Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2014
Page | 2
DAFTAR ISI
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Kata Pengantar
Diagnosis Komunitas
Langkah-langkah Pelaksanaan Jaminan Mutu dan Panduan
Penulisan Laporan
Problem Solving Cycle
Evaluasi Program Kedokteran/Kesehatan berdasarkan
Pendekatan Sistem
Pelayanan Kesehatan dengan Pendekatan Dokter Keluarga
Diagnosis Okupasi
Plant Survey
Keselamatan pasien
Identifikasi dan Modifikasi Gaya Hidup
Pencarian Kontak
Surveilans
ii
iii
iv
1
13
18
24
34
42
52
72
DAFTAR TABEL
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | i
DAFTAR GAMBAR
KATA PENGANTAR
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK) Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) memiliki sejarah
panjang dalam dunia pendidikan kedokteran, sejak masa
penjajahan Belanda.
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | iii
DIAGNOSIS KOMUNITAS
Setyawati Budiningsih, Joedo Prihartono, Aria Kekalih
Divisi Epidemiologi dan Biostatistik, Departemen Ilmu Kedokteran
Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
PENDAHULUAN
Profil dokter masa depan menurut WHO (The Future Doctor)
mencakup Care provider, Decision Maker, Educator, Manager dan
Community Leader. Salah satu posisi atau pekerjaan yang akan
dijalani dokter adalah memimpin suatu fasilitas kesehatan. Pada
sistim kesehatan di Indonesia di tingkat primer, dikenal Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang bertanggung jawab
terhadap masyarakat di area kerjanya, yaitu kecamatan atau
kelurahan. Fungsi dari puskesmas ada 3, yaitu:
1. Pusat pengembangan program kesehatan
2. Pusat pelayanan kesehatan primer
3. Pusat pemberdayaan masyarakat
Sebagai pusat pengembangan program kesehatan, maka fasilitas
kesehatan perlu melakukan
melakukan Diagnosis Komunitas
(Community Diagnosis), sehingga program kesehatan yang
dilakukan sesuai dengan masalah yang terutama dihadapi oleh
komunitas/masyarakat di area tersebut. Diagnosis komunitas
merupakan keterampilan (skill) yang harus dikuasai oleh dokter di
fasilitas kesehatan tingkat primer, dan/atau bila bekerja sebagai
pimpinan institusi/unit kesehatan yang bertanggung jawab atas
kesehatan suatu komunitas/masyarakat.
Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan di antara
pendekatan kedokteran klinis dan kedokteran komunitas dalam
penegakan diagnosis masalah kesehatan. Seorang klinisi akan
memeriksa pasien serta harus mampu menentukan kondisi
patologis berdasarkan gejala dan tanda yang ada agar dapat
menegakkan diagnosis penyakit dan memilih cara tepat untuk
pengobatannya. Pada kedokteran komunitas, keterampilan
epidemiologi (mempelajari tentang frekwensi dan distribusi
penyakit serta faktor determinan yang mempengaruhinya di
kalangan manusia) sangat diperlukan untuk dapat memeriksa
seluruh masyarakat dan memilih indikator yang sesuai untuk
menjelaskan masalah kesehatan di komunitas; kemudian
menetapkan diagnosis komunitas serta menetapkan intervensi
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI
|1
Bentuk
pelayanan
Koordinasi
Intersektora
l
Partisipasi
masyarakat
Analisis
cost-benefit
Kedokteran Komunitas
Populasi di area kerja
Aktif dan pasif
Terdiri atas puskesmas,
pustu, posyandu
Komprehensif (health
promotion, specific
protection, early diagnosis
dan prompt treatment,
disability-limitation,
rehabilitation
Ada koordinasi dengan
departemen kesehatan
dan jajarannya
Mengikut sertakan
masyarakat dalam
program kesehatan
Memberikan high costbenefit rasio melalui
minimum-expenditure dan
maximum-result
Kedokteran Rumah
Sakit
Pasien yang datang ke
fasilitas kesehatan
Pasif, menunggu pasien
datang
Terdiri atas hubungan
yang tidak mengikat
antara pelayanan primer,
sekunder dan tersier
Hanya kuratif
4
5
6
7
8
9
10
Diagnosis Klinis
Memerlukan pemeriksaan
laboratorium
Dokter menentukan
pengobatan
Pengobatan pasien menjadi
tujuan utama
Diikiuti dengan follow up
kasus
Dokter tertarik menggunakan
teknologi tinggi
Diagnosis Komunitas
Dilakukan oleh dokter atau
epidemiologis
Fokus perhatian : komunitas /
masyarakat
Fokus perhatian : orang sakit
dan sehat
Dilakukan dengan cara survey
Diagnosis didasarkan atas
Riwayat Alamiah Perjalanan
Penyakit ( Natural history of
disease)
Memerlukan penelitian
epidemiologi
Dokter/epidemiologis
merencanakan plan of action
Pencegahan dan Promosi
menjadi tujuan utama
Diikuti dengan program
evaluasi
Dokter/epidemiologis tertarik
dengan nilai2 statistik
kuesioner
atau
DAFTAR PUSTAKA
1. Suryakantha AH. Community medicine with recent
advances. Jaypee Brothers, Medical Publishers; 2010. 904
p.
