Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan paradigma dari administrasi negara ke administrasi publik dan
tuntutan perubahan dari government

ke governance mensyaratkan perlunya

peningkatan akuntabilitas publik. Hal ini adalah upaya dari pendayagunaan


aparatur pemerintahan dengan harapan dapat mewujudkan system administrasi
publik yang benar-benar bisa dan mampu mempraktikan prinsip good governance.
Konsep akuntabilitas mencakup eksistensi dari suatu mekanisme yang
meyakinkan politisi dan pejabat pemerintahan terhadap aksi perbuatannya dalam
penggunaan sumber-sumber publik dan kinerja perilakunya. Aplikasi akuntabilitas
dalam penyelenggaraan pemerintahan diawali pada saat penyusunan program
pelayanan publik dan pembangunan, pembiayaannya, pelaksanaan, pemantauan
dan penilaiannya sehingga program tersebut dapat memberikan hasil atau dampak
seoptimal mungkin sesuai dengan sasaran atau tujuan yang ditetapkan. Para
penyelenggara

pemerintahan

menerapkan

prinsip

akuntabilitas

dalam

hubungannya dengan masyarakat/publik, dengan aparat bawahan yang ada di


dalam instansi pemerintahan itu sendiri, dan kepada atasan mereka.
Perkembangan reformasi sektor publik yang begitu dinamis saat ini tidak
dapat dilepaskan dari tuntutan masyarakat yang melihat secara kritis buruknya
kinerja pemerintah dalam mengelola sumber daya publik. Perubahan berbagai
aspek yang dibawa oleh arus reformasi telah menimbulkan tuntutan yang beragam
terhadap pengelolaan keuangan yang baik.
Anggaran pada sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah
alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter yang
menggunakan dana milik rakyat. Hal inilah yang menjadi perbedaan dengan
anggaran sektor swasta karena tidak berhubungan dengan pengalokasian dana dari
masyarakat. Pada sektor publik pendanaan organisasi berasal dari pajak dan
retribusi, laba perusahaan milik daerah atau negara, pinjaman pemerintah berupa

utang luar negeri dan obligasi pemerintah, serta sumber dana lain yang sah dan
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan.
Anggaran merupakan komponen penting dalam sebuah organisasi, baik
organisasi sektor swasta maupun organisasi sektor publik. Anggaran merupakan
implementasi dari rencana dari rencana strategi yang telah ditetapkan. Selain itu
anggaran merupakan komponen utama dalam perencanaan.
Anggaran merupakan rencana tindakan-tindakan pada masa yang akan
datang untuk mencapai tujuan organisasi. Pada organisasi sektor swasta (bisnis),
tujuan dimaksud adalah mencari laba (profit oriented), sementara pada organisasi
sektor publik/non-bisnis tidak (nonprofit oriented). Oleh karena tujuannya
berbeda, maka rencana kerja yang disusun juga berbeda. Dengan demikian,
pendekatan dalam penyusunan anggaran di kedua jenis organisasi juga berbeda.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1.
Apakah yang dimaksud partai politik?
2.
Apa fungsi dan tujuan partai politik?
3.
Bagaimana penyusunan anggaran partai politik?
4.
Bagaimana penyusunan pelaporan keuangan dalam partai politik?
5.
Bagaimana bentuk pengawasan dari pemerintah terhadap partai politik?
6.
Bagaimana akuntabilitas organisasi partai politik?
7.
Bagaimana bentuk akuntabilitas dana kampanye?
8.
Kemana dan kapan dana kampanye organisasi partai politik dilaporkan?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang diharapkan dalam pembahasan rumusan masalah di
atas antara lain :
1.
Memahami pengertian dari partai politik
2.
Mengetahui fungsi dan tujuan partai politik
3.
Mengetahui penyusunan anggaran partai politik
4.
Mengetahui penyusunan pelaporan keuangan dalam partai politik
5.
Mengetahui bentuk pengawasan dari pemerintah terhadap partai politik
6.
7.
8.

