Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
( SALEP )
1. Pengertian
Menurut FI. ed III, salep adalah sediaan semi padat yang mudah
dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
Menurut FI.ed IV, salep adalah sediaan setengah padat ditunjukan
untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Salep tidak boleh
berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep
mengandung obat keras atau narkotika adalah 10%.
Menurut DOM, Salep adalah sediaan semi padat dermatologis
yang menunjukkan aliran dilatan yang penting. Menurut Scovilles, salep
terkenal pada daerah dermatologi dan tebal, salep kental dimana pada
dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga membentuk dan
menahan lapisan pelindung pada area dimana pasta digunakan. Menurut
Formularium Nasional, salep adalah sediaan berupa massa lembek, mudah
dioleskan, umumnya lembek dan mengandung obat, digunakan sebagai obat
luar untuk melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik.
2. Penggolongan salep
1. Menurut konsistensinya salep dibagi menjadi:
a. Unguenta, adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega,
tidak mencair pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai
tenaga.
b. Cream, adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit.
Suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.
c. Pasta, adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat
(serbuk). Suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung
bagian kulit yang diberi.
d. Cerata, adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi
lilin (waxes), sehingga konsistensinya lebih keras.
e. Gelones Spumae, adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan
mengandung sedikit atau tanpa lilin digunakan terutama pada membran
mukosa sebagai pelicin atau basis. Biasanya terdiri dari campuran
sederhana minyak dan lemak dengan titik lebur yang rendah.
2. Menurut efek terapinya, salep dibagi atas:
a. Salep Epidermis (salep penutup)
Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk melindungi
kulit dan menghasilkan efek lokal, karena bahan obat tidak diabsorpsi.
Kadang kadang ditambahkan antiseptik, astringen untuk meredakan
rangsangan. Dasar salep yang terbaik adalah senyawa hidrokarbon
(vaselin).
b. Salep Endodermic
Salep dimana bahan obatnya menembus dalam tetapi tidak melalui kulit
dan terabsorbsi sebagian.Untuk melunakkan kulit atau selaput lender
diberi local iritan.Dasar salep yang baik adalah minyak lemak.
c. Salep Diadermic (salep serap)
dapat
bercampur
dengan
sejumlah
larutan
air
Dapat digunakan secara tunggal atau dalam campuran dengan zat lain
sebagai dasar salep.
b. Vaselin putih ( White Petrolatum USP ), merupakan campuran yang
dimurnikan dan hidrokarbon setengah padat diperoleh dari minyak
bumi dan keseluruhan atau hampir keseluruhan dihilangkan warnanya.
Dapat mengandung stabilizator yang sesuai. Putih atau kekuningan
pucat massa berminyak transparan dalam lapisan tipis setelah
didinginkan pada suhu 00C. Penggunaannya sama dengan Vaselin
kuning.
Vaselin putih yang telah dihilangkan warnanya dengan menggunakan
Asam Sulfat, maka harus hati hati dalam penggunaan untuk salep
mata, karena akan terjadi iritassi mata oleh kelebihan asam yang
dikandung kalau tidak dinetralkan dahulu dengan Kalium hidroksida
atau basa lain.
vaselin hanya dapat menyerap air sebanyak 5% dengan penambahan
surfaktan seperti Natrium laurylsulfat, Tween, akan mampu menyerap
air lebih banyak juga akan penambahan kolesterol kemampuan
menyerap air akan dinaikkan.