2. Indonesia KK. Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia [online]. 2012
[disitasi 5 Mei 2014]; Diunduh dari:
http://www.pkfi.net/file/download/Perkonsil%20No%2011%
20Th%202012%20Ttg%20Standar%20Kompetensi
%20Dokter%20Indonesia%20%202012.pdf
3. World Health Organization. City health profiles: how to
report on health in your city. ICP/HSIT/94/01 PB 02.
Available at: www.euro.who.int/ document/wa38094ci.pdf
4. Garcia P, McCarthy M. Measuring health: a step in the
development of city health profiles. EUR/ICP/HCIT 94
01/PB03. Available at:
www.euro.who.int/document/WA95096GA.pdf
5. Matsuda Y, Okada N. Community diagnosis for sustainable
disaster preparedness. Journal of Natural Disaster Science.
2006;28(1):2533.
6. Bennett FJ, Health U of ND of C. Community diagnosis and
health action: a manual for tropical and rural areas.
Macmillan; 1979. 208 p.
7. Budiningsih S. Panduan pelaksanaan keterampilan
kedokteran komunitas di FKUI: modul ilmu kedokteran
komunitas. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2013.
PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan yang bermutu bisa dilihat dari dua sisi yaitu
dari sisi pasien dan sisi pemberi pelayanan. Yang dimaksud
dengan pelayanan kesehatan bermutu dari sisi pasien adalah
pelayanan kesehatan yang mudah ditemui, mudah didapat,
memberikan tingkat kesembuhan tinggi, dengan pelayanan yang
ramah dan sopan. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan
bermutu dari sisi pelayanan kesehatan adalah pelayanan
kesehatan yang efektif, memberikan tingkat kesembuhan tinggi,
dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur terstandar. Artinya
sebuah pelayanan kesehatan yang bermutu harus memenuhi
kriteria-kriteria dari dua sisi tersebut.
Agar dapat menghasilkan layanan yang bermutu tersebut dan
secara konsisten menghasilkan dibutuhkan sebuah program yang
disebut program jaminan mutu.
PENGERTIAN PROGRAM JAMINAN MUTU
Banyak definisi tentang program jaminan mutu.
Levits dan Hilts menyatakan bahwa program jaminan mutu
adalah proses pengumpulan data dari sebuah pelayanan
kesehatan untuk membandingkan kinerja dengan indicatorindikator
yang
mempengaruhi
hasil
pelayanan
serta
mengidentifikasi masalah dalam proses pelayanan dan
manajemen pelayanan.
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 15
2.
-
3.
-
4.
6.
P = (M x I x V) / C
Keterangan:
- M = Magnitude
Besarnya masalah yang dapat diselesaikan. Makin besar
masalah yang dapat diatasi makin tinggi prioritas jalan
keluar tersebut.
- I = Importancy
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 19
9.
10.
Menuliskan laporan
Laporan lengkap terdiri dari:
Bab I: Pendahuluan, berisi latar belakang permasalahan,
tujuan penulisan dan manfaat penulisan.
Bab II: Tinjauan pustaka tentang topik yang dipilih, mis.
QA di lab farmasi, rekam medis, dll.
Bab III: Langkah-langkah pelaksanaan
Bab IV: Hasil (terutama) intervensi dan indikator
keberhasilan.
Bab V: Diskusi dan Pembahasan
Bab VI: Kesimpulan dan Saran
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 21
DAFTAR PUSTAKA
Azrul Azwar. Program Jaminan Mutu. Dian Pustaka.
Hughes RG. Tools and Strategies for Quality Improvement
and Keselamatan pasien: An Evidence-Based Handbook
for Nurses. Rockville;US, 2008
Levitt C, Hilts L. Quality in Family Practice Books of Tools,
1st ed. McMaster Innovation Press;Toronto, 2010
Franco LM, Newman J, Murphy G, Mariani E. Achieving
Quality
Through
Problem
Solving
and
Process
Improvement, 2nd Ed. USAID;Wisconsin, 1997
Pendahulan:
Masalah timbul jika ada kesenjangan antara kenyataan dan
harapan. Masalah adalah suatu situasi dimana ada sesuatu yang
diinginkan tetapi belum diketahui bagaimana mendapatkannya.
Masalah kesehatan adalah kesenjangan antara standar yang
diharapkan ada di masyarakat dengan kondisi kesehatan
masyarakat yang yang sesungguhnya ditemui.
Berbagai metode telah banyak digunakan untuk Dalam
memecahkan sebuah masalah kesehatan, berbagai metode telah
banyak digunakan. Salah satu metode tersebut adalah siklus
pemecahan masalah. Metode tersebut merujuk pada kontinuitas
langkah-langkah yang dilaksanakan secara sistematis meliputi
identifikasi dan analisis masalah, menyusun dan merencanakan
pemecahan masalah, melaksanakan serta memonitor dan
mengevaluasinya. Melalui serangkaian langkah-langkah tersebut,
diharapkan pemecahan masalah memiliki daya ungkit yang besar
dan benar-benar menjawab permasalahan kesehatan yang
dihadapi masyarakat.
Pengertian
Siklus pemecahan masalah adalah satu proses perencanaan yang
berpedoman pada dimunculkannya masalah, berlangsungnya
kegiatan
penyelesaian
masalah
serta
dinilainya
hasil
penyelesaian yang dicapai. Setiap siklus dapat berakhir dengan
selesainya masalah secara tuntas atau haya sebagian saja.
Dengan demikian, siklus tersebut dapat selalu berulang dan
merupakan lingkaran yang kontinu.
Tujuan:
1. Mengidentifikasi masalah dan penyebab masalah
2.
