Anda di halaman 1dari 46

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Visi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga adalah menjadikan
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga menjadi salah satu Fakultas
Kedokteran terkemuka di kawasan regional ASEAN, pemuka dalam bidang
pendidikan, pemuka dalam penelitian, dan pemuka dalam pengabdian kepada
masyarakat.
Untuk mencapai visi tersebut, misi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga yang sejalan dengan misi Universitas Airlangga tersebut adalah
sebagai berikut:
a

Menyelenggarakan pendidikan akademik, vokasional dan profesi,


berbasis teknologi pembelajaran modern.

Menyelenggarakan penelitian dasar, terapan dan penelitian


kebijakan

yang

inovatif

untuk

menunjang

pengembangan

pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat.


c

Mendharmabaktikan keahlian dalam bidang ilmu pengetahuan,


teknologi, humaniora, dan seni kepada masyarakat.

Mengupayakan pengembangan kelembagaan manajemen modern


yang berorientasi pada mutu dan kemampuan bersaing secara
internasional.

Berdasarkan visi dan misi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga


tersebut, maka diadakanlah kegiatan Clinical Posting Senior (CPS) yang salah
satu kegiatannya berada di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang
berada di wilayah Kota Surabaya. Dengan diadakannya CPS di Puskesmas
tersebut peserta CPS diharapkan dapat mengetahui alur pelayanan primer di
puskesmas, mengetahui pengelolaan program pelayanan kedokteran atau
kesehatan di Puskesmas, mengetahui tata cara pemecahan suatu masalah
kesehatan, mengetahui cara melakukan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat serta menguasai sistim pelaporan Puskesmas demi tercapainya visi
dan misi Fakultas kedokteran Universitas Airlangga.
1

Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis daerah di bawah naungan


Dinas Kesehatan yang bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan
kesehatan dasar bagi masyarakat luas yang dilakukan secara meyeluruh,
terpadu,

dan

berkesinambungan

yang

meliputi

pelayanan

kesehatan

perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah kerja.


Terdapat 6 tugas pokok puskesmas dalam memberikan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat, antara lain: promosi kesehatan, upaya kesehatan
lingkungan, upaya perbaikan gizi, kesehatan ibu, anak dan keluarga
berencana, pemberantesan penyakit menular, dan pengobatan. Selain itu,
puskesmas juga memiliki tiga fungsi antara lain: menggerakkan masyarakat
untuk berwawasan kesehatan, membina peran serta masyarakat dalam
mewujudkan perilaku untuk bisa hidup bersih dan sehat serta sebagai pusat
pembangunan kesehatan masyarakat.
2

Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memahami cara kerja Puskesmas dan masalah kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas serta pengelolaannya sebagai unit organisasi fungsional yang
melaksanakan usaha pokok kesehatan secara menyeluruh, terarah, dan terpadu
kepada masyarakat.
2

Tujuan Khusus
1

Memahami keadaan wilayah kerja Puskesmas Balongsari.

Mempelajari struktur organisasi Puskesmas Balongsari.

Mengetahui manajemen dan sumber daya Puskesmas Balongsari.

Mengetahui

program-program

Puskesmas

Balongsari

dan

pelaksanaannya.
5

Mengetahui prioritas program di Puskesmas Balongsari.

Manfaat
1

Manfaat Untuk Puskesmas


1 Menjalin kerjasama antara pihak Puskesmas dengan CPS KBK.
2

Adanya masukan dari laporan dan saran yang diberikan oleh CPS
KBK yang dapat digunakan untuk perbaikan serta peningkatan
mutu pelayanan di tiap upaya kesehatan di wilayah Puskesmas

Balongsari.
Manfaat Untuk CPS KBK
1
CPS KBK memperoleh banyak pengetahuan tentang struktur
2

organisasi, fungsi maupun manajemen Puskesmas Balongsari


CPS KBK mendapat pengetahuan mengenai sarana dan lingkungan

Puskesmas Balongsari
CPS KBK memperoleh kesempatan untuk dapat menerapkan ilmu

yang didapat baik dalam bentuk promotif, preventif dan kuratif


CPS KBK memperoleh pengetahuan tentang 6 program pokok
Puskesmas Balongsari berikut pelaksanaannya.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan


UUD 1945 alinea 4 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum
dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut
diselenggarakan program pembangunan nasional secara berkelanjutan,
terencana dan terarah. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral
dan terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya
pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan
penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia
menuju Indonesia Sehat. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan
tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh,
berjenjang, dan terpadu. Puskesmas adalah penanggung jawab penyelenggara
upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama dan sebagai ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia.
2.2 Konsep Dasar Puskesmas
2.2.1

Pengertian

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota/kabupaten


yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. Konsep dasar Puskesmas terdiri dari:
1. Unit pelaksana teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
(UPTD), puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas
teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan
unit pelakssana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan
kesehatan di Indonesia.
2. Pembangunan kesehatan
Menyelenggarakan upaya pembangunan kesehatan Indonesia bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang


optimal.
3. Pertanggungjawaban penyelenggaraan
Penanggungjawab

utama

penyelenggaraan

seluruh

upaya

pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas


Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab
hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
4. Wilayah kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu
kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu
puskesmas,

maka

puskesmas

dengan

tanggungjawab
memperhatikan

wilayah

kerja

keutuhan

dibagi

konsep

antar

wilayah

(desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara


operasional, puskesmas bertanggungjawab langsung kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota(Menkes, 2004).
2.2.2

Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator
utama yakni:
1. Lingkungan sehat
2. Perilaku sehat
3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan (Menkes, 2004).

2.2.3

Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi
tersebut adalah :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat


di wilayah kerjanya
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat berserta lingkungannya (Menkes, 2004).
2.2.4

Fungsi Puskesmas
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat.
3. Pusat pelayanan kesehatan masyarakat strata pertama.
a. Pelayanan kesehatan perorangan
b. Pelayanan kesehatan masyarakat

2.3 Kedudukan, Organisasi, dan Tata Kerja


2.3.1

Kedudukan Puskesmas
Kedudukan puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem
Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Sistem
Pemerintah Daerah.
a. Kedudukan Puskesmas dalam sistem Kesehatan Nasional (SKN)
adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang
bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan
dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
b. Kedudukan Puskesmas dalam sistem kesehatan kabupaten/kota
sebagai UPT dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan

sebagian

tugas

pembangunan

kesehatan

kabupaten/kota di wilayah kerjanya.


c. Kedudukan Puskesmas dalam sistem pemerintahan daerah sebagai
unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang merupakan
unit struktural pemerintah daerah kabupaten/kota bidang kesehatan di
tingkat kecamatan.
d. Kedudukan Puskesmas antar pelayanan kesehatan strata pertama
adalah sebagai mitra dengan lembaga masyarakat dan swasta (praktek

dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai


kesehatan masyarakat) dan di wilayah kerja Puskesmas sebagai
pembina Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
seperti Posyandu Balita, Polindes, Pos Obat Desa (POD), Pos UKK
(Upaya Kesehatan Kerja), dan Posyandu Lansia (Menkes, 2004).
2.3.2

Struktur organisasi
Penyusunan organisasi Puskesmas di suatu kabupaten/kota dilakukan
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota dan penetapannya dilakukan oleh
peraturan daerah. Sebagai acuan digunakan pola struktur organisasi
Puskesmas sebagai berikut:
a. Kepala Puskesmas
b. Unit Tata Usaha yang bertanggung jawab membantu kepala
Puskesmas dalam pengelolaan data dan informasi, perencanaan dan
penilaian, keuangan, umum, dan pengawasan.
c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional di Puskesmas: Upaya Kesehatan
Masyarakat

termasuk

pembinaan

UKBM,

Upaya

Kesehatan

Perorangan.
d. Jaringan pelayanan Puskesmas: Unit Puskesmas Pembantu, Unit
Puskesmas Keliling, Unit Bidan di Desa/komunitas (Menkes, 2004).
2.3.3

Tata kerja Puskesmas


a. Dengan

kantor

kecamatan,

berkoordinasi

melalui

pertemuan

berkala.Koordinasi tersebut mencakup perencanaan, penggerakan


pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta penilaian.
b. Dengan dinas kesehatan kabupaten/kota sebagai unit pelaksana teknis
yang bertanggung jawab kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
Sebaliknya dinas kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab
membina dan memberikan bantuan administratif dan teknis kepada
Puskesmas.
c. Dengan jaringan Yankes (Pelayanan Kesehatan) strata pertama sebagai
mitra pelayanan kesehatan yang dikelola oleh lembaga masyarakat
dan swastapuskesmas menjalin kerjasama termasuk penyelenggaraan
rujukan dan memantau kegiatan yang diselenggarakan. Sedangkan

sebagai pembina upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat,


puskesmas melaksanakan bimbingan teknis, pemberdayaan dan
rujukan sesuai kebutuhan.
d. Dengan jaringan Yankes rujukan. Untuk upaya kesehatan perorangan
bekerja sama dengan RS kabupaten/kota dan berbagai balai kesehatan
masyarakat (balai pengobatan penyakit paru-paru, balai kesehatan
mata masyarakat, balai kesehatan kerja masyarakat, balai kesehatan
olahraga masyarakat, balai kesehatan jiwa masyarakat, balai kesehatan
indra masyarakat). Sedangkan upaya kesehatan masyarakat bekerja
sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan, Balai Laboratorium Kesehatan serta berbagai
balai kesehatan masyarakat.
e. Dengan lintas sektor, penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus
berkoordinasi dengan berbagai lintas sektor terkait yang ada di tingkat
kecamatan.
f. Dengan masyarakat, Puskesmas memerlukan dukungan masyarakat
yang diwujudkan melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas
(BPP) yang menghimpun berbagai potensi masyarakat, seperti tokoh
masyarakat, tokoh agama, LSM, orgasnisasi kemasyarakatan, serta
dunia usaha (Menkes, 2004).
2.4 Upaya Kesehatan dan Asas Penyelenggaraan
2.4.1