Penggunaan Vaselin sebagai dasar salep mempunyai kelebihan:
a) Tidak bercampur dan tidak larut dalam air.
b) Tidak tengik
c) Tidak terkesan pada kulit
d) Tidak terabsobsi
Selain mempunyai kelebihan juga mempunyai kekurangan yaitu
karena sukarnya bercampur atau tidak larut dalam air, sehingga sukar
dihilangkan atau dicuci bila melekat pada kulit, sehingga yang
menggunakan kurang menyenanginya.
b) Yang
sudah
menjadi
emulsi
air
minyak
(dasar
emulsi),
air), yang dapat bercampur dengan baik terhadap bahan obat, tetapi
harus diingat yang merusak emulsi. Dasar salep ini (Hidrofilik)
mempunyai kelebihan yaitu dapat dicuci dengan air, tidak berbekas
pada pakaian, dapat diencerkan dengan air serta dapat menyerap
cairan cairan dan luka / kudis, menghilangkan rasa panas yang
ditimbulkan, disamping itu juga bersifat kosmetika.
Sifat sifat ini disebabkan karena adanya emulgator yang
digunakan untuk mempengaruhi pengemulsian. Namun, pada
umumnya dasar salep hidrofilik adalah relatif stabil karena
dipengaruhi adanya penguapan (air) yang nantinya akan merusak
emulsi. Itulah sebabnya salep tersebut sebaiknya diberikan dalam
wadah tertutup rapat (tube). Salep hidrofilik selain cepat menjadi
kering (terjadi penguapan) juga cepat berjamur untuk itu perlu
penambahan bahan pengawet dengan kadar 0,1%.
4. Dasar salep larut dalam air
Tidak seperti dasar salep yang tidak larut dalam air, yang mengandung
keduanya, yaitu komponen yang larut maupun yang tidak larut dalam air.
Dasar salep yang larut dalam air hanya mengandung komponen yang larut
dalam air. Tetapi, seperti dasar salep yang dapat dibersihkan dengan basis
yang larut dalam air dapat dicuci dengan air.
Basis yang larut dalam air hasilnya disebut Greaseless karena tidak
mengandung bahan berlemak. Karena dasar salep ini sangat mudah
melunak dengan penambahan air, larutan air tidak efektif dicampurkan
kedalam bahan dasar ini. Dasar salep ini lebih baik digunakan untuk bahan
10
padat atau tidak berair. Dasar salep yang dapat larut dalam air umumnya
digunakan.
Campuran yang terdiri dari :
25 bagian poliglikol 1500
40 bagian poliglikol 4000
Propilenglikol atau gliserol secukupnya hingga 100 bagian atau
dasar salep larut lainnya yang cocok
Polyethylenglicol ointment USP, campuran terdiri dari:
40% Polietilenglikol 4000
60% Polietilenglikol 400
Campuran ini dibuat dengan peleburan atau campuran dari:
400 bagian PEG 3350 (padat)
600 bagian PEG 400 (cair)
Bila diperlukan salep yang lebih baik, formula dapat diubah untuk
menghindari bagian yang sama antara kedua bahan. Jika 6% sampai 25 %
dan larutan berair dicampurkan kedalam dasar salep. Penggantian 50 gram
PEG 3350 dengan sejumlah alkohol stearat berguna untuk membuat
produk akhir yang lebih padat dalam jumlah yang sama.
Polietilenglikol adalah polimer dan etilen oksida dan air
ditunjukkan dengan rumus HOCH2( CH2OCH2 )n CH2OH. Panjang rantai
dapat berbeda beda untuk mendapatkan polimer yang mempunyai
viskositas bentuk fisik ( cair, padat, atau setengah padat ) yang diinginkan.
Dalam Farmakope Indonesia Edisi III, diuraikan macam macam
Poliglikol yaitu :
1) Poliglikol 400, berbentuk cairan kental jernih
2) Poliglikol 1000, berbentuk massa seperti salep
3) Poliglikol 1500, berbentuk serbuk licin
4) Poliglikol 4000, berbentuk serbuk licin putih atau potongan putih
kuning gading
5) Poliglikol 6000, berbentuk serbuk licin.
Dalam pengadaan Poliglikol yang mempunyai nomor 1000 keatas dikenal
dengan nama Carnaubawax . Salep salep yang dibuat dengan bahan
11
dasar salep ini mudah dipakai, melekat pada kulit dan mudah dicuci
dengan air dan tidak merangsang kulit. Poliglikol juga dapat digunakan
sebagai bahan dasar pada pembuatan suppositoria.
