis,
somnolen,
delirium,
dan
lain
dapat
malaria
disingkirkan.
serebral
setelah
Penurunan kesadaran
menetap unuk waktu lebih dari 30 menit, tidak sementara panas atau
hipoglikemi membantu meyakinkan keadaan malaria serebral. Kejang,
kaku kuduk dan hemiparese dapat terjadi walaupun cukup jarang.
Pada pemeriksaan neirologi reaksi mata divergen, pupil ukuran
normal
dan
pendarahan.
orang
reaktif,
funduskopi
Papiledema
normal
jarang reflek
atau
kornea
dapat
normal
terjadi
pada
Pada
keadaan
berat
penderita
dapat
mengalami
orang dewasa dapat 2-3 hari, sedang pada anak satu hari (Zulkarnain,
2009).
Penegakan diagnosis
Penegakan diagnosis meiputi anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
(Permenkes, 2012)
a. Anamnesis
Keluhan utama pada malaria adalah demam, menggigil, berkeringat dan dapat
disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal pegal
gangguan mental, nyeri tengkuk. Pada anamnesis juga perlu ditanyakan:
1. riwayat berkunjung ke daerah endemik malaria;
2. riwayat tinggal di daerah endemik malaria;
3. riwayat sakit malaria/riwayat demam;
4. riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir;
5. riwayat mendapat transfusi darah
b. Pemeriksaan fisik
1. Sering dijumpai splenomegali dan hepatomegali.
2. Gangguan kesadaran atau koma (biasanya 24 72 jam) dewasa GCS < 11
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan dengan mikroskop merupakan gold standard (standar baku)
untuk diagnosis pasti malaria. Pemeriksaan mikroskop dilakukan dengan
membuat sediaan darah tebal dan tipis. Pemeriksaan sediaan darah (SD)
tebal dan tipis di rumah sakit/Puskesmas/lapangan untuk menentukan:
a) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif);
b) Spesies dan stadium Plasmodium;
c) Kepadatan parasit:
1) Semi Kuantitatif
(-) = negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB/lapangan
pandang besar)
(+) = positif 1 (ditemukan 1 10 parasit dalam 100 LPB)
(++) = positif 2 (ditemukan 11 100 parasit dalam 100 LPB)
(+++) = positif 3 (ditemukan 1 10 parasit dalam 1 LPB)
(++++) = positif 4 (ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB)
Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu:
- Kepadatan parasit < 100.000 /ul, maka mortalitas < 1 %
- Kepadatan parasit > 100.000/ul, maka mortalitas > 1 %
- Kepadatan parasit > 500.000/ul, maka mortalitas > 50 %
2) Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah
tebal (leukosit) atau sediaan darah tipis (eritrosit).
Contoh :
Jika dijumpai 1500 parasit per 200 lekosit, sedangkan jumlah
lekosit 8.000/uL maka hitung parasit = 8.000/200 X 1500 parasit =
60.000 parasit/uL.
Jika dijumpai 50 parasit per 1000 eritrosit = 5%. Jika jumlah
eritrosit 4.500.000/uL maka hitung parasit = 4.500.000/1000 X 50
= 225.000 parasit/uL.
2. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test/RDT)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria,
dengan menggunakan metoda imunokromatografi. Tes ini digunakan
pada unit gawat darurat, pada saat terjadi KLB, dan di daerah terpencil yang
tidak tersedia fasilitas laboratorium mikroskopis. Hal yang penting perlu
diperhatikan adalah sebelum RDT dipakai agar terlebih dahulu membaca
cara penggunaannya pada etiket yang tersedia dalam kemasan RDT untuk
menjamin akurasi hasil pemeriksaan. Saat ini yang digunakan oleh Program
Pengendalian Malaria adalah yang dapat mengidentifikasi P. falcifarum dan
non P. Falcifarum.
3. Pemeriksaan dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Sequensing
DNA
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada fasilitas yang tersedia. Pemeriksaan
ini penting untuk membedakan antara re-infeksi dan rekrudensi pada P.