Upaya kesehatan
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang keduannya jika ditinjau
dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu :

a. Upaya Kesehatan Wajib

Upaya kesehatan wajib ini ditetapkan berdasarkan komitmen nasional,


regional, dan global dan harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas
yang ada di wilayah Indonesia, upaya kesehatan wajib ini terdiri dari:
1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
3. Upaya Kesehatan Ibu Anak serta Keluarga Berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan
b. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya

kesehatan

pengembangan

ini

ditetapkan

berdasarkan

permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta


disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Dapat bersifat upaya
inovasi maupun dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas
yang telah ada, yaitu :
1. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
2. Upaya Kesehatan Olahraga
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
4. Upaya Keselamatan Kerja (UKK)
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
6. Upaya Kesehatan Jiwa
7. Upaya Kesehatan Mata
8. Upaya Kesehatan Lansia
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
c. Pelayanan Penunjang terdiri dari:
1. Upaya Laboratorium Medis dan Laboratorium Kesehatan Masyarakat
2. Upaya Pencatatan Pelaporan (Menkes, 2004).

2.4.2

Azas penyelenggaraan

Azas penyelenggaraan puskesmas dikembangkan dari ketiga fungsi


puskesmas. Azas penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah :
1. Asas pertanggungjawaban wilayah
2. Asas pemberdayaan masyarakat
3. Asas keterpaduan: keterpaduan lintas program dan keterpaduan lintas
sektor
4. Asas rujukan: rujukan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat (Menkes, 2004).
2.4.3

Manajemen Puskesmas
Manajemen Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara
sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien.
Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh puskesmas
membentuk

fungsi-fungsi

managemen.

Fungsi-fungsi

managemen

puskesmas terdiri dari:


a. P1 (Perencanaan)

Membuat usulan kegiatan berupa Gantt Chart (RUK).

Mengajukan usulan kegiatan.

Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) atau yang disebut


Plan of Action (POA) dalam bentuk Gantt Chart.

b. P2 (Pelaksanaan dan Pengendalian)

Pengorganisasian: menyusun tim perencanaan Puskesmas

Penyelenggaraan

Pemantauan melalui mini lokakarya bulanan

c. P3

(Pengawasan

dan

pertanggungjawaban)

(Monitoring

dan

Evaluasi/MONEV) diaplikasikan melalui P2Kpus.


2.5 Dasar Hukum Puskesmas
1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 128/MENKES/SK/II/2004
2. Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas 2006
3. Pedoman Perencanaan tingkat Puskesmas 2006.
BAB 3
10

METODE KEGIATAN
3.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
3.1.1 Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan yang dilaksanakan di Puskesmas adalah dengan mengikuti
program-program yang sedang berlangsung di Puskesmas, mempelajari orientasi
setiap Usaha Kesehatan Wajib dan Usaha Kesehatan Pengembang Puskesmas,
mempelajari administrasi kesehatan masyarakat di Puskesmas, mempelajari
system managerial di Puskesmas, dan membantu memberikan pelayanan
pengobatan dasar, sesuai jadwal yang telah ditentukan.
3.1.2

Waktu Kegiatan

Kegiatan kepaniteraan Clinical Posting Senior (CPS) KBK di Puskesmas


Balongsari dilaksanakan tanggal 20 Januari 2014 hingga tanggal 30 Januari 2014.
Kegiatan dilaksanakan mulai pukul 07.30 sampai dengan pukul 14.30 pada hari
Senin sampai Kamis, pukul 07.30 sampai dengan pukul 11.30 pada hari Jumat
dan pukul 07.30 sampai dengan pukul 13.00 pada hari Sabtu.
3.1.3

Tempat Kegiatan

Kegiatan kepaniteraan CPS KBK dilaksanakan di Puskesmas Balongsari,


Surabaya.
3.2 Daftar Nama Pelindung, Pembimbing dan Peserta Clinical Posting Senior
(CPS) KBK
Pelindung

: Djohar Nuswantoro, dr., MPH


Ketua Departemen IKM-KP Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga

Pembimbing : Dr. Linda Dewanti, M.Kes., MHSc., PhD.


Pelaksana

: Eka Arum C.P

010911122

Moh. Arif Hakim J.

010911123

Sufiandika N.

010911124

Ramadhanti Ega P.

010911125

3.3 Mekanisme Kegiatan

11

Kegiatan CPS KBK di Puskesmas Balongsari dilaksanakan selama 10 hari,


mulai tanggal 20 Januari 2014 hingga tanggal 30 Januari 2014. Kegiatan CPS
KBK di Puskesmas Balongsari diikuti oleh 4 (empat) orang CPS KBK
semester 9 dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dengan bimbingan
Kepala Puskesmas Balongsari selaku pembimbing operasional beserta dosen
pembimbing dari Departemen IKM-KP Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. CPS KBK dibagi dalam unit pelayanan KIA-KB dan Poli Umum
secara bergantian sesuai jadwal yang telah ditentukan. CPS KBK juga diberi
pengarahan mengenai beberapa program, mengadakan penyuluhan kesehatan
serta mengikuti kegiatan yang ada di luar puskesmas, misalnya posyandu
balita dan lansia. CPS KBK diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan
masing-masing pengelola program dan kegiatan.
Kepaniteraan ini dilakukan dengan metode praktik kerja secara langsung
di lapangan yang dititik beratkan pada pengetahuan administrasi dan birokrasi
puskesmas. Secara garis besar, kegiatan kepaniteraan CPS KBK di Puskesmas
Balongsari meliputi:
a) Pengumpulan data sekunder,
b) Wawancara/diskusi dengan staf Puskesmas,
c) Observasi situasi di Puskesmas dan cakupan wilayah kerjanya,
d) Pembahasan tentang angka cakupan kegiatan dari data yang ada,
e) Pelayanan kesehatan dasar di Balai Pengobatan,
f) Pelayanan KIA dan KB,
g) Kegiatan di luar Puskesmas (Posyandu Balita dan Posyandu Lansia)
h) Melakukan kegiatan praktek kerja lapangan seperti kunjungan rumah
(home visit) kepada pasien Puskesmas dan survei K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) di industri yang telah dipilih.
i) Kegiatan Penyuluhan dalam rangka Promosi Kesehatan.

BAB 4

12

DATA PUSKESMAS
4.1.

Gambaran Umum Profil Puskesmas Balongsari


Sejarah
Awalnya Puskesmas Balongsari merupakan Puskesmas pembantu
dari Puskesmas Manukan Kulon yang berdiri sejak tahun 1985 terdiri dari
dua poli (Poli umum dan KIA), ruang tunggu, gudang, dan toilet pasien. Pada
pertengahan tahun 2004 dibangun gedung baru yang terdiri dari :
1. Bangunan induk, yang terdiri dari : kantor TU, kepala Puskesmas,
BPG (Balai Pengobatan Gigi), BP (Balai Pengobatan), Apotek, EDP,
ruang pendaftaran, ruang tunggu, dan 1 toilet).
2. Bangunan rumah bersalin.
3. Bangunan rumah jaga karyawan.
Pada bulan Agustus 2009 Puskesmas Balongsari direnovasi
menjadi 2 lantai yaitu :
1. Lantai 1 terdiri atas 2 bagian yaitu :
a. Bagian kanan terdiri dari Unit Loket Pendaftaran, Unit Poli Umum,
Unit Balai Pengobatan Gigi, Unit Sanitasi, Poli Spesialis (Poli
Paliatif, Poli Kandungan, Poli Santun Lansia, Poli Mata, dan Poli
TBC) serta kamar mandi pasien.
b. Bagian kiri terdiri dari Unit Apotek, Unit KIA, Rumah Bersalin,
UGD dan Laboratorium.
2. Lantai 2 terdiri dari Aula, ruang Sekretariat ISO dan Poli Psikologi,
ruang Kepala Puskesmas, ruang TU, gudang, dan 1 kamar mandi.
Serah terima Puskesmas Balongsari dari dr. Maya Syahria Saleh (yang
saat ini menjabat sebagai Direktur RSUD Bhakti Dharma Husada
(BDH)) kepada dr. Sri Hawati (kepala Puskesmas Balongsari) oleh Dinas

13

Kesehatan Kota Surabaya dan diresmikan oleh Bapak Walikota Surabaya


Bambang DH pada tanggal 01 Desember 2010.
Luas Wilayah
Puskesmas Balongsari terletak di kelurahan Balongsari Kecamatan
Tandes dengan luas wilayah Puskesmas yaitu 159.195 Ha yang terdiri dari
3 kelurahan :
1. Balongsari
2. Karang Poh
3. Tandes
Wilayah kerja termasuk dataran rendah dengan ketinggian 2-3
meter diatas permukaan laut dengan curah hujan sedang. Dengan batasbatas wilayah berikut :
1. Utara
: wilayah kecamatan Asemworo.
2. Timur
: wilayah kecamatan Sukomanunggal.
3. Selatan : wilayah kecamatan Lontar.
4. Barat
: wilayah kecamatan Manukan Wetan kecamatan Tandes.