Unguentum Gliserin ( FN 78 ) terbuat dari :
Untuk 10 gram salep mengandung ;
1 gram amylum manihot
9 gram gliserin
Aqua destillata hingga 10 gram
Dibuat dengan cara pemanasan diatas api langsung (api kecil) atau diatas
penangas air sambil diaduk, setelah terbentuk massa salep ditimbang dan
cukupkan beratnya hingga 10 gram dengan penambahan air suling atau
larutan gliserin dalam air 5 %. Dasar salep ini selalu dibuat segar (baru)
karena dalam penyimpanan akan kehilangan konsistensinya dan termasuk
dasar salep yang mudah dicuci dengan air.
Kualitas dasar salep yang baik adalah :
1) Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak
terpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar.
2) Lunak, semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan
halus, dan seluruh produk harus lunak dan homogen.
3) Mudah dipakai
4) Dasar salep yang cocok
5) Dapat terdistribusi merata
4. Cara Pembuatan Salep Ditinjau Dari Zat Berkhasiat Utamanya
1. Zat berkhasiat bentuk padat yang larut dalam dasar salep
1) Camphora
a. Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan dalam pot
salep tertutup (bila tidak melampaui daya larutnya)
b. Bila dalam resep terdapat minyak minyak maka kamfer
dilarutkan dalam minyak lemak tersebut.
c. Bila kamfer bersama sama menthol, salol, atau zat lainnya
yang dapat mencair jika dicampur (karena penurunan titik
12
R/ Pellidol
0,1
Zinci Oxyd. Ungt
20
m.d.s.ad.us.ext
R/ Pellidol
0,5
Zinci. Oxyd. Liniment. Oleos 25
m.d.s.ad.Us.ext.
3) Iodium
a. Kalau memenuhi kelarutan dikerjakan seperti pada kamfer (Ia)
b. Dilarutkan dalam larutan pekat KI atau NaI (seperti pada
unguentum Iodii dari Farmakope Indonesia)
c. Dilarutkan dalam etanol 95% kemudian tambahkan dasar salep
Contoh resep :
13
R/ Iodii
Kalii iodii
Aq.dest
Ungt.Simplex
m.d.s.u.e
caranya : larutkan
2
3
5
90
KI dalam air lalu tambahkan iodium hingga larut,
14
Sesami.
Tidak terjadi reaksi
a. Jumlah sedikit, diteteskan terakhir sedikit demi sedikt
sampai terserap oleh dasar salep.
b. Jumlah banyak, diuapkan atau diambil bahan berkhasiatnya
dan berat airnya diganti dengan dasar salep.
b. Alkohol
15
kehilangan
berat
16
17
18
19
20
Salep biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube, botol
dapat dibuat dan gelas tidak berwarna, warna hijau, amber atau biru atau
buram dan porselin putih. Botol plastik juga dapat digunakan.
Wadah dan gelas buram dan berwarna berguna untuk salep yang
mengandung obat yang peka terhadap cahaya. Tube dibuat dari kaleng atau
plastik, beberapa diantaranya diberi tambahan kemasan dengan alat bantu
khusus bila salep akan digunakan untuk dipakai melalui rektum, mata,
vagina, telinga atau hidung. Tube dan salep untuk pemakaian pada mata
kebanyakan dikemas dalam kaleng atau plastik kecil dan dapat dilipat yang
dapat menampung sekitar 1 sampai 5 gram salep. Tube salep untuk
pemakaian topikal lebih sering dari ukuran 5 sampai 30 gram. Botol untuk
salep juga berbeda beda mulai dari ukuran terkecil ounce sampai 1
pound atau lebih.
Botol salep dapat diisi dalam skala kecil oleh seorang ahli farmasi
dengan mengemas sejumlah salep yang sudah ditimbang ke dalam botol
dengan memakai spatula yang fleksibel dan menekannya ke bawah sejajar
melalui tepi botol guna menghindari kemungkinan terperangkapnya udara
didalam botol.
