Anda di halaman 1dari 21

Definisi Sistem Proteksi

proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada peralatan-peralatan
listrik suatu sistem tenaga listrik, misalnya generator, transformator, jaringan dan lain-lain,
terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri.
Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain: hubung singkat, tegangan lebih,beban
lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain. (untuk jelasnya lihat
artikel: "Keandalan dan Kualitas Listrik")
Dengan kata lain sistem proteksi itu bermanfaat untuk:
1. menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-peralatan akibat gangguan
(kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi perangkat proteksi yang digunakan
maka akan semakin sedikit pengaruh gangguan kepada kemungkinan kerusakan alat.
2. cepat melokalisir luas daerah yang mengalami gangguan, menjadi sekecil mungkin.
3. dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada konsumen dan
juga mutu listrik yang baik.
4. mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.
Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari berbagai tipe gangguan pada suatu lokasi
merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem proteksi secara efektif. Jika
terjadi gangguan pada sistem, para operator yang merasakan adanya gangguan tersebut
diharapkan segera dapat mengoperasikan circuit-circuit Breaker yang tepat untuk
mengeluarkan sistem yang terganggu atau memisahkan pembangkit dari jaringan yang
terganggu. Sangat sulit bagi seorang operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang
mungkin terjadi dan menentukan CB mana yang dioperasikan untuk mengisolir gangguan
tersebut secara manual.
Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat mungkin dilakukan proteksi.
Hal ini perlu suatu peralatan yang digunakan untuk mendeteksi keadaan-keadaan yang tidak
normal tersebut dan selanjutnya menginstruksikan circuit breaker yang tepat untuk bekerja
memutuskan rangkaian atau sistem yang terganggu. Dan peralatan tersebut kita kenal
dengan relay.
Ringkasnya proteksi dan tripping otomatik circuit-circuit yang berhubungan, mempunyai dua
fungsi pokok:
1. Mengisolir peralatan yang terganggu, agar bagian-bagian yang lainnya tetap beroperasi
seperti biasa.
2. Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating), pengaruh gaya-gaya
mekanik dst.
"Koordinasi antara relay dan circuit breaker(CB) dalam mengamati dan memutuskan
gangguan disebut sebagai sistem proteksi".
Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam mempertahankan arus kerja maksimum yang
aman. Jika arus kerja bertambah melampaui batas aman yang ditentukan dan tidak ada

proteksi atau jika proteksi tidak memadai atau tidak efektif, maka keadaan tidak normal dan
akan mengakibatkan kerusakan isolasi. Pertambahan arus yang berkelebihan menyebabkan
rugi-rugi daya pada konduktor akan berkelebihan pula, sedangkan pengaruh pemanasan
adalah sebanding dengan kwadrat dari arus:
H = 1kwadrat.R.t Joules
Dimana;
H = panas yang dihasilkan (Joule)
I = arus listrik (ampere)
R = tahanan konduktor (ohm)
t = waktu atau lamanya arus yang mengalir (detik)
Proteksi harus sanggup menghentikan arus gangguan sebelum arus tersebut naik mencapai
harga yang berbahaya. Proteksi dapat dilakukan dengan Sekering atau Circuit Breaker.
Proteksi juga harus sanggup menghilangkan gangguan tanpa merusak peralatan proteksi itu
sendiri. Untuk ini pemilihan peralatan proteksi harus sesuai dengan kapasitas arus hubung
singkat breaking capacity atau Repturing Capacity.
Disamping itu, sistem proteksi yang diperlukan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Sekering atau circuit breaker harus sanggup dilalui arus nominal secara terus menerus
tanpa pemanasan yang berlebihan (overheating).
2. Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak menyebabkan
peralatan bekerja.
3. Sistem Proteksi harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi cukup lama,
sehingga dapat menyebabkan overheating pada rangkaian penghantar.
4. Sistem Proteksi harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang disebabkan oleh arus
gangguan yang dapat terjadi.
5. Proteksi harus dapat melakukan pemisahan (discriminative) hanya pada rangkaian yang
terganggu yang dipisahkan dari rangkaian yang lain yang tetap beroperasi.
Proteksi overload dikembangkan jika dalam semua hal rangkaian listrik diputuskan sebelum
terjadi overheating. Jadi disini overload action relatif lebih lama dan mempunyai fungsi
inverse terhadap kwadrat dari arus.
Proteksi gangguan hubung singkat dikembangkan jika action dari sekering atau circuit
breaker cukup cepat untuk membuka rangkaian sebelum arus dapat mencapai harga yang
dapat merusak akibat overheating, arcing atau ketegangan mekanik.
Persyaratan Kualitas Sistem Proteksi
Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu perencanaan sistem
proteksi yang efektif, yaitu:
a). Selektivitas dan Diskriminasi
Efektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dari kesanggupan sistem dalam mengisolir

bagian yang mengalami gangguan saja.


b). Stabilitas
Sifat yang tetap inoperatif apabila gangguan-gangguan terjadi diluar zona yang melindungi
(gangguan luar).
c). Kecepatan Operasi
Sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir, semakin besar kemungkinan
kerusakan pada peralatan. Hal yang paling penting adalah perlunya membuka bagian-bagian
yang terganggu sebelum generator-generator yang dihubungkan sinkron kehilangan
sinkronisasi dengan sistem. Waktu pembebasan gangguan yang tipikal dalam sistem-sistem
tegangan tinggi adalah 140 ms. Dimana dimasa mendatang waktu ini hendak dipersingkat
menjadi 80 ms sehingga memerlukan relay dengan kecepatan yang sangat tinggi (very high
speed relaying).
d). Sensitivitas (kepekaan)
Yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat dinyatakan dengan besarnya
arus dalam jaringan aktual (arus primer) atau sebagai prosentase dari arus sekunder (trafo
arus).
e). Pertimbangan ekonomis
Dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis, oleh karena jumlah
feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal saja persyaratan keamanan yang pokok
dipenuhi. Dalam suatu sistem transmisi justru aspek teknis yang penting. Proteksi relatif
mahal, namun demikian pula sistem atau peralatan yang dilindungi dan jaminan terhadap
kelangsungan peralatan sistem adalah vital.
Biasanya digunakan dua sistem proteksi yang terpisah, yaitu proteksi primer atau proteksi
utama dan proteksi pendukung (back up).
f). Realiabilitas (keandalan)
Sifat ini jelas, penyebab utama dari outage rangkaian adalah tidak bekerjanya proteksi
sebagaimana mestinya (mal operation).
g) Proteksi Pendukung
Proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya terpisah dan yang
bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu apabila proteksi utama tidak bekerja
(fail). Sistem pendukung ini sedapat mungkin indenpenden seperti halnya proteksi utama,
memiliki trafo-trafo dan rele-rele tersendiri. Seringkali hanya triping CB dan trafo -trafo
tegangan yang dimiliki bersama oleh keduanya. Tiap-tiap sistem proteksi utama melindungi
suatu area atau zona sistem daya tertentu. Ada kemungkinan suatu daerah kecil diantara zo na
-zona yang berdekatan misalnya antara trafo-trafo arus dan circuit breaker-circuit breaker
tidak dilindungi. Dalam keadaan seperti ini sistem back up (yang dinamakan, remote back
up) akan memberikan perlindungan karena berlapis dengan zona-zona utama.
Pada sistem distribusi aplikasi back up digunakan tidak seluas dalam sistem tansmisi,cukup
jika hanya mencakup titik-titik strategis saja. Remote back up akan bereaksi lambat dan
biasanya memutus lebih banyak dari yang diperlukan untuk mengeluarkan bagian yang
terganggu.
Komponen-Komponen Sistem Proteksi
Secara umum, komponen-komponen sistem proteksi terdiri dari:

1. Circuit Breaker, CB (Sakelar Pemutus, PMT)


2. Relay
3. Trafo arus (Current Transformer, CT)
4. Trafo tegangan (Potential Transformer, PT)
5. Kabel kontrol
6. Catu daya, Supplay (batere)
Rangkuman
Proteksi dan automatic tripping Circuit Breaker (CB) dibutuhkan untuk:
1. Mengisolir peralatan yang terganggu agar bagian-bagian yang lainnya tetap beroperasi
seperti biasa.
2. Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (overheating), pengaruh gaya mekanik
dan sebagainya.
Proteksi harus dapat menghilangkan dengan cepat arus yang dapat
mengakibatkan panas yang berkelebihan akibat gangguan
H = Ikwadrat.Rt Joules
Peralatan proteksi selain sekering adalah peralatan yang dibentuk dalam suatu sistem
koodinasi relay dan circuit breaker
Peralatan proteksi dipilih berdasarkan kapasitas arus hubung singkat Breaking capacity atau
Repturing Capcity.
Selain itu peralatan proteksi harus memenuhi persyaratan, sebagai berikut:
1. Selektivitas dan Diskriminasi
2. Stabilitas
3. Kecepatan operasi
4. Sensitivitas (kepekaan).
5. Pertimbangan eko nomis.
6. Realibilitas (keandalan).
7. Proteksi pendukung (back up protection)

1. Pengertian Proteksi Transmisi Tenaga Listrik

Gambar 1. Gambar jaringan sistem tenaga listrik

Pengertian proteksi transmisi tenaga listrik adalah adalah proteksi yang dipasang pada
peralatan-peralatan listrik pada suatu transmisi tenaga listrik sehingga proses penyaluran
tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik(Power Plant) hingga Saluran distribusi
listrik (substation distribution) dapat disalurkan sampai pada konsumer pengguna listrik
dengan aman. Proteksi transmisi tenaga listrik diterapkan pada transmisi tenaga listrik agar
jika terjadi gangguan peralatan yang berhubungan dengan transmisi tenaga listrik tidak
mengalami kerusakan. Ini juga termasuk saat terjadi perawatan dalam kondisi menyala. Jika
proteksi bekerja dengan baik, maka pekerja dapat melakukan pemeliharaan transmisi tenaga
listrik dalam kondisi bertegangan. Jika saat melakukan pemeliharaan tersebut terjadi
gangguan, maka pengaman-pengaman yang terpasang haurus bekerja demi mengamankan
sistem dan manusia yang sedang melaukukan perawatan.
Tujuan dari sistem proteksi adalah

untuk mengidentifikasi gangguan, memisahkan bagian instalasi yang terganggu dari


bagian lain yang masih normal dan sekaligus mengamankan instalasi dari
kerusakan
atau kerugian yang lebih besar, serta memberikan informasi / tanda
bahwa telah terjadi gangguan, yang pada umumnya diikuti dengan membukanya
PMT.

Pemutus Tenaga ( PMT ) untuk memisahkan / menghubungkan satu bagian


instalasi dengan bagian instalasi lain, baik instalasi dalam keadaan normal maupun
dalam keadaan terganggu. Batas dari bagian-bagian instalasi tersebut dapat terdiri dari
satu PMT atau lebihSedangkan untuk syarat yang harus dimiliki oleh sebuah sistem
proteksi adalah Sensitif : yaitu mampu merasakan gangguan sekecil apapun

1.

Andal : yaitu akan bekerja bila diperlukan (dependability) dan tidak akan
bekerja bila tidak diperlukan (security).

2. Selektif : yaitu mampu memisahkan jaringan yang terganggu saja.


3.

Cepat : yaitu mampu bekerja secepat-cepatnya

Proteksi ini berbeda dengan pengaman. Jika pengaman suatu sistem berarti system tersebut
tidak merasakan gangguan sekalipun. Sedangkan proteksi atau pengaman sistem, sistem
merasakan gangguan tersebut namun dalam waktu yang sangant singkat dapat diamankan.
Sehingga sistem tidak mengalami kerusakan akibat gangguan yang terlalu lama. Gangguan
pada transmisi tenaga listrik dapat berupa :
1.

GANGGUAN SISTEM

Gangguan sistem adalah gangguan yang terjadi di sistem tenaga listrik seperti pada
transformator, reaktor, kapasitor, busbar, SUTT, SKTT, SUTET dan lain sebagainya.
Gangguan sistem dapat dikelompokkan sebagai gangguan permanen dan gangguan temporer.
2.

GANGGUAN NON SISTEM

Gangguan non sistem adalah gangguan bukan pada sistem, jenis nya antara lain kerusakan
komponen relai, kabel kontrol terhubung singkat dan interferensi / induksi pada kabel
kontrol.
Dan untuk jenis tipe gangguan pada sistem proteksi terdiri dari

Gangguan Fasa

Terhubungnya dua fasa atau lebih, secara langsung atau tidak.Meliputi gangguan hubung
singkat dua fasa dan tiga fasa.Hubung singkat ditandai dengan:
-

Turunnya tegangan sistem jaringan.

Kenaikan arus dalam waktu yang sangat pendek

Gangguan Tanah

Terhubungnya satu fasa atau lebih dengan tanah, secara langsung atau tidak langsung. (tiang,
badan trafo, selubung timah kabel).

2. Relay Proteksi

Gambar 2. Skema diagram relay proteksi

ELEMEN PEMBANDING

Elemen ini berfungsi menerimabesaran setelah terlebih dahulu besaran itu diterima oleh
elemen pengindera untukmembandingkan besaran listrikpada saat keadaan normal
denganbesaran arus kerja relai.

ELEMEN PENGINDERA

Elemen ini berfungsi untukmerasakan besaran-besaran listrik,seperti arus, tegangan,


frekuensi,dan sebagainya tergantung relai yang dipergunakan.
Pada bagian ini besaran yang masuk akan dirasakan keadaannya,apakah keadaan yang
diproteksi itu mendapatkan gangguan atau dalam keadaan normal, untuk selanjutnya besaran
tersebut dikirimkan keelemen pembanding.

ELEMEN PENGUKUR

Elemen ini berfungsi untuk mengadakan perubahan secara cepet pada besaran ukurnya dan
akan segera memberikan isyarat untuk membuka PMT atau memberikan sinyal.
Relay adalah Sebuah alat yang bertugas menerima/mendeteksi besaran tertentu untuk
kemudian mengeluarkan perintah sebagai tanggapan (respons) atas besaran yang
dideteksinya.
Berdasarkan cara mendeteksi besaran:
a)

Relay Primer; besaran yang dideteksi misalnya arus, dideteksi secara langsung.

b) Relay Sekunder; besaran yang dideteksi, melalui alat-alat bantu misalnya trafo arus/trafo
tegangan
Konstruksi Relay terdiri dari dua bagian utama yaitu kumparan magnit dan kumparan
induksi

3. Jenis-jenis Relay

a)

Relay Arus Lebih

Merupakan rele Pengaman yang bekerja karena adanya besaran arus dan terpasang
pada Jaringan Tegangan tinggi, Tegangan menengah juga pada pengaman Transformator
tenaga. Rele ini berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik akibat adanya gangguan
phasa-phasa.
Jenis Relay Arus Lebih:
3.

Relay invers; waktu kerjanya tergantung kepada besarnya arus hubung


singkat, makin besar makin cepat. Pada koordinasi antara relay-relay invers
berlaku koordinasi arus dan waktu sekaligus.

4.

Relay Cepat; digunakan dalam kombinasi dengan relay definit/invers apabila


diperlukan waktu kerja yang lebih cepat misalnya jika terjadi gangguan
dengan arus hubung singkat besar.

5.

Relay Definit; bekerjanya tidak tergantung kepada besarnya arus hubung


singkat yang melaluinya. Waktu kerjanya disetel tertentu dan biasanya
dikoordinasikan dengan waktu kerja pengaman didepan dan dibelakangnya.

Gambar 3. Bentuk fisik dari relay arus lebih


b)

Relay Diffrensial

Relay Differensial pada prinsipnya adalah sama saja dengan relay arus lebih hanya saja lebih
peka karena harus bekerja terhadap arus yang kecil. Perbedaan dengan relay arus lebih
terletak pada rangkaian listrik yang bertugas mendeteksi arus.

