Anda di halaman 1dari 28

ASMA

Oleh: Pinansia Finska Poetri

Pendahuluan
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas
mengalami penyempitan karena hiperaktivitas
terhadap rangsangan tertentu sehingga menimbulkan
peradangan dan penyempitan pada saluran
pernapasan. Penyakit ini dapat timbul pada semua
usia meskipun paling banyak pada anak.
Suatu serangan asma dapat timbul secara tiba-tiba
ditandai dengan nafas yang berbunyi seperti mengi.
Adapun penatalaksanaan asma bertujuan untuk
mengurangi dampak penyakit dan kualitas hidup.

Tinjauan Pustaka
Definisi asma
Asma merupakan sebuah penyakit kronik saluran
napas yang penting dan merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang serius diberbagai negara
didunia. Asma dapat bersifat ringan dan tidak
mengganggu aktivitas, akan tetapi dapat bersifat
menetap dan mengganggu aktivitas bahkan kegiatan
harian. Asma berhubungan dengan dengan
peningkatan kepekaan saluran napas sehingga memicu
episode mengi berulang (wheezing), sesak napas
(breathlessness), dada rasa tertekan (chest tightness),
dispnea, dan batuk (cough) terutama pada malam atau
dini hari.

Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka
Epidemiologi
Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan
dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data
studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai
propinsi di Indonesia. Survei kesehatan rumah tangga
(SKRT) 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5
dari 10 penyebab kesakitan (morbiditi) bersama-sama
dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992,
asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab
kematian (mortaliti) ke-4di Indonesia atau sebesar 5,6
%. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia
sebesar 13/ 1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/
1000 dan obstruksi paru 2/ 1000.

Tinjauan Pustaka
Patogenesis
1. Reaksi inflamasi akut
2. Reaksi inflamasi kronik
3. Airway remodelling

Tinjauan Pustaka
Reaksi Inflamasi Akut
yang dapat menginduksi respons inflamasi akut yang terdiri atas reaksi
asma tipe cepat dan pada sejumlah kasus diikuti reaksi asma tipe
lambat.
Reaksi Asma Tipe Cepat
Alergen akan terikat pada IgE yang menempel pada sel mast dan terjadi
degranulasi sel mast tersebut. Degranulasi tersebut mengeluarkan
preformed mediator seperti histamin, protease dan newly generated
mediator seperti leukotrin, prostaglandin dan PAF yang menyebabkan
kontraksi otot polos bronkus, sekresi mukus dan vasodilatasi.

Reaksi Fase Lambat
Reaksi ini timbul antara 6-9 jam setelah provokasi alergen dan
melibatkan pengerahan serta aktivasi eosinofil, sel T CD4+, neutrofil dan
makrofag.

Tinjauan Pustaka
Reaksi Inflamasi Kronik
Berbagai sel terlibat dan teraktivasi
pada inflamasi kronik. Sel tersebut
ialah limfosit T, eosinofil, makrofag ,
sel mast, sel epitel, fibroblast dan
otot polos bronkus.

Tinjauan Pustaka
Airway Remodelling

Tinjauan Pustaka
Perubahan struktur yang terjadi
Hipertrofi dan hiperplasia otot polos jalan napas
Hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus
Penebalan membran reticular basal
Pembuluh darah meningkat
Matriks ekstraselular fungsinya meningkat
Perubahan struktur parenkim
Peningkatan fibrogenic growth factor
menjadikan fibrosis

Tinjauan Pustaka
Faktor resiko
berbagai faktor dapat membantu
menimbulkan serangan asma bronkial
pada seseorang yang dapat berupa :
imunologik, dimana ditemukan adanya
alergen yang mampu menimbulkan
pembentukan antibodi reagin.
Non-imunologik, dimana tidak
ditemukan alergen.

Tinjauan Pustaka
Faktor resiko
Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus
asma secara spesifik. Menurut mereka,
secara umum pemicu asma adalah:
1. Alergen (Inhalan, ingestan, kontactan).
2. Olahraga.
3. Infeksi bakteri dan jamur.
4. Stress
5. Gangguan pada sinus.

Tinjauan Pustaka
Menurut The Lung Association of
Canada, ada dua faktor yang menjadi
pencetus asma :
1. Pencetus (trigger)
2. Penyebab (inducer)

Tinjauan Pustaka
Klasifikasi Asma
berdasarkan Klasifikasi derajat berat
asma gambaran klinis (Sebelum
Pengobatan)

Derajat Asma
I. Intermiten

Tinjauan Pustaka
Gejala

Bulanan
* Gejala < 1x/minggu

Gejala Malam

* 2 kali sebulan

* Tanpa gejala di luar

APE 80% nilai

serangan

Faal paru

APE 80%
* VEP1 80% nilai prediksi
terbaik

* Variabiliti APE < 20%

* Serangan singkat

II. Persisten Ringan

Mingguan

APE > 80%

* Gejala > 1x/minggu, tetapi < 1x/ hari

* > 2 kali sebulan

* Serangan dapat

* VEP1 80% nilai prediksi


APE 80% nilai terbaik

mengganggu aktiviti

* Variabiliti APE 20-30%

dan tidur

III. Persisten Sedang


Harian
* Gejala setiap hari

APE 60 80%
* > 1x / seminggu

* Serangan mengganggu

* VEP1 60-80% nilai prediksi


APE 60-80% nilai terbaik

aktiviti dan tidur

* Variabiliti APE > 30%

*Membutuhkan
bronkodilator
setiap hari

IV. Persisten Berat


Kontinyu
* Gejala terus menerus
* Sering kambuh
* Aktiviti fisik terbatas

APE 60%
* Sering

* VEP1 60% nilai prediksi


APE 60% nilai terbaik
* Variabiliti APE > 30%

Tinjauan Pustaka
Klasifikasi derajat berat asma pada
penderita dalam pengobatan

Tahapan Pengobatan yang digunakan saat penilaian


Tahap I Intermiten

Tahap 2 Persisten Ringan

Tahap 3 Persisten sedang

Intermiten

Persisten Ringan

Persisten Sedang

Persisten Ringan

Persisten Sedang

Persisten Berat

Persisten Sedang

Persisten Berat

Persisten Berat

Persisten Berat

Persisten Berat

Persisten Berat

Gejala dan Faal paru dalam Pengobatan

Tahap I : Intermiten
Gejala < 1x/ mgg
Serangan singkat
Gejala malam < 2x/ bln
Faal paru normal di luar serangan

Tahap II : Persisten Ringan


Gejala >1x/ mgg, tetapi <1x/ hari
Gejala malam >2x/bln, tetapi <1x/mgg
Faal paru normal di luar serangan

Tahap III: Persisten Sedang


Gejala setiap hari
Serangan mempengaruhi aktiviti dan tidur
Gejala malam > 1x/mgg
60%<VEP1<80% nilai prediksi
60%<APE<80% nilai terbaik

Tahap IV: Persisten Berat


Gejala terus menerus
Serangan sering
Gejala malam sering
VEP1 60% nilai prediksi, atau
APE 60% nilai terbaik

Tinjauan Pustaka
Klasifikasi berat serangan asma akut

Gejala dan

Berat Serangan Akut

Keadaan

Tanda

Ringan

Sedang

Berat

Sesak napas

Berjalan

Berbicara

Istirahat

Posisi

Dapat tidur terlentang

Duduk

Duduk membungkuk

Cara berbicara

Satu kalimat

Beberapa kata

Kata demi kata

Kesadaran

Mungkin gelisah

Frekuensi napas

<20/ menit

20-30/ menit

> 30/menit

Nadi

< 100

100 120

> 120

Bradikardia

Pulsus paradoksus

+ / - 10 20 mmHg

> 25 mmHg

Kelelahan otot

Gelisah

10 mmHg

Gelisah

Mengancam jiwa

Mengantuk, gelisah, kesadaran


menurun

Otot Bantu Napas dan retraksi


suprasternal

Torakoabdominal paradoksal

Mengi

Akhir ekspirasi paksa

Akhir ekspirasi

Inspirasi dan ekspirasi

Silent Chest

APE

> 80%

60 80%

< 60%

PaO2

> 80 mHg

80-60 mmHg

< 60 mmHg

PaCO2

< 45 mmHg

< 45 mmHg

> 45 mmHg

SaO2

> 95%

91 95%

< 90%

Tinjauan Pustaka
Diagnosis
Anamnesis yang baik meliputi riwayat tentang
penyakit/gejala, yaitu:
1. Asma bersifat episodik, sering bersifat reversibel dengan
atau tanpa pengobatan
2. Asma biasanya muncul setelah adanya paparan terhadap
alergen, gejala musiman, riwayat alergi/atopi, dan riwayat
keluarga pengidap asma
3. Gejala asma berupa batuk, mengi, sesak napas yang
episodik, rasa berat di dada dan berdahak yang berulang
4. Gejala timbul/memburuk terutama pada malam/dini hari
5. Mengi atau batuk setelah kegiatan fisik
6. Respon positif terhadap pemberian bronkodilator

Tinjauan Pustaka
Diagnosis
Kelainan pemeriksaan fisik yang paling umum
ditemukan pada auskultasi adalah mengi.
Pada sebagian penderita, auskultasi dapat
terdengar normal walaupun pada pengukuran
objektif (faal paru) telah terdapat
penyempitan jalan napas. Sewaktu
mengalami serangan, jalan napas akan
semakin mengecil oleh karena kontraksi otot
polos saluran napas, edema dan hipersekresi
mukus.

Tinjauan Pustaka
Diagnosis
Faal paru menilai derajat keparahan hambatan
aliran udara, reversibilitasnya, dan membantu
kita menegakkan diagnosis asma. Akan tetapi,
faal paru tidak mempunyai hubungan kuat
dengan gejala, hanya sebagai informasi
tambahan akan kadar kontrol terhadap asma.
Banyak metode untuk menilai faal paru, tetapi
yang telah dianggap sebagai standard
pemeriksaan adalah: (1) pemeriksaan spirometri
dan (2) Arus Puncak Ekspirasi meter (APE).

Tinjauan Pustaka

Pengobatan Asma
Pada prinsipnya pengobatan asma dibagi
menjadi 2 golongan yaitu antiinflamasi
merupakan pengobatan rutin yang
bertujuan mengontrol penyakit serta
mencegah serangan dikenal dengan
pengontrol, dan bronkodilator yang
merupakan pengobatan saat serangan
untuk mengatasi eksaserbasi/ serangan,
dikenal dengan pelega.

Tinjauan Pustaka
Pengobatan Asma
Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang,
terutama untuk asma persisten, yang digunakan
setiap hari untuk menjaga agar asma tetap terkontrol
(PDPI, 2006). Menurut PDPI (2006), pengontrol, yang
sering disebut sebagai pencegah terdiri dari:
1. Glukokortikosteroid inhalasi dan sistemik
2. Leukotriene modifiers
3. Agonis -2 kerja lama (inhalasi dan oral)
4. Metilsantin (teofilin)
5. Kromolin (Sodium Kromoglikat dan Nedokromil
Sodium)

Tinjauan Pustaka
Pengobatan Asma
Pelega adalah medikasi yang hanya
digunakan bila diperlukan untuk cepat
mengatasi bronkokonstriksi dan mengurangi
gejala gejala asma. Prinsip kerja obat ini
adalah dengan mendilatasi jalan napas
melalui relaksasi otot polos, memperbaiki
dan atau menghambat bronkokonstriksi yang
berkaitan dengan gejala akut seperti mengi,
rasa berat di dada, dan batuk.

Tinjauan Pustaka

Pengobatan Asma
Pelega terdiri dari:
1. Agonis -2 kerja singkat
2. Antikolinergik (Ipratropium
bromide)
3. Metilsantin

Kesimpulan
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas
terhadap rangsangan tertentu sehingga menimbulkan peradangan dan penyempitan pada saluran
pernapasan. Penyakit ini dapat timbul pada semua usia meskipun paling banyak pada anak.
Asma didefinisikan menurut ciri-ciri klinis, fisiologis dan patologis. Ciri-ciri klinis yang dominan
adalah riwayat episode sesak, terutama pada malam hariyang sering disertai batuk. Pada
pemeriksaan fisik, tanda yang sering ditemukanadalah mengi.
Patogenesis asma terbagi menjadi inflamasi kronik, akut, dan airway remodeling.
Faktor resiko terjadinya asma dapat berupa factor pejamu dan factor lingkungan.
Diagnosis asma ditegakkan berdasarkan anamnesa yang mengarah ke gejala klinis asma,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan faal paru dengan spirometri.
Klasifikasi asma dapat berdasarkan gejala klinis sebelum pengobatan, pengonbatan, asma akut,
dan asma berdasarkan tingkat terkontrol,
Medikasi asma terdiri atas pengontrol dan pelega.

Daftar Pustaka
Anonim. 2012. Penyakit Asma. http://penyakitasma.com/
(Diakses tanggal 19 Juni 2012)
Dewi, Fitria. 2012. Penatalaksanaan Asma. Yogyakarta.
UMY.
http://www.scribd.com/doc/90368604/REFERAT-asma
( Diakses tanggal 19 Juni 2012)
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006.
ASMA:Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia. Jakarta. PDPI
Anonim.2012. Patofisiologi Asma. Universitas Airlangga.
www.fk.unair.ac.id/docfiles/ASMA%20patol.docx
( Diakses tanggal 19 Juni 2012)

Anda mungkin juga menyukai