Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI FARMASI

Pengenalan Alat dan Penggunaanya serta Sterilisasi Alat, Bahan dan Media

Disusun oleh:
Kelompok C-1
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Leriana Allyu
Arini Marga Mustinkaweni
I Kadek Arya Pradnyana
Nazilatul Maghfiroh
Chandranadia Rakhmadewi Eda
Tsabit Barki

122210101080
122210101082
122210101090
122210101100
122210101110
122210101118

BAGIAN BIOLOGI FARMASI


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bioteknologi adalah aplikasi terpadu dari berbagai cabang ilmu seperti biokimia,
mikrobiologi dan rekayasa untuk memanfaatkan mikroba kultur jaringan dan
komponen-komponennya dalam skala industri. Bioteknologi selalu berkaitan dengan
reaksi-reaksi biologis yang dilakukan oleh jasad hidup sebagai suatu individu atau
komponen-komponennya yang dapat berupa organ, sel, jaringan atau bahkan molekulmolekul tertentu misalnya DNA, RNA, protein atau enzim. Dalam perkembangannya,
bioteknologi kini telah mencapai arah rekayasa yang jauh lebih terarah sehingga
hasilnya dapat lebih, atau bahkan sepenuhnya dikendalikan. Sebagai contoh sekarang
telah dimungkinkan untuk melakukan manipulasi genetik pada suatu jasad secara sangat
terarah sehingga hasil manipulasi tersebut dapat diramalkan secara lebih pasti. Teknik
manipulasi semacam ini mulai berkembang ketika para ilmuan berhasil melakukan
teknik manipulasi bahan genetik secara kultur jaringan (in vitro).
Sebelum melakukan percobaan atau penelitian di bidang bioteknologi, terlebih
dahulu perlu dilakukan pengenalan alat dan cara sterilisasinya. Dengan mengenal alat,
kita dapat mengetahui fungsi masing-masing bagian dari alat tersebut serta cara
pengoprasian atau penggunaannya sehingga dapat memperlancar jalannya suatu
percobaan atau penelitian dan diharapkan dapat memperoleh hasil suatu percobaan yang
maksimal. Selain itu kita juga dapat meminimalisir resiko kesalahan kerja pada saat
melakukan percobaan yang berhubungan dengan mikrobiologi.
Selain pengetahuan pemahaman akan alat, kita juga dituntut terampil
menggunakan alat-alat tersebut. Sebelum digunakan, sebaiknya dilakukan sterilisasi
terlebih dahulu pada alat-alat laboratorium, bahan ataupun media. Sterilisasi merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk menghilangkan mikroba yang tidak di inginkan. Hal ini
dilakukan agar semua alat, bahan, dan media yang akan digunakan pada percobaan steril
sehingga tidak mengganggu (mengontaminasi) hasil percobaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Alat-alat apakah yang sering digunakan untuk penelitian mikrobiologi dan
bioteknologi dan bagaimana prinsip kerja serta fungsi dari peralatan tersebut?
2. Bagaimana cara membuat media LB cair dan LB padat?
3. Bagaimana cara sterilisasi alat, bahan dan media yang diperlukan untuk
penelitian bioteknologi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui jenis peralatan dan prinsip kerja serta fungsi dari peralatan yang
rutin digunakan untuk penelitian mikrobiologi dan bioteknologi
2. Mengetahui dan dapat membuat media yang diperlukan untuk praktikum
bioteknologi (LB cair dan LB padat)
3. Dapat menyiapkan dan melakukan sterilisasi alat, bahan dan media

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


Ada banyak pilihan cara sterilisasi yang berbeda, dapat disterilkan melalui cara
sterilisasi akhir (Terminal Sterilization) atau dengan cara aseptik (Aseptic Processing).
1. Terminal Sterilization (sterilisasi akhir)
Metode sterilisasi akhir menurut PDA Techical Monograph, dibagi menjadi dua
yaitu:
a.

Overkill Method adalah metode sterilisasi menggunakan pemanas dengan uap


panas pada 121C selama 15 menit yang mampu memberikan minimal reduksi
setingkat Log 12 dari mikroorganisme-mikroorganisme yang memiliki nilai D
minimal 1 menit. Kita bisa menggunakan metode overkill untuk bahan yang
tahan panas seperti zat organik. Kriteria sterilisasi yang digunakan adalah

Probabilitas Survival tidak lebih besar dari 1 mikroorganisme dalam106 unit.


b. Bioburden Sterilization adalah metode sterilisasi yang memerlukan monitoring
ketat dan terkontrolterhadap beban mikroba sekecil mungkin dibeberapa lokasi
jalur produksi sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat
sterilisasi yang dipersyaratkan SAL 106.
Perbedaan kedua metode adalah pada titik awal (starting point). Apabila
menggunakan pendekatan overkill maka pemanasan dengan uap 121C selama 15
menit. Sedangkan pendekatan bioburden terlihat dari pencapaian tingkat sterilisasi
yang diminta, yakni SAL 106.
2. Aseptic Processing
Aseptic Processing adalah metode pembuatan produk steril menggunakan
saringan dengan filter khusus untuk bahan obat steril atau bahan baku steril yang
diformulasikan dan diisi (Lukas, 2006).
Macammacam sterilisasi yang dapat digunakan sebagai berikut :
1. Steriliasi Panas Dengan Tekanan (Autoclave).
Autoclave yaitu alat serupa tangki minyak yang terdapat diisi dengan uap.
Medium yang disterilkan ditempatkan didalam autoclave ini selama 15 sampai 20
menit, hal ini tergantung pada banyak sedikitnya yang diperlukan untuk sterilisasi.
Medium yang akan disterilkan itu lebih baik ditempatkan dalam beberapa botol
agak kecil dari pada dikumpul dalam satu botol yang besar.
Pada saat melakukan sterilisasi, kita sebenarnya memaparkan uap jenuh pada
tekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu objek, sehingga terjadi
pelepasan energi laten uap yang mengakibatkan pembunuhan mikroorganisme
secara inversibel akibat denaturasi atau koagulasi protein sel.
Sterilisasi demikian merupakan metode yang paling efektif dan ideal karena:

- Uap merupakan pembawa (carrier) energi termal paling efektif dan semua
lapisan pelindung luar mikroorganisme dapat dilunakkan, sehingga
memungkinkan terjadi koagulasi.
- Bersifat nontoksik, mudah diperoleh, dan relatif mudah dikontrol.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi uap adalah :
a. Waktu
Apabila mikroorganisme dalam jumlah besar dipaparkan terhadap uap
jenuh pada suhu yang konstan, maka semua mikroorganisme tidak akan
terbunuh pada saat bersamaan.
b. Suhu
Peningkatan suhu akan menurunkan waktu proses sterilisasi secara
dramatis.
c. Kelembapan
Efek penambahan daya bunuh pada sterilisasi uap disebabkan
kelembapan akan menurunkan suhu yang diperlukan agar terjadi
denaturasi dan koagulasi pritein.
2. Sterilisasi Panas Kering (Oven)
Proses sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanis konduksi panas. Panas
akan diansorpasi oleh permukaan luat alat yang di sterilkan, lalu merambat kebagian
dalam permukaan sampai akhirnya suhu untuk sterilisai tercapai.
3. Sterilisasi Gas atau Etilen Oksida
Sterilisasi gas merupakan pilihan lain yang digunakan untuk sterilisasi alat yang
sensitif terhadap panas.
4. Sterilisasi Radiasi
a. Ultraviolet
b. Ion
c. Gamma
5. Sterilisasi Plasma
Plasma terdiri dari elektron, ion, maupun partikel netral. Plasma buatan dapat
terjadi pada suhu tinggi maupun rendah. Plasma berasal dari beberapa gas seperti
logam, nitrogen, dan oksigen yang menunjukan aktivitas sporisidal.
6. Sterilisasi Filtrasi
Medium di saring dengan saringan porseli atau dengan tanah diatom. Dengan jalan
ini, maka zat-zat anorganik tidak akan mengalami penguraian sama sekali. Hanya
sayang, virus tak dapat terpisah dengan penyaringan, medium masih perlu dipanasi
dalam autoclave, meskipun tidak selama 15 menit dengan temperatur 121C.
Penyaringan dapat dilakukan juga dengan saringan yang dibuat dari abes
(Hadiotomoto, 1993).
Menyaring mikroba atau filtrasi melalui prinsip :

- Filter ayakan, didasarkan pada perbedaan ukurannya dengan pori. Ukuran


porinya sragan sebesar 0,22

dengan ketebalan 80-159

ayakan tidak dapat membebaskan pirogen dan virus (0,02

. Filter

).

- Filter adsorpsi, dalam hal ini filternya terbuat dari selulosa, cisbes, gelas sinter,
keramik dan kieselguhr serta karbon aktif.
Ukuran pori penyaring bakteri memang paling penting dalam menghilangkan
mikroba dari cairan. Namun ada faktor lain seperti muatan listrik penyaringan
(Dwidjoseputro, 2005).
Cara lain dalam sterilisasi adalah dengan filtarsi. Menyaring mikroba atau
filtrasi melalui prinsip :
Filter ayakan, didasari perbedaan ukurannya dengan pori ukuran porinya
seragam sebesar 0,22m. Filter ayakan tidak dapat membebaskan pirogen dan

virus
Filter adsorpasi, dalam hal ini filternya terbuat dari selulosa, gelas sinter,
keramik dan kieselgurh serta karbon aktif (Dwidjoseputro.2005).
Sterilisasi dengan penyaringan tergantung pada penghilangan mikroba secara

fisik dengan adsorpasi pada media penyaringan atau dengan mekanisme


penyaringan, yang digunakan untuk sterilisasi larutan yang tidak tahan panas.
Penyaringan yang tersedia meliputi
1.

Penyaringan berbentuk tabung reaksi yang disebut lilin penyaring yang

2.

dibuat dari tanah infusoria yang dikempa (penyaring berkefeld dan mandler)
Lilin penyaring yang dibuat dari porselin yang tidak dilapisi (penyaring

pasteur chamberland, dulto dan sales )


3. Piringan asbes yang dikempa dipasang ditempat khusus dalam peralatan
4.

saringan (penyaring seitz dan swinney)


Gelas bucher jenis corong dengan pegangan gelas yang menjadi satu
(Dwidjoseputro, 2005).

Metode lain untuk sterilisasi yaitu dengan Tyndalisasi, yaitu mendidihkan medium
dengan uap untuk beberapa menit saja. Habis didiamkan satu hari selama itu sporaspora sempat tumbuh menjadi bakteri vegetatif, maka medium tersebut didihkan lagi
selama beberapa menit akhirnya pada hari ketiga, medium tersebut didihkan sekali lagi.
Dengan jalan demikian ini diperoleh medium yang steril, dan lagi pula, zat-zat organik

yang terkandung didalamnya tidak mengalami banyak perubahan (Dwidjoseputro,


2005).
Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaaa panas,
penggunaan bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Bila panas digunakan bersamasama uap air maka disebut sterilisasi panas lembab atau sterilisasi panas kering atau
radiasi. Pemilihan metode didasarkan pada sifat bahan yang akan disterilkan, karena
metode sterilisasi yang umum digunakan secara rutin dilaboratorium mikrobiologi ialah
yang menggunakan panas,maka didalam kegiatan ini metode yang akan dibahas lebi
terperinci (Hadioetomo,1993).
Sterilisasi basah biasanya dilakukan didalam autoklaf (pada hakikatnya autoklaf
adalah presure cooker berukuran besar) atau sterilisation uap yang mudah diangkat
(portable) dengan menggunakan uap jenuh bertekanan pada suhu 121C selama 15
menit. Karena naiknya titik didih air menjadi 121C itu disebabkan oleh tekanan 1
atmosfer (atm) pada ketinggian permukaan laut, maka daur sterilisasi tersebut seringkali
juga dinyatakan sebagai 1 atm selama 15 menit. Namun perlu diingat bahwa pernyataan
ini hanya berlaku pada tempat-tempat yang tingginya sama dengan permukaan laut.
Pada tempat-tempat yang lebih tinggi, diperlukan tekanan yang lebih besar untuk
mencapai satu suhu 121C (Hadioetomo, 1993).
Panas lembab sangat efeltif meskipun pada suhu yang tidak begitu tinggi, karena
ketika uap air berkondensasi pada bahan-bahan yang akan disterilkan dilepaskan
sebanyak 686 kalori pergram uap air pada suhu 121C. Panas ini mendenaturasikan atau
mengkoagulasikan protein pada organisme hidup dan dengan demikian mematikannya.
Maka sterilisasi basah dapat mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus oleh uap
air (minyak misalnya tidak dapat ditembus uap air) dan tidak rusak bila dipanaskan
dengan suhu yang berkisar antara 110C dan 121C (Hadioetomo, 1993).
Oleh karena itu metode ini merupakan sterilisasi yang paling efektif dan ideal
karena :
a.

Uap merupakan pembawa (carrier) energi termal paling efektif dan semua lapisan
pelindung luar mikroorganisme dapat dilunakkan, sehingga memungkinkan

b.

terjadinya koagulasi.
Bersifat non toksik, mudah diperoleh, dan relatif mudah dikontrol (Lukas, 2006).
Dibandingkan dengan panas lembab, panas kering kurang efisien dan

membutuhkan suhu tinggi serta waktu yang lama untuk sterilisasi. Hal ini disebabkan

karena tanpa kelembapan tidak ada panas laten. Sebagai contoh, albumim telur dengan
kelembapan baru menggumpal pada 56C, sedangkan tanpa kelembapan baru
menggumpal pada suhu 160-175C. Karena bentuk kehidupan yang paling tahan panas
yaitu endospora bakteri, berprilaku seakanakan tidak memiliki kelembapan, maka
panas kering (oven) harus mencapai suhu 160-175C untuk dapat mematikannya.
Pemansan seperti ini menjamin bahwa suhu pada benda-benda yang dipanaskan dalam
oven akan mencapai 160 - 175C selamanya sekurang-kurangnya 10 menit
(Hadioetomo, 1993)

BAB 3. METODE

3.1 Alat dan Bahan


a. Pengenalan Alat dan Penggunaannya
1. Alat-alat gelas (Erlenmeyer, labu takar, cawan petri, tabung reaksi, beaker
glass, spreader)
2. Alat-alat non gelas (pinset, jarum ose)
3. Alat-alat ukur (gelas ukur, pipet ukur + bulb filler, mikropipet, timbangan
4.
5.
6.
7.
8.

analitik)
Alat-alat sterilisasi (oven, autoklaf, inkubator)
Alat pemanas (hot plate, lampu spiritus, waterbath, microwave)
Alat sentrifus (sentrifus klinik dan mikro berpendingin)
Alat ukur keasaman (pH meter, indicator universal, kertas lakmus)
Instrumen (mesin PCR, UV transiluminator, vortex, sentrifus, shaker

incubator, elektroforesis agarosa, elektroforesis poliakrilamid)


9. Laminar air Flow (LAF)
b. Sterilisasi Alat, Bahan dan Media
Alat : Tip biru, tip kuning, tip putih, tabung reaksi, beker glass, Erlenmeyer,
mikropipet, kapas berlemak, kasa, autoklaf, aluminium foil
Bahan : Komponen media LB cair (NaCl, Tryptone, Yeast Extract), aquadest,
komponen media LB padat (NaCl, Tryptone, Yeast Extract, Bacto Agar)
3.2 Prosedur Kerja
a. Pengenalan Alat dan Penggunaannya

Setiap praktikan mencatat dan memperhatikan peralatan serta cara kerja dan
fungsinya masing-masing yang terdapat di laboratorium Bioteknologi

b. Sterilisasi Alat, Bahan dan Media


Pembuatan Media LB cair
Ditimbang trypton 0,2 g (1%); NaCl 0,2 g (1%); Ekstrak Yeast 0,1 g
(0,5%), dimasukkan dalam erlenmeyer dan ditambahkan aquadest 20 mL
dipanaskan ad larut
Media cair dimasukkan kedalam tabung sebanyak 5 mL dan ditutup
dengan sumbat kapas dan aluminium foil
Media disterilisasi dalam autoklaf suhu 121oC selama 15-20 menit
Media cair diinkubasi 37oC selama 18-24 jam untuk melihat ada tidaknya
kontaminan (media menjadi keruh)

Pembuatan Media LB padat

Ditimbang trypton 0,2 g (1%); NaCl 0,2 g (1%); Ekstrak Yeast 0,1 g
(0,5%), Bacto Agar 0,3 (0,3%) dimasukkan dalam erlenmeyer dan
ditambahkan aquadest 20 mL dipanaskan ad larut dan ditutup dengan
sumbat kapas dan aluminium foil
Media disterilisasi dalam autoklaf suhu 121oC selama 15-20 menit
Media didiamkan hingga memadat, selanjutnya diinkubasi 37oC selama
18-24 jam untuk melihat ada tidaknya kontaminan (media menjadi keruh)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada praktikum kali ini dilakukan pengenalan alat dan penggunaannya sekaligus
sterilisasi alat, bahan dan media. Tujuan dari praktikum ini antara lain untuk mengetahui
jenis peralatan dan prinsip kerja serta fungsi dari peralatan yang rutin digunakan untuk
laboratorium mikribiologi dan bioteknologi. Selain itu diharapkan mahasiswa dapat
membuat media yang diperlukan untuk praktikum bioteknologi sekaligus dapat
menyiapkan alat dan melakukan sterilisasi alat, bahan dan media.
Beberapa peralatan yang rutin diperlukan untuk aktivitas praktikum maupun
penelitian bidang bioteknologi diantaranya yaitu : autoklaf, laminar air flow, incubator,
elektroforesis

DNA,

elektroforesis

protein,

thermal

cycler,

sentrifuga,

UV

transiluminator, shaker incubator, dan alat-alat gelas, dan lain-lain. Masing-masing dari
alat tersebut mempunyai fungsi tersendiri. Oven, autoklaf dan incubator digunakan
sebagai alat sterilisasi. Hot plate, lampu spiritus, waterbath, microwave digunakan
sebagai pemanas. Mesin PCR, UV transiluminator, vortex, sentrifuga, shaker incubator,
elektroforesis agarosa dan elektroforesis poliakrilinamid merupakan instrumentinstrumen yang digunakan dalam proses percobaan bioteknologi.

Alat-alat lainnya yang biasa digunakan antara lain Erlenmeyer, labu takar, cawan
petri, tabung reaksi, beaker glass, spreader, gelas ukur, pipet ukur, bulb filler, pinset,
jarum ose, mikropipet, pH meter dan timbangan analitik.
Fungsi dari masing-masing alat tersebut antara lain:

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai