Ppok DR - Nina
Ppok DR - Nina
0618011066
1102006236
Pembimbing :
dr. Nina, Sp. P
EPIDEMIOLOGI
PPOK adalah penyakit yang menyebabkan
kematian tertinggi ke-4 di Amerika Serikat.
Diperkirakan bahwa morbiditas dan mortalitas
akan terus meningkat. Diperkirakan 12 juta orang
di AS didiagnosis dengan PPOK sementara 12 juta
lainnya memiliki PPOK yang tidak terdiagnosis.
Sementara itu, di Indonesia diperkirakan terdapat
4,8 juta penderita dengan prevalensi 5,6 persen.
Kejadian meningkat dengan makin banyaknya
jumlah perokok (90% penderita COPD adalah
smoker atau ex-smoker)
FAKTOR RISIKO
1. Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya
penyebab kausal yang terpenting, jauh lebih
penting dari faktor penyebab lainnya.
2.
Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan
dan tempat kerja
3. Hipereaktivitas bronkus
4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
5. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang
terdapat di Indonesia
PATOGENESIS
Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat
ireversibel dan terjadi karena perubahan struktural
pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis,
metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos
penyebab utama obstruksi jalan napas. Perubahan
patologi karakteristik PPOK ditemukan pada saluran
napas proksimal, perifer, parenkim dan vaskular
paru. Perubahan patologi yang terjadi meliputi
inflamasi kronik ditandai oleh peningkatan jumlah
sel inflamasi spesifik dan perubahan struktur yang
berbeda pada setiap bagian paru, mengakibatkan
cidera dan penyembuhan yang berulang. Secara
umum inflamasi dan perubahan struktur pada
saluran napas meningkat sesuai dengan berat
penyakit yang menetap walaupun sudah berhenti
merokok.
DIAGNOSIS
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa
gejala, gejala ringan hingga berat. Pada pemeriksaan fisis
tidak ditemukan kelainan jelas dan tanda inflasi paru.
Diagnosis PPOK di tegakkan berdasarkan :
A. Gambaran klinis
Anamnesis
- Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa
gejala pernapasan
- Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat
kerja
- Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
- Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, misal
berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi saluran napas
berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara
- Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
- Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
Pemeriksaan fisis
PPOK dini umumnya tidak ada kelainan
Inspeksi
o Pursed - lips breathing
Barrel chest (diameter antero - posterior dan
transversal sebanding)
Penggunaan otot bantu napas
Hipertropi otot bantu napas
Pelebaran sela iga
Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat
denyut vena jugularis di leher dan edema
tungkai
Palpasi
Fremitus melemah, sela iga melebar
Perkusi
Hipersonor dan batas jantung mengecil,
letak diafragma rendah, hepar terdorong
ke bawah
Auskultasi
Suara napas vesikuler normal, atau
melemah
Terdapat ronki dan atau mengi pada
waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi
paksa
Ekspirasi memanjang
Bunyi jantung terdengar jauh
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
Rutin
1. Faal paru
Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP,
VEP1/KVP
Uji bronkodilator
Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK
stabil
2. Darah rutin
Hb, Ht, leukosit
3. Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk
menyingkirkan penyakit paru lain
Pemeriksaan Khusus
1. Faal paru
- Volume Residu (VR), Kapasiti Residu Fungsional
(KRF), Kapasitas Paru Total (KPT), VR/KRF
2. Uji latih kardiopulmoner
3. Uji provokasi bronkus
4. Uji coba kortikosteroid
5. Analisis gas darah
6. Radiologi
CT - Scan resolusi tinggi
7. Elektrokardiografi
8. Ekokardiografi
9. bakteriologi
10. Kadar alfa-1 antitripsin
DIAGNOSIS BANDING
Asma
SOPT (Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis)
Adalah penyakit obstruksi saluran napas yang ditemukan pada penderita pascatuberculosis dengan
lesi paru yang minimal.
Perbedaan
Asma
PPOK
SOPT
1.
++
2.
Sakit mendadak
++
3.
Riwayat merokok
+/-
+++
4.
Riwayat atopi
++
5.