Mengemas salep dalam botol perlu diperhatikan bahwa isi sedapat
mungkin mendekati bagian atas botol, tetapi tidak begitu tinggi sampai
tutupnya kena salep apabila ditutup. Salep yang dibuat dengan cara
melebur dapat dituangkan langsung kedalam botol salep untuk dibekukan
dalam botol. Hal ini tentunya akan diperoleh hasil akhir yang lebih bagus.
Pembuatan salep dalam skala besar, pengisian sejumlah tertentu dan salep
masuk kedalam botol dengan tekanan.
21
22
itu akan stabil dan dapat tahan lama pada pemakaian dibanding dengan
salep dalam botol.
Kebanyakan salep harus disimpan pada temperatur dibawah 30 o C
untuk mencegah melembek apalagi dasar salepnya bersifat dapat
mencair.
Contoh Beberapa Tube Salep:
Tube Salep Kulit
Tube Salep Mata
10. Sediaan Semi Padat
1. Pastae ( pasta )
Menurut FI ed IV, pasta adalah sediaan semi padat yang
mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk
pemakaiaan topikal. Kelompok pertama dibuat dari gel fase tunggal
mengandung air, misalnya pasta natrium korboksimetilselulose ( Nat.
CMC ). Kelompok lain adalah pasta berlemak misalnya pasta zinc
oksida merupakan salep yang padat, kaku, tidak meleleh pada suhu
tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang
diolesi.
Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan lebih menyerap
dibanding dengan salep karena tinggi kadar obat yang mempunyai
afinitas terhadap air. Pasta ini cenderung untuk menyerap sekresi
seperti serum dan mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih
rendah dari salep. Oleh karena itu pasta digunakan untuk lesi akut yang
cenderung membentuk kerak, menggelembung atau mengeluarkan
cairan.
Pasta gigi digunakan untuk pelekatan pada selaput lendir untuk
memperoleh efek lokal, misalnya pasta gigi Triamsinolon asetonida.
23
24
25
kulit.
Basis absorbsi
Karakteristik bersifat hidrofil dan menyerap sejumlah tertentu
air dan larutan cair. Terbagi menjadi:
- Non emulsi co. Basis ini menyerap air untuk memproduksi
emulsi air dan minyak. Terdiri atas Wool Fat, Wool
-
Oily Cream
Larut Air
Misalnya PEG ( Polyethylene Glycol ) yang mampu
melarutkan zat aktif yang tak larut dalam air dan meningkatkan
penyebaran obat. Bersifat stabil, tersebar merata, dapat
mengikat
pygmen
dan
higroskopis
(mudah
menguap),
26
1. Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapay ditembus, pasta pada
umumnya tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang
berbulu
2. Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis
3. Dapat menyebabkan iritasi kulit.
2. Linimenta (obat gosok / olesan)
Linimenta adalah sediaan cair atau kental, mengandung analgetika
dan zat yang mempunyai sifat rubifasien, melemaskan otot atau
menghangatkan dan digunakan sebagai obat luar. Pemakaian linimenta
dengan cara dioleskan menggunakan kain flanel lalu diurut.
Macam-macam linimenta yaitu:
1. Campuran lemak padat dengan lemak lunak
2. Campuran minyak dan cairan alkali (dibuat dengan cara
penyabunan)
3. Linimentum dengan Balsamum Peruvianum Ol. Terebinthinae
4. Linimentum dengan minyak (harus memakai gom)
5. Emulsi yang digunakan sebagai liniment, yaitu Emulsum Benzylis
Benzoatus
6. Linimentum Chloroform (dengan cara pencampuran biasa)
Ada dua jenis linimentum yaitu sebagai berikut :
1. Liniment beralkohol liniments oleaginous lebih ringan dalam
tindakan mereka, digunakan umumnya untuk mereka tetapi
rubefacient, counteriritan lebih berguna ketika nanti agak kurang
mengiritasi. Astringen dan pijat diperlukan efek menembus kulit,
tergantung pada mereka mudah daripada bahan-bahan dengan
minyak dasar yang berfungsi lapisan semata-mata sebagai
pelindung.
