Anda di halaman 1dari 11

Makalah ISBD

( Manusia, Nilai Moral, dan Hukum )

Disusun Oleh :
J.Syarif Hidayatullah
Oktavilany Tanti Rostania
Ratmiati
Lucyana Cinta Dewi

201310410311105
201310410311113
201310410311132
201310410311139
FARMASI C

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
(2013/2014)
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahNya kami
sekelompok dapat mengerjakan makalah ISBD dengan judul Manusia, Nilai Moral, dan
Hukum. Alhamdulillah makalah ini kami selesaikan dengan waktu yang cukup singkat sesuai
dengan yang di tentukan, dan makalah ini kami buat untuk memberikan penjelasan kepada
pendengar tentang masalah-masalah yang ada keterkaitannya dengan judul diatas.
Makalah ini di buat untuk melengkapi tugas dan untuk menambah nilai dari kelompok
kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan terlebih lagi untuk yang membaca.

Malang, 4 April 2014

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia, nilai, moral, dan hukum merupakan sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan. Masalah-masalah serius yang dihadapi bangsa Indonesia berkaitan dengan
nilai, moral, dan hukum antara lain mengenai kejujuran, keadilan, menjilat, dan perbuatan
negatif lainnya sehingga perlu dikedepankan pendidikan agama dan moral karena dengan
adanya panutan, nilai, bimbingan, dan moral dalam diri manusia akan sangat menentukan
kepribadian individu atau jati diri manusia, lingkungan sosial dan kehidupan setiap insan.
Pendidikan nilai yang mengarah kepada pembentukan moral yang sesuai dengan norma
kebenaran menjadi sesuatu yang esensial bagi pengembangan manusia yang utuh dalam
konteks sosial.
Pendidikan moral tidak hanya terbatas pada lingkungan akademis, tetapi dapat
dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja. Secara umum ada tiga lingkungan yang sangat
kondusif untuk melaksanakan pendidikan moral yaitu lingkungan keluarga, lingkungan
pendidikan dan lingkungan masyarakat. Peran keluarga dalam pendidikan mendukung
terjadinya proses identifikasi, internalisasi, panutan dan reproduksi langsung dari nilainilai moral yang hendak ditanamkan sebagai pola orientasi dari kehidupan keluarga. Halhal yang juga perlu diperhatikan dalam pendidikan moral di lingkungan keluarga adalah
penanaman nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan dan tanggung jawab dalam segenap aspek.
B. Rumusan masalah
1. Pengertian hakikat manusia, nilai moral, dan hokum
2. Pelaksanaan sistem hukum nilai dan moral dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
3. Kemerosotan nilai moral dan hokum
4. Pelanggaran di antara nilai, moral, hukum.
C. Tujuan
1.
2.
3.
4.

Membahas mengenai manusia, nilai, moral dan hukum


Mengetahui Hakikat fungsi dari perwujudan nilai moral dan hukum
Mempelajari tentang keadilan, ketertiban, dan kesejahteraan
Membahas tentang problematika nilai, moral dalam masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB II

PEMBAHASAN
MANUSIA, NILAI MORAL, HUKUM
1. Pengertian Manusia, Nilai Moral, dan Hukum
1.1. Pengertian Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata manu (Sansekerta), mens
(Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi
(mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah
konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus)
atau seorang individu. Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia
merupakan suatu oganisme hidup (living organism).
Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara
ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik
lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial),
maupun kesejarahan. Tatkala seorang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan
kehilangan energi, dan oleh karena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu
berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa
setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of
discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan
sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan.
Manusia adalah makhluk yang tidak dapat dengan segera menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Pada masa bayi sepenuhnya manusia tergantung kepada
individu lain. Ia belajar berjalan,belajar makan,belajar berpakaian,belajar
membaca,belajar membuat sesuatu dan sebagainya,memerlukan bantuan orang
lain yang lebih dewasa.
Malinowski(1949), salah satu tokoh ilmu Antropologi dari Polandia
menyatakan bahwa ketergantungan individu terhadap individu lain dalam
kelompoknya dapat terlihat dari usaha-usaha manusia dalam memenuhi
kebutuhan biologis dan kebutuhan sosialnya yang dilakukan melalui perantaraan
kebudayaan.
Rasa aman secara khusus tergantung kepada adanya system perlindungan
dalam rumah,pakaian dan peralatan. Perlindungan secara umum, dalam
pengertian gangguan/kelompok lain akan lebih mudah diwujudkan kalau manusia
berkelompok. Untuk menghasilkan keamanan dan kenyamanan hidup
berkelompok ini, diciptakan aturan-aturan dan kontrol-kontrol social tentang apa
yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan oleh setiap anggota kelompok. Selain