Gambar 4.1 Peta wilayah kerja Puskesmas Balongsari


Data Kependudukan
1. Jumlah penduduk keseluruhan
: 46.213 orang
Laki-laki
: 23.368 orang
Perempuan
: 22.845 orang
2. Jumlah kepala keluarga
: 8.223 KK
3. Jumlah keluarga miskin
: 1.651 KK
Tabel 4.1. Distribusi penduduk berdasarkan kelompok umur di wilayah kerja
Puskesmas Balongsari tahun 2013
UMUR
0-1 tahun
1-5 tahun
5-6 tahun
7-12 tahun
< 15 tahun
(usia belum
produktif

LAKI-LAKI (orang) PEREMPUAN (orang) TOTAL (orang)


417
392
809
2052
1945
3997
742
717
1459
1765
1669
3434
5114

4857

9971
14

15-64 tahun
(usia produktif)
45-59 tahun
(pra usia lanjut)
> 60 tahun
(usia lanjut)

17349

17038

34387

3447

3870

7317

1717

1615

3332

Data Sarana Pendidikan


1. PAUD
: 24 buah
4. SMP/MTs : 3 buah
2. TK
: 25 buah
5. SMA/MA : 3 buah
3. SD/MI
: 14 buah
Sarana Puskesmas
1. Sarana Pelayanan
Tabel 4.2. Data sarana pelayanan kesehatan Puskesmas Balongsari tahun
2013
SARANA PELAYANAN
JUMLAH (buah)
Puskesmas Induk
1
Puskesmas Pembantu
0
Puskesmas Keliling
1
Puskeskel
3
JUMLAH
5
2. Sarana Transportasi
Tabel 4.3 Data sarana transportasi Puskesmas Balongsari sejak tahun 2010
SARANA TRANSPORTASI
JUMLAH (buah)
Mobil Puskesmas Keliling
(Ambulance)
Sepeda Motor
JUMLAH

1
6
7

4.2. Puskesmas Balongsari


Visi Dan Misi
Visi Puskesmas Balongsari adalah Pelopor budaya hidup sehat
menuju masyarakat mandiri.
Misi Puskesmas Balongsari adalah:
1. Mendorong kemandirian hidup sehat berbasis perilaku masyarakat
2. Memberi inspirasi dalam pemberdayaan masyarakat
3. Memelihara, meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan

15

4. Memadukan pelayanan medis dan komplementer


5. Mewujudkan Puskesmas inovatif, multi manfaat

dan ramah

lingkungan.
Kebijakan Mutu
Dengan inovasi dan perbaikan yang berkelanjutan, kita berikan
pelayanan yang terbaik kepada pelanggan.
Strategi
1. Mengembangkan dan menerapkan sistem manajemen mutu
2. Mengusulkan dan mengikutsertakan SDM pada pendidikan dan
pelatihan secara intensif dan sesuai kompetensinya
3. Penganekaragaman pelayanan dan kemitraan dengan pihak ketiga
4. Menjaga peralatan yang ada agar tetap standar dan terjaga
akurasinya
5. Mengefektifkan program UKS dan UKBM lain
6. Berkoordinasi dengan lintas program dan lintas sektoral secara
periodik dan kontinyu
Motto
Masyarakat sehat dambaan kami
Budaya Kerja
1. Bertakwa
2. Disiplin
3. Tanggung jawab
4. Jujur
5. Ikhlas
6. Profesional
7. Kreatif dan inovatif
8. Ramah tamah
9. Peduli lingkungan
10. Sepenuh hati
Upaya Kesehatan Wajib
1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
3. Upaya Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan
Upaya Kesehatan Pengembangan
1. Upaya Kesehatan Sekolah
2. Upaya Kesehatan Olahraga
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
4. Upaya Kesehatan Kerja
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

16

6. Upaya Kesehatan Jiwa


7. Upaya Kesehatan Mata
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Upaya Kesehatan Inovatif
1. Poli Paliatif
2. Poli Spesialis Kandungan
3. Poli Santun Lansia
4. Poli Spesialis Anak
5. Poli Mata
6. Poli TB
7. Poli Psikologi
8. Ruang Bersalin
9. Program See and Treat
10. Posyandu Remaja
Upaya Kesehatan Penunjang
1. Laboratorium medis, yaitu fotometer dan hematologi analisa
2. Pemeriksaan EKG
3. Pemeriksaan USG
Jenis Unit Pelayanan Puskesmas
1. Unit Pendaftaran dan Kasir
2. Poli Umum dan UGD
3. Poli Gigi
4. Poli KIA/KB
5. Ruang Bersalin
6. Laboratorium
7. Klinik Sanitasi
8. Pojok Gizi
9. Poli Paliatif
10.
Poli Spesialis Kebidanan dan Kandungan
11.
Poli Santun Lansia
12.
Poli Spesialis Anak
13.
Poli Mata
14.
Poli TBC
15.
Poli Psikologi
16.
Apotek
17.
Puskesmas Keliling
18.
Posyandu Balita
19.
Posyandu Remaja
20.
Posyandu Lansia
21.
Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
22.
Community Health Nursing (CHN)
23.
Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel)
Jumlah Karyawan
Tabel 4.4 Jumlah karyawan di Puskesmas Balongsari
NO
TENAGA
PNS
1
Dokter
3

Non-PNS
2

JUMLAH
5 orang

17

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Dokter Gigi
Sarjana Kesehatan Masyarakat

2 orang

1 orang

Sarjana Psikologi
Bidan
Perawat
Perawat Gigi
Sanitarian
Petugas Gizi

1 orang

9 orang

8 orang

1 orang

1 orang

1 orang

Apoteker
Asisten Apoteker
Analisis Laboratorium
Tenaga Administrasi

Sopir
IT
Rekam Medis
Petugas Kebersihan
Linmas
Bidan Kelurahan
JUMLAH

17

1 orang

1 orang

1 orang

4 orang

1 orang

1 orang

1 orang

1 orang

2 orang

3 orang

28

45 orang

BAB 5
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

5.1

Hasil Kegiatan
Berikut ini adalah kegiatan yang dilakukan di Puskesmas Balongsari

berupa:

18

a. Pelayanan kepada masyarakat melalui unit-unit Puskesmas yang ada.


b. Melakukan observasi mengenai manajemen unit-unit Puskesmas yang
meliputi :
-

Unit Tata Usaha


Di Unit Tata Usaha, CPS KBK mempelajari administrasi puskesmas
dan laporan-laporan dari masing masing unit di Puskesmas. CPS KBK
juga mempelajari laporan tentang Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP)
dan Planning of Action (POA).

Unit Pengobatan Umum


Di Unit Pengobatan Umum, CPS KBK membantu dokter umum
memberikan

pengobatan

kepada

pengunjung.

Selain

di

Unit

Pengobatan Umum, CPS KBK juga membantu kegiatan pelayanan


pengobatan di Puskesmas Pembantu. Selain itu, CPS KBK juga
mempelajari program dan tata kerja di Unit Pengobatan Umum seperti
alur pelayanan pasien, sistem pelaporan penyakit, dan mempelajari
data kunjungan pasien.
-

Unit KIA dan KB


Di Unit KIA dan KB, CPS KBK membantu petugas memberi
pelayanan kepada pengunjung seperti pemeriksaan ANC dan
melakukan Imunisasi Dasar. CPS KBK juga mempelajari program
serta tata kerja Unit KIA dan KB termasuk mempelajari data-data di
Unit KIA dan KB.

Unit Poli Gizi dan Gizi Masyarakat


Di Unit Poli Gizi dan Gizi Masyarakat, CPS KBK ikut serta
mempelajari program dan tata kerja Unit Poli Gizi dan Gizi
Masyarakat.

Unit Kesehatan Lingkungan


Di Unit Kesehatan Lingkungan, CPS KBK ikut serta mempelajari
program dan tata kerja Unit Kesehatan Lingkungan.

Unit P2M

19

Di Unit P2M, CPS KBK ikut serta mempelajari program dan tata
kerja Unit P2M. CPS KBK juga diberi kesempatan mengikuti kegiatan
fogging yang di laksanakan oleh Puskesmas Balongsari.
-

Unit Promosi Kesehatan


Di Unit Promosi Kesehatan, CPS KBK ikut serta mempelajari program
dan tata kerja unit Promosi Kesehatan. CPS KBK juga diberi
kesempatan untuk mengadakan penyuluhan di Puskesmas Balongsari
dibawah bimbingan petugas Puskesmas.

Unit Apotik
Di Unit Apotik, mempelajari program penyimpanan obat di Unit
Apotik serta obat-obat apa saja yang tersedia di Unit Apotik.

5.1.1 Hasil Kegiatan UPK Promosi Kesehatan


Tabel 5.1

Jumlah Kelurahan Siaga Aktif Tahun 2012 di wilayah kerja


Puskesmas Balongsari.

