Anda di halaman 1dari 14

A.

Fisiologi
1 Pengaturan Saluran Pencernaan
a. Persarafan
Traktus gastrointestinal memiliki sistem persarafan sendiri yang di sebut sistem saraf

enterik.
Satu pleksus bagian luar yang terletak di antara lapisan otot longitudinal dan sirkulasi di

sebut pleksus mienterikus atau pleksus auerbach.


Pleksus mienterikus kebanyakan terdiri dari rantai-rantai linear dari banyak neuron yang

saling berhubungan yang meluas ke seluruh panjang traktus gastrointestinal.


Pleksus mienterikus adalah suatu pleksus linear yang meluas menuruni dinding usus dan
karena terletak di antara massa otot polos longitudinal dan sirkulasi usus, pleksus ini

terutama berperan pada pengaturan aktivitas motorik di sepanjang usus.


Satu pleksus bagian dalm di sebut pleksus submukosa atau pleksus meissner yang

terletak di dalam submukosa.


Pleksus submukosa berperan pada pengaturan fungsi di dalam dinding sebelah dalam

1
2
3

dari tiap bagian kecil ssegmen usus.


Bila pleksus di rangsang, efeknya yang terutama adalah
Peningkatan kontrakssi tonik, atau tonus, dinding usus
Peningkatan intensitas kontralsi ritmis
Sedikit peningkatan keptan irama kontraksi
Peningkatan kecepatan konduksi gelombang eksitatoris disepanjang dinding usus,
menyebabkan pergerakan gelombang peristaltik yang lebih cepat

Persarafan utama(ekstrinsik) SSO :


Simpatis fungsi kurang di ketahui
Parasimpatis nevus vagus,yaitu saraf motorik oesophagus
Persarafan intrinsik
Di antara lapisan otot sirkulasi dan longitudinal menuju pleksus avebach

/mienterikus) munuju pengaturan peristaltik oesophagus normal


Di submukosa saluran gastrointestinal menuju pleksus meissner

b. Enzim dalam lambung


Enzim

Sumber

Aksi

Ptialin

Kelenjar saliva

Zat tepung maltosa

Pepsin (pepsinogen
diaktifkan HCl)

Lambung

Protein polipeptida

Lipase lambung

Lambung

Lemak asam lemak &


gliserol

c. Hormon
Terdapat sel endokrin di saluran cerna yang memproduksi hormone ke darah.Dikeluarkan
sebagai respon perubahan local spesifik isi lumen (atas keberadaan protein, lemak, dan asam).
a. Pengaturan hormon :
1. Gastrin disekresi oleh sel G bagian antrum lambung.
- Timbul sebagai respon terhadap rangsangan yang berhubungan dengan penelanan
-

makanan
Kerja utama : merangsang sekresi asam lambung dan merangsang pertumbuhan

mukosa lambung
2. Kolesistokinin disekresi oleh sel I dalam mukosa duodenum dan yeyenum
- Timbul sebagai respon terhadap adanya pemecahan produk lemak, asam lemak, dan
-

monogliserida di dalam isi usus


Kerja utama : menimbulkan kontraksi kuat kandung empedu dan mengeluarkan

empedu ke usus halus dan menghambat kontaksi lambung secara sedang


3. Sekretin disekresi oleh sel S dalam mukosa duodenum
- Timbul sebagai respon terhadap getah asam lambung yang dikosongkan ke dalam
-

duodenum dari pylorus lambung


Kerja utama : menghambat secara ringan motilitas GIT dan membantu sekresi

bikarbonat pancreas untuk menetralkan asam di dalam usus halus


4. Peptida Penghambat Asam Lambung disekresi oleh mukosa usus halus bagian atas
- Timbul sebagai respon terhadap adanya asam lemak dan asam amino
- Kerja utama : menurunkan aktivitas motorik lambung (melambatkan pengosongan
isi lambung ke duodenum ketika bagian atas usus halus penuh)
5. Motilin disekresi oleh duodenum bagian atas selama puasa
- Kerja utama : meningkatkan motilitas GIT
d. Fungsi otonom otot polos
Bekerja mirip dengan sel otot jantung yang self excitable.Sebagian sel otot polos adalah sel
pemacu yang tidak punya potensial istirahat konstan karena potensial membrannya
memperlihatkan variasi yang spontan dan berirama, tidak butuh stimulasi saraf untuk
memulai kontraksi.Memiliki gap junction yang memastikan otot polos dapat berkontraksi
sebagai 1 kesatuan.
e. Pengaturan aliran darah :
Meliputi :
aliran darah yang melalui usus sendiri ditambah aliran darah melalui limpa, pancreas, dan
hati.
\

Semua darah yg melalui limpa, pancreas, & usus


Vena Porta
Hati
( di dalam hati terdapat jutaan sinusoid - sinusoid hati )
Di dalam sinusoid tersebut terdapat sel - sel retikuloendotel
Yang berfungsi mengeluarkan bakteri & partikel yang

Mungkin ikut masuk ke aliran darah.