Menyusun alternatifve pemecahan masalah
3.
Melaksanakan intervensi untuk memecahkan masalah
4.
Mengevaluasi keberhasilan intervensi
Langkah-langkah Problem Solving CycleSiklus Pemecahan
Masalah
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 23
Input
Proses
Output
Dampak
Umpan Balik
mendapatkan
pemahaman
yang
baik,
penilai
harus
memaparkan masalah ini kepada semua anggota tim penilai
yang terlibat. Pembobotan pada masing-masing indikator
keluaran harus disertai dengan pembenaran yang dapat
diterima. Dalam makalah Aalasan pemberian bobot untuk
tiap-tiap variabel pada matriks untuk setiap masalah harus
dituliskan dengan jelas. Misalnya untuk masalah A, mengapa
diberikan nilai tinggi (5) untuk prevalensinya, sedangkan untuk
rate of increasenya hanya diberikan nilai sedang (3) dan
seterusnya. Contoh dapat dilihat pada Lampiran 1.
Dalam melakukan pembobotan, prosesnya dimulai dari
prevalensi, severity, dan seterusnya. Dilakukan pembobotan
prevalensi tiap-tiap masalah, kemudian selanjutnya dilakukan
pembobotan severity tiap masalah, dan seterusnya. Dalam
melakukan pembobotan, harus dipakai data yang akurat, dan
mutakhir.
5. Membuat
kerangka
konsep
dari
masalah
yang
diprioritaskan
Untuk
menentukan
penyebab
masalah
yang
telah
diprioritaskan tersebut, perlu dibuat kerangka konsep prioritas
masalah. Hal ini bertujuan untuk menentukan faktor-faktor
penyebab masalah yang berasal dari komponen sistem yang
lainnya, yaitu komponen input, proses, lingkungan dan umpan
balik. Dengan menggunakan kerangka konsep diharapkan
semua faktor penyebab masalah dapat diketahui dan
diidentifikasi sehingga tidak ada yang tertinggal. Jelaskan
hubungan antara faktor-faktor dalam kerangka konsep
tersebut.
Kadang-kadang ada faktor yang mempengaruhi
prioritas masalah melalui faktor lain. Perhatikan benar-benar
hubungan antar faktor tersebut. Dalam membuat kerangka
konsep dapat dipakai diagram pohon atau diagram tulang ikan.
Semua variabel yang ada di dalam kerangka konsep, ditulis
dalam bentuk netral. Contoh dapat dilihat pada Lampiran 1.3,4
6. Identifikasi penyebab masalah
Selanjutnya dilakukan identifikasi berbagai penyebab masalah
yang terdapat pada kerangka konsep. Identifikasi penyebab
masalah dilakukan dengan: 1) Mengelompokkan faktor-faktor
yang diperkirakan berpengaruh terhadap prioritas masalah
dalam unsur masukan, proses, umpan balik dan lingkungan, 2)
menentukan indikator-indikator serta tolok ukurnya masingmasing dari faktor-faktor tersebut 3) Mengukur besarnya nilai
indikator-indikator tersebut di lapangan, 4) Membandingkan
nilai dari tiap-tiap indikator tersebut dengan tolok ukurnya. Bila
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 33
Besarnya
masalah
yang
dapat
diselesaikan
(Magnitude)
Makin besar masalah yang dapat di atasi, makin
tinggi prioritas jalan keluar tersebut.
Pentingnya jalan keluar (Importancy)
Pentingnya
jalan
keluar
dikaitkan
dengan
kelanggengan penyelesaian masalah. Makin lama
masa bebas masalah, makin penting jalan keluar
tersebut.
Sensitivitas jalan keluar (Vulnerability)
Sensitivitas dikaitkan dengan kecepatan jalan keluar
mengatasi masalah. Makin cepat masalah teratasi,
makin sensitif jalan keluar tersebut.
b. Efisiensi Jalan Keluar (C)
Tetapkan nilai efisiensi (Efficiency) untuk setiap alternatif
jalan keluar. Nilai efisiensi ini biasanya dikaitkan dengan
biaya (cost) yang diperlukan untuk melaksanakan jalan
keluar. Makin besar biaya yang diperlukan, makin tidak
efisien jalan keluar tersebut. Berikan angka 1 (biaya
paling sedikit) sampai dengan angka 5 (biaya paling
besar).
Nilai prioritas (P) untuk setiap alternatif jalan keluar dihitung
dengan membagi hasil perkalian nilai M x I x V dibagi C. Jalan
keluar dengan nilai P tertinggi, adalah prioritas jalan keluar
terpilih. Lihat contoh di lampiran 1.4
10. Pengumpulan Data
Data yang akan diambil meliputi semua data yang berkaitan
dengan indikator dari masing-masing variabel yang ada di
dalam kerangka konsep, baik variabel prioritas masalah
maupun semua variabel kemungkinan penyebab masalah.
Selain itu juga diperlukan data untuk dapat menentukan
berbagai alternatif pemecahan masalah.
Data primer bisa berasal dari wawancara, diskusi
kelompok terarah (FGD), atau kuesioner yang mungkin
dipakai untuk mengumpulkan data, atau dari status
pasien yang pengisiannya dilakukan sendiri oleh penilai
beserta timnya sesuai tujuan penelitian.
Data sekunder adalah data yang berasal dari laporan
bulanan dan tahunan, serta rekam medik
Data tersier adalah data yang berasal dari suatu publikasi.