Gambar 4. Skema dan bentuk fisik relay diffrensial


c. Relai gangguan tanah terbatas
Rele Gangguan Tanah Terbatas ini berfungsi untuk mengamankan transformator terhadap
tanah didalam daerah pengaman transformator khususnya untuk gangguan didekat titik netral
yang tidak dapat dirasakan oleh RELE differential, yang disambung ke instalasi trafo arus
( CT ) dikedua sisi.

Gambar 5. Single diagram Rele Gangguan Tanah Terbatas

d. Relai Bucholtz
Rele Bucholtz berfungsi untuk mendeteksi adanya gas yang ditimbulkan oleh loncatan
( bunga ) api dan pemanasan setempat dalam minyak transformator. Penggunaan rele deteksi
gas (Bucholtz) pada Transformator terendam minyak yaitu untuk mengamankan
transformator yang didasarkan pada gangguan Transformator seperti : arcing, partial
discharge, over heating yang umumnya menghasilkan gas.

Gambar 6. Bentuk fisik dari relai Bucholtz


e. Relai jansen
Relai Jansen berfungsi untuk mengamankan pengubah tap (tapchanger) dari transformator.

Tap changer adalah alat yang terpasang pada trafo,berfungsi untukmengatur


tegangan keluaran (sekunder) akibat beban maupun variasitegangan pada sistem
masukannya (input).

Tap changer umumnya dipasang pada ruang terpisah dengan ruang untuk tempat
kumparan,dimaksudkan agar minyak tap changer tidak bercampur dengan minyak
tangki utama.

Untuk mengamankan ruang diverter switch apabila terjadi gangguan pada sistem
tap changer ,digunakan pengaman yang biasa disebut :RELE JANSEN (bucholznya
Tap changer).

Jenis dan tipe rele jansen bermacam-macam bergantung pada merk Trafo: misalnya
RS 1000,LF 15,LF 30.

Rele jansen dipasang antara tangki tap changer dengan konservator minyaktap
changer.

Gambar 7. Bentuk fisik dari relai Jensen

F. Relai zero sequenze current


Konstruksi dan prinsif kerjanya adalah seperti relay arus lebih, hanya rangkaian arusnya
yang bertugas mendeteksi arus zero sequenze yang berbeda. Juga karena arus zero sequenze

ini ordenya lebih kecil maka relay arus zero sequenze ini juga harus lebih peka dari relai arus
lebih.

Dalam keadaan normal maka arus dalam setiap fasa IR, IS, dan ITsama besarnya (Simetris)
masing-masing berbeda fasa 1200 , sehingga arus melewati kumparan Zo =0. tetapi apabila
ada gangguan hubung tanah maka keadaan arus setiap fasa tidak simetris lagi dan
mengalirkan komponen arus urutan nol lewat kumparan Zo sehingga relai arus zero Sequenze
bekerja.

Gambar 8. Rangkaian arus relai zero sequencec cureent dan diagram vektornya

G. Relai tekan lebih


Rele Tekanan Lebih ini berfungsi mengamankan tekanan lebih pada
transformator, dipasang pada transformator tenaga dan bekerja dengan menggunakan
membrane.Tekanan lebih terjadi karena adanya flash over atau hubung singkat yang timbul
pada belitan transformator tenaga yang terendam minyak, lalu berakibat decomposisi dan
evaporasi minyak, sehingga menimbulkan tekanan lebih pada tangki transformator.

Gambar 9. Bentuk fisik dari relai tekan lebih

H. Relai Impedansi

Relay impedansi disebut juga relay jarak atau impedance relay atau Distance
relay. Disebut relay impedansi karena mendeteksi impedansi tapi disebut relay jarak karena
bersifat mengukur jarak. Rele ini mempunyai beberapa karaktristik seperti mho,
quadralateral, reaktans, dll. Sebagai unit proteksi relai ini dilengkapi dengan pola teleproteksi
seperti putt, pott dan blocking. Jika tidak terdapat teleproteksi maka rele ini berupa step
distance saja

I.

Directional Comparison Relay.

Relai penghantar yang prinsip kerjanya membandingkan arah gangguan, jika kedua relai
pada penghantar merasakan gangguan di depannyamaka relai akan bekerja. Cara kerjanya ada
yang menggunakan directional impedans, directional current dan superimposed

Gambar 11. Gambar single line diagram directional comparison relai

J. Relai hubung tanah (GFR)


Rele hubung tanah merupakan rele Pengaman yang bekerja karena adanya besaran arus dan
terpasang pada jaringan Tegangan tinggi,Tegangan menengah juga pada pengaman
Transformator tenaga.

Gambar 12. Diagram Pengaman arus lebih dengan 3 OCR + GFR

K. Circuit Breaker (CB)


Circuit Breaker (CB) adalah salah satu peralatan pemutus daya yang berguna untuk
memutuskan dan menghubungkan rangkaian listrik dalam kondisi terhubung ke beban secara
langsung dan aman, baik pada kondisi normal maupun saat terdapat gangguan. Berdasarkan
media pemutus listrik / pemadam bunga api, terdapat empat jenis CB sbb:
1. Air Circuit Breaker (ACB), menggunakan media berupa udara.
2. Vacuum Circuit Breaker (VCB), menggunakan media berupa vakum.
3. Gas Circuit Breaker (GCB), menggunakan media berupa gas SF6.
4. Oil Circuit Breaker (OCB), menggunakan media berupa minyak.
Berikut ini adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu peralatan untuk menjadi
pemutus daya :
a. Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara kontinu.
b. Mampu memutuskan atau menutup jaringan dalam keadaan berbeban ataupun dalam
keadaan hubung singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus daya itu sendiri.
c. Mampu memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi.

L. Relay Suhu
Relay ini digunakan untuk mengamankan transformator dari kerusakan akibat adanya suhu
yang berlebihan. Ada 2 macam relay suhu pada transformator, yaitu :

a. Relay Suhu Minyak


Relay ini dilengkapi dengan sensor yang dipasang pada minyak isolasi transformator. Pada
saat transformator bekerja memindahkan daya dari sisi primer ke sisi sekunder, maka akan
timbul panas pada minyak isolasi, akibat rugi daya maupun adanya gangguan pada
transformator.

b. Relay Suhu Kumparan


Relay ini hampir sama dengan relay suhu minyak. Perbedaannya terletak pada sensornya.
Sensor relay suhu kumparan berupa elemen pemanas yang dialiri arus dari transformator arus
yang dipasang pada kumparan-kumparan transformator.

Gambar 13. Rangakaian relai suhu

Tutorial ETAP Power station 7.00 KOORDINASI PROTEKSI


24 AUGUST 2015MISS ENGINEER
Suatu sistem tenaga listrik dituntut kehandalannya setinggi mungkin dengan meminimalisisr
kemungkinan terjadinya gangguan. Dari segi sirkuit listrik, gangguan tersebut umumnya
berupa hubung singkat (short circuit) akibat dari kegagalan isolasi. Hubung singkat
menyebabkan arus yang mengalir besarnya berlipat kali arus normal dan mungkin pula
disertai timbulnya busur api listrik (arcing). Keduanya akan merusak peralatan listrik yang
bersangkutan apabila terlambat dihentikan. Arus hubung singkat yang besar juga
membahayakan setiap peralatan yang dilaluinya.
Adalah menjadi tugas rele untuk mengetahui (mendeteksi) adanya gangguan tersebut lalu
memerintahkan peralatan pemutus (circuit breaker) untuk mengisolasi peralatan yang
mengalami gangguan secara cepat. Pada percobaan modul 6 ini akan disimulasikan
koordinasi proteksi dengan menggunakan rele arus lebih dari sistem distribusi yang
sederhana.
Rele Arus Lebih
Rele arus lebih (overcurrent relay) sangat banyak digunakan untuk proteksi arus lebih pada
jaringan distribusi primer di ujung awal feeder tegangan menengah (TM), dan juga digunakan
sebagai proteksi terhadap arus lebih pada gangguan tanah. Rele ini memerlukan masukan
berupa arus dari