itu ditentukan pula siapa yang berhak mengatur kehidupan kelompok untuk
tercapainya tujuan bersama.
1.2. Pengertian Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan
berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau
berguna bagi kehidupan manusia.
Sifat-sifat nilai adalah Sebagai berikut.
1. Nilai itu suatu relitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang
bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek
yang bernilai itu. Misalnya orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah
nilai, tetapi kita tidak bisa menindra kejujuran itu.
2. Nilai memiliki sifat normative, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita
dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal das sollen. Nilai
diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak.
Misalnya nilai keadilan. Semua orang berharap manusia dan mendapatkan dan
berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.
3. Niliai berfungsi sebagai daya dorong dan manusia adalah pendukung nilai.
Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya.
Misalnya nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang
terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan.
Menurut Cheng(1995): Nilai merupakan sesuatu yang potensial,dalam arti
terdapatnya hubungan yang harmonis dan kreatif ,sehingga berfungsi untuk
menyempurnakan manusia ,sedangkan kualitas merupakan atribut atau sifat yang
seharusnya dimiliki(dalam Lasyo,1999,hlm.1).
Menurut Lasyo(1999,hlm.9)sebagai berikut: Nilai bagi manusia
merupakan landasan atau motivasi dalam segala tingkah laku atau perbuatannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai yaitu sesuatu yang menjadi etika atau estetika
yang menjadi pedoman dalam berperilaku.
Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai dalam dua
konteks, pertama akan memandang nilai sebagai sesuatu yang objektif, apabila dia
memandang nilai itu ada meskipun tanpa ada yang menilainya,bahkan
memandang nilai telah ada sebelum adanya manusia sebagai penilai.Baik dan
buruk,benar dan salah bukan hadir karena hasil persepsi dan penafsiran
manusia,tetapi ada sebagai sesuatu yang ada dan menuntun manusia dalam
kehidupannya.Pandangan kedua memandang nilai itu subjektif,artinya nilai sangat
tergantung pada subjek yang menilainya.Jadi nilai memang tidak akan ada dan

tidak akan hadir tanpa hadirnya penilai.Oleh karena itu nilai melekat dengan
subjek penilai.
1.3. Pengertian Moral
Moral berasal dari kata bahasa Latin mores yang berarti adat
kebiasaan.Kata mores ini mempunyai sinonim mos,moris,manner mores atau
manners,morals.
Dalam bahasa Indonesia,kata moral berarti akhlak (bahasa Arab)atau
kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani
yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup.Kata moral ini dalam
bahasa Yunani sama dengan ethos yang menjadi etika. Secara etimologis ,etika
adalah ajaran tentang baik buruk, yang diterima masyarakat umum tentang
sikap,perbuatan,kewajiban,dan sebagainya.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses
sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi.
Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang
mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral
itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai
moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan
dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari
kebudayaan masyarakat setempat.
Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi
dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa
yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan
lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik,
begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Jadi moral
adalah tata aturan norma-norma yang bersifat abstrak yang mengatur kehidupan
manusia untuk melakukan perbuatan tertentu dan sebagai pengendali yang
mengatur manusia untuk menjadi manusia yang baik.
1.4. Pengertian Hukum
Disamping adat istiadat tadi ,ada kaidah yang mengatur kehidupan
manusia yaitu hukum, yang biasanya dibuat dengan sengaja danmempunyai
sanksi yang jelas.Hukum dibuat dengan tujuan untuk mengatur kehidupan
masyarakat agar terjadi keserasian diantara wrga masyarakat dan system social
yang dibangun oleh suatu masyarakat.Pada masyarakat modern hukum dibuat
oleh lembaga lembaga yang diberikan wewenang oleh rakyat.
Keseluruhan kaidah dalam masyarakat pada intinya adalah mengatur
masyarakat agar mengikuti pola perilaku yang disepakati oleh system social dan
budaya yang berlaku pada masyarakat tersebut. Pola-pola perilaku merupakan