Memahami akuntabilitas organisasi partai politik


Mengetahui bentuk akuntabilitas dana kampanye
Mengetahui pelaporan dana kampanye organisasi partai politik

9.

dilaporkan
Memahami audit dana kampanye partai politik

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Partai Politik


Partai politik di Indonesia adalah organisasi yang bersifat nasional dan
dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar
kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela
kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pengertian ini
tercantum dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai
Politik.
Partai Politik dinilai berdasarkan produk politik yang dihasilkan partai
Politik bersangkutan oleh basis massanya atau yang sering disebut dengan
konstituen. Kemampuan untuk mengemas produknya menjadi opini publik yang
membuat masyarakat yakin akan perubahan kehidupannya ke arah yang lebih
baik, adalah mudal utama sebuah Partai Politik. Partai Politik sendiri adalah
institusi politik yanng berupa organisasi nonpemerintahan yang didirikan untuk
memperjuangkan hak dan kewajiban warga negara dalam rangka menciptakan
kesejahteraan serta kedaulatan rakyat. Perbedaan antara partai politik dari
lembaga sosial kemasyarakatan lainnya adalah bahwa Partai Politik dapat
berperan dalm penentuan kebijakan publik, dimana kebijakan tersebut bisa
membawa dampak kemaslahatan yang lebih luas bagi masyarakat dan
mengakibatkan risiko pertanggungjawaban menjadi lebih besar.
Janji perubahan yang didengungkan selama kampanye akan teruji, terlepas
dari apakah Partai Politik itu menang atau kalah dalam pertarungan Pemilu. Partai
Politik yang lulus dalam masa keterujiannya akan dapat langgeng memainkan
perannya. Akuntabilitas dan kredibilitas produk yang ditawarkan Partai Politik
menjadi pertimbangan tersendiri bagi masyarakat pemilih untuk memberikan
keputusan lulus atau tidaknya. Walaupun menjadi institusi yang strategis dan elit
dalam memperjuangkan kepentingan rakyat, namun Partai Politik sebenarnya
merupakan sebuah institusi inklusif yanfg membutuhkan dukungan massa
sebanyak mungkin untuk memenangkan produk partainya.
Dalam ruang gerak Partai Politik sendiri terikat dengan peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia. Tata cara pembentukan Partai Politik
termasuk syarat-syarat pembentukkannya dapat dilihat dalam UU RI No. 31
Tahun 2002 tentang Partai Politik, dimana terdapat ketentuan umum mengenai
kepengurusan Partai Politik, larangan, dan sanksi yang harus diikuti oleh Partai
Politik. Ketentuan mengenai Partai Politik yang dapat menjadi peserta pemilu
secara lebih jelas diatur dalam UU RI No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan

Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan


Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
2.2 Fungsi dan Tujuan Partai Politik
Tujuan adanya Partai Politik adalah untuk mencari dan mempertahankan
kekuasaan guna melaksanakan dan mewujudkan program-program yang telah
mereka susun sesuai dengan ideologi tertentu secara konstitusional.Dalam negara
demokrasi, Partai Politik menyelanggarakan beberapa fungsi yang akan dijelaskan
dibawah ini, yaitu:
a)

Partai Politik sebagai Sarana Komunikasi Politik


Partai Politik menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat

serta mengaturnya sedemikian rupa, sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam


masyarakat menjadi berkurang.
b)

Partai Politik sebagai Sarana Sosialisasi Politik


Sosialisasi politik diartikan sebagai proses sikap dan orientasi seseorang

terhadap fenomena politik dalam mengikuti kecenderungan masyarakatnya. Selain


itu, sebagai pelaku pendidikan politik untuk anggotanya dan masyarakat luas,
warga negara Republik Indonesia juga dalam hak dan kewajibannya dalm
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
c)

Partai Politik sebagai Sarana Rekrutmen Politik


Untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam

kegiatan politik, rekruitmen anggota partai merupakan upaya regenerasi


kepemimpinan. Dengan demikian, Partai Politik dapat memperluan partisipasi
politik.
d)

Partai Politik sebagai Sarana Pengatur Konflik


Dalam demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat

merupakan hal yang wajar. Jika sampai terjadi konflik, partai politik berusaha
untuk mengatasinya.

2.3 Anggaran Partai Politik


PP No. 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan kepada Parpol. Juga
dijelaskan Permendagri No. 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara
Penghitungan,

Penganggaran

dalam

APBD,

Pengajuan

dan

Laporan

Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Parpol.