Jumlah Kelurahan Siaga


Aktif
3

Target Sasaran
65%

Pencapaian
100%

Cakupan
100%

Puskesmas Balongsari memiliki tiga wilayah kerja yaitu kelurahan


Balongsari, Manukan Wetan, dan Banjarsugihan. Berdasarkan data di atas,
ketiga wilayah kerja Puskesmas Balongsari telah menjadi kelurahan siaga
aktif dengan tahap siaga aktif madya. Target kelurahan siaga aktif untuk
tahun 2013 adalah 65%. Dengan demikian, Puskesmas Balongsari telah
memenuhi target tersebut karena ketiga kelurahannya telah menjadi
kelurahan siaga aktif.
Tabel 5.2 Pencapaian PHBS Tahun 2012 di wilayah kerja Puskesmas
Balongsari
Pengkajian PHBS pada Tatanan Rumah Tangga
Jenis Kegiatan
Target Sasaran
Pencapaian
Rumah Tangga Dikaji
10%
10,79%
Rumah Tangga Sehat
60%
52,03%

Cakupan
100%
86,72%

20

Intervensi PHBS
Target Sasaran
1418
20
9

Kelompok Rumah Tangga


Institusi Pendidikan
Institusi Sarana Kesehatan
Institusi TTU
Institusi Tempat Kerja

74
64

Pencapaian
1530
19
9

Cakupan
100,00%
60,61%
77,78%

4
59

5,41%
5,56%

Berdasarkan data diatas, pada tahun 2012 pencapaian rumah tangga


yang mendapatkan pengkajian PHBS (10,79%) sudah memenuhi targetnya
(10%), namun pencapaian rumah tangga sehat (52,03%) masih belum
memenuhi target (60%). Untuk pencapaian intervensi PHBS pada kelompok
rumah tangga dan pondok pesantren sudah memenuhi target, sedangkan
pada institusi pendidikan, sarana kesehatan, tempat-tempat umum, dan
tempat kerja masih belum memenuhi target.
Tabel 5.3 Hasil Kegiatan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
Tahun 2013 di wilayah kerja Puskesmas Balongsari
Pentahapan Posyadu
Strata Pratama
Strata Madya
Strata Purnama
Strata Mandiri
Total Posyandu
Posyandu
Purnama
Mandiri

Jumlah
Satuan
1
17
0
0
21
21

Target
Sasaran
100%

Pencapaian
59%

Berdasarkan data diatas, Puskesmas Balongsari memiliki 21


Posyandu Balita. Target dari penyelenggaraan UKBM ini adalah
berdirinya Posyandu strata Purnama dan Mandiri (PURI) sebesar 100%
dari seluruh Posyandu yang ada. Dengan jumlah Posyandu Purnama 26
pos dan Posyandu Mandiri tidak ada, maka persentase Posyandu PURI
yang telah terbentuk adalah sebesar 59%. Dengan persentasi Posyandu
PURI sebesar 59% berarti Puskesmas Balongsari belum mencapai target
terselenggaranya Posyandu PURI.

21

UPK Promosi Kesehatan Puskesmas Balongsari memiliki target


20% dalam bidang Penyuluhan Napza selama tahun 2012. Pencapaian
yang telah dilakukan sebesar 20%, sehingga sudah memenuhi target yang
telah direncanakan.
5.1.2 Hasil Kegiatan UPK Kesehatan Lingkungan
Tabel 5.4 Akses Air Bersih Tahun 2013 di wilayah kerja Puskesmas
Balongsari
Jenis Kegiatan
Pengawasan SAB
SAB yang memenuhi syarat
Jumlah KK yang memiliki
akses terhadap SAB

Target
Sasaran
10325
6556

Pencapaian

Cakupan

10325
5162

100%
78,74%

100%

100%

63%

Keterangan :
SAB = Sarana Air Bersih
KK

= Kepala Keluarga

Berdasarkan data di atas, persentase jumlah KK yang memiliki


akses terhadap sumber air bersih adalah sebesar 100% pada tahun 2013.
Dengan demikian, target jumlah KK yang memiliki akses terhadap sumber
air bersih untuk tahun 2012 yaitu sebesar 63% sudah terpenuhi.
Tabel 5.5 Laporan Hasil Pembinaan dan Jumlah Tempat Pengelolaan
Makanan (TPM), Perumahan dan Sanitasi Dasar, dan Tempattempat Umum (TTU) Tahun 2012 di Wilayah Kerja Puskesmas
Balongsari
Lokasi
Tempat
Pengelolaan
Makanan
(TPM)
Perumahan dan
Sanitasi Dasar

Penilaian
Pembinaan
Jumlah yang
memenuhi syarat
kesehatan
Pembinaan
Jumlah yang
memenuhi syarat

Target
Sasaran
85%

Pencapaia
n
50%

Cakupa
n
58,82%

74%

40%

54,05%

83%
75%

91,60%
72,00%

100,00%
96,00%

22

Tempat-tempat
Umum (TTU)

kesehatan
Pembinaan
Jumlah yang
memenuhi syarat
kesehatan

82%

16,00%

19,51%

75%

90,00%

100,00%

Berdasarkan data di atas, persentase pencapaian pembinaan TPM,


perumahan dan sanitasi dasar, dan TTU pada tahun 2012 masing-masing
sebesar 50%, 91,6% dan 16% . Hanya pembinaan perumahan dan sanitasi
dasar yang memenuhi target. Pencapaian TPM, perumahan dan sanitasi
dasar, dan TTU yang memenuhi syarat kesehatan masing-masing sebesar
40%, 72% dan 90%. Hanya TTU yang memenuhi target untuk tahun 2012.
Tabel 5.6 Target, Pencapaian dan Cakupan Sanitasi Total Berbasis
Masayarakat Tahun 2012 di Wilayah Kerja Puskesmas
Balongsari
Penilaian
Jumlah Kepala Keluarga
(KK) yang memiliki Akses
terhadap jamban
Jumlah Desa/Kelurahan yang
sudah ODF
Jumlah jamban Sehat
Pelaksanaan Kegiatan STBM
di Puskesmas

Target
Sasaran

Pencapaian

Cakup
an

68%

85,8%

100%

75%

100,00%

100%

73%

92,38%

100%

60%

100,00%

100%

Berdasarkan data di atas, persentase pencapaian kepala keluarga


yang memiliki akses terhadap jamban, jumlah desa/kelurahan yang sudah
ODF, jumlah jamban sehat, pelaksanaan kegiatan STBM di Puskesmas
sudah memenuhi target di tahun 2012, dengan pencapaian masing-masing
sebesar 85,8%, 100%, 92,38%, dan 100%.
5.1.3 Hasil Kegiatan UPK Pemberantasan Penyakit Menular

23

Tabel 5.7 Target, Pencapaian, dan Cakupan untuk Kasus Diare Tahun 2012
di Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari
Penilaian
Penemuan penderita Diare
yang diobati di Puskesmas
dan Kader
Cakupan pelayanan Diare
Angka penggunaan oralit
Angka penggunaan RL
Proporsi
penderita diare
balita yang diberi tablet
Zinc
Case Fatality Rate KLB
Diare

Target
Sasaran

Pencapaia
n

Cakupa
n

2399

1025

42,73%

100%
100%

50%
50%

50%
50%

1%

0%

0%

138

138

100%

1%

0%

0%

Berdasarkan data di atas, persentase pencapaian penemuan


penderita diare yang diobati di puskesmas dan kader, cakupan pelayanan
diare, angka penggunaan oralit, angka penggunaan RL, dan case fatality
rate KLB diare belum memenuhi target untuk tahun 2012, dengan
pencapaian masing-masing 42,73%, 50%, 50%, 0%, dan 0%. Tetapi untuk
proporsi penderita diare balita yang diberi tablet Zinc sudah memenuhi
target di tahun 2012, yaitu pencapaian 100.

Tabel 5.8 Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita Tahun 2012 di


Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari
Penilaian

Target
Sasaran

Pencapaia
n

Cakupa
n

Cakupan penemuan penderita


Pnemonia balita

458

15

3%

Berdasarkan data di atas, persentase cakupan penemuan penderita


pneumonia balita hanya sebesar 3% dan belum memenuhi target di tahun
2012.

