Proses gasifkasi telah dikenal sejak abad lalu untuk mengolah batubara, gambut. Atau kayu
menjadi bahan bakar gas yang kini mulai dimanfaatkan. Pada tahun-tahun terakhir ini. Proses
gasifikasi mendapat perhatian kembali di seluruh dunia, terutama untuk mengolah biomassa
sebagai sumber energi alternatif yang terbaharukan.
Secara sederhana proses gasifikasi dapal dikatakan sebagai reaksi kimia pada temperatur tinggi
antara biomassa dengan udara. Yang tahapannya dapat digambarkan sebagai berikut (gambar I).
1. Tahap pengeringan. Akibat pengaruh panas, biomassa mengalami pengeringan pada
temperatur sekitar100oC.
2. Tahap pirolisis. Bila temperatur mencapai 250oC, biomassa mulai mengalami proses
pirolisis yaitu perekahan molekul besar menjadi molekul-molekul kecil akibat pengaruh
temperatur tinggi. Proses ini berlangsung sampai temperatur 500oC. Hasil proses pirolisis
ini adalah arang, uap air, uap tar, dan gas- gas.
3. Tahap reduksi. Pada temperatur di atas 600oC arang bereaksi dengan uap air dan karbon
dioksida. Untuk menghasilkan hidrogen dan karbon monoksida sebagai komponen utama
gas hasil.
4. Tahap oksidasi. Sebagian kecil biomassa atau hasil pirolisis dibakar dengan udara untuk
menghasilkan panas yang diperlukan oleh ketiga tahap tersebut di atas. Proses oksidasi
(pembakaran) ini dapat mencapai temperatur 1200oC, yang berguna untuk proses
perekahan tar lebih lanjut.
Tahap-tahap proses diatas dilaksanakan dalam satu alat yang disebut gasifier atau reaktor
gasifikasi.
GASIFIER
Jenis gasifier yang sesuai antuk memproses biomassa adalah down-draft, dimana unggun
biomassa turun sendiri karena gaya gravitasi dan aliran gas juga turun melewati unggun tersebut.
Gasifier ini mempunyai bentuk konvensional berupa silinder dengan satu penyempitan dibagian
tengah yang disebut tengorokan. Bentuk ini cocok untuk memproses biomassa yang mempunyai
ukuran partikel besar, seperti potongan kayu dan batok kelapa. Untuk biomassa berukuran kecil.
Seperti sekam padi dan serbuk gergaji, diperlukan gasifier tanpa tenggorokan dan tanpa tutup
atas, seperti yang dikembangkan di ITB.
PERANGKAT GASIFIKASI
Gas yang keluar dari gasifikasi masih mengandung kotoran dan temperaturnya tinggi,karena itu
perlu pengolahan lebih lanjut (lihat Gambar 2):
a. siklon untuk memisahkan debu kasar
b. filter uutuk menyaring debu halus
c. pendingin gas
d. pengendap air dan tar yang terkondensasi.
Bentuk peralatan tersebut bermacam-macam, misalnya filter dapat dibuat dari ijuk, batu, sabut
kelapa dan lain-lainnva. Gas dapat didinginkan dengat semprotan air atau dilewatkan dalam pipa
panjang. Sedangkan pemisahan air dan tar dapat dilakukan dalam tangki besar atau saringan.
Dalam motor bensin, seluruh kebutuhan bensin dapat digantikan dengan gas. Daya motor dapat
diatur dengan pengaturan laju alir campuran gas-udara dengan komposisi tetap. Karena
kecepatan pembakaran gas kurang daripada kecepatan pembakaran bensin. maka waktu
pengapian busi harus diajukan, kira-kira 15 derajat lebih atas.