Vena Hepatika
Vena Cava
Vaskularisasi pada saluran cerna :
Arteri kolika media
Arteri kolika dextra
Arteri ileokolika
Arteri mesenterika superior
Cabang dari a. mesenterika inferior
Arteri Jejunalis
Arteri ilealis
Arteri seliaka---lambung
Zat makanan non lemak dan larut air yang diabsorbsi dari usus ( seperti : karbohidrat &
protein ) ditransport dalam darah vena porta ke sinusoid -sinusoid hati yang sama. Sel - sel
retikuloendotel dan sel parenkim hati menyerap dan menyimpan s.d dari seluruh zat
makanan yang diabsorbsi.
Hampir semua lemak yang diabsorbsi dari traktus intestinalis tidak dibawa ke dalam
darah porta melainkan diabsorbsi ke dalam saluran limfatik usus kemudian diteruskan
menuju sirkulasi sistemik ( melalui duktus torasikus ) menuju ke hati.
Selama absorpsi aktif zat makanan, aliran darah di dalam villi dan daerah submukosa
yang berdekatan meningkat 8 kali lipat. Contohya : setelah makan, aktivitas motorik,
sekretorik, dan absorbtif semuanya meningkat demikian juga aliran darah yang melalui GIT
juga akan meningkat. Namun, setelah 2-4 jam kemudian akan turun kembali.
Ada beberapa kemungkinan penyebab peningkatan aliran darah :
1. Beberapa zat vasodilator dilepaskan dari mukosa traktus intestinal selama proses
pencernaan. Contoh zat vasodilator tersebut : hormone peptide, termasuk kolesitokinin,
peptide intestinal vasoaktif, gastrin, dan sekretin.
2. Kelenjar Gastrointestinal juga melepaskan 2 kinin yaitu kolidin dan bradikinin ke dalam
dinding usus pada saat bersamaan ketika kelenjar mengeluarkan sekresinya ke dalam
lumen. ( Kinin merupakan vasodilator kuat yang menyebabkan vasodilatasi mukosa )
3. Penurunan konsentrasi Oksigen dalam dinding usus dapat meningkatkan 50-100%
aliran darah intestinal. Penurunan oksigen maka adenosine (vasodilator) akan meningkat
4 kali lipat.
2

Mengunyah

Gigi kita dirancang untuk mengunyah.Gigi anterior berfungsi untuk memotong.Kekuatan


untuk mengatupkan gigi sebesar 55 pound.Sedangkan gigi posterior digunakan untuk
menggiling dengan kekuatan untuk mengatupkan gigi sebesar 200 pound.
Otot- otot pengunyah dipersyarafi oleh cabang motorik dari syaraf V (trigerminus).
Proses pengunyah dikontrol oleh nucleus dalam batang otak. Perangsangan daerah retikularis
spesifik pada pusat pengecapan batang otak akanmenimbulkan pergerakan mengunyah yang
ritmis. Perangsangan area di hipotalamus, amigdala, dan bahkan di kortex sserebri dekan area
sensoris untuk pengecapn dan penghidu seringkali dapat menimbulkan gerakan mengunyah.
Kebanyakan proses mengunyah disebabkan oleh refleks mengunyah yaitu bolus makanan
didalam mulut akan menimbulkan penghambat refleks otot untuk mengunyah yang
menyebabkan rahang bawah turun sehingga menimbulkan refleks regang pada otot rahang
bawah yang menimbulkan kontraksi rebound yaitu mengangkat rahang bawah yang
menimbulkan pengatupan gigi kemudian menekan bolus melawan dinding, mulut kemudian
menghambat otot rahang bawah yang mengakibatkan rahang bawah rebound dan begitu
seterusnya.
Fungsi mengunyah sangat penting untuk pencernaan terutama untuk sebagian besar buah
dan sayuran mentah karena membrane selulosanya tidak mudah dicerna membrane tersebut
mempunyai nutrisi sehingga harus diuraikan sebelum dapat dicerna. Selain itu mengunyah
membantu pencernaan karena enzim- enzim pencernaan hanya bekerja pada permukaan
partikel makanan karena itu kecepatan pencernaan seluruhnya bergantung pada total area
permukaan yang terpapar dengan sekresi pencernaan. Mengunyak juga menggiling makanan
hingga menjadi partikel- partikel dengan konsistensi sangat halus akan mencegah ekstoriasi
traktus gastrointestinal dan meningkatkan kemudahan pengosongan makanan dari lambung
ke dalam usus halus ke semua segmen usus berikutnya.
3