24

Tabel 5.9 Target, Pencapaian, dan Cakupan untuk Kasus Kusta Tahun 2012
di Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari
Penilaian

Target
Sasaran

Penemuan
Penderita
Kusta
Baru
(Case 7
Detection Rate)
Proporsi kasus kusta anak <5%
Proporsi kasus kusta Tk II <5%

Pencapaian

Cakupa
n

100%

0%
0%

0%
0%

Prevalensi Kusta (PR)

< 1 / 10.000

0,0001%

100%

RFT Rate penderita PB

95%

100%

100%

RFT Rate penderita MB

90%

100%

100%

Berdasarkan data di atas, persentase penemuan penderita kusta


baru (Case Detection Rate) dan RFT rate penderita MB sudah memenuhi
target di tahun 2012.
Tabel 5.10 Target, Pencapaian, dan Cakupan untuk Kasus TB Paru Tahun
2012 di Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari
Penilaian
Penemuan suspect penderita
TB
Proporsi Pasien TB Paru
BTA Positif diantara suspek
TB
Angka
keberhasilan
pengobatan pasien baru
BTA positif
Angka
kesalahan
Laboratorium ( untuk PPM
& PRM )

Target
Sasaran

Pencapaia
n

Cakupa
n

1070

263

24,58%

5%

21,52%

100%

90%

100%

100%

<5%

0%

0%

Berdasarkan data di atas, persentase penemuan suspect penderita


TB masih belum sesuai dengan target. Tetapi persentase pencapaian untuk
proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek TB dan angka

25

keberhasilan pengobatan pasien baru BTA positif sudah mencapai target di


tahun 2012 bahkan melebihi dari target sasaran yang diharapkan.
Tabel 5.11 Laporan Pencegahan dan Penanggulangan PMS dan HIV /
AIDS Tahun 2012 di Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari
Penilaian

Target
Sasaran

Jumlah
kegiatan
penyuluhan HIV/AIDS di 12
Puskesmas
Kelompok sasaran yang
12
dijangkau

Pencapaia
n

Cakupa
n

12

100%

12

100%

Berdasarkan data di atas, persentase cakupan untuk jumlah


kegiatan penyuluhan HIV/AIDS di puskesmas dan kelompok sasaran yang
dijangkau sebesar 100% dan itu menandakan sudah tercapainya target di
tahun 2012.
Tabel 5.12 Target, Pencapaian, dan Cakupan untuk Kasus Demam
Berdarah Dengue (DBD) Tahun 2012 Puskesmas Balongsari
Penilaian
Insidens kasus DBD
Prosentase Penderita DBD
ditangani
Case Fatality Rate Kasus
(CDR) penyakit DBD
Angka Bebas Jentik ( ABJ )
Jumlah wilayah KLB DBD

Target
Sasaran

Pencapaia
n

Cakupa
n

39

39

100%

39

39

100%

0,6%

0%

0%

95%
0

83%
0

87,37%
0

Berdasarkan data di atas, persentase pencapaian untuk insidens


kasus DBD dan penderita DBD ditangani sudah sesuai dengan target
sasaran. Akan tetapi pencapaian Angka Bebas Jentik ( ABJ) masih belum
memenuhi target di tahun 2012. Tidak ada wilayah yang mengalami KLB
DBD selama tahun 2012.

26

Tabel 5.13 Target, Pencapaian, dan Cakupan untuk Kasus Malaria Tahun
2012 di Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari
Penilaian
Penderita klinis malaria
yang
dilakukan
pemeriksaan Sediaan Darah
(SD)
Penderita positif malaria
yang diobati sesuai standar
(ACT)
Penderita positif malaria
yang di Follow up

Target
Sasaran

Pencapaia
n

Cakupa
n

100%

100%

100%

Berdasarkan data di atas, persentase pencapaian dan cakupan untuk


kasus malaria belum memenuhi target di tahun 2012.
Tabel 5.14 Laporan Pencegahan dan Penangulangan Rabies Tahun 2012 di
Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari
Penilaian

Target
Sasaran

Pencapaia
n

Cakupa
n

Cuci luka terhadap kasus


gigitan Hewan Perantara
Rabies

100%

Vaksinasi terhadap kasus


gigitan
HPR
yang
berindikasi

100%

Berdasarkan data di atas, persentase pencapaian dan cakupan untuk


pencegahan dan penangulangan kasus rabies belum memenuhi target di
tahun 2012.
Tabel 5.15 Target, Pencapaian, dan Cakupan untuk Pelayanan Imunisasi
Tahun 2012 di Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari

27

Penilaian
Imunisasi HB 0 - 7 hari
pada bayi
Imunisasi BCG pada bayi
Imunisasi DPT/HB 1 pada
bayi
Imunisasi DPT/HB 3 pada
bayi
Imunisasi Campak pada
bayi
Drop Out DPT /HB 1
Campak
Drop Out DPT /HB 1 DPT/HB 3
UCI Desa
Imunisasi DT pada anak
kelas 1 SD
Imunisasi campak pada
anak kelas 1 SD
Imunisasi TT pada anak SD
kelas 2 dan 3
Imunisasi TT 5 pada WUS
(15 - 45 tahun)
Pemantauan suhu lemari es
vaksin
Ketersediaan vaksin

Target
Sasaran

Pencapaia
n

Cakupa
n

900

705

78,33%

900

830

92,22%

900

823

91,44%

900

804

89,33%

900

833

92,56%

900

0%

900

20

2,22%

33,33%

989

971

98,18%

989

929

93,93%

2036

2008

98,62%

16014

1110

6,93%

366

366

100%

12

12

100%

Berdasarkan data di atas, persentase cakupan untuk pelayanan


imunisasi masih belum memenuhi target di tahun 2012. Tetapi cakupan
untuk pemantauan suhu lemari es vaksin dan ketersediaan vaksin sudah
mencapai 100% sesuai dengan target sasaran.
Tabel 5.16 Target, Pencapaian, dan Cakupan untuk Pengamatan Penyakit
(Surveilance Epidemiologi) Tahun 2012 di Wilayah Kerja
Puskesmas Balongsari
Penilaian

Target
Sasaran

Pencapaia
n

Cakupa
n

28

Laporan STP (surveilan


Terpadu Penyakit) yang
tepat waktu
Kelengkapan Laporan STP
(surveilan
Terpadu
Penyakit)
Laporan C1 (campak) yang
tepat waktu
Kelengkapan Laporan C1
(campak)
Laporan W2 (mingguan)
yang tepat waktu
Kelengkapan Laporan W2
(mingguan)
Grafik Penyakit Potensial
wabah
Laporan
KIPI
Zero
reporting
Desa/kelurahan
yang
mengalami
KLB
ditanggulangi < 24 jam

12

12

100%

12

12

100%

12

12

100%

12

12

100%

52

11

21,15%

52

52

100%

52

52

100%

12

12

100%

0%

Berdasarkan data di atas, persentase cakupan untuk pengamatan


penyakit (surveilance Epidemiologi) sudah mencapai 100% sesuai dengan
target sasaran di tahun 2012 kecuali untuk Laporan W2 (mingguan) yang
tepat waktu belum memenuhi target karena hanya dapat mencapai 21,15%
saja.

5.1.4 Hasil Kegiatan UPK Perbaikan Gizi


Tabel 5.17 Target, Pencapaian, dan Cakupan untuk Pelayanan Gizi
Masyarakat tahun 2012 di Wilayah Kerja Puskesmas Balongsari
Penilaian
Pemberian Kapsul Vitamin
A dosis Tinggi pada balita
2 kali per tahun
Pemberian Tablet Besi (90
Tablet) Pada Bumil
BUMIL KEK

Target
Sasaran

Pencapaian

Cakupan

3672

3387

92%

849

764

89.99%

143

143

100%

29

Berdasarkan data di atas, persentase cakupan untuk Pemberian


Kapsul Vitamin A dosis Tinggi pada balita 2 kali per tahun dan Pemberian
Tablet Besi Pada Bumil masih belum memenuhi target di tahun 2012. Tetapi
cakupan untuk BUMIL KEK mencapai 100% sesuai dengan target sasaran
Tabel 5.18 Target, Pencapaian, dan Cakupan untuk Penanganan Gangguan
Gizi Masyarakat tahun 2012 di wilayah kerja puskesmas Balongsari
Penilaian
Balita Gizi Buruk Untuk
Dapat Perawatan
MP-ASI pada anak usia 624 bulan
Pemberian
PMT
Pemulihan
balita
gizi
buruk
BALITA BAWAH GARIS
MERAH
Cakupan rumah tangga
yang mengkonsumsi garam
beryodium

Target
Sasaran

Pencapaian

Cakupan

14

14

100%

72

72

100%

14

14

100%

4572

0.09%

80%

100%

100%

Berdasarkan data di atas, persentase cakupan untuk Penanganan


Gangguan Gizi Masyarakat tahun 2012 sudah mencapai 100% sesuai
dengan target sasaran di tahun 2012 kecuali untuk Laporan

BALITA

BAWAH GARIS MERAH belum memenuhi target karena hanya dapat


mencapai 0.09% saja.
Tabel 5.19 Target, Pencapaian, dan Cakupan untuk Pemantauan Status Gizi
Penilaian
Desa Bebas Rawan Gizi
Balita naik berat badannya
(N/D)
Presentase
balita
yang
ditimbang berat badannya

Target
Sasaran
3

Pencapaian

Cakupan

100%

4572

2440

53.37%

4572

3154

68.99%

Berdasarkan data di atas, persentase cakupan untuk Balita naik


berat badannya (N/D) dan Presentase balita yang ditimbang berat

30

badannya (N/D) masih belum memenuhi target di tahun 2012. Tetapi


cakupan untuk desa rawan gizi 100% sesuai dengan target sasaran.
5.1.5

Hasil Kegiatan UPK KIA dan KB


Tabel 5.20 Target, Pencapaian, dan Cakupan untuk Kesehatan Ibu
Penilaian
Pelayanan Kesehatan Bagi
Bumil sesuai standart
Drop Out K1 - K4
Pelayanan tersalinan oleh
tenaga kesehatan yang
berkompeten
Pelayanan nifas lengkap
sesuai standar
Pelayanan
Maternal
Risti/Komplikasi
yang
ditangani