2. Liniments beralkohol liniments oleaginous, solvent mungkin
rubefacient tetap,digunakan umumnya untuk minya counteriritan
(minyak alkohol, kacang agak astringen, dan minyak, minyak
27
wijen efek penetrasi, minyak biji kapas) atau menembus kulit lebih
tidak stabil substansi (mudah daripada melakukan hal wintergreen
dengan basis minyak-minyak terpenting) atau kombinasi minyak
tetap dan volatile.
Penyimpanan dalam botol berwarna, bermulut kecil dan ditempat
sejuk. Pada etiket juga tertera Obat Luar. Linimenta tidak dapat
digunakan untuk kulit yang luka atau lecet.
Cara pembuatan :
a. Mencampurkan seperti pada pembuatan salep, contohnya Linimen
Gondopuro (FN)
b. Terjadi penyabunan, contohnya Linimen Amoniak dan Lotion
Benzylis Benzoas (FN)
c. Terbentuk emulsi, contohnya Peruvianum Emulsum I dan II (FN)
Contoh resep:
Linimentum Ammonia ( FN 1978 )
R/ Ammonia
20 ml
Acid oleinicum
1 ml
Oleum sesami
70 ml
Pembuatan:
Oleum sesami yang telah ditambahi acid. Oleinic. Dikocok dengan
ammonia di dalam botol.
Linimentum Methylis Salicylas
R/ Methylis salicylas
25 ml
Menthol
4 ml
Ol.Eucalypti
10 ml
Ol. Arachidis ad
100 ml
Sifat sifat linimentum yaitu sebagai berikut :
1. Dipakai pada kulit yang utuh (tidak boleh adanya luka berakibat
terjadinya iritasi) dengan cara digosokkan pada permukaan kulit.
2. Apabila pelarutnya minyak, iritasinya berkurang apabila
dibandingkan dengan pelarut alkohol
3. Linimentum dengan pelarut alkohol atau hidroalkohol baik
digunakan untuk tujuan counterritan sedang pelarut minyak cocok
28
dikocok
dahulu
sebelum
digunakan
untuk
menjamin
29
Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal atau
dimasukkan dalam lubang tubuh, contoh Voltaren Gel, Bioplacenton.
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, dalam mulut lebar
terlindung dari cahaya dan ditempat sejuk.
4. Oculenta ( Unguenta Ophtalmica / Salep Mata )
Salep mata adalah salep steril yang digunakan pada mata. Pada
pembuatannya bahan obat ditambahkan sebagai larutan steril atau
serbuk steril termikronisasi pada dasar salep steril, hasil akhir
dimasukkan secar aseptik kedalam tube steril. Bahan obat dan dasar
salep disterilkan dengan cara cocok. Tube disterilkan dalam autoklaf
pada suhu 115o 116o C, selama tidak kurang dari 30 menit.
Sebagai dasar salep sering digunakan dasar salep Oculentum
simplex. Basis salep mata yang lain adalah campuran Carbowax 400
dan Carbowax 4000 sama banyak.
Persyaratan salep mata:
1. Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang
sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba
yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada
waktu penggunaan.
2. Bahan obat yang ditambahkan kedalam dasar salep berbentuk
larutan atau serbuk halus.
3. Harus bebas dari partikel kasar dan memenuhi syarat kebocoran
dan pertikel logam pada uji salep mata.
4. Wadah harus steril, baik pada waktu pengisian maupun penutupan
dan wadah harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin
sterilitas pada pemakaian pertama.
Penyimpanan salep mata adalah dalam tube steril dan ditempat
sejuk dan pada etiket harus tertera Salep Mata.