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 36
3,
3.
4.
5.
6.
7.
8.
No
1.
Aspek
Alasan kedatangan pasien
Rincian
1.1.
keluhan utama (reason
of encounter) /simptom/
sindrom
klinis
yang
ditampilkan
Keterangan
Keluhan (complaints)
Fisik,
m
neuropsikologikososial (w
keluhan tak jelas )
1.2.
keluarganya
2.
3.
4.
Diagnosis
klinis
biologikal, psikomental,
intelektual,
nutrisi
sertakan
derajat
keparahan .
Perilaku individu dan gaya
hidup
(life style),
kebiasaan
yang
menunjang
terjadinya
penyakit,
beratnya
penyakit
Pemicu psikososial dan
lingkungan
dalam
kehidupan
seseorang
hingga
mengalami
penyakit seperti yang
ditemukan
(dietary habits;tinggi le
tinggi kalori)
kebiasaan
merokok
kebiasaan
jajan, kebiasaan makan
kebiasaan
individu
mengisi
waktu
dengan perihal yang negatip
4.1. pemicu primer adalah dinilai
dari dukungan keluarga yang
terdekat (family support)
4.2. pemicu dukungan keluarga
lainnya (dinilai dari tidak
adanya/kurangnya ) sesuai
kedekatan
hubungan
seseorang
dengan
keluarganya)
Bantuan
suami
terha
penyakit
istri
(
yang
sakit
ada
isteri)
Tidak
bantuan/perhatian/
perawatan/ suam
istri,
anak
se
dengan hiraki an
menantu
se
dengan
kedudu
cucu dan lainnya a
pelaku rawat yang
Kurangnya
kasih
say
(hubungan yang
harmonis)
Kurangnya
perhatian
perkembangan
penyakit
Kurang
pengobatan
/perawatan
o
keluarga ,
Tidak
penyelesaian masa
yang dilakukan ,
tidak
waktu
y
disediakan keluarg
pekerjaan
(p
waktu, kerja keras
psikologis)
pengaruh
ne
dari
;
kultur,bud
pergaulan
kebia
keluarga, kepercayaan ,
pendidikan (ren
keterampilan terbatas)
Keterangan
kebiasaan
b
berkaitan tidak berolah
perilaku
keluarga
(tak
m
sendiri), menu kelu
yang tak sesuai kebutuh
perilaku
menabung
(per
konsumtif)
tidak
ad
perencanaan keluarg
ada pendidikan anak
ada
pengar
pengembangan karier )
perilaku keber
buruk
perilaku
kelu
pemanfaatan waktu l
buruk
penggunaan
addiktif, penggunaan n
merokok
-
No
5.
6.
Aspek
Rincian
4.3. pemicu sosial (yang negatip)
dapat menimbulkan masalah
kesehatan , atau kejadian
penyakit
4.5. masalah
ekonomi
yang
mempunyai
pengaruh
terhadap penyakit/masalah
kesehatan yang ada
4.6. akses
pada
pelayanan
kesehatan
yang
mempengaruhi penyakit :
pendapatan
cukup, tak menentu de
jumlah keluarga besar
ketergantungan
finansial pada orang lai
ratio ketergantu
(beban keluarga)
-
tak mudahnya u
mencapai tempat prakti
tiada biaya berob
tidak
mempu
sistem pra upaya/Asu
Kesehatan)
pelayanan
pro
kesehatan
yang
informatif, tidak ra
tidak komprehensif
polutan dalam ru
(asap
dapur,
rokok,debu)
pada tempat
(polusi asap, debu, k
pada
lingku
pemukiman
No
7.
8.
Aspek
Rincian
4.8. masalah dengan bangunan
tempat
tinggal
yang
berdampak negatip terhadap
kesehatan
pasien
dan
keluarga
Keterangan
ventilasi, tak ad
memadai
pencahayaan ku
tertutup banguan tinggi
sumber air tak
(MCK),
wc umum, si
pembuangan ,
keamanan gedu
ergonomi rumah, tan
licin,
(terutama
u
lansia, balita),
privasi
tak
,kepadatan hunian , bis
Aktivitas Menjalankan
Sosial Dalam Kehidupan
Fungsi
Skala 1
-
Mampu
melakukan
pekerjaan seperti sebelum sakit
Mampu
melakukan
pekerjaan ringan sehari-hari di
dalam dan luar rumah
Skala 2
kepadatan
perumahan,
sistem pembua
sampah, limbah
kebersihan
kebisingan , pemuk
kumuh , dll
kemampuan dalam menj
kehidupan untuk
tergantung pada orang
(skala 1-5)
Perawatan
bekerja di dalam dan di
rumah (mandiri)
-
Mulai
mengu
aktivitas kerja (peke
kantor)
Perawatan diri m
bisa
dilakukan,
h
mampu melakukan
ringan
Tak
melak
aktivitas kerja, tergan
pada keluarga
Skala 3
-
Mampu
melakukan
perawatan diri, tapi tak mampu
melakukan pekerjaan ringan
Skala 4
-
Skala 5
-
Tergantung
pelaku rawat
Aspek
Alasan kedatangan pasien
Rincian
9.1.
keluhan utama (reason
of encounter) /simptom/
sindrom
klinis
yang
ditampilkan
9.2.
Keterangan
Keluhan (complaints)
Fisik,
m
neuropsikologikososial (w
keluhan tak jelas )
9.3.