Target
Sasaran

Pencapaian

Cakupan

849

797

93.88%

<5%

11%

100%

811

808

99.63%

811

805

99.26%

170

146

85.88%

Berdasarkan data di atas, persentase cakupan pelayanan kesehatan


bagi bumil sesuai standart, pelayanan tersalinan oleh tenaga kesehatan
yang berkompeten, pelayanan nifas lengkap sesuai standar, dan pelayanan
maternal risti/komplikasi yang ditangani masih belum memenuhi target di
tahun 2012. Tetapi cakupan untuk drop-out K1-K4 100% sudah melebihi
target sasaran.
Tabel 5.21 Target, Pencapaian, dan Cakupan untuk Kesehatan Bayi
Penilaian
Pelayanan
Nonatal
Risti/Komplikasi
yang
ditangani
Pelayanan Neonatal sesuai
standar (KN Lengkap)
Pelayanan bayi paripurna

Target
Sasaran

Pencapaian

Cakupan

900

297

33.00%

900

789

87.67%

900

786

87.33%

Berdasarkan data di atas, persentase untuk cakupan kesehatan bayi,


baik pelayanan nonatal risti/komplikasi yang ditangani, pelayanan

31

neonatal sesuai standar (KN lengkap), dan pelayanan bayi paripurna belum
mencapai target sasaran di tahun 2012.
Tabel 5.22 Target, Pencapaian, dan Cakupan untuk Upaya Kesehatan
Balita dan Anak Pra Sekolah
Penilaian
Pelayanan
Kesehatan
Balita
Pelayanan Kesehatan Anak
Pra Sekolah

Target
Sasaran
3672
1830

Pencapaian

Cakupan

3184

86.71%

1588

86.78

Berdasarkan data di atas, persentase untuk cakupan untuk


pelayanan kesehatan Balita dan anak pra sekolah belum mencapai target
sasaran di tahun 2012.
Tabel 5.23 Target, Pencapaian, dan Cakupan untuk Pelayanan Keluarga
Berencana
Penilaian
Cakupan
KB
aktif
(contraceptive prevalence
rate/CPR)
Cakupan peserta KB baru
Cakupan KB Drop Out
Cakupan
Peserta
KB
Mengalami Komplikasi
Cakupan pasien KB yang
mengalami
kegagalan
Kontrasepsi
Cakupan
peserta
KB
mengalami Efek Samping

Target
Sasaran

Pencapaian

Cakupan

65%

95.24%

100%

8.67%
0.06%

14.77%
7.86%

100%
0.25%

3.50%

0.00%

0.00%

0.19%

0.00%

0.00%

12.50%

0.50%

4.00%

Berdasarkan data di atas, persentase cakupan untuk pelayanan


keluarga berencana masih belum semuanya memenuhi target di tahun
2012. Tetapi cakupan untuk Peserta KB baru, Cakupan KB Drop Out dan
Cakupan KB aktif (contraceptive prevalence rate/CPR) mencapai 100%
sesuai dengan target sasaran.

32

5.1.6

Hasil Kegiatan UPK Pengobatan


Tabel 5.24 Laporan Visite Rate dan Contact Rate Tahun 2012 di Wilayah
Kerja Puskesmas Balongsari
Penilaian
Visite Rate
Contact Rate

Target
Sasaran

Pencapaia
n

Cakupa
n

15%
1,45

13%
1

86,67%
68,97%

Berdasarkan data di atas, persentase untuk visite rate dan contact


rate belum mencapai target sasaran di tahun 2012.
Tabel 5.25 Target, Pencapaian, dan Cakupan untuk Pemeriksaan
Laboratorium Tahun 2012 di Wilayah Kerja Puskesmas
Balongsari
Penilaian
Pemeriksaan
Hemoglobin pada ibu
hamil
Pemeriksaan
darah
trombosit tersangka
DBD
Pemeriksaan
test
kehamilan
Pemeriksaan sputum
penderita
tersangka
TB
Pemeriksaan Protein
Urine pada ibu hamil

Target
Sasaran

Pencapaian

Cakupan

100%

101,1%

100%

100%

119,04%

100%

82%

95,23%

100%

65%

101,35%

100%

65%

113,63%

100%

Berdasarkan data di atas, persentase cakupan untuk Pemeriksaan


Laboratorium Hemoglobin pada ibu hamil, darah trombosit tersangka
DBD, test kehamilan, sputum penderita tersangka TB dan protein urine
pada ibu hamil sudah mencapi target di tahun 2012.
5.2

Pemilihan Masalah

33

Berdasarkan pengumpulan data dari 6 Upaya Kesehatan Wajib


yaitu Upaya Promosi Kesehatan, Upaya Kesehatan Lingkungan, Upaya
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), Upaya
Kesehatan Perbaikan Gizi, Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta KB, dan
Upaya Pengobatan telah dipilih 3 UPK dengan masing-masing 1 topik,
yaitu:
1. UPK Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, dengan
topik Demam Berdarah Dengue,
2. UPK Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana, dengan
topik drop out K1-K4,
3. UPK Kesehatan Lingkungan, dengan topik kesehatan lingkungan.
BAB 6
ANALISIS MASALAH
6.1

Topik Demam Berdarah Dengue


.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah penyebaran
penyakit Demam Berdarah Dengue. Diantaranya program 3M ( Menguras,
Menutup, dan Mengubur ), pengasapan ( fogging ) pada setiap daerah yang
merupakan endemis DBD. Namun tetap saja masih ada korban, bahkan
terus meningkat dari tahun tahun.
Tabel 6.1 Target, Pencapaian, dan Cakupan untuk Kasus Demam Berdarah
Dengue (DBD) Tahun 2013 di Wilayah Kerja Puskesmas
Balongsari
Penilaian
Insidens kasus DBD
Prosentase Penderita DBD
ditangani
Case Fatality Rate Kasus
(CDR) penyakit DBD
Angka Bebas Jentik ( ABJ )

Target
Sasaran

Pencapaia
n

Cakupa
n

46

46

100%

46

46

100%

0%

0%

0%

95%

82,10%

86,2%

34

Jumlah wilayah KLB DBD

Dari Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) Balongsari tahun 2013,


persentase penderita DBD yang sudah ditangani pada tahun 2013
mencapai 100%, case fatality rate 0,02% ( ada 1 orang yang meninggal
akibat DBD) dan Angka Bebas Jentik (ABJ) 82,10%. Jumlah penderita
DBD yang ditangani dan case fatality rate sudah mencapai target, namun
Angka Bebas Jentik (ABJ) belum mencapai target yaitu minimal 95%.
Serangkaian kegiatan telah dilakukan untuk mencegah penularan
DBD yaitu fogging sesegera mungkin setelah ada laporan kasus,
penyuluhan mengenai pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pemantauan
jentik berkala yang dilaporkan setiap 2 bulan, serta abatisasi pada tempattempat air tergenang, seperti bak mandi, jambangan bunga, dan selokan
kecil yang dapat diulang setiap 2-3 bulan sekali.
Tabel 6.2 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue, Fogging dan
Penyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Bulan
Maret - Mei Tahun 2013
Bulan
Oktober
Nopember
Desember

Jumlah Kasus
2
1
1

Jumlah fogging
2
1
1

Jumlah penyuluhan PSN


2
1
1

Tindakan fogging dan penyuluhan pemberantasan sarang nyamuk


baru dilakukan setelah ada laporan kasus. Itu pun dilakukan dalam
tenggang waktu yang cukup lama sehingga mungkin saja sudah terjadi
penyebaran vektor (nyamuk) aedes aegypti. Hal inilah yang menjadi
penyebab belum tercapainya target angka bebas jentik lebih dari 95%.
Program pemberantasan penyakit menular, termasuk Demam
Berdarah Dengue, tidak pernah lepas dari peranan sumber daya manusia
yang terlibat di dalamnya. Dalam hal sumber daya manusia terdapat dua
kelompok, yaitu sumber daya manusia/ketenagaan yang dimiliki oleh
Puskesmas dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Dalam

35

manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan karena


manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses
untuk mencapai tujuan.
Masalah yang ditemukan dalam hal sumber daya manusia adalah
kurangnya SDM dari Puskesmas dimana hanya ada 1 orang pemegang
program P2M sekaligus merangkap pemegang program kesehatan
lingkungan. Sumber daya manusia untuk bidang Promosi Kesehatan juga
sangat terbatas yaitu hanya berjumlah 1 orang. Selain itu, kesadaran
masyarakat untuk mengubah perilaku juga kurang karena untuk
memberantas demam berdarah dengue dari lingkungan sekitar tempat
tinggal diperlukan kesadaran dan peran aktif semua lapisan masyarakat.
Kelompok ke-2 yang termasuk Man adalah masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Balongsari sebanyak 58.180 jiwa yang terdiri dari 14.182 kepala keluarga.
Jumlah ini merupakan angka yang besar dan memiliki kesulitan tersendiri
untuk ditangani secara menyeluruh. Fasilitas pendidikan yang tersedia di
wilayah kerja puskesmas (mulai Taman Kanak-kanak sampai dengan SMA
dan pondok pesantren) sudah cukup baik dan seharusnya faktor tersebut
dapat meningkatkan pemahaman warga sekitar terhadap masalah
kesehatan.
Dalam melakukan sosialisasi atau promosi kesehatan, bukan hanya
peran tenaga kesehatan saja, tetapi juga diperlukan peran dari tokoh
masyarakat, para kader yang ditunjuk, tokoh agama, kepala dusun, kepala
desa, camat, guru, swasta dan pengusaha. Program-program yang telah
dibuat diharapkan mendapat dukungan dari semua pihak. Target yang telah
dibuat akan dapat dicapai jika seluruh lapisan masyarakat beserta pihak
puskesmas

bekerja

sama

dan

bersama-sama

menggiatkan

PSN

(Pemberantasan Sarang Nyamuk) serta tindakan 3M Plus.