++ +
6.
++
7.
Hipereaktivitas bronkus
+++
+/ -
8.
Reversibiliti obstruksi
++
9.
Variabiliti harian
++
10.
Eosinofil sputum
11.
Neutrofil sputum
12.
Makrofag sputum
KLASIFIKASI
Derajat
Klinis
Faal paru
Gejala klinis
(batuk, produksi sputum)
Normal
Gejala batuk kronik dan produksi sputum ada tetapi tidak sering.
Pada derajat ini pasien sering tidak menyadari bahwa fungsi paru
mulai menurun
Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa lelah dan serangan
eksaserbasi semakin sering dan berdampak pada kualitas hidup
PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan :
- Mengurangi gejala
- Mencegah eksaserbasi berulang
- Memperbaiki dan mencegah penurunan
faal paru
- Meningkatkan kualiti hidup penderita
Penatalaksanaan secara umum PPOK
meliputi :
1. Edukasi
2. Obat - obatan
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi
1. Edukasi
Secara umum bahan edukasi yang harus
diberikan adalah :
1. Pengetahuan dasar tentang PPOK
2. Obat - obatan, manfaat dan efek sampingnya
3. Cara pencegahan perburukan penyakit
4. Menghindari pencetus (berhenti merokok)
5. Penyesuaian aktivitas
2. Obat - obatan
a. Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan
disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat penyakit Pemilihan bentuk obat
diutamakan inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan jangka
panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat ( slow
release ) atau obat berefek panjang ( long acting ).
Macam - macam bronkodilator :
- Golongan antikolinergik
Digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai bronkodilator
juga mengurangi sekresi lendir ( maksimal 4 kali perhari ).
- Golongan agonis beta - 2
Bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan jumlah
penggunaan dapat sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. Sebagai obat
pemeliharaan sebaiknya digunakan bentuk tablet yang berefek panjang.
Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi eksaserbasi akut, tidak
dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang.
- Golongan xantin
Dalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka panjang,
terutama pada derajat sedang dan berat. Bentuk tablet biasa atau puyer untuk
mengatasi sesak ( pelega napas ), bentuk suntikan bolus atau drip untuk
mengatasi
eksaserbasi akut. Penggunaan jangka panjang diperlukan pemeriksaan kadar
aminofilin darah.
b. Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi
intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan
metilprednisolon atau prednison.
c. Antibiotika
Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :
Lini I : amoksisilin
makrolid
Lini II : amoksisilin dan asam klavulanat
sefalosporin
kuinolon
makrolid baru
Perawatan di Rumah Sakit dapat dipilih
- Amoksilin dan klavulanat
- Sefalosporin generasi II & III injeksi
- Kuinolon per oral
ditambah dengan yang anti pseudomonas
- Aminoglikose per injeksi
- Kuinolon per injeksi
- Sefalosporin generasi IV per injeksi
d. Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki
kualiti hidup, digunakan N - asetilsistein. Dapat
diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang
sering, tidak dianjurkan sebagai pemberian yang
rutin
e. Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut
karena akan mempercepat perbaikan eksaserbasi,
terutama pada bronkitis kronik dengan sputum
yang viscous. Mengurangi eksaserbasi pada PPOK
bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai
pemberian rutin.