10.
11.
12.
Diagnosis
klinis
biologikal, psikomental,
intelektual,
nutrisi
sertakan
derajat
keparahan .
Perilaku individu dan gaya
hidup
(life style),
kebiasaan
yang
menunjang
terjadinya
penyakit,
beratnya
penyakit
Pemicu psikososial dan
lingkungan
dalam
kehidupan
seseorang
hingga
mengalami
penyakit seperti yang
ditemukan
serta
apa
yang
dikawatirkan pasien atau
keluarganya
(dietary habits;tinggi le
tinggi kalori)
kebiasaan
merokok
kebiasaan
jajan, kebiasaan makan
kebiasaan
individu
mengisi
waktu
dengan perihal yang negatip
4.10.
pemicu primer adalah
dinilai dari
dukungan
keluarga
yang
terdekat
(family support)
4.11.pemicu dukungan keluarga
lainnya (dinilai dari tidak
adanya/kurangnya ) sesuai
kedekatan
hubungan
seseorang
dengan
keluarganya)
Bantuan
suami
terha
penyakit
istri
(
yang
sakit
ada
isteri)
Tidak
bantuan/perhatian/
perawatan/ suam
istri,
anak
se
dengan hiraki an
menantu
se
dengan
kedudu
cucu dan lainnya a
pelaku rawat yang
Kurangnya
kasih
say
(hubungan yang
harmonis)
Kurangnya
perhatian
perkembangan
penyakit
Kurang
pengobatan
/perawatan
o
keluarga ,
Tidak
penyelesaian masa
yang dilakukan ,
-
tidak
waktu
y
disediakan keluarg
pekerjaan
(p
waktu, kerja keras
psikologis)
pengaruh
ne
dari
;
kultur,bud
pergaulan
kebia
keluarga, kepercayaan ,
pendidikan (ren
keterampilan terbatas)
Keterangan
kebiasaan
b
berkaitan tidak berolah
perilaku
keluarga
(tak
m
sendiri), menu kelu
yang tak sesuai kebutuh
perilaku
menabung
(per
konsumtif)
tidak
ad
perencanaan keluarg
ada pendidikan anak
ada
pengar
pengembangan karier )
perilaku keber
buruk
perilaku
kelu
pemanfaatan waktu l
buruk
penggunaan
addiktif, penggunaan n
merokok
-
No
13.
14.
Aspek
Rincian
4.12.
pemicu
sosial (yang
negatip) dapat menimbulkan
masalah kesehatan , atau
kejadian penyakit
4.13.
masalah
perilaku
keluarga yang tidak sehat
4.14.
4.15.
pendapatan
cukup, tak menentu de
jumlah keluarga besar
ketergantungan
finansial pada orang lai
ratio ketergantu
(beban keluarga)
-
tak mudahnya u
mencapai tempat prakti
tiada biaya berob
4.16.
No
15.
Aspek
Rincian
4.17.
masalah
bangunan
tempat
yang berdampak
terhadap kesehatan
dan keluarga
4.18.
16.
dengan
tinggal
negatip
pasien
lingkungan pemukiman
yang berdampak negatip
pada seseorang
Aktivitas Menjalankan
Sosial Dalam Kehidupan
Fungsi
Skala 1
-
tidak
mempu
sistem pra upaya/Asu
Kesehatan)
pelayanan
pro
kesehatan
yang
informatif, tidak ra
tidak komprehensif
Mampu
melakukan
pekerjaan seperti sebelum sakit
polutan dalam ru
(asap
dapur,
rokok,debu)
pada tempat
(polusi asap, debu, k
pada
lingku
pemukiman
Keterangan
ventilasi, tak ad
memadai
pencahayaan ku
tertutup banguan tinggi
sumber air tak
(MCK),
wc umum, si
pembuangan ,
keamanan gedu
ergonomi rumah, tan
licin,
(terutama
u
lansia, balita),
privasi
tak
,kepadatan hunian , bis
-
kepadatan
perumahan,
sistem pembua
sampah, limbah
kebersihan
kebisingan , pemuk
kumuh , dll
kemampuan dalam menj
kehidupan untuk
tergantung pada orang
(skala 1-5)
Perawatan
bekerja di dalam dan di
Skala 2
rumah (mandiri)
-
Mampu
melakukan
pekerjaan ringan sehari-hari di
dalam dan luar rumah
Mulai
mengu
aktivitas kerja (peke
kantor)
