JUDUL
Penentuan Kadar Besi Secara Spektrofotometri Sinar Tampak
II.
TUJUAN
Menentukan kadar besi dalam sampel Sangobion Kids dengan metode spektrofotometri
sinar tampak
III.
DASAR TEORI
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisis yang didasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik
dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube.
Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh
suatu perekam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda.
Spektrofotometri UV-Vis merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible,
dimana digunakan dua buah sumber cahaya berbeda, yaitu sumber cahaya UV dan sumber
cahaya visible. Metode spektofotometri UV-Vis ini banyak digunakan dalam pengukuran
kuantitatif berbagai senyawa organik dan anorganik. Absorpsi radiasi ultraviolet-tampak oleh
molekul M berlangsung melalui dua langkah, pertama, melibatkan eksitasi elektronik yang
dinyatakan oleh persamaan. (Muderawan, 2009):
M + hv M*
Hasil reaksi antara molekul M dengan foton menyebabkan molekul tereksitasi yang
dinyatakan dengan M*. Waktu hidup dari molekul tereksitasi sangat singkat sekitar 10-8-10-9 detik
dan segera diikuti oleh proses relaksasi dengan melepaskan energi berupa panas.
M*+ M + panas
Ada tiga jenis transisi elektronik yang terlibat dalam spektroskopi ultraviolet-tampak,
yaitu transisi elektronik yang melibatkan: 1) elektron , , dan n, 2) elektron pada orbital d dan f,
dan 3) elektron transfer muatan (charge transfer electron). Spesies-spesies yang mengandung
elektron , , dan n termasuk molekul organik dan sejumlah anion anorganik. (Muderawan,
2009). Untuk molekul organik, dalam banyak hal, absorbsi cahaya UV/Vis (ultraviolet/visible)
terjadi pada group fungsional (kromofor) yang mengandung elektron-elektron valensi. Proses
absorbsi cahaya UV/Vis berkaitan dengan promosi elektron dari satu orbital molekul dengan
tingkat energi elektronik tertentu ke orbital molekul lain dengan tingkat energi elektronik yang
(Ismono dalam S Hamdani, 2011). Berikut merupakan panjang gelombang yang dapat dideteksi
oleh UV Vis.
Deskripsi :
Ungu : 400 420 nm
Indigo : 420 440 nm
Biru
: 440 490 nm
Hijau : 490 570 nm
Kuning : 570 585 nm
Jingga : 585 620 nm
Merah : 680 780 nm
(Sumber : http://Chem-is-try.com/)
c) Pembuatan Kurva Kalibrasi
Untuk kurva kalibrasi, dibuat larutan standar dengan berbagai konsentrasi yang diketahui.
Absorbansi larutan standar ini diukur, kemudian dibuat grafik absorbansi (A) terhadap
konsentrasi (C), kurva yang terbentuk disebut kurva kalibrasi. Melalui kurva kalibrasi atau kurva
standar, konsentrasi larutan sampel dapat dengan mudah diketahui atau dihitung dari pembacaan
absorbansi sampel. Ketelitian pembacaan absorbansi yang baik pada umumnya ada pada nilai
absorbansi diantara 0,12-1,0 atau nilai transmitans (T)-nya diantara 0,1-0,75 (=10-75%T)
kesalahan pembacaan T pada skala ini diperkirakan 0,5% T. (Ismono dalam S Hamdani, 2011).
Besar penyerapan cahaya (absorbansi) dari suatu kumpulan atom/molekul dinyatakan
oleh Hukum Beer-Lambert. Hukum Lambert menyatakan bahwa proporsi berkas cahaya datang
yang diserap oleh suatu bahan/medium tidak bergantung pada intensitas berkas cahaya yang
datang. Hukum Lambert ini tentunya hanya berlaku jika di dalam bahan atau medium tersebut
tidak ada reaksi kimia ataupun proses fisis yang dapat dipicu atau diimbas oleh berkas cahaya
datang tersebut. Dalam hal demikian, intensitas cahaya yang keluar setelah melewati bahan atau
medium tersebut dapat dituliskan dalam bentuk sederhana ssebagai berikut:
I = T x I0,
dimana I adalah intensitas berkas cahaya keluar, I 0 adalah intensitas berkas cahaya
masuk/datang, dan T adalah transmitansi. Jika transmisi dinyatakan dalam prosentase, maka
%T = (I/I0) x100
(dalam satuan %)
Selain itu, hukum Beer juga menyatakan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus
dengan konsentrasi dan ketebalan bahan atau medium, yaitu:
A= bC
dimana adalah absorbsitivitas molar untuk panjang gelombang tertentu (dalam L mol -1
cm-1), C adalah konsentrasi molar (mol L-1), b adalah panjang/ketebalan dari bahan/medium yang
dilintasi oleh cahaya (cm). Kombinasi dari kedua hukum tersebut (Hukum Beer-Lambert) dapat
dituliskan sebagai berikut:
%T = (I/I0) x100 = exp( b C)
atau
A = log (I0/I) = b C.
Gambar di bawah menunjukkan plot %T dengan C dan A dengan C. Bentuk persamaan
terakhir menyatakan sebuah hubungan penting, yakni absorbansi A memiliki hubungan linier
dengan konsentrasi C (A C) dan dapat ditentukan dengan mengukur ratio antara intensitas
cahaya setelah melewati bahan atau medium dan intensitas sebelum melewati bahan atau
medium.
Ion besi(II) bereaksi dengan fenantrolin membentuk kompleks jingga merah yang
terbentuk pada pH 39. Kompleks yang terjadi sangat stabil dan intensitas warna tidak berubah
dalam kurun waktu yang lama. Pembentukan kompleks besi phenantrolin dapat ditunjukkan
dengan reaksi:
+ Fe2+
Tetapan pembentukan kompleks adalah 2.510-6 pada 25oC. Besi (II) terkomplekskan dengan
kuantitatif pada pH 3-9. pH 3,5 biasa direkomendasikan untuk mencegah terjadinya endapan dari
garam-garam besi, misalnya fosfat. Kelebihan zat pereduksi, seperti hidroksilamin diperlukan
untuk menjamin ion besi berada pada keadaan tingkat oksidasi +2.
IV.
Bahan:
2 buah
2 buah
2 buah
1 buah
1 buah
V.
No
Prosedur Kerja
1 Pembuatan Larutan Induk Fe 100 ppm
Hasil Pengamatan
0,07 gram garam mohr (NH4)2Fe(SO4)2 yang
Larutan induk Fe 100 ppm dibuat dengan berwarna biru kehijauan setelah dilarutkan
melarutkan
0,07
(NH4)2Fe(SO4)2
gram
dalam
garam
aquades
10%
Larutan
dengan
hidroksilaminklorida
10
10
gram
dan
hidroksilaminklorida
dalam
aquades
melarutkan
aquades
dan
diperoleh
larutan
berwarna.
Larutan
o-
phenantrolin
sampai
mL
hidroksilaminklorida
dan
larutan
ppm sampai
5
mL
larutan
induk
mL
larutan
induk
diperoleh
mencampurkan
ppm
spektrum
gelombang
yang
dihasilkan
maksimum
adalah
yang maksimum).
Pembuatan Kurva Kalibrasi
Absorbansi
larutan
standar
besi(II)- adalah:
sebagai
mengalurkan
sumbu
dan
diencerkan
terbentuk
larutan
larutan
sampel
tersebut
dalam
ditambahkan
labu
takar
5
50
mL
mL
dan
larutan
ditambahkan
mL
larutan
o-phenantrolin
0,25%
dan
diencerkan
merah jingga.
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, dilakukan uji analisis kadar besi pada sampel sangobion kids
dengan spektrofotometer UV-Vis, diperlukan larutan standar besi (II) dengan konsentrasi 100
ppm yang dibuat dengan melarutkan 0,07 gram kristal garam Mohr ke dalam 100 mL
aquades. Selanjutnya larutan ini diencerkan menjadi konsetrasi 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm,
dan 5 ppm. Adapun perhitungan dalam pembuatan larutan induk 100 ppm adalah sebagai
berikut:
Dalam membuat larutan dengan konsentrasi 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, dan 5 ppm
diperlukan volume larutan induk yang berbeda.
Volume larutan yang diperlukan dalam membuat larutan besi standar 50 mL dengan
konsentrasi 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, dan 5 ppm adalah sebagai berikut:
Larutan besi standar konsentrasi 1 ppm
V1 . M1 = V2 . M2
50 mL . 1 ppm = V2 . 100 ppm
V2 =
= 1,5 mL
= 1 mL
= 0,5 mL
= 2 mL
= 2,5 mL
Dalam pembuatan larutan standar 0 ppm tidak menambahkan larutan induk, karena
larutan standar 0 ppm merupakan blanko.
Larutan induk tersebut selanjutnya ditambahkan dengan 5 mL hidroksilaminklorida
10% dan 5 mL o-fenantrolin 0,25% ke dalam masing-masing larutan. Tujuan penambahan
hidroksilaminklorida adalah untuk mereduksi Fe3+ yang ada dalam larutan induk menjadi
Fe2+. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
4Fe3+ + 2NH2OH 4Fe2+ + N2O + 6H+ + H2O
2+
Fe yang terbentuk selanjutnya direaksikan dengan o-fenantrolin dan membentuk
kompleks besi (II)-fenantrolin yang berwarna merah jingga yang dapat ditentukan kadar
besinya menggunakan UV-Vis. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
3C12H8N2 + Fe2+ [(C12H8N2)3Fe]2+ (merah jingga)
absorbansi tersebut dengan menggunakan persamaan kurva kalibrasi larutan standar besi
(II), dapat ditentukan konsentrasi besi (II) sebagai berikut.
y = 0,208x + 0,012
0,131= 0,208x + 0,012
x
0,119
0,572 ppm
0,208
Jadi, konsentrasi larutan besi (II) pada sampel sangobion kids yang telah mengalami
pengenceran sebanyak 50 kali adalah 0,572 ppm, dimana konsentrasi yang diperoleh dari
hasil perhitungan telah mendekati konsentrasi yang diperoleh pada alat UV-Vis, yakni
0,6177 ppm. Sehingga, konsentrasi awal dari larutan besi (II) sebelum pengenceran adalah
sebagai berikut: 0,572 ppm x 50 = 28,6 ppm
Melalui perhitungan di atas dapat diketahi konsentrasi besi pada sampel sangobion
kids adalah 28,6 ppm. Konsentrasi besi (II) dalam larutan sampel adalah:
ppm =
VII.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar besi dalam sampel
sangobion kids adalah 2,86 mg/100 mL.
2013
dari
situs
http://catatankimia.com/catatan/tipe-dan-analisis-
spektrofotometri-uv-vis.html
Wahyoe. 2011. Spektrofotometer UV-Vis. Diakses pada tanggal 19 Maret 2013 dari situs
http://wahyoe-analisiskimia.blogspot.com/2011/03/spektrofotometer-uv-vis.html
OLEH:
I KETUT ANGGER BAJRASENA
[1113031030]
[1113031034]
[1113031036]
[1113031045]
REGULER C
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2014