cara-cara masyarakat bertindak atau berkelakuan yang sama dan harus diikuti oleh
semua anggota masyarakat tersebut.Setiap tindakan manusia dalam masyarakat
selalu mengikuti pola-pola perilaku masyarakat tadi.Pola perilaku berbeda dengan
kebiasaan. Kebiasaan merupakan cara bertindak seseorang yang kemudian diakui
dan mungkin diikuti oleh orang lain. Pola perilaku dan norma-norma yang
dilakukan dan dilaksanakan pada khususnya apabila seseorang berhubungan
dengan orang lain, dinamakan social organization.

2. Pelaksanaan System Hukum, Nilai, dan Moral dalam Kehidupam


Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.
System hukum Indonesia merupakan perpaduan beberapa system hukum.
System hukum indonesia merupakan perpaduan dari hukum agama, hukum adat,
dan hukum Negara Eropa terutama Belanda sebagai bangsa yang pernah menjajah
Indonesia. Belanda berada di Indonesia sekitar 3,5 abad lamanya. Maka tidak
heran apabila banyak peradaban mereka yang di wariskan termasuk system
hukum. Bangsa Indonesia sebelumnya juga merupakan bangsa yang telah
memiliki budaya atau adat yang sangat kaya. Bukti peninggalan atau fakta sejarah
mengatakan bahwa Indonesia dahulu banyak berdiri kerajan Hindu Budha seperti
Sriwijaya, Kutai, Majapahit dll. Zaman kerajaan meninggalkan warisan-warisan
budaya yang hingga saat ini masih terasa. Yang salah satunya adalah peraturan
adat yang hidup dan bertahan hingga kini. Nilai-nilai hukum adat merupakan
salah satu sumber hukum di Indonesia.
Indonesia merupakan Negara dengan penduduk muslim terbesar maka tidak
heran apabila bangsa Indonesia juga menggunakan hukum agama terutama Islam
sebagai pedoman dalam kehidupan dan juga menjadi sumber hukum Indonesia.
Setiap warga Negara indonesia harus selalu sadar dan taat dengan hukum, dan
Negara berkewajiban untuk menegakkan dan menjamin kepastian hukum.
Penerapan nilai dan norma dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dengan
nilai kepribadian dan keadilan.
Kebenaran dan keadilan harus dibina, ditegakkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara layak dan benar dengan
berdasarkan pada norma agama, kesusilaan, masyarakat, adat dan norma hukum.
Tugas kita dalam penegakan hukum adalah membantu para penegak hukum
dalam melindungi hak dan kewajiban kita.
Menurut A.V. Dicey dalam Negara hukum yang berimpikan pada rule of law
terdapat syarat yang harus di penuhi dalam menerapkan nilai dan dan norma
dalam kehidupan sehari-hari yaitu:
1. Supremacy of the law, sehingga hukum diberi kedaulatan tertinggi, Negara
tidak dapat di permasalahkan atau di tuntut, yang bisa di tuntut adalah
manusianya.

2. Egality of the law, artinya semua orang memiliki status yang sama di mata
hukum. Dalam negara berdasarkan hukum ( rechtstaat ) hukumlah yang
berdaulat, sehingga negara dapat di tuntut didepan pengadilan jika melanggar
hukum.
3. Human right, yaitu terjaminnya hak-hak asasi manusia dalam UUD.

3. Kemerosotan Nilai Moral dan Hukum


Kemerosotan moral yang demikian itu lebih mengkhawatirkan lagi, karena
bukan hanya menimpa kalangan orang dewasa dalam berbagai jabatan,
kedudukan dan profesinya, melainkan juga telah menimpa kepada pelajar tunastunas muda yang diharapkan dapat melanjutkan perjuangan membela kebenaran,
keadilan dan perdamaian masa depan.
Belakangan ini kita banyak mendengar keluhan orang tua, ahli didik dan
orang-orang yang berkecimpung dalam bidang agama dan sosial, berkenaan
dengan ulah perilaku remaja yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala,
berbuat keonaran, maksiat, tawuran, mabuk-mabukan, pesta obat-obat terlarang,
bergaya hidup seperti hippies di Eropa dan Amerika Serikat. Bahkan melakukan
pembajakan, pemerkosaan, pembunuhan dan penyimpangan tingkah laku lainnya.
Tingkah laku penyimpangan yang ditunjukan oleh sebagian generasi muda
harapan masa depan bangsa itu sungguhpun jumlahnya mungkin hanya
sepersekian persen dari jumlah pelajar secara keseluruhan, sungguh amat
disayangkan dan telah mencoreng kredibilitas dunia pendidikan. Para pelajar yang
seharusnya menunjukan akhlak yang baik sebagai hasil didikan itu, justru malah
menunjukan tingkah laku yang buruk.

4. Pelanggaran di Antara Nilai Moral dan Hukum


Pelanggaran antara nilai, moral, hukum
Norma
Norma
Norma Agama
Masyarakat atau
Norma Hukum
Kesusilaan
Sosial
Berasal dari
Bersumber dari
Berasal dari diri
Berasal dari
Tuhan Yang Maha
masyarakat
setiap manusia.
agama
Esa.
sendiri.
Pelanggarnya
Pelanggarannya
Pelanggaran
Tercantum dalam
dikenai hukuman
berakibat
akan
kitab suci setiap
sesuai dengan
pengucilan dari
menimbulkan
agama.
peraturan yang
masyarakat.
rasa penyesalan.
berlaku.
Setiap sikap,
Masyarakat
Pelanggaran
ucapan dan
Pelanggaran
harus
akan memicu
perilaku
terhadap norma
mengetahui,
kerusuhan &
individunya
agama akan
memahami &
perbuatan
dijiwai oleh nilaimendapat sanksi
menyadari
amoral yang
nilai atau normasesuai ketentuan
norma yang
tidak
norma agama,
agama itu.
berlaku di
bertanggung
kesopanan dan
masyarakat.
jawab.
hukum
Setiap penganut
Akan terciptanya
agama harus
masyarakat yang
beriman &
saling
bertaqwa
menghormati &
terhadap agama
menghargai.
bersangkutan.
Tujuan:terciptany
a masyarakat
yang agamis,
tertib, tentram,
rukun dan damai

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia, nilai, moral dan hukum adalah suatu hal yang saling berkaitan
dan saling menunjang. Sebagai warga negara kita perlu mempelajari, menghayati
dan melaksanakan dengan ikhlas mengenai nilai, moral dan hukum agar terjadi
keselarasan dan harmoni kehidupan.
Manusia adalah individu yg terdiri dari jasad dan roh dan makhluk yang
paling sempurna, paling tertinggi derajatnya, dan menjadi khalifah di permukaan
bumi.
Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan
dianggap pentong oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Nilai adalah
sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi
manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi
kehidupan manusia.

Daftar pustaka
http://www.google.com
http://www.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai