Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
I.

LATAR BELAKANG

Virus adalah merupakan parasit yang sejauh ini masih tetap diperdebatkan
statusnya sebagai makhluk hidup karena tidak dapat menjalankan fungsi
biologisnya secara bebas jika tidak berada pada sel inang. Umumnya virus yang
berukuran mikroskopik ini akan menginfeksi sel organismebiologis.Virus juga
bersifat parasit obligat karena hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup
dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makluk hidup karena virus tidak
memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.

Semakin lama semakin banyak penyakit yang bermacam-macam jenisnya dan menyerang
tubuh manusia. Ada beberapa penyakit dan gangguan yang diderita oleh tubuh manusia tidak
dapat disembuhkan. Berbagi cara dilakukan untuk menemukan cara penyembuan untuk
mengatasi penyakit itu.
Penyakit yang disebabkan virus pada manusia,ialah:

Influenza (saluran pernafasan atas)

SARS (Sindrom saluran pernafasan)

Hepatitis B (Hati)

Ebola (sel imunitas)

Cacar/Measles Virus (kulit)

Herpes (sel syaraf pada selaput mucus)

Gondong/Mumps Virus (kelenjar ludah)

Polio (Sistem Syaraf pusat)

HIV/AIDS (Limfosit/Sistem Imunitas)

Kanker leher rahim

Masih banyak sekali penyakit yang disebabkan oleh virus, dan makalah ini akan
membahas lebih jauh mengenai Herpes.

Herpes atau kadang disebut dengan penyakit cacar merupakan penyakit radang kulit yang
ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berisi air secara berkelompok. Penya
kit Cacar atau Herpes ini ada 2 macam golongan, Herpes Simplex dan Herpes Zoster.
Keduanya sama-sama disebabkan oleh virus.
Herpes Simplex dibagi menjadi dua tipe. Tipe 1 atau dikenal dengan Herpes Simplex Virus-1
(HSV-1), virus ini menyerang bagian mulut atau pinggang ke atas. HSV-1 pada kenyataannya
adalah infeksi yang sangat umum. Di Amerika Serikat, 30% sampai 90% dari orang yang
terkena herpes kulit lebih banyak pada orang dewasa, walaupun banyak orang tidak pernah
mengalami gejala. HSV 1 seperti sariawan di mulut bibir dan ruam lepuh lainnya, bisa diobati
tapi tidak bisa sembuh secara total karena sewaktu-waktu kalau tubuh lemah bisa muncul
lagi.Tipe 2, biasa dikenal dengan HSV-2, virus ini menyerang bagian pinggang ke bawah,
biasanya bagian kelamin sehingga biasa disebut dengan Herpes Genitalis. HSV2 (herpes
genitalis) tidak bisa menular melalui udara, tetapi bisa menular melalui hubungan sex. Herpes
ini bisa muncul di vagina, dubur, selangkangan kaki. Ini juga tidak bisa sembuh. Pada lakilaki herpes ini bisa terlihat tapi pada perempuan tidak kelihatan.
Herpes zoster juga dikatakan penyakit infeksi pada kulit yang merupakan lanjutan dari pada
chickenpox (cacar air) karena virus yang menyerang adalah sama. Hanya terdapat perbedaan
dengan cacar air, herpes zoster memiliki ciri cacar gelembung yang lebih besar dan
berkelompok pada bagian tertentu di badan, bisa di bagian punggung, dahi atau dada. Proses
penularan herpes zoster ini bisa melalui bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke
atas gelembung/lepuh yang pecah.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan Etiologi Herpes zoster
2. Jelaskan Jenis jenis Herpes zoster
3. Bagaimana gambaran klinis herpes zoster?
4. Pengobatan apa yang digunakan untuk mengobati herpes zoster?
5. Pencegahan yang dilakukan pada penyakit herpes zoster
III. TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui penyakit yang disebabkan oleh virus khususnya pada herpes zoster
IV. MANFAAT PENELITIAN

Untuk memahami definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, dan gambaran klinis

Mengetahui pencegahan dan pengobatan penyakit Herpes Zoster

BAB II
PEMBAHASAN
A. Etiologi Herpes Zoster

Herpes zoster telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Herpes zoster disebabkan oleh virus
yang sama dengan varisela, yaitu virus varisela zoster.1,2 Herpes zoster ditandai dengan
adanya nyeri hebat unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom
yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus
kranialis.3,4
Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan
antara pria dan wanita. Angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Diperkirakan
terdapat antara 1,3-5 per 1000 orang per tahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia di atas 50 tahun
dan kurang dari 10% kasus berusia di bawah 20 tahun.
Patogenesis herpes zoster belum seluruhnya diketahui. Selama terjadi varisela, virus varisela
zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf sensorik dan
ditransportasikan secara sentripetal melalui serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada
ganglion terjadi infeksi laten, virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi,
tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius. Herpes zoster pada
umumnya terjadi pada dermatom sesuai dengan lokasi ruam varisela yang terpadat. Aktivasi
virus varisela zoster laten diduga karena keadaan tertentu yang berhubungan dengan
imunosupresi, dan imunitas selular merupakan faktor penting untuk pertahanan pejamu
terhadapinfeksiendogen.
Komplikasi herpes zoster dapat terjadi pada 10-15% kasus, komplikasi yang terbanyak adalah
neuralgia paska herpetik yaitu berupa rasa nyeri yang persisten setelah krusta terlepas.
Komplikasi jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun, tetapi hampir 1/3 kasus terjadi pada
usia di atas 60 tahun. Penyebaran dari ganglion yang terkena secara langsung atau lewat
aliran darah sehingga terjadi herpes zoster generalisata. Hal ini dapat terjadi oleh karena
defek imunologi karena keganasan atau pengobatan imunosupresi.
Secara umum pengobatan herpes zoster mempunyai 3 tujuan utama yaitu: mengatasi inveksi
virus akut, mengatasi nyeri akut ynag ditimbulkan oleh virus herpes zoster dan mencegah
3

timbulnya neuralgia paska herpetik.


Herpes zoster dapat muncul disepanjang tahun karena tidak dipengaruhi oleh musim dan
tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara laki-laki dan
perempuan, angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Di negara maju seperti
Amerika, penyakit ini dilaporkan sekitar 6% setahun, di Inggris 0,34% setahun sedangkan di
Indonesia lebih kurang 1% setahun.
Herpes zoster terjadi pada orang yang pernah menderita varisela sebelumnya karena varisela
dan herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus varisela zoster. Setelah
sembuh dari varisela, virus yang ada di ganglion sensoris tetap hidup dalam keadaan tidak
aktif dan aktif kembali jika daya tahan tubuh menurun. Lebih dari 2/3 usia di atas 50 tahun
dan kurang dari 10% usia di bawah 20 tahun. Kurnia Djaya pernah melaporkan kasus hepes
zoster pada bayi usia 11 bulan.
Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong virus berinti
DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes viridae.
Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat
hidup laten diklasifikasikan kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta dan gamma. VVZ dalam
subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang
menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa
biasanya menetap dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada
saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa
mempunyai jajaran penjamu yang relatif luas dengan siklus pertumbuhan yang pendek serta
mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA polimerase dan
virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase yang disintesis di dalam sel yang terinfeksi.
Infeksi primer dari VVZ ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus
mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya
terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial
System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremia nya lebih luas
dan simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar
melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten
didalam neuron. Selama antibodi yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari
virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun
dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster.

B. Jenis Jenis Herpes Zoster

1. Herpes zoster oftalmikus


Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf
trigeminus

(N.V),

ditandai

erupsi

herpetik

unilateral

pada

kulit.

Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala
konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal berlangsug 1 sampai 4 hari
sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak mata
bengkak dan sukar dibuka.

Gambar 1. Herpes zoster oftalmikus sinistra.

2. Herpes zoster fasialis


Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian
ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi
herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 2. Herpes zoster fasialis dekstra.

3. Herpes zoster brakialis


Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus
brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 3. Herpes zoster brakialis sinistra.

4. Herpes zoster torakalis


Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 4. Herpes zoster torakalis sinistra.

5. Herpes zoster lumbalis


6

Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

6. Herpes zoster sakralis


Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
pleksus sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 5. Herpes zoster sakralis dekstra.

C. Gambaran Klinis Herpes Zoster

Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom yang
terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang timbulnya erupsi. Gejala konstitusi,
seperti sakit kepala, malaise, dan demam, terjadi pada 5% penderita (terutama pada anakanak) dan timbul 1-2 hari sebelum terjadi erupsi.
Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan unilateral.
Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh. Umumnya lesi terbatas pada daerah kulit
yang dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik.Erupsi mulai dengan eritema
makulopapular. Dua belas hingga dua puluh empat jam kemudian terbentuk vesikula yang
dapat berubah menjadi pustula pada hari ketiga. Seminggu sampai sepuluh hari kemudian,
lesi mengering menjadi krusta. Krusta ini dapat menetap menjadi 2-3 minggu.Keluhan yang
berat biasanya terjadi pada penderita usia tua. Pada anak-anak hanya timbul keluhan ringan
dan erupsi cepat menyembuh. Rasa sakit segmental pada penderita lanjut usia dapat menetap,
walaupun krustanya sudah menghilang.Frekuensi herpes zoster menurut dermatom yang
terbanyak pada dermatom torakal (55%), kranial (20%), lumbal (15%), dan sakral (5%).
7

Diagnosis herpes zoster pada anamnesis didapatkan keluhan berupa neuralgia beberapa hari
sebelum atau bersama-sama dengan timbulnya kelainan kulit.3 Adakalanya sebelum timbul
kelainan kulit didahului gejala prodromal seperti demam, pusing dan malaise.9 Kelainan kulit
tersebut mula-mula berupa eritema kemudian berkembang menjadi papula dan vesikula yang
dengan cepat membesar dan menyatu sehingga terbentuk bula. Isi vesikel mula-mula jernih,
setelah beberapa hari menjadi keruh dan dapat pula bercampur darah. Jika absorbsi terjadi,
vesikel dan bula dapat menjadi krusta.
Dalam stadium pra erupsi, penyakit ini sering dirancukan dengan penyebab rasa nyeri
lainnya, misalnya pleuritis, infark miokard, kolesistitis, apendisitis, kolik renal, dan
sebagainya.4 Namun bila erupsi sudah terlihat, diagnosis mudah ditegakkan. Karakteristik
dari erupsi kulit pada herpes zoster terdiri atas vesikel-vesikel berkelompok, dengan dasar
eritematosa, unilateral, dan mengenai satu dermatom.
Secara laboratorium, pemeriksaan sediaan apus tes Tzanck membantu menegakkan diagnosis
dengan menemukan sel datia berinti banyak. Demikian pula pemeriksaan cairan vesikula atau
material biopsi dengan mikroskop elektron, serta tes serologik.4,9 Pada pemeriksaan
histopatologi ditemukan sebukan sel limfosit yang mencolok, nekrosis sel dan serabut saraf,
proliferasi endotel pembuluh darah kecil, hemoragi fokal dan inflamasi bungkus ganglion.
Partikel virus dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan antigen virus herpes zoster dapat
dilihat secara imunofluoresensi.
Apabila gejala klinis sangat jelas tidaklah sulit untuk menegakkan diagnosis. Akan
tetapi pada keadaan yang meragukan diperlukan pemeriksaan penunjang antara lain:
1. Isolasi virus dengan kultur jaringan dan identifikasi morfologi dengan mikroskop
elektron.
2. Pemeriksaan antigen dengan imunofluoresen
3. Test serologi dengan mengukur imunoglobulin spesifik.
D. PENGOBATAN PADA HERPES ZOSTER

1. Pengobatan Umum
Selama fase akut, pasien dianjurkan tidak keluar rumah, karena dapat menularkan
kepada orang lain yang belum pernah terinfeksi varisela dan orang dengan defisiensi
imun.
Usahakan agar vesikel tidak pecah, misalnya jangan digaruk dan pakai baju yang

longgar. Untuk mencegah infeksi sekunder jaga kebersihan badan.