Perawatan diri m
bisa
dilakukan,
h
mampu melakukan
ringan
Tak
melak
aktivitas kerja, tergan
pada keluarga
Tergantung
pelaku rawat
Skala 3
-
Mampu
melakukan
perawatan diri, tapi tak mampu
melakukan pekerjaan ringan
Skala 4
-
Skala 5
-
DAFTAR PUSTAKA
1. McWhinney IR. A Textbook of Family Medicine. 2 nd ed.
Oxford:Oxford University Press, 2009
2. Gan Gl, Azwar A, Wonodirekso S. A Primer on Family
Medicine Practice. Singapore:Singapore International
Foundation, 2004
3. Boelen C, Haq C, et all. Improving Health Systems:The
Contribution of Family Medicine. A guidebook. WONCA,
2002
4. Amstrong D. Outline of Sociology as Applied to Medicine.
5th ed. London:Arnold Publisher, 2003
5. Rubin RH, Voss C, et all. Medicine A Primary Care
Approach. Philadepphia:WB Saunders Company, 1996
6. Rakel RE, Rakel DP. Textbook of Family Medicine. 8 th ed.
Philadephia:Elsevier Saunders, 2011
7. Rifki NN. Diagnosis Holistik Pada Pelayanan Kesehatan
Primer:Pendekatan Multi Aspek. Jakarta:Departemen Ilmu
Kedokteran Komunitas, 2008
DIAGNOSIS OKUPASI
Astrid B Sulistomo, Dewi Soemarko,
Divisi Kedokteran Okupasi, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
PENDAHULUAN
Telah diketahui bahwa ada hubungan antara pajanan yang
spesifik dengan berbagai jenis penyakit. Hubungan tersebut
dapat diidentifikasi berdasarkan hubungan kausal antara pajanan
dan penyakit yaitu berdasarkan kekuatan asosiasi, konsistensi,
spesifisitas, waktu, dan dosis. Banyak penelitian yang
mengungkap bahwa frekuensi kejadian penyakit pada populasi
pekerja lebih tinggi daripada masyarakat umum. Hal tersebut
mungkin disebabkan adanya pajanan-pajanan khusus di kalangan
pekerja ditambah dengan kondisi lingkungan kerja yang kurang
mendukung.
Hal
tersebut
sangat
disayangkan
karena
sesungguhnya banyak penyakit yang dapat dicegah dengan
melakukan tindakan preventif di tempat kerja.
DEFINISI- DEFINISI PENYAKIT AKIBAT KERJA
1. Penyakit akibat kerja (Occupational Diseases) menurut
International Labor Organization (ILO), 1998
adalah
Penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau
asosiasi kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri
dari satu agen penyebab yang sudah diakui.
Occupational diseases is a disease or an ailment caused due
to excessive exposure of noxious fumes or substances in a
working environment that are injurious to health.It includes
asthma,poisoning due to use of pesticides,black lung disease
among miners, lung cancer due to use of asbestos and other
respiratory problems.Any employee who gets affected by
disease or a disability under such condition is liable to receive
compensation under the laws of workmen's compensation or
any other related provision. (ACOEM)
An occupational disease is a disease or disorder that is
caused by the work or working conditions. This means that the
disease must have developed due to exposures in the
workplace and that the correlation between the exposures and
the disease is well known in medical research. Or put in
another way, it must not be likely, beyond reasonable doubt,
that the disease was caused by factors other than work. (The
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 56
tetapi dapat disebabkan oleh pajanan-pajanan pada pekerjaanpekerjaan yang terdahulu. Selain itu beberapa pajanan bisa saja
menyebabkan satu penyakit, sehingga seorang dokter harus
mendapatkan informasi mengenai semua pajanan yang dialami
dan pernah dialami oleh pasiennya, untuk dapat mengidentifikasi
pajanan atau pekerjaan mana yang penting dan mungkin
berpengaruh untuk diinvestigasi lebih lanjut.
Untuk memperoleh informasi ini perlu dilakukan anamnesis
pekerjaan yang lengkap, yang mencakup:
- Deskripsi semua pekerjaan secara kronologis
- Periode waktu melakukan masing-masing pekerjaan
- Apa yang diproduksi
- Bahan yang digunakan
- Cara bekerja
Informasi tersebut akan semakin bernilai, bila ditunjang dengan
data yang objektif, seperti MSDS (Material Safety Data Sheet) dari
bahan yang
digunakan, catatan perusahaan mengenai
penempatan kerja dsb.
Langkah 3. Menentukan apakah ada hubungan antara
pajanan dengan penyakit
Melakukan identifikasi pajanan mana saja yang berhubungan
dengan penyakit yang dialami. Hubungan ini harus berdasarkan
hasil-hasil penelitian epidemiologis yang pernah dilakukan
(evidence based). Identifikasi ada tidaknya hubungan antara
pajanan dan penyakit dapat dilakukan dengan mengkaji
referensi/literatur yang ada. Bila belum ada bukti bahwa suatu
pajanan ada hubungan dengan suatu penyakit, maka diagnosis
penyakit akibat kerja tidak dapat ditegakkan. Bila belum ada hasil
penelitian yang menujukkan adanya suatu hubungan antara
pajanan dan penyakit tertentu, tetapi dari pengalaman sangat
dicurigai adanya suatu hubungan, maka itu baru dapat dijadikan
dasar untuk melakukan penelitian awal.
Hubungan antara pajanan dengan penyakit juga perlu dilihat dari
waktu timbulnya gejala atau terjadinya penyakit, misalnya orang
tersebut terpajan oleh bahan tertentu terlebih dahulu, sebelum
mulai timbul gejala atau penyakit. Contoh lain adalah pada Asma
Bronkhiale. Bila didapatkan, bahwa serangan asma lebih banyak
terjadi pada waktu hari kerja dan berkurang pada hari libu, masa
cuti atau pada waktu tidak terpajan, hal ini akan sangat
mendukung ke diagnosis Asma Akibat Kerja. Sehingga anamnesis
mengenai hubungan gejala dengan pekerjaan perlu dilakukan
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 61
Diagnos
is 1
Diagnos
is 2
Diagnos
is 3
1. Diagnosis Klinis
Dasar diagnosis
(anamnesis, pemeriksaan
fisik,
pemeriksaan penunjang,body
map,
brief survey)
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 63
Diagnos Diagnosi
is 1
s2
3 . Evidence Based (sebutkan secara teoritis)
Diagnos
is 3
sama
sekali PAK)
Butuh pemeriksaan lebih
lanjut)?
8. Jamsostek.
Kumpulan
Peraturan
Perundangan
Jamsostek.Jakarta. 2003
9. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional. Pedoman
Diagnosis dan Penilaian cacat karena Kecelakaan dan Penyakit
Akibat Kerja. Jakarta. 2003
10.
WHO. International Classification of Functioning, Disability
and Health. Geneva
11.
Dep. IKK FKUI dan Kolegium Kedokteran Okupasi
Indonesia. Kurikulum PPDS Kedokteran Okupasi Indonesia.
Jakarta. 1998
12.
Kompetensi dokter pemberi pelayanan kesehatan kerja
dan kedokteran okupasi, Kolegium Kedokteran Okupasi
Indonesia, 1998.
13.
La Dou, Current Occupational and Environmental
Medicine, Lange Medical Books/ Mc Graw Hill, , 2004
14.
Zens Dickerson Novark, Occupational Medicine
15.
National Institute for Occupational and Safety and Health,
University of Medicine and Dentistry of New Jersey. NIOSH
Spirometry training Guide. December 2003.
16.
Maizlish, Neil A., ed. Workplace Health Surveillance, An
Action-Oriented Approach, Oxford University Press, Inc. New
York, 2000
17.
Newkirk W.L.ed., Occupational Health Services , Practical
Strategies for Improving Quality and Controlling Costs,
American Hospital Publishing Inc. USA, 1993.
18.
Pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kemeterian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Laporan survey tahun 20072009. Jakarta, Desember 2010.
19.
Direktorat Kesehatan kerja dan olah raga Kementerian
Kesehatan RI dan PERDOKI. Buku Pelatihan Diagnosis PAK.
Jakarta, April 2011.
20.
Soemarko DS. Stress at the workplace in Indonesia.
Malindobru. Jakarta, Juli 2009.
21.
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI. Kumpulan
abstrak penelitian Kedokteran Kerja tahun 2008. Jakarta.
2.
3.
4.
IV. PERSIAPAN:
Sebelum melakukan kunjungan ke perusahaan tim plant survey
yang dipimpin oleh dokter layanan primer harus melakukan
persiapan sebagai berikut:
Menentukan waktu kunjungan
Meminta ijin resmi ke perusahaan
Membentuk tim dan pembagian tugasnya
Membaca referensi mengenai K3 sesuai dengan jenis
perusahaan untuk mengetahui faktor-faktor yang perlu
diamati dan jenis informasi yang harus dikumpulkan
Menyusun daftar tilik dan daftar pertanyaan yang akan
digunakan
Mengadakan pembagian tugas selama kunjungan agar
pencapaian kunjungan dapat seefektif mungkin. Semua
anggota tim diharapkan mengamati secara keseluruhan
sesuai daftar tilik yang telah disusun sebelumnya.
V. PELAKSANAAN:
a. Pakaian yang digunakan:
Pada waktu melakukan plant survey, seluruh anggota tim harus
menggunakan pakaian yang nyaman dan sesuai untuk berjalan
jauh dan observasi di lapangan, karena ini adalah kunjungan kerja
dan sebagai profesi kesehatan harus memperhatikan aspek
keselamatan. Seluruh anggota tim hendaknya menggunakan:
-Pakaian:
o Bersih dan sopan
o Celana panjang (bukan jeans)
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 69
FISIK
Radiasi
Suhu pa
the body).
5. Monitoring
larutan
elektrolit
(Control
fluid
electrolit
(concetrated).
6. Gunakan alat suntik sekali pakai (Use of disposable injection
equipment).
7. Tingkatan kegiatan cuci tangan untuk mencegah infeksi
nosokomial (Increase hand hygiene to prevent nosocomial
infection).
8. Pastikan penanganan obat secara akurat setiap pertukaran
atau pemindahan
pasien ( Ensure accuracy of the administration of drugs on the
transfer of service)
KESELAMATAN PEKERJA
Keselamatan pekerja merupakan salah satu bagian dari Program
K3, dimana fokus dari pembicaraan ini adalah tentang pekerja di
fasilitas pelayanan kesehatan.
Keselamatan pekerja adalah keamanan pekerja yang bertujuan
agar pekerja aman dari penyakit dan kecelakaan serta
mendapatkan kenyamanan hati dan lingkungan kersa pada saat
melakukan pekerjaannya.
Hazards terbanyak di fasilitas pelayanan kesehatan adalah
hazards biologiHazards biologis di lingkungan fasilitas pelayanan
kesehatan dapat berasal dari air, udara, lantai, makanan serta
alat-alat medis maupun non medis.Sumber penularan bisa
melalui tangan petugas kesehatan, jarum injeksi, kateter, kasa
pembalut atau perban, bisa juga karena penanganan yang keliru
dalam menangani luka.
Infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan dapat mengenai Pasien,
Petugas rumah sakit yang berhubungan langsung dengan pasien,
Penunggu pasien dan Pengunjung pasien.
Cara penularan dapat terjadi dengan cara: Airborne diseases
(droplet), Blood borne diseases, skin contact dan waterborne
diseases
Cara penularan yang dianggap paling penting pada pelayanan
kesehatan
adalah
Bloodborne
pathogens,
dimana
mikroorganisme yang ada di darah, jaringan tubuh, produk darah
dan material yang berpotensi menularkan (OPIM)
Yang termasuk dalam OPIM didefinisikan oleh CDC (the Centers
for Disease Control) adalah:
semen
vaginal secretions
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 79
cerebrospinal fluid
pleural fluid
peritoneal fluid
pericardial fluid
amniotic fluid
synovial fluid
breast milk (not all authorities agree)
saliva dalam pelayanan gigi.