Berdasarkan wawancara dengan petugas P2M, masalah yang
ditemukan dalam manajemen adalah dalam hal kedisiplinan. Tindakan
yang dilakukan terkendali dalam hal perencanaan dan persiapan, misalnya
untuk fogging. Namun, fogging merupakan suatu tindakan yang harus

36

selalu siap meskipun mendadak karena kejadian demam berdarah juga


terjadi mendadak. Masalah lainnya adalah kurangnya evaluasi dan follow
up baik dalam program maupun tindakan. Banyak tindakan yang telah
dilakukan, namun tidak dievaluasi.
Dari segi lingkungan, kepadatan penduduk di wilayah kerja
puskesmas merupakan salah satu faktor resiko dalam terjadinya penularan
virus penyebab DBD. Semakin padat jumlah penduduknya semakin mudah
untuk terjadi penularan DBD, oleh karena jarak terbang nyamuk
diperkirakan 50 meter sehingga bila di suatu rumah ada nyamuk
penularnya maka akan menularkan penyakit di orang yang tinggal di
rumah tersebut, di rumah sekitarnya yang berada dalam jarak terbang
nyamuk dan orang-orang yang berkunjung ke rumah itu. Mobilitas
penduduk juga memegang peranan paling besar dalam penularan virus
dengue dari suatu tempat ke tempat lain. Disamping itu, berdasarkan hasil
observasi singkat ke lingkungan di wilayah kerja puskesmas, hal yang
diduga menjadi penyebab belum tercapainya target ABJ adalah masih
adanya tempat-tempat yang luput dari pemberantasan jentik seperti
genangan air di vas bunga, di pot yang tidak terpelihara, dan tempat yang
sulit dijangkau seperti tandon air.
6.2

Topik Ante Natal Care


Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, Kesehatan
ibu dan anak yang biasa disingkat KIA adalah pelayanan kesehatan ibu dan
anak yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, keluarga
berencana, kesehatan reproduksi, pemeriksaan bayi, anak balita dan anak
prasekolah sehat. Situasi kesehatan ibu dan bayi baru lahir di Indonesia
sama sekali belum bisa dikatakan menggembirakan. Berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003 angka
kematian ibu di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100 ribu
kelahiran. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jatim, Kota Surabaya
menduduki peringkat kedua tertinggi dalam jumlah kasus kematian ibu di

37

Jawa Timur. Dari 627 ibu yang meninggal di Jatim pada 2011, jumlah
kematian ibu di Surabaya mencapai 47 orang.
Tingginya angka kematian ibu dan bayi menjadi salah satu
indikatornya buruknya pelayanan kesehatan ibu dan anak. Pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas dapat mencegah
tingginya angka kematian. Kendati berbagai upaya perbaikan serta
penanganan telah dilakukan, namun disadari masih diperlukan berbagai
dukungan.
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu
diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika
persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan
janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante natal care) adalah
penting untuk mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga
ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit
sehingga dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal.
Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu
hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam
kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan post partum sehat
dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental. Kebijakan program
pelayanan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan antenatal sebaiknya
minimal 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan ketentuan minimal satu
kali pada trimester pertama (K1), minimal satu kali pada trimester kedua
(K2), minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4).
Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kunjungan ibu hamil yang
pertama kali pada masa kehamilan. Kunjungan ulang adalah kontak ibu
hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan seterusnya untuk
mendapatkan

pelayanan antenatal sesuai dengan standar selama satu

periode kehamilan berlangsung. Sedangkan K4 adalah kontak ibu hamil


dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih untuk mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai dengan standar
Di Puskesmas Balongsari, pelayanan UPK ibu dan anak sudah
cukup baik dan profesional. Namun, untuk pencapaian kunjungan lengkap

38

ibu hamil sesuai standar berdasar laporan PKP masih belum memenuhi
target sasaran karena hanya sebesar 93,88%. Berdasarkan laporan PWS
KIA pada bulan desember 2012, persentase cakupan untuk K1 pada ibu
hamil masih belum memenuhi target yaitu hanya sebesar 92,1%.
Sedangkan untuk K4 sebesar 82,8%. Dari data ini dapat disimpulkan
bahwa harapan untuk pencapaian drop out K1-K4 < 5% tidak terpenuhi
karena dari hasil PKP didapatkan bahwa pencapaian drop out K1-K4
sebesar 11%. Semakin tinggi persentase drop out K1-K4 menunjukkan
bahwa pelayanan kesehatan bagi ibu hamil kurang berhasil.
Pada saat kami bertugas di poli KIA, kami telah menanyakan
beberapa pertanyaan kepada ibu hamil yang datang ke puskesmas. Dari
sini kami dapat menyimpulkan masih rendahnya pengetahuan ibu hamil
akan pentingnya pemeriksaan ANC ke fasilitas pelayanan kesehatan
karena sebagian besar ibu hamil tersebut kurang memahami apa itu
perawatan kehamilan atau yang sering disebut sebagai ANC dan jumlah
minimal berapa kali seharusnya ibu memeriksakan kehamilannya ke
tenaga medis sehingga sering kali ibu hamil tersebut menolak kontrol
kembali ke puskesmas karena merasa sehat-sehat saja dan kehamilannya
tidak ada kelainan. Selain itu, faktor lain yang membuat tingginya angka
drop out K1-K4 adalah ibu hamil yang kurang puas dengan kualitas
pelayanan petugas sehingga pada masa kehamilan sebagian besar ibu lebih
memilih memeriksakan kehamilannya di luar wilayah kerja puskesmas
seperti ke rumah sakit maupun dokter pribadi lainnya karena berdasarkan
hasil wawancara yang telah kami lakukan didapatkan sebagian ibu hamil
harus bekerja pada pagi dan siang hari, membuat tidak bisa datang ke
puskesmas.
Profil umum Puskesmas Balongsari memiliki 5dokter umum, 9
bidan, 9 perawat kesehatan dan 1 petugas promosi kesehatan. Jumlah
tenaga kesehatan ini bekerja sama dalam meningkatkan jumlah Pelayanan
Kesehatan bagi Ibu Hamil sesuai standar untuk Kunjungan Lengkap (K4),
juga melibatkan kader-kader sehingga dapat menjalankan program selama
ini.

39

Dilihat dari segi usaha tenaga medis, kami berpendapat bahwa


sebenarnya usaha tenaga medis sudah cukup baik karena telah
menjelaskan dan menekankan kepada ibu hamil kapan harus kontrol
kembali dan dapat pula memeriksakan kehamilannya sebelum tanggal
kontrol yang telah ditentukan jika ibu hamil merasakan ketidaknyamanan
dengan kehamilannya. Tetapi ternyata usaha tersebut masih belum dapat
mengecilkan angka drop out K1-K4.
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Balongsari sebanyak
58.180 jiwa yang terdiri dari 14.182 kepala keluarga. Jumlah ini
merupakan angka yang besar dan memiliki kesulitan tersendiri untuk
ditangani secara menyeluruh. Fasilitas pendidikan yang tersedia di wilayah
kerja puskesmas (mulai Taman Kanak-kanak sampai dengan SMA dan
pondok pesantren) sudah cukup baik dan seharusnya faktor tersebut dapat
meningkatkan pemahaman warga sekitar terhadap masalah kesehatan.
Sumber dana / keuangan Puskesmas antara lain berasal dari APBN
(Jamkesmas Kuota, Jamkesda, Jamkesmas Non Kuota, BOK), APBD
Propinsi, APBD Pemerintah Kota Surabaya, PT Askes dan lain-lain
(Institusi lain, yayasan) dimana dana tersebut akan digunakan untuk
kegiatan upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif di
Puskesmas dan jaringannya termasuk Posyandu dan Poskesdes, dalam
rangka membantu pencapaian target SPM Bidang Kesehatan di
kabupaten/kota guna mempercepat pencapaian target MDGs. Namun dari
info yang kami dapat , tidak ada pengalokasian dana dalam hal Pelayanan
Kesehatan bagi Ibu Hamil sesuai standar untuk Kunjungan Lengkap (K4).
Semua kegiatan yang menyangkut hal tersebut adalah dana sosial.
Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara
antara lain melalui penyuluhan massal, penyuluhan keluarga, penyuluhan
kelompok dan penyuluhan perorangan. Penyuluhan massal dilakukan
dengan memanfaatkan sarana/budaya yang ada di masyarakat seperti
media tradisional, dengan memanfaatkan budaya setempat seperti wayang,
lenong, srimulat, dan lain-lain. Penyuluhan massal juga dapat dilakukan
melalui media cetak, misalnya tabloit dengan menggunakan bahasa lokal,

40

media elektonika seperti radio, televisi (bila memungkinkan). Penyuluhan


keluarga mencakup semua anggota keluarga yang berpengaruh terhadap
ibu seperti ayah, ibu, anak, anggota keluarga lainnya (pengasuh anak,
kakek, nenek, mertua).Untuk penyuluhan kelompok dapat dilakukan pada
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), PKK, Organisasi Wanita misalnya
Dharma Pertiwi dan Dharma Wanita, maupun pada kelompok khusus
seperti, arisan, pengajian. Penyuluhan perorangan dapat dilakukan kepada
ibu-ibu balita, tokoh agama, tokoh masyarakat, kepala dusun, kepala desa,
camat, guru, swasta dan pengusaha.
6.3