Dalam motor diesel, tidak seluruh kebutuhan solar dapat digantikan. Karena sedikit solar tetap
diperlukan untuk sarana pengapian. Operasi ini disebut sebagai sistem bahan bakar ganda. Dalam
praktek, komposisi bahan bakar ganda ini kira-kira 20% solar dan 80% gas. Pengaturan daya
motor dapat dilakukan dengan pengaturan laju alir gas, sementara laju alir solar diatur pada
kebutuhan minimum untuk sarana pengapian.
Daya maksimum yang dapat dihasilkan oleh motor bensin maupun motor diesel dengan bahan
bakar gas turun sampai kira-kira 70% dari daya aslinya. Motor untuk penggunaan gas hasil
gasifikasi sebaiknya dipilih yang mempunyai kecepatan nominal 1500 putaran permenit.
Berdasarkan pengalaman di ITB, satu liter bensin atau solar dapat digantikan dcngan 7,5 m2 gas
dari gasifikasi 4 kg kayu atau 6 kg sekam.
Secara teoritik satu m3 gas hasil gasifikasi biomassa memerlukan 1,2 m3 udara untuk
pembakaran, dan menghasiIkan temperatur 1600oC. Pada prakteknya, temperatur pembakar-an
gas ini hanya berkisar antara 700-1200oC.
Berdasarkan kualitasnya, gas hasil ini tidak ekonomis bila disimpan atau didistribusikan tetapi
harus dimanfaatkan di tempat proses gasifikasi. Penggunaan gas yang paling sesuai adalah untuk
pengeringan hasil-hasil pertainian, perkebunan dan kehutanan yang tidak memerlukan
temperatur terlalu linggi.
Gambar 3. Gasifier
KAJIAN EKONOMI
Penerapan gasifkasi sebagai sumber energi alternatif jelas memerlukan tambahan investasi dan
perubahan biaya operasinya. Faktor-faktor di bawah ini perlu diperhatikan dalam melakukan
kajian ekonomi secara mikro:
a. umur unit gasifikasi (7 - 10 tahun)
b. kapasitas unit gasifikasi
c. harga unit gasifikasi (kira-kira Rp 300.000/kW)
d. harga BBM yang akan digantikan
e. harga biomassa
f. jam operasi (minimum 3000 jam/tahun)
g. upah operator
h. sarana perawatan, dsb.
Sebagai gambaran, Tabel 3 menyajikan perbandingan harga listrik dari tenaga diesel dan tenaga
diesel-gasifier di dua tempat uji coba lapangan Balong dan Randublatung. Hasil kajian ekonomi
ini sangat spesifk untuk kasus yang bersangkutan.
Melalui proses gasifikasi, 1,5 2,5 kg biomassa dapat digunakan untuk menghasilkan I kW
listrik. Keempat unit tersebut digabung dengan motor diesel penggerak generator listrik produksi
PT. BBI bersama-sama bengkel-bengkel kecil di Surabaya. Gasifier khusus untuk sekam padi
telah berhasil dikembangkan pula di ITB, dan merupakan sumbangan baru kepada teknologi
gasifikasi di dunia. Uji coba lapangan gasifier sekam padi ini telah dipasang di desa Jahi,
kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Pada bulan Maret 1985 yang lalu, ITB diberi kepercayaan untuk menyelenggarakan Kursus dan
Konferensi Internasional Gasifkasi atas sponsor negara-negara Swedia, Jerman Barat, USA,
Belanda, Perancis, dan Belgia. Kursus diikuti oleh 26 peserra dan konferensi dihadiri oleh 135
wakil berbagai negara. Kursus untuk staf Pengembangan Perkebunan-Perkebunan telah
dilaksanakan di Yogya bulan April 1985.
PENUTUP
Teknologi gasifikasi biomassa telah ada di Indonesia, dan mempunyai masa depan yang cerah
sebagai sumber energi alternatif. Kemampuan produksi dalam negeri unit gasifikasi telah kita
miliki dan keandalan teknis peralatannya telah teruji. Kajian ekonomi gasifikasi biomassa sangat
tergantung kondisi daerah yang bersangkutan.