Menelan dan Motilitas


Menelan (diglutisi) adalah mekanisme yang kompleks, terutama karena faring pada
hampir setiap saat melakukan beberapa fungsi lain disamping menelan dan hanya diubah dalam
beberapa detik ke dalam traktus untuk mendorong makanan.
Pada umumnya menelan dapat dibagi menjadi:
a. Tahap Volunteer dari Penelanan
Bila makanan sudah siap untuk ditelan, secara sadar makanan akan ditekan atau
digulung ke arah posterior ke dalam faring oleh tekanan lidah ke atas dan ke belakang

terhadap palatum. Dari sini, proses menelan seluruhnya atau hampir seluruhnya berlangsung
secara otomatis dan umumnya tidak dapat dihentikan.
b. Tahap Faringeal dari Penelanan
Sewaktu bolus makanan memasuki bagian posterior mulut dan faring, bolus
merangsang daerah reseptor menelan di seluruh pintu faring , khususnya pada tiang-tiang
tonsil, dan impuls-impuls dari sini berjalan ke batang otak untuk mencetuskan serangkaian
kontraksi otot faringeal secara otomatis sebagai berikut:
1. Palatum mole tertarik ke atas untuk menutupi nares posterior, dengan cara ini
mencegah refluks makanan ke rongga hidung.
2. Lipatan palatofaringeal pada kedua sisi faring tertarik kearah medial untuk saling
mendekat satu sama lain. Dengan cara ini, liapatan-lipatan tersebut membentuk celah
sagital yang harus dilewati oleh makanan untuk masuk ke dalam faring posterior.
Celah ini melakukan kerja selektif, sehingga makanan yang telah cukup dikunyah
dapat lewat dengan mudah sementara menghalangai lewatnya benda yang besar.
3. Pita suara laring bertautan secara erat, dan laring ditarik ke atas dan anterior oleh
otot-otot leher. Kerja ini digabung oleh adanya ligamen yang mencegah pergerakan
epiglotis ke atas, menyebabkan epiglotis bergerak ke belakang diatas pembukaan
laring. Kedua efek ini mencegah masuknya makanan kedalam trakea.
4. Gerakan laring ke atas juga menarik dan melebarkan pembukaan esofagus. Pada saat
yang bersamaan, 3-4 centimeter di atas dinding otot esofagus, suatu area yang
dinamakan sfingter esofagus bagian atas berelaksasi sehingga makanan dapat
bergerak dengan bebas dan mudah dari faring posterior ke dalam esofagus bagian
atas.
5. Pada saat yang bersamaan dengan terangkatnya laring dan relaksasi sfingter
faringoesofageal, seluruh otot dinding faring berkontraksi, mulai dari bagian superior
faring dan menyebar ke bawah sebagai gelombang peristaltik yang cepat melintasi
daerah faring media dan inferior dan kemudian ke dalam esofagus, yang mendorong
makanan ke dalam esofagus.

c. Tahap Esofageal
Normalnya, esofagus memperlihatkan dua tipe gerakan peristaltik:
- peristaltik primer dan
- peristaltik sekunder
Peristaltik primer hanya merupakan kelanjutan dari gelombang peristaltik yang
dimulai difaring dan menyebar ke esofagus selama tahap faringeal dari penelanan.
Gelombang ini berjalan dari faring ke lambung dalam waktu sekitar 8 sampai 10 detik.
Makanan yang ditelan seseorang dalam posisi tegak biasanya dihantarkan keujung bawah
esofagus bahkan lebih cepat dari gelombang peristaltik itu sendiri, sekitar 5 sampai 8 detik,
akibat adanya efek gravitasi tambahan yang menarik makanan kebawah.
Jika gelombang peristaltik primer gagal mendorong semua makanan yang telah
masuk esofagus kedalam lambung, terjadi gelombang peristaltik sekunder yang dihasilkan
dari peregangan esofagus oleh makanan yang tertahan dan terus berlanjut sampai semua
makanan dikosongkan kedalam lambung.
Gelombang sekunder ini sebagian dimulai oleh sirkuit saraf intrinsik dalam sistem
saraf mienterikus esofagus dan sebagian oleh refleks-refleks yang dihantarkan melalui seratserat aferen vagus dari esofagus ke medulla dan kemudian kembali lagi ke esofagus melalui
serat-serat eferen vagus.
Fase Motorik Lambung
Ada tiga fungsi motorik yang terjadi di lambung:
a. Penyimpanan sejumlah besar makanan sampai makanan dapat diproses di dalam duodenum.
Sewaktu makanan masuk ke dalam lambung, makanan membentuk lingkaran konsentris di
bagian oral lambung, makanan yang paling baru terletak paling dekat dengan pembukaan
esofagus, dan makanan yang paling akhir terletak paling dekat dengan dinding lambung.
Secara normal, bila makanan memasuki lambung maka terjadi refleks vasovagal dari
lambung ke batang otak dan kemudian kembali ke lambung untuk mengurangi tonus di
dalam dinding korpus lambung sehingga dinding dapat menonjol keluar secara progesif,
menampung jumlah makanan yang makin lama makin banyak sampai suatu batas di mana
lambung berelaksasi sempurna, yaitu sekitar 1,5 liter. Tekanan dalam lambung tetap rendah
sampai batas ini tercapai.

b. Pencampuran dan pendorongan makanan dalam lambung.


Terjadi sekresi getah pencernaan oleh kelenjar gastric/ kelenjar oksintik yang menutupi
hampir seluruh dinding korpus lambung, kecuali sepanjang garis di kurvatura minor. Sekresi
ini segera berkontak dengan bagian makanan yang disimpan yang terletak berhadapan
dengan permukaan mukosa lambung.
Saat lambung berisi makanan, mulai timbul gelombang pencampur atau gelombang
konstriktor peristaltik yang lemah, mulai timbul di bagian tengah lambung ke arah antrum
sepanjang dinding lambung sekitar satu kali setiap 15 sampai 20 detik. Gelombang ini
ditimbulkan oleh irama listrik dasar. Sewaktu gelombang konstriktor peristaltik berjalan dari
korpus lambung ke arah antrum, gelombang menjadi lebih kuat, beberapa menjadi sangat
kuat dan menimbulkan cincin kostriktor peristaltik yang kuat yang mendorong isi antrum di
bawah tekanan tinggi ke arah pilorus. Cincin konstriktor ini juga memainkan peran penting
dalam pencampuran makanan. Mekanismenya adalah: setiap kali gelombang peristaltik
berjalan melewati antrum menuju pilorus, ia menembus sampai ke dalam isi antrum. Tetapi
pembukaan pilorus cukup sempit sehingga hanya beberapa mililiter atau bahkan sedikit
sekali isi antrum yang dikeluarkan ke dalam duodenum pada setiap gelombang peristaltik.
Demikian juga, sewaktu setiap gelombang peristaltik mendekati pilorus, otot pilorus itu
sendiri berkontraksi, yang selanjutnya menghalangi pengosongan melalui pilorus. Oleh
karena itu, sebagian besar isi antrum akan disemprotkan ke belakang melalui cincin
konstriktor peristaltik menuju korpus lambung. Jadi: gerakan cincin konstriktif peristaltik,
digabung dengan kerja penyemprotan ini, disebut retropulsi, adalah mekanisme
pencampuran lambung yang sangat penting.
c. Pengosongan lambung.
Pengosongan lambung ditimbulkan oleh kontraksi peristaltik yang kuat pada antrum
lambung. Pada saat yang sama, pengosongan dilawan oleh berbagianai tingkat
resistensi terhadap pasase kimus di pilorus. Pada tonus pilorus yang normal, setiap
gelombang peristaltik yang kuat akan mendorong beberapa mililiter kimus ke dalam
duodenum. Jadi, gelombang peristaltik menyediakan kerja pemompaan yang disebut
pompa pilorus.
Peranan pilorus dalam mengontrol pengosongan lambung:

Pembukaan bagian distal lambung adalah pilorus. Yang memiliki ketebalan otot
sirkular menjadi sekitar 50 sampai 100 persen lebih besar daripada bagian awal
antrum lambung dan secara tonik tetap berkontraksi secara ringan hampir sepanjang
waktu. Oleh karena itu, otot sirkular pilorus disebut sfingter pilorus. Walaupun
terdapat kontraksi tonik sfingter pilorus, pilorus biasanya terbuka bagiani air dan
cairan lain untuk dikosongkan dari lambung dengan mudah. Jadi, bagiani makanan
dalam partikel besar tidak bisa masuk dan harus mengalami pencernaan lebih lanjut
sehingga terbentuk kimus. Pengaturan pengosongan lambung diatur oleh sinyal dari
lambung dan duodenum. Namun sinyal dari duodenum ini jauh lebih kuat untuk
mengontrol pengosongan kimus ke dalam duodenum pada kecepatan yang tidak
melebihi kecepatan kimus dicerna dan diabsorbsi dalam usus halus. Faktor - faktor
ringan dari yang mengakibatkan pengosongan lambung ke dalam duodenum adalah:
a. Efek volume makanan pada lambung terhadap kecepatan pengosongan makanan.
Peningkatan volume makanan dalam lambung menimbulkan peningkatan
pengosongan dari lambung
b. Efek hormon gastrin terhadap pengosongan lambung.
Gastrin mempunyai efek yang kuat untuk menyebabkan sekresi cairan lambung yang sangat
asam oleh kelenjar lambung. Mempunyai efek perangsangan fungsi motorik pada lambung
dari ringan sampai sedang. Dan juga meningkatkan aktivitas pompa pilorus. Jadi, gastrin
membantu sedikitnya beberapa derajat peningkatan pengosongan lambung

B. Patofisiologi
a. Mual
Mual merupakan pengenalan secara sadar terhadap eksitasi bawah sadar pada daerah medulla
yang erat berhubungan dengan pusat muntah atau merupakan bagian dari pusat muntah. Terdapat
perubahan-perubahan aktivitas saluran cerna :
a. Salivasi meningkat
b. Tonus lambung dan peristaltik menurun
c. Tonus duodenum dan jejunum meningkat yang menyebabkan refluks isi duodenum ke
lambung
b. Muntah
Muntah adalah suatu cara dimana GIT membersihkan diri dari isinya ketika hampir semua bagian
atas GIT teriritasi secara luas, sangat mengembang, bahkan sangat terangsang. Impuls
ditransmisikan baik oleh saraf afferen vagal maupun oleh saraf simpatis ke pusay muntah di

medulla.Reaksi motoris otomatis yang sesuai kemudian menimbulkan perilaku muntah.Impuls


impuls motorik yang menyebabkan muntah ditransmisikan dari pusat muntah melalui saraf
kranialis V, VII, IX, X, XII ke GIT bagian atas dan melalui saraf spinalis ke diafragma dan otototot abdomen.
1. Antiperistaltik
Suatu gerakan peristaltic kea rah atas traktus pencernaan dengan kecepatan 1-3
cm/detik.Dalam waktu 3-5 menit dapat mendorong sebagian besar isi usus halus bagian bawah
kembali ke duodenum dan lambung. Setelah sampai di duodenum, maka duodenum tersebut
akan meregang, peregangan inilah yang menimbulkan aksi muntah sebenarnya
2. Aksi Muntah
Efek yang terjadi adalah :
- Bernapas dalam
- Naiknya tulang lidah dan laring untuk menarik sfingter eosophagus bagian atas agar
-

terbuka
Penutupan glottis agar muntahan tidak masuk ke dalam paru
Pengangkatan palatum molle untuk menutup nares posterior
Kontraksi semua otot diafragma dan abdomen dan menimbulkan tekanan intragastrik,
sehingga sfingter eosophagus bagian bawah relaksasi sempurna dan menyebabkan
pengeluaran isi lambung ke mulut melalui oesophagus

ETIOLOGI
a. Kimia
1. Zat adiktif, contoh :
Formalin
Rhodamine B
Methanil yellow
alkohol
2. Obat, contoh:
Ganja
Aspirin
Ibuprofen
Salisilat dalam jumlah yang berlebihan
3. Makanan, contoh:
Singkong racun
Jamur beracun
Jengkol
4. Bahan beracun, contoh:
Fenol
Organofosfat