Perhitungan harusnya sesuai dengan Permendagri . Untuk nilai bantuan
persuara, digunakan perhitungan, jumlah anggota DPR dikali bantuan keuangan,
kemudian dibagi jumlah perolehan suara pemilu. Lalu untuk jumlah bantuan
keuangan, dihitung dengan mengalikan antara jumlah perolehan suara parpol
danan nilai bantuan persuara.
Dalam menyusun anggaran untuk kegitan operasinya, partai politik
membutuhkan sumber- sumber pendanaan. Sumber pendanaan yang ada dalam
partai politik adalah:
Keuangan partai politik bersumber dari:

Iuran anggota

Sumbangan yang sah menurut hukum

Bantuan dari anggran negara

Sumbangan yang sah menurut hukum dapat berupa unag, batang, fasilitas,
peralatan, dan/ jasa. Bantuan dari anggaran negara yang diatur dalam perturan
pemerintah diberikan secara proporsional kepada partai politik yang mendapatkan
kursi di lembaga perwakilan rakyat. Sumbanagn dari anggota dan bukan anggota
yang sah menurut hukum paling banyak senilai Rp. 200.000.000 dalam waktu 1
tahun. Sumbangan dari perusahan dan/atau badan usaha yang sah menurut
hukumpalng banyak senilai Rp. 800.000.000 dalam waktu 1 tahun
Salah satu kegunaan dalam anggaran dalam partai politik adalah untuk
kampanye, yang nerupakan mome khusus dalam rangkaian pemilu yang
disediakan oleh KPU bagi para konsestan pemilu. Dalam masa kampanye yang
sudah ditentukan waktunya, setiap konsestan pemilu bebas untuk memasarkan
program-program politikya kepada masyarakat. Bebas disini adalah selama
masih berada dalam rambu- rambu yang mengatur ketentuan kampanye dari KPU.
Kampanye partai politik untuk promosi dan pembentukan opini publik sudah
pasti memerlukan dana yang besar. Segala sesuatu yang berkaitan dengan
6

penggunaan dana yang besar pasti akan menimbulkan kerawanan. Mulai dari
rawan kolusi, rawan korupsi, hingga rawan konflik, seperti banyak pihak secara
royal menghadiahkan sejumlah uang kepada konsestan pemilu yang diperkirakan
akan mampu memberikan keuntungan besar bagi donatur, bila kandidat yang
dijagokan menang. Selain itu, berbagai kekhawatiran juga muncul dengan adanya
penggunaan dan publik (APBN/APBD) untuk membiayai kampanye pemilu
konsestan tertentu. Perbuatan tersebut sangat tidak etis dan melanggar hukum.
Oleh karena itu, aturan main yang jelas dan tegas mengenai kampanye partai
politik sangat diperlukan. Aturan yang ada ditujukan untuk membangun sistem
pertanggungjawaban publik (akntabilitas).

2.4 Penyusunan Pelaporan Keuangan dalam Partai Politik


Keuangan Partai Politik bersumbe dari iuran anggota, sumbangan yang sah
menurut hukum, dan bantuan dari anggaran negara. Sumbangan yang sah menurut
hukum dapat berupa uang, barang, fasilitas, peralatan, dan/atau jasa. Bantuan dari
anggaran negara (yang diatur dalam peraturan pemerintah) diberikan secara
proporsional kepada Partai Politik yang mendapat kursi di lembaga perwakilan
rakyat. Sumbangan dari anggota dan bukan anggota yang sah menurut hukum
paling banyak senilai Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dalam waktu 1 (satu)
tahun. Dan sumbangan dari perusahaan dan/atau badan usaha yang sah menurut
hukum paling banyak senilai Rp800.000.000 (delapan ratus juta rupiah) dalam
waktu 1 (satu) tahun.
Laporan keuangan yang dibuat oleh Partai Politik adalah laporan keuangan
tahunan dan laporan dana kampanye. Penyusunan Laporan Keuangan Tahunan
Partai Politik mengacu pada PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No.
45 tentang akuntansi untuk organisasi nirlaba, yang dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia dan terdiri atas laporan berikut ini:

Laporan Posisi Keuangan.

Laporan Aktivitas.

Laporan Perubahan dalam Aktiva Neto/Ekuitas.

Laporan Arus Kas.


7

Catatan atas Laporan Keuangan.