2. Pengobatan Khusus
A. Sistemik
A.1. Obat Antivirus
Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya
valasiklovir dan famsiklovir. Asiklovir bekerja sebagai inhibitor DNA
polimerase pada virus. Asiklovir dapat diberikan peroral ataupun intravena.
Asiklovir Sebaiknya pada 3 hari pertama sejak lesi muncul. Dosis asiklovir
peroral yang dianjurkan adalah 5800 mg/hari selama 7 hari, sedangkan
melalui

intravena

biasanya

hanya

digunakan

pada

pasien

yang

imunokompromise atau penderita yang tidak bisa minum obat. Obat lain yang
dapat digunakan sebagai terapi herpes zoster adalah valasiklovir. Valasiklovir
diberikan 31000 mg/hari selama 7 hari, karena konsentrasi dalam plasma
tinggi. Selain itu famsiklovir juga dapat dipakai. Famsiklovir juga bekerja
sebagai inhibitor DNA polimerase. Famsiklovir diberikan 3200 mg/hari
selama 7 hari.
A.2. Analgetik
Analgetik diberikan untuk mengurangi neuralgia yang ditimbulkan oleh virus
herpes zoster. Obat yang biasa digunakan adalah asam mefenamat. Dosis asam
mefenamat adalah 1500 mg/hari diberikan sebanyak 3 kali, atau dapat juga
dipakai seperlunya ketika nyeri muncul.
A.3. Kortikosteroid
Indikasi pemberian kortikostreroid ialah untuk Sindrom Ramsay Hunt.
Pemberian harus sedini mungkin untuk mencegah terjadinya paralisis. Yang
biasa diberikan ialah prednison dengan dosis 320 mg/hari, setelah seminggu
dosis diturunkan secara bertahap. Dengan dosis prednison setinggi itu imunitas
akan tertekan sehingga lebih baik digabung dengan obat antivirus.

B.

Pengobatan topikal
Pengobatan topikal bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel
diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar
tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka. Kalau terjadi
ulserasi dapat diberikan salap antibiotik.

E. PENCEGAHAN

Berikut beberapa cara yang bisa anda lakukan untuk mencegah penyakit Herpes, seperti :
1. Selalu menjaga higienis ( kebersihan/kesehatan) organ genetalia (atau alat kelamin pria
dan wanita secara teratur).
2. Setia kepada pasangannya, dengan tidak berganti-ganti pasangan.
3. Jangan lupa menggunakan kondom, bila pasangan kita sudah terinfeksi PMS
4. Mintalah jarum suntik baru setiap kali menerima pelayanan medis yang menggunakan
jarum suntik.

10

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster
yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang
terjadi setelah infeksi primer.
Berdasarkan lokasi lesi, herpes zoster dibagi atas: herpes zoster oftalmikus, fasialis,
brakialis, torakalis, lumbalis, dan sakralis. Manifestasi klinis herpes zoster dapat
berupa kelompok-kelompok vesikel sampai bula di atas daerah yang eritematosa.
Lesi yang khas bersifat unilateral pada dermatom yang sesuai dengan letak syaraf
yang terinfeksi virus.
Diagnosa herpes zoster dapat ditegakkan dengan mudah melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Jika diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium
sederhana, yaitu tes Tzanck dengan menemukan sel datia berinti banyak.
Pada umumnya penyakit herpes zoster dapat sembuh sendiri (self limiting disease),
tetapi pada beberapa kasus dapat timbul komplikasi. Semakin lanjut usia, semakin
tinggi frekuensi timbulnya komplikasi.
B. Saran
Sedini mungkin kita harus melakukan berbagai pencegahan agar tidak terinfeksi virus

Herpes Zoster
Deteksi sedini mungkin gejala klinis yang muncul
Lakukan pengobatan yang tepat agar tidak membuat penyakit semakin parah

11

DAFTAR PUSTAKA

Handoko RP. Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ke-4. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005; 110-2.
(Dikutip pada tanggal 10 Desember 2013)

Martodihardjo S. Penanganan Herpes Zoster dan Herpes Progenitalis. Ilmu Penyakit kulit
dan Kelamin. Surabaya: Airlangga University Press, 2001.
(Dikutip pada tanggal 10 Desember 2013)

http://caramengatasipenyakit.com/tag/pencegahan-herpes/
(Diakses pada tanggal 10 Desember 2013)
http://doktersehat.com/apa-itu-herpes/#ixzz2p6xyce6n
(Diakses pada tanggal 10 Desember 2013)

12

Anda mungkin juga menyukai