Hirokarbon seperti: minyak tanah, bensin, minyak cat

b. Biologis
Foodborne disease dalam bahasa Indonesia adalah penyakit yang
dihantarkan melalui pangan atau sering disebut penyakit akibat pangan
disebabkan oleh konsumsi makanan atau minuman yang telah
terkontaminasi. Kontaminan dapat berupa mikroba patogen seperti
Salmonella dan Shigella atau bahan kimia beracun misalnya logam berat
pestisida dan enterotoksin. Lebih dari 250 penyakit yang terindentifikasi
dapat menyebabkan penyakit melalui pangan dan umumnya melalui infeksi
yang disebabkan bakteri, virus dan parasit atau inoksikasi bahan kimia
beracun dari hasil metabolisme patogen atau secara alami racun tersebut
sudah ada dalam bahan pangan tersebut.
Mikroba atau racun pertama kali masuk ke dalam tubuh melalui saluran
pencernaan menyebabkan gejala awal sebagian besar foodborne disease
adalah mual, muntah, kram perut dan diare. Foodborne disease yang paling
sering terjadi diketahui antara lain yang disebabkan oleh bakteri
Campylobacter, Salmonella, dan E. coli O157 : H7 dan oleh golongan virus
calicivirus, yang juga sering disebut sebagai Norwalk virus. Selain itu ada
pula yang disebabkan oleh parasit seperti sistiserkus.
Kasus foodborne disease disebabkan agen biologis dan kimia yang sulit
diungkap, karena tidak adanya satu gejala spesifik yang menunjukkan
penyakit tersebut. Setiap penyakit dapat menyebabkan beberapa gejala,
misalnya mual, muntah, diare, sakit kepala, demam, menggigil, lemah,
kejang perut dan lain-lain. Satu hal penyakit ini selalu menyerang manusia
melalui saluran pencernaan (gastrointestinal tract).

c. Mekanis

Sentuhan
Stimulasi taktil dibagian belakang tenggorokan. Ini merupakan salah satu
rangsangan paling kuat.
Contohnya:
Mencolokkan sebuah jari ke tenggorokan bagian belakang atau dengan
alat penekqn lidah (spatel lidah) di bagian belakang mulut sudah dapat
menyebabkan seseorang tersedah dan bahkan muntah.
Gerakan
Misalnya pada motion sickness terjadi gangguan pada sistem vestibular
(pusat keseimbangan telinga bagian dalam). Hal ini merangsang produksi
histamin sehingga menimbulkan reaksi mual dan muntah.

5.4 Psikis
Muntah yang terjadi karena stress fisiologis, berlangsung karena adanya sinyal
yang dikirimkan melalui lapisan otak luar dan limbic system ke pusat muntah. Mulamula pusat stress, yakni amigdala akan mengirimkan sinyalnya ke hipotalamus
kemudian ke medulla oblongata. Didalam medulla oblongata, akan diteruskan ke bagian

postrema medulla oblongata dasar ventrikel ke IV, yakni pusat muntah. Misalnya pada
ibu hamil yang mengalami gangguan psikologis ketika mendekati persalinan.
Emosi dapat mempengaruhi motilitas lambung dengan bekerja melalui saraf-saraf
otonom untuk mempengaruhi tingkat eksitabilitas otot polos lambung. Efek emosi pada
motilitas lambung bervariasi dari satu individu ke individu lain dan tidak dapat
diperkirakan, kesedihan dan rasa takut umumnya cenderung menurunkan motilitas,
sedangkan rasa marah dan agresi cenderung meningkatkannya. Selain pengaruh emosi,
nyeri hebat dari bagian tubuh manapun cenderung menghambat motilitas, tidak hanya di
lambung tetapi juga diseluruh saluran pencernaan. Respon tersebut ditimbulkan oleh
peningkatan aktivitas simpatis yang disertai penurunan aktivitas parasimpatis.
Muntah tidak selamanya merugikan.Muntah yang ditimbulkan oleh iritasi saluran perncernaan
dapat merupakan upaya positif untuk mengeluarkan bahan-bahan berbahaya dari lambung.. Orang
yang muntah kehilangan elektrolit yaitu Na , Cl dan H, dikarenakan saat lambung
menghasilkan HCl dibantu dengan mengeluarkan ion Na sedangkan ion K masuk. Sehingga jika
diberikan infus harus mengandung ion-ion tersebut.
c. Nyeri Abdomen
Nyeri yg berasal dari fundus lambung yang disebabkan oleh gastritis.Terjadi kira-kira 1-2 inci di
kedua sisi pylorus lambung atau duodenum dan nyeri yang berasal dari lukanya yang dialihkan
ke suatu titik permukaan pertengahan antara umbilikus dan proc. Xipoideus.Bersifat seperti
terbakar atau rasa panas dalam perut.
Kebanyakan tukak lambung (ulcus gastrikus) menghasilkan asam lambung dan pepsin. Sekresi
asam dan pepsin diatur oleh 2 mekanisme : saraf dan hormonal. N.vagus berperan dalam
pengaturan saraf dan hormon gastrin, yang dihasilkan oleh mukosa antrum.

Tes Faal Hati


hati dalam tubuh mempunyai multifungsi, sehingga tes faal hati pun beraneka ragam sesuai dengan apa yang
hendak kita nilai.
1.

Untuk menilai fungsi sintesis (protein, zat pembekuan darah dan lemak) biasanya dilakukan pemeriksaan
albumin, masa protrombin, dan kolesterol.

2.

Untuk menilai fungsi ekskresi/transportasi menggunakan pemeriksaan bilirubin, alkali fosfatase, -GT

3.

Untuk mengetahui kerusakan sel hati/jaringan hati, memakai pemeriksaan SGOT (AST), SGPT (ALT).

4.

Untuk melihat adanya pertumbuhan sel hati yang muda (karsinoma sel hati) digunakan Alfa Feto Protein
(AFP)

5.

Untuk menjelaskan adanya kontak dengan virus hepatitis B, pemeriksaan HBsAg, Anti HBs, HBeAg, Anti
HBe, Anti HBc, dan HBVDNA perlu dijalani pasien.

6.

Untuk melihat adanya kontak dengan virus hepatitis C, pemeriksaan anti HCV, HCV RNA,
dangenotype HCV perlu dilakukan.

Gangguan Faal Hati


Secara umum terdapat dua jenis/macam gangguan faal hati.
1.

Akibat peradangan umum atau peradangan khusus di hati. Kondisi ini menimbulkan kerusakan jaringan/sel
hati.

2.

Akibat tersumbatnya saluran empedu.

Macam Hasil Tes


1.

Test faal hati pada pasien dengan infeksi bakterial maupun virus sistemik yang bukan virus hepatitis. Gejala
klinisnya berupa demam tinggi, myalgia, nausea, asthenia dan sebagainya. Tes ini memperlihatkan
peningkatan SGOT, SGPT serta -GT antara 3-5 kali nilai normal. Albumin sedikit menurun bila infeksi
sudah terjadi lama dan bilirubin dapat meningkat sedikit terutama bila infeksi cukup berat.

2.

Test faal hati pada pasien dengan hepatitis virus akut maupun drug induce hepatitis. Faal hati
seperti bilirubin direct / indirect dapat meningkat biasanya kurang dari 10 mg%, kecuali pada hepatitis
kolestatik, bilirubin dapat lebih dari 10 mg%. SGOT, SGPT meningkat lebih dari 5 sampai 20 kali nilai
normal. -GT dan alkalifosfatase meningkat dua sampai empat kali nilai normal, kecuali pada hepatitis
kolestatik dapat lebih tinggi. Albumin/globulin biasanya masih normal kecuali terjadi hepatitis fulminan,
rasio albumin globulin dapat terbalik dan masa protrombin dapat memanjang.

3.

Test faal hati untuk pasien dengan sumbatan saluran empedu. Bilirubin direct dan indirect dapat tinggi sekali
(> 20 mg%), terutama bila sumbatan sudah cukup lama. Peningkatan SGOT dan SGPT biasanya tidak
terlalu tinggi, sekitar kurang dari 4 kali nilai normal, -GT dan alkalifosfatase meningkat sekali dapat lebih
dari 5 kali nilai normal. Kolesterol juga meningkat.

4.

Test faal hati bagi pasien dengan perlemakan hati (fatty liver). Albumin/globulin dan bilirubinbiasanya masih
normal. SGOT dan SGPT meningkat 2-3 kali nilai normal demikian juga -GT dan alkalifosfatase meningkat
- 1 kali dari normal. Kadar triglyserida dan kolesterol juga terlihat meninggi. Kelainan ini sering terjadi
pada wanita dengan usia muda/pertengahan, gemuk, dan biasanya tidak terdapat keluhan yang berupa
perasaan tak nyaman pada perut bagian kanan atas. Pada kasus perlemakan hati primer, semua petanda
hepatitis C harus negatif.