Selain mengacu pada PSAK No. 45, penyusunan laporan keuangan Partai

Politik juga terikat pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam perundangundangan RI mengenai partai politik dan Pemilu, seperti UU No. 31 tahun 2002
tentang Partai Politik dan UU No. 12 tahun 2003 tentang Pemilu. Ketentuan teknis
tentang pedoman penyusunan laporan keuangan untuk Partai Politik terdapat
dalam SK KPU No. 676 tahun 2003 tentang Tata Administrasi Keuangan dan
Sistem Akuntansi Keuangan Partai Politik, serta Pelaporan Dana Kampanye
Peserta Pemilihan Umum. Keputusan KPU No. 676 Tahun 2003 tentang Tata
Administrasi Keuangan dan Sistem Akuntansi Keuangan Partai Politik serta
Pelaporan Dana Kampanye Peserta Pemilu.

2.5 Bentuk Pengawasan dari Pemerintah Terhadap Partai Politik


Pengawasan dari pemerintah terhadap partai politik sendiri dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a)

Melakukan penelitian secara substantif dan administratif terhadap akta

b)

pendirian Partai Politik.


Melakukan pengecekan terhadap kepengurusan Partai Politik yang

c)

tercantum dalam akta pendirian Partai Politik dan kepengurusan.


Melakukan pengecekan terhadap nama, lambang, dan tanda gambar Partai

d)

Politik.
Menerima laporan perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga,
nama, lambang, dan tanda gambar Partai Politik, pembubaran/
penggabungan Partai Politik.

Dan pengawasan atas Partai politik di Indonesia di lakukan oleh:


a)
b)
c)

Departemen Kehakiman
Komisi Pemilihan Umum
Departemen Dalam Negeri

2.6 Akuntabilitas Organisasi Partai Politik

Pertanggungjawaban keuangan organisasi Partai Politik, sebagai suatu


entitas yang menggunakan dana publik yang besar, harus transparan sehingga
pertanggungjawaban keuangan merupakan hal yang tidak dapat ditawar
lagi.Pertanggungjawaban keuangan organisasi Partai Politik, sebagai suatu entitas
yang menggunakan dana publik yang besar, harus transparan sehingga
pertanggungjawaban keuangan merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi.
Sebagai bentuk kepatuhan terhadap Undang-undang Partai Politik dan UU
Pemilu,

seluruh

sumber

daya

keuangan

yang

digunakan

harus

dipertanggungjawabkan kepada para konstituennya.


Bentuk pertanggungjawaban pengelola keuangan partai politik serta pemilu
adalah penyampaian Laporan Dana Kampanye (semua peserta pemilu) serta
Laporan Keuangan (khusus untuk Partai Politik), yang harus diaudit Akuntan
Publik, ke KPU serta terbuka untuk diakses publik. Selain menekan potensi
kecurangan dalam penggalangan dana, standardisasi laporan keuangan partai
politik juga bisa dijadikan dasar pertimbangan untuk menetapkan pilihan secara
cerdas dan rasional. Di luar kepentingan untuk menjalankan fungsi kontrol atas
Partai Politik yang ada, calon pemilih untuk Pemilu 2009 nanti bisa mencermati
derajat sehat-tidaknya Partai Politik dari Laporan Tahunan yang disampaikannya
secara terbuka ke publik. Pemilih seperti dihadapkan dengan perusahaan yang
dipercaya bisa membawa aspirasinya secara berkesinambungan.
2.7 Bentuk Akuntabilitas Dana Kampanye
Di seluruh belahan dunia, Pemilu merupakan momen terbesar demokrasi.
Terbesar dari segi anggaran yang harus dikeluarkan, terbesar gesekan politiknya,
dan terbesar pengaruhnya terhadap keberlanjutan pembangunan sosial politik
suatu negara. Kampanye Partai Politik merupakan momen khusus dalam
rangkaian pemilu yang disediakan oleh KPU bagi para kontestan Pemilu. Dalam
masa kampanye yang sudah ditentukan waktunya, setiap kontestan pemilu bebas
untuk memasarkan program-program politiknya kepada masyarakat, selama masih
berada dalam rambu-rambu yang mengatur ketentuan kampanye dari KPU.
Kampanye Partai Politik untuk promosi dan pembentukan opini publik

sudah pasti memerlukan dana yang besar. Karena itu, segala sesuatu yang
barkaitan dengan penggunaan dana yang besar pasti akan menimbulkan
kerawanan. Mulai dari rawan kolusi, rawan korupsi, dan rawan konflik. Misalnya,
banyak pihak secara mudah menghadiahkan sejumlah uang kepada kontestan
Pemilu yang dihitung-hitung akan mampu memberikan keuntungan besar buat
donatur, bila saja kandidat yang dijagokan menang. Selain itu, berbagai
kekhawatiran juga muncul bahwa dana publik (APBN/ APBD) akan digunakan
untuk membiayai kampanye Pemilu kontestan tertentu. Perbuatan tersebut sangat
tidak etis dan melanggar hukum. Oleh sebab itu, aturan yang ada disetujui untuk
membangun sistem pertanggungjawaban publik (akuntabilitas).
Akuntantabilitas

yang

tinggi

dapat

meminimalisir

kecurigaan

penyalahgunaan dana dan mengantisipasi munculnya konflik. Kebutuhan untuk


menciptakan good political party governance dirasakan sangat mendesak,
terutama bagi para partai politik peserta pemilihan umum. Dalam setiap tahapan
Pemilu, diselenggarakan kampanye. Untuk pemilu legislatif, pelaporan dana
kampanye dilakukan oleh Partai Politik yang menjadi peserta Pemilu tahun 2004.
Pada Pemilu Presiden tahun 2004, pelaporan dana kampanye dilakukan tim sukses
masing-masing kandidat presiden dan wakil prediden. Sedangkan pelaporan dana
kampanye untuk PILKADA dilakukan oleh tim sukses kandidat kepala daerah di
tiap daerah.
Beberapa peraturan perundang-undang dibawah ini yang mengatur
mengenai Pelaoran Dana Kampanye Partai Politik:

Peraturan KPU No 1 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaporan Dana


Kampanye Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, serta Calon Anggota

Dewan Perwakilan Daerah Tahun 2009


Peraturan KPU No 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Audit Laporan
Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye Partai Politik Peserta
Pemilihan

Umum Anggota

Dewan

Perwakilan

Rakyat,

Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat

10

Daerah Kabupaten/Kota Serta Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah

Tahun 2009
Peraturan KPU No 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaporan Dana
Kampanye Peserta Pemilihan Umum dalam Penyelenggaraan Pemilihan

Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009


Peraturan KPU No 55 Tahun 2009 tentang Pedoman Audit Laporan
Penerimaan dan Penggunaan Dana Kampanye Pasangan Calon Presiden
dan Wakil Presiden serta Tim Kampanye dalam Pemilihan Umum

Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009


Peraturan KPU No 6 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaporan Dana
Kampanye Peserta Pemilihan Umum Dalam Penyelenggaraan Pemilihan

Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah


Peraturan KPU No 7 Tahun 2010 tentang Pedoman Audit Laporan Dana
Kampanye Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

2.8 Pelaporan Dana Kampanye Organisasi Partai Politik


Dalam pasal 79 UU No. 12 tahun 2003 tentang Pemilu disebutkan bahwa
seluruh laporan dana kampanye peserta Pemilu, baik penerimaan maupun
pengeluaran,, wajib diserahkan ke akuntan publik terdaftar selambat-lambatnya 60
hari sesudah hari pemungutan suara. Sementara itu, akuntan publik wajib
menyelesaikan audit selambat-lambatnya 30 hari kemudian dan hasilnya
dilaporkan ke KPU selambatnya tujuh hari sesudah diaudit.
Ketentuan tersebut dimaksudkan agar terwujud akuntabilitas mengenai
Pengelolaan Dana Kampanye Pemilu sehingga dapat menepis tuduhan akan
adanya praktik-praktik politik uang (money politics). Tapi pada kenyataannya,
berdasarkan data dan catatan di KPU hingga batas waktu yang ditetapkan 12 Juli
2004, baru tujuh Partai Politik yang menyerahkan hasil audit dana kampanye
Pemilu legistalif. Ini artinya masih ada tujuh belas Partai Politik yang belum
menyerahkan audit dana kampanyenya ke KPU. Akibatnya, Komisi Pemilihan
Umum memperpanjang batas waktu penyerahan hasil audit dana kampanye Partai
Politik hingga tanggal 27 Juli 2004. Untuk itu KPU mengirimkan surat peringatan
11

lagi kepada Partai Politik yang belum menyerahkan laporan.