Cairan
PleuraCairan
3.
4.
5.
6.
C. Pendidikan K3
Perlu tahu tugas yg harus dilakukan
Perlu informasi ttg K3 utk semua pegawai
D. Imunisasi
Imunisasi sebaiknya dilakukan untuk semua pegawai yang
terpajan bahaya potensial biologis
E. Perawatan penyakit dan kecelakaan akibat kerja
Perlu ada bagian khusus yang menangani pegawai untuk
mendapatkan pelayanan medis, konsultasi psikologi dan lainnya
selama 24 jam
Fasilitas yang memadai perlu diberikan untuk memberikan
pelayanan medis, bedah, psikologi dan rehabilitasi kepada
semua pegawai
Disediakan Konsultan yang kompeten
Prosedur baku perlu diberikan agar pegawai tetap dapat
berhubungan
dengan
dokter
keluarga
atau
dokter
langganannya
Perlu dilakukan follow up yang adekuat
Pengobatan dan pelaporan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja harus dilakukan
F. Konseling Kesehatan
Program yang terjangkau dan tersedia dalam pelayanan medis,
psikologis dan konseling sosial (mis: penghentian kebiasaan
merokok, dll)
Perlu dibuat sistim rujukan dan evaluasi untuk mengatasi
masalah pegawai
Apabila pelayanan sosial atau psikiatri belum ada, perlu dicari
orang yg tertarik dengan hal ini, di latih sebagai konselor
G. Pengawasan lingkungan dan surveilens
Sebagai bagian program kesehatan,di bawah langsung individu
atau konsultan yang capable dalam menangani bahaya
potensial yang ada di RS
Individu yang bertanggung jawab untuk kedokteran nuklir dan
kegiatan radiologi
H. Sistim pencatatan K3
setiap pegawai harus punya medical record sendiri, dan ada di
unit
kesehatan.Catatan
tersebut
mencakup
catatan
pemeriksaan kesehatan , PAK/kecelakaan akibat kerja dan halhal yang berhubungan dengan kesehatan
Catatan sebaiknya dibuat berdasarkan dan bulan dan tahun
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 86
waktu dekat di
tempat yang memiliki sumber daya terbatas Empat Pilar
Program Pengendalian Infeksi Rekomendasi CDC Atlanta
Dukungan Manajerial
Pengendalian Administrasi
Pengendalian Lingkungan
Perlindungan Diri Penatalaksanaan pasca paparan virus HIV
apabila percikan terjadi:
1. Bila mengenai Kulit: Cucilah kulit dengan air dan sabun
segera, Jangan menggunakan bahan pemutih
2.
Bila mengenai Mata, hidung dan mulut: maka
segeralah bilas dengan air selama 10 menit di lokasi
tersebut
3.
Bila Tertusuk jarum atau luka sayat: segeralah cuci
dengan air dan sabun di lokasi tersebut, Biarkan darah
mengalir. Segera gunakan pembalut
Pertimbangan
Pencegahan
Pascapaparan
(Post-exposure
prophylaxis (PEP) :
1. Menilai risiko pajanan sesuai dengan:
16.1-62
4. Levy and Wegman. Occupational Health : Recognizing and
Preventing Work Related Diseases and Injury. Lippincott
Williamas and Wilkins. Phi. USA. 2000
5. New Kirk William. Selecting a program Philosophy, structure
and Medical Director, in Occupational Health Service : Practical
Strategis Improving Quality & Controlling Costs. American
Hospital Publishing, Inc. USA. 1993
6. Yanri Zulmiar, Harjani Sri, Yusuf Muhamad. Himpunan Peraturan
Perundangan KEsehatan Kerja. PT Citratama Bangun Mandiri.
Jakarta 1999.
7. Jamsostek.
Kumpulan
Peraturan
Perundangan
Jamsostek.Jakarta. 2003
Tidak
diperolehnya
data mengenai
keakuratan
pencatatan
Kurangnya
pengendalian
ketersediaan
obat di
puskesmas
kecamatan
pulogadung
Belum adanya
evaluasi
penggunaan
obat yang
rasional dan
tepat
Ketersediaan
obat di
puskesmas
kelurahan tidak
merata
R
I
D
U
S
B
P
B
P
C
Jumla
h
(I x T
x R)
80
144
126
120
Prevalensi
Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu aspek penting
dari pengelolaan obat yang ikut menentukan keberhasilan
seluruh rangkaian pengelolaan obat / perbekalan farmasi. Di
puskesmas kecamatan pulogadung, pencatatan dan pelaporan
tiap bulan sudah dilaksanakan tepat waktu, namun data
mengenai keakuratan tidak ada. Pencatatan dan pelaporan data
obat yang akurat dapat memberikan perbaikan dalam efisiensi
dan efektifitas manajemen obat. Oleh karena itu besarnya
masalah (prevalence) mendapat poin yang cukup besar. Kami
berikan nilai 4. Pengendalian ketersediaan obat di puskesmas
merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pengelolaan
obat. Apabila terjadi masalah dalam aspek ini, maka dapat
Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas Dept. IKK FKUI | 90