SGOT/SGPT :
SGOT : Serum Glutamate Oxaloacetat Transaminase
SGPT : Serum Glutamate Pyruvate Transaminase
Nama lain :
SGOT = AST (aspartat transaminase)
SGPT = ALT (alanine transaminase)
Kedua enzyme ini berfungsi untuk mengkatalisa pemindahan group alfa dari asam amino ke ketoacid.
Kadarnya dalam darah akan meningkat bila terjadi kerusakan dan iritasi sel.
SGOT lebih banyak terdapat di : Jantung,liver, ototskelet, gijal, dan sel darah merah
SGPT lebih banyak terdapat di : Lliver, (paling banyak), dan sedikit di jantung, otot skelet, ginjal.
Kerusakan liver ringan, maka peningkatan SGPT menonjol, sedangkan pada kerusakan yang lebih
berat, peningkatan SGOT yang lebih menonjol
Nilai normal :
SGOT : <25 U/L SGPT : <29 U/L

Kedua enzyme ini akan cepat meningkat pada kerusakan sel liver dan kemudian menurun dengan
cepat pada proses penyembuhan.

Biasanya menigkat pada : viral hepatitis, nekrosis sel hati oleh karena : racun, jamur, obat
LAKTAT DEHIDROGENASE (LDH)
Terdapat dalam jumlah yang besar pada : otot jantung, otot skelet, liver dan ginjal.
Lebih sering dipakai untuk mendeteksi adanya infact myocard.
Terdapat 5 isoenzym : LDH 1&2 pada otot jantung dan sel darah merah, sedangkan LDH5 terdapat
pada liver dan otot skelet.

Kadarnya dapat pula menigkat pada : keganasan dan leukemia


CHOLIN ESTERASE
Terdapat 2 macam jenis :
1. Acethyl cholin esterase : terdapat pada jaringan syaraf dan sel darah merah
2. Pseudo esterase : terdapat pada darah, liver, usus, dan pancreas
Merupakan indicator terjadinya penyembuhan dan prognosa viral hepatitis. Bila terjadi sirrhosis
hepatic dengan penurunan kadar CHE (cholinesterase) memberikan prognosa yang jelek. Dapat pula
digunakan untuk mendeteksi keracunan organophosphate pada pestisida misalnya : malathion

Nilai normal : 4300-10.500 U/L


ALKALI PHOSPHATASE (ALP)
Enzym ini terdapat di : Liver, tulang, mucosa usus, ginjal dan plasenta (kehamilan trimester 3)
Dalam keadaan normal dapat dijumpai peningkatan pada : anak yang tumbuh dan kehamilan trimester
Peningkatan terjadi pada : Obstruksi saluran empedu
Peningkatan aktivitas saluran empedu
Hepatoma
Penyakit liver seperti abses
Penyakit tulang (rikets, osteomalasia)
Penurunan dapat terjadi pada : Hypothyroid, malnutrisi, defisiensi vit C, hypophosphatemia.
Merupakan indikator yang peka adanya CLOLESTASIS, tetapi tidak spesifik

Nilai normal : anak 4-10 unit Bodansky : Dewasa : 2-4 Unit Bodansky
GAMMA GLUTAMYL TRANSFERASE (GGT) :
Dapat dijumpai pada : Hepatobiliar dan endothel jarinan. Tidak terdapat di Tulang dan Plasenta,
sehingga pada anak yang tumbuh dan kehamilan kadar dalam darah tidak meningkat.
Nilai normal : 6-24 U/L pada pria, sedangkan wanita : 4-18 U/L
Paningkatan dalam darah dapat dijumpai pada : Cholestasis (sensitive)
Penyakit liver alkoholik
Penyakit syaraf
Post mycard infaref
Minum obat anti konvulsant

Pada alkoholisme : gamma GT lebih peka dibanding SGOT/SGPT


LEUCINE AMINO PEPTIDASE :
Dapat dijumpai pada traktus billiar dan dalam jumlah yang kecil pada jaringan yang lain.
Nilai normal : 11-35 U/L

Pada penyakit tulang dan anak dalam pertumbuhan kadar dalam darah normal.
Pada kehamilan trimester 3 kadar dalam darah sedikit meningkat.
Merupakan indicator yang peka untuk mendeteksi adanya metastase carcinoma ke liver

Kurang peka pada cholestasis dibandingkan dengan Gamma GT dan ALP


NUCLEOTIDASE
Meningkat jika terjadi kelainan liver, sedangkan pada kelainan tulang kaadr dalam darah tetap normal
atau kadang kadang sedikit menurun.

Anda mungkin juga menyukai