Partai Politik enggan untuk menyerahkan laporan dana kampanye terutama
Partai Politik yang tidak memperoleh kursi legislatif. Di samping itu, keengganan
Partai Politik melaporkan audit dana kampanye adalah karena tidak adanya sanksi
bagi legislatif. Meskipun tidak ada sanksi hukum, sebenarnya Partai Politik yang
tidak menyerahkan bisa dikenai sanksi moral yang akan menurunkan kredibilitas
Partai Politik kepada publik. KPU juga akan memberikan rekomendasi kepada
pemerintah, Partai Politik mana saja yang tidak memenuhi ketentuan UU Pemilu
dan UU Partai Politik.

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Partai

Politik

adalah

institusi

politik

yanng

berupa

organisasi

nonpemerintahan yang didirikan untuk memperjuangkan hak dan kewajiban


warga negara dalam rangka menciptakan kesejahteraan serta kedaulatan rakyat.
Perbedaan antara partai politik dari lembaga sosial kemasyarakatan lainnya adalah
bahwa Partai Politik dapat berperan dalm penentuan kebijakan publik, dimana
kebijakan tersebut bisa membawa dampak kemaslahatan yang lebih luas bagi
masyarakat dan mengakibatkan risiko pertanggungjawaban menjadi lebih besar.
Tata

cara

pembentukan

Partai

Politik

termasuk

syarat-syarat

pembentukkannya dapat dilihat dalam UU RI No. 31 Tahun 2002 tentang Partai


Politik, dimana terdapat ketentuan umum mengenai kepengurusan Partai Politik,

12

larangan, dan sanksi yang harus diikuti oleh Partai Politik. Ketentuan mengenai
Partai Politik yang dapat menjadi peserta pemilu secara lebih jelas diatur dalam
UU RI No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Tujuan adanya Partai Politik adalah untuk mencari dan mempertahankan
kekuasaan guna melaksanakan dan mewujudkan program-program yang telah
mereka susun sesuai dengan ideologi tertentu secara konstitusional. Dan fungsi
dari Parati Politik ada empat yaitu sebagai sarana komunikasi politik, sarana
sosialisasi politik, sarana rekruitmen politik, dan sebagai sarana pengatur konflik.
Laporan keuangan yang dibuat oleh Partai Politik adalah laporan keuangan
tahunan dan laporan dana kampanye. Penyusunan Laporan Keuangan Tahunan
Partai Politik mengacu pada PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No.
45 tentang akuntansi untuk organisasi nirlaba, yang dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia dan terdiri atas laporan posisi keuangan, laporan aktivitas,
laporan perubahan dalam aktiva neto/ ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas
laporan keuangan.
Bentuk pertanggungjawaban pengelola keuangan partai politik serta pemilu
adalah penyampaian Laporan Dana Kampanye (semua peserta pemilu) serta
Laporan Keuangan (khusus untuk Partai Politik), yang harus diaudit Akuntan
Publik, ke KPU serta terbuka untuk diakses publik. Selain menekan potensi
kecurangan dalam penggalangan dana, standardisasi laporan keuangan partai
politik juga bisa dijadikan dasar pertimbangan untuk menetapkan pilihan secara
cerdas dan rasional.
Dalam pasal 79 UU No. 12 tahun 2003 tentang Pemilu disebutkan bahwa
seluruh laporan dana kampanye peserta Pemilu, baik penerimaan maupun
pengeluaran,, wajib diserahkan ke akuntan publik terdaftar selambat-lambatnya 60
hari sesudah hari pemungutan suara. Sementara itu, akuntan publik wajib
menyelesaikan audit selambat-lambatnya 30 hari kemudian dan hasilnya
dilaporkan ke KPU selambatnya tujuh hari sesudah diaudit.
3.2 Saran

13

Demikian makalah kami ini, kami berharap ada saran dari teman sekalian
supaya makalah kami lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
http://maielvasundari.blogspot.com/2014/05/anggaran-partai-politik-dan-lsm.html
http://tiasaccountingworld.blogspot.com/2014/03/akuntansi-partai-politik.html
https://www.academia.edu/5294916/Makalah_Akuntansi_Sektor_Publik_Akuntab
ilitas_Keuangan_Partai_Politik_di_Indonesia_Sebuah_Studi_Awal_Departe
men_Akuntansi_Fakultas_Ekonomika_dan_Bisnis
https://cescmizcovolt.wordpress.com/2013/04/28/akuntansi-keuangan-partaipolitik/
http://www.kemendagri.go.id/produk-hukum/2011/02/02/undang-undang-no-2tahun-2011

14

15

Anda mungkin juga menyukai