30
Oculentum Simplex
R/ Cetyl alkohol 2,5
Adeps lanae 6
Vaselini
51,5
Paraffin liq. 100
Occulenta yang ada dalam FI Edisi III:
1. Bacitracini Occulentum
2. Chloramphenicoli Occulentum
3. Hydrocortisoni Acetas Occulentum
4. Chortetracyclini Hydrochloridi Occulentum
5. Sulfacetamidi Natrici Occulentum
Occulenta yang resepnya tercantum dalam Formularium Nasional
antara lain:
1. Bacitracini Occulentum
2. Chloramphenicoli Occulentum
3. Chloramphenicoli Hydrocortisoni Occulentum
4. Chlortetracyclini Occulentum
5. Hydrocortisoni Occulentum
Yang perlu diperhatikan pada Occulentum ini ialah : jika
mengandung sublimat harus diperhatikan takaran maksimum (TM)nya, karena sublimat mempunyai TM khusus untuk mata. HgO yang
dipakai biasanya HgO flavum yang tentunya lebih halus.
5. Cremores ( krim )
Menurut FI Ed IV, krimadalah bentuk sediaan setengah padat
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam
bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan
untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair
diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi
mikrokristal asam asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam
air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian
31
32
Contoh resep :
R/ Acid. Stearas 15
Cera alba
2
Vaseln alba 8
TEA
1,5
Propilenglikol 8
Aq.dest
65,6
m.f.ungt.
pembuatan :
a. Lebur cera bersama vaselin dan acid stearas
b. TEA + propilenglikol dilarutkan dalam air hangat dan dicampurkan
pada leburan tersebut diatas
R/ Bentonit
20
Glycerin
10
Aq.dest
70
m.f.ungt
pembuatan :
taburkan bentonit dalam campuran aqua dan glycerin hangat,
aduk,biarkan sampai bentonit larut.
Kelebihan dan kerugian sediaan krim
Kelebihan sediaan krim yaitu:
1. Mudah menyebar rata
2. Praktis
3. Mudah dibersihkan atau dicuci
4. Cara kerja berlangsung secara setempat
5. Tidak lengket terutama tipe m/a
6. Memberikan rasa dingin (cold cream) tipe a/m
7. Digunakan sebagai kosmetik
Kekurangan sediaan krim yaitu:
1. Susah dalam pembuatannya harus dalam keadaan panas
2. Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas
3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu
sistem campuran terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan
perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara
berlebihan.
33
34
meliputi
baik
difusi
pasif
melalui
epidermis
maupun
20% air
karakteristik yaitu kulit kuling (dry skin). Stratum corneum yang normal
menjaga keseimbangan antara air yang tersusun (gumpalan air=struktured
water=SW), air disekeliling (bound water = BW) dan air serbuk yang lebih
mobil (Bulk water = BUW).
35
36
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Sediaan semi solid dapat mengandung zat aktif, biasanya digunakan secara
topikal yaitu diaplikasikan pada permukaan kulit atau selaput lendir.
1. Salep merupakan sediaan semi solid yang mengandung satu atau lebih
zat aktif yang larut atau terdispersi dalam basis salep yang sesuai
2. Krim merupakan sediaan semi solid yang menggunakan basis emulsi,
dapat bertipe A/M ataupun M/A, dapat mengandung zat aktif atau tidak
mengandung zat aktif.
3. Gel/ jelly merupakan sediaan semi solid yang mengandung cairan yang
terperangkap dalam suatu matriks 3 dimensi yang terbentuk dari gelling
agent yang mengembang.
4. Pasta merupakan sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih
bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian luar/topikal.
37
Daftar Pustaka
Syamsuni, 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC Penerbit Buku
Kedoteran, Jakarta.
Karim, Djuniasti, et all, 2014, Farmasetika Dasar, Politeknik Kesehatan
Kemenkes Jurusan Farmasi, Makassar.
Asfi, Dzul, 2011, Ilmu Resep, Smk Kesehatan Terpadu Mege Rezky, Makassar
38