f. Antitusif
Diberikan dengan hati hati
Gejala
Golongan Obat
Tanpa gejala
Gejala intermiten
Dosis
Tanpa obat
Agonis 2
Antikolinergik
Ipratropium bromida
Bila perlu
2 - 4 semprot 3 - 4 x/hari
20 gr
Inhalasi Agonis 2
Fenoterol
kerja cepat
100gr/semprot
salbutamol
2 - 4 semprot 3 - 4 x/hari
2 - 4 semprot 3 - 4 x/hari
100gr/semprot
Terbutalin
2 - 4 semprot 3 - 4 x/hari
0,5gr/semprot
Kombinasi terapi
Prokaterol
2 - 4 semprot
10gr/semprot
3 x/hari
Ipratropium bromid
2 - 4 semprot
20gr+salbutamol
3 - 4 x/hari
100grpersemprot
Pasien memakai Inhalasi
Inhalasi Agonis 2
Formoterol 6gr,
1 - 2 semprot
agonis 2 kerja
12gr/semprot
2 x/hari tidak
dipakai untuk
eksaserbasi )
melebihi 2 x/hari
Atau
timbul gejala pada waktu
salmeterol
25gr/semprot
Teofilin lepas lambat
melebihi 2 x/hari
400 - 800mg/hari
3 - 4 x/hari
Teofilin
mg x 3 - 4x/hari
Anti oksidan
N asetil sistein
600mg/hr
Prednison
30 - 40mg/hr
(uji kortikosteroid)
Metil prednisolon
selama 2mg
Inhalasi
Beklometason 50gr,
1 - 2 semprot
respons positif
Budesonid 100gr,
Kortikosteroid
200 - 400gr
250gr/semprot
Budesonid 100gr,
2 - 4 x/hari
200 - 400gr
250gr,
2x/hari maks
250gr,
2x/hari maks
400gr/semprot
2400gr/hari
400gr/semprot
2400gr/hari
Sebaiknya pemberian
Flutikason
125 - 250gr
kortikosteroid inhalasi
125gr/semprot
2x/hari maks
meskipun mendapat
pengobatan bronkodilator
maksimal
1000gr/hari
IDT * / ISK
*
( gr)
Vial
injeksi
Lama
kerja
(jam)
Antikoliner
gik
Ipratropium
tiotropium
40 80
0,25
0,50
18
68
24
100 200
0,5 2,0
46
Salbutamol
100 200
2,5 5.0
24
46
Terbutalin
250 500
5 10
2,5 5
46
0,03
0,05
0,25 0,5
68
Prokaterol
10
Agonis 2 kerja lama
Formoterol
4,5 12
12
Indacaterol
150 300
24
Obat
IDT * / ISK
*
( gr)
Vial
injeksi
Lama
kerja
(jam)
Terapi Kombiansi
Fenoterol +
Ipratropium
200 + 20
Salbutamol
+
Ipratropium
75 + 15
Flutikason +
Samleterol
50/125 +
25
12
Budesonid +
formoterol
Metilxantin
80/160 +
4,5
12
2,5 +
0,5
48
48
Aminofilin
200
Teofilin LL
***
100 - 400
240
46
Bervariasi,
bisa
sampai 24
jam
3. Terapi Oksigen
Indikasi
- Pao2 < 60mmHg atau Sat O2 < 90%
- Pao2 diantara 55 - 59 mmHg atau Sat O2
> 89% disertai Kor Pulmonal, perubahan P
pullmonal, Ht >55% dan tanda - tanda
gagal jantung kanan, sleep apnea,
penyakit paru lain
4. Ventilasi Mekanik
Ventilasi mekanik dapat dilakukan dengan
cara :
- ventilasi mekanik dengan intubasi
- ventilasi mekanik tanpa intubasi
5. Nutrisi
Malnutrisi sering terjadi pada PPOK,
kemungkinan karena bertambahnya
kebutuhan energi akibat kerja muskulus
respirasi yang meningkat karena hipoksemia
kronik dan hiperkapni menyebabkan terjadi
hipermetabolisme.
Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti
PPOK karena berkolerasi dengan derajat
penurunan fungsi paru dan perubahan analisis
gas darahGangguan ini dapat mengurangi
fungsi diafragma. Dianjurkan pemberian nutrisi
dengan komposisi seimbang, yakni porsi kecil
dengan waktu pemberian yang lebih sering.
6. Rehabilitasi PPOK
Tujuan program rehabilitasi untuk
meningkatkan toleransi latihan dan
memperbaiki kualiti hidup penderita PPOK.
Penderita yang dimasukkan ke dalam
program rehabilitasi adalah mereka yang
telah mendapatkan pengobatan optimal
yang disertai :
- Simptom pernapasan berat
- Beberapa kali masuk ruang gawat darurat
- Kualiti hidup yang menurun
DAFTAR PUSTAKA
Mubin,
Terima kasih