Topik Kesehatan Lingkungan


Tabel 6.3 Cakupan Program Pembinaan dan Jumlah Institusi yang
Memenuhi Syarat Kesehatan
Lokasi
Tempat
Pengelolaan
Makanan
(TPM)
Perumahan dan
Sanitasi Dasar
Tempat-tempat
Umum (TTU)

Lokasi
Tempat
Pengelolaan
Makanan
(TPM)
Perumahan dan
Sanitasi Dasar

Penilaian
Pembinaan
Jumlah yang
memenuhi syarat
kesehatan
Pembinaan
Jumlah yang
memenuhi syarat
kesehatan
Pembinaan
Jumlah yang
memenuhi syarat
kesehatan

Penilaian
Pembinaan
Jumlah yang
memenuhi syarat
kesehatan
Pembinaan
Jumlah yang
memenuhi syarat
kesehatan

Target
Sasaran
85%

Pencapaia
n
50%

Cakupa
n
58,82%

74%

40%

54,05%

83%

91,60%

100,00%

75%

72,00%

96,00%

82%

16,00%

19,51%

75%

90,00%

100,00%

Target
Sasaran
90%

Pencapaia
n
91,86%

Cakupa
n
100%

70%

75%

100%

87%

100%

100%

82%

98,06%

100%

41

Tempat-tempat
Umum (TTU)

Pembinaan
Jumlah yang
memenuhi syarat
kesehatan

86%

92%

100%

82%

82,81%

100%

Data di atas menunjukkan bahwa persentase pembinaan tempat


pengelolaan makanan mencapai 50%. Dengan pencapaian pembinaan
sebesar itu, didapatkan jumlah tempat pengelolaan makanan yang
memenuhi syarat kesehatan ebesar 40%. Dari hasil wawancara dengan
sejumlah masyarakat, target pembinaan terhadap tempat pengolahan
makanan yang tidak tercapai dikarenakan sebagian besar oleh kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang bahan dan cara pengolahan makanan
secara benar sehingga aman untuk dikonsumsi. Tim kesehatan lingkungan
dari puskesmas telah memberikan penyuluhan kepada pedagang makanan
yang menjadi target dalam program ini. Namun para pedagang masih
belum mengubah kebiasaannya oleh karena situasi ekonomi mereka yang
memang kurang baik.
Pembinaan perumahan dan sanitasi dasar mencapai persentase yang
lebih tinggi, yaitu 100%. Dengan pencapaian pembinaan yang lebih besar,
didapatkan pula jumlah yang memenuhi syarat lebih besar, yaitu 96%.
Hasil wawancara dengan masyarakat menunjukkan bahwa kurangnya
jumlah rumah yang memenuhi syarat kesehatan dapat diakibatkan oleh dua
hal. Pertama adalah dari pemilik rumah, yang pada dasarnya memiliki
materi dan mampu untuk memperbaiki rumah sesuai standar kesehatan,
namun dikarenakan pengetahuan yang kurang maka mereka tidak
membangun rumah mereka sesuai standar kesehatan. Yang kedua adalah
kondisi sosial ekonomi masyarakat yang memang tidak memungkinkan
untuk terciptanya rumah yang memenuhi standar kesehatan. Penyuluhan
dari pihak puskesmas dapat meningkatkan target jumlah rumah yang
memenuhi syarat kesehatan.
Pada tempat-tempat umum, meskipun pencapaian pembinaannya
hanya 16%, jumlah yang memenuhi syarat sudah 90%. Hal ini mungkin
dikarenakan tempat-tempat umum merupakan tempat yang dikelola oleh
suatu instansi, yang memiliki unit kesehatan tersendiri. Namun, pembinaan
42

terhadap sarana tempat-tempat umum masih sangat kurang. Hasil


observasi menunjukkan bahwa hal ini dipengaruhi oleh dua hal. Yang
pertama yaitu dari faktor ekonomi dan faktor kesadaran masyarakat yang
masih kurang. Hal ini menjadi susah dipecahkan, dikarenakan meskipun
sudah dilakukan pembinaan berupa penyuluhan, ada beberapa dari
masyarakat yang masih tidak mau menurut meskipun memiliki materi dan
mampu untuk merubah bangunan sesuai standar kesehatan sanitasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan yang lebih
besar, akan menghasilkan pencapaian yang lebih besar. Sehingga
pencapaian tempat pengelolaan makanan yang rendah disebabkan oleh
pembinaan yang kurang.

43

BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Puskesmas Balongsari merupakan salah satu UPT Dinas Kesehatan
Kota Surabaya yang telah mendapatkan sertifikat ISO. Wilayah kerja
Puskesmas Balongsari terdiri dari 3 kelurahan yaitu kelurahan Balongsari,
Manukan Wetan dan Banjarsugihan. Puskesmas Balongsari mempunyai 6
program Upaya Kesehatan Wajib yang meliputi Upaya Promosi Kesehatan,
Upaya Penyehatan Lingkungan, Upaya Perbaikan Gizi, Kesehatan Ibu dan
Anak-Keluarga

Berencana,

Pemberantasan

Penyakit

Menular,

dan

Pengobatan.
Salah

satu

penyakit

yang

masuk

dalam

lingkup

Upaya

Pemberantasan Penyakit Menular adalah Demam Berdarah Dengue.


Dalam hal Demam Berdarah Dengue, target pencapain angka bebas jentik
yang belum tercapai dapat disebabkan oleh terlambatnya tindakan jika ada
kasus laporan DBD.
Dalam Upaya Kesehatan Ibu dan Anak-Keluarga Berencana,
persentase drop out K1-K4 masih lebih tinggi dari target. Hal ini
dikarenakan petugas kesehatan masih belum mampu memotivasi ibu hamil
untuk terus melakukan pemeriksaan kehamilannya sampai minimal empat
kali selama kehamilannnya (satu kali dalam trimester I, satu kali dalam
trimester II dan dua kali dalam trimester III).
Dalam Upaya Kesehatan Lingkungan, target insitusi yang
memenuhi syarat kesehatan masih belum tercapai. Pencapaian insitusi
yang memenuhi syarat kesehatan yang masih rendah disebabkan oleh
pembinaan yang kurang. Pembinaan yang lebih besar, akan menghasilkan
pencapaian yang lebih besar.
7.2

Saran
Puskesmas Balongsari perlu meningkatkan pencapaian ABJ nya
agar memenuhi target ABJ sebesar 95%. Hal ini dapat dilakukan dengan

44

melakukan tindakan pencegahan tidak hanya menunggu ada laporan kasus.


Target dapat dicapai jika seluruh lapisan masyarakat beserta pihak
puskesmas bersama-sama menggiatkan PSN (Pemberantasan Sarang
Nyamuk) serta tindakan 3M Plus. Akan lebih baik jika pihak puskesmas
juga menekankan pemberantasan sarang nyamuk pada tempat-tempat
penampungan air yang sering luput dari pengawasan warga seperti
genangan air di vas bunga, pot yang tidak terpelihara, dan tempat yang
sulit dijangkau seperti tandon air.
Di bidang Kesehatan Ibu dan Anak, petugas kesehatan memegang
peranan penting untuk menggerakkan masyarat terutama yang berada di
wilayah kerja puskesmas untuk memahami pentingnya ANC pada ibu
hamil. Kegiatan yang dapat membantu meningkatkan pemahaman tersebut
adalah dengan cara mengadakan pertemuan dengan para kader secara rutin
dan berkualitas. Para kader mungkin dapat diajarkan untuk lebih mengenal
dan memahami KSPR sehingga kader dapat membantu petugas kesehatan
untuk mendeteksi dini resiko pada ibu hamil dan diharapkan kader dapat
memotivasi para ibu hamil untuk mengunjungi fasilitas kesehatan sedini
mungkin.
Dalam hal kesehatan lingkungan, untuk mencapai target institusi
yang memenuhi syarat kesehatan, petugas kesehatan perlu meningkatkan
pembinaan kepada tempat pengelola makanan, rumah tangga dan tempattempat umum.

45

BAB 8
PENUTUP

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami telah dapat melaksanakan tugas
praktek lapangan di Puskesmas Balongsari Surabaya, mulai tanggal 3 Juni 2013
sampai dengan tanggal 15 Juni 2013, yang merupakan salah satu bentuk program
kerja lapangan kami selama di Lab. IKM/KP Universitas Airlangga. Terimakasih
sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Kepala Puskesmas Balongsari beserta
staf dan dosen dosen pembimbing kami dari Laboratorium IKM KP atas
segala bimbingannya

yang

sangat

membantu

dalam

pelaksanaan

tugas

kepaniteraan ini.
Laporan kepaniteraan puskesmas ini diharapkan dapat memberikan manfaat
berupa pengetahuan tentang program-program kesehatan masyarakat, khususnya
bagi CPS KBK yang nantinya akan bertugas di puskesmas dan instansi kesehatan
di seluruh wilayah Indonesia.
Banyak data yang tidak dapat disajikan dengan baik dalam laporan ini. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak sangat
kami harapkan. Terakhir, kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu kelancaran tugas ini sampai dengan pelaporan.

46

Anda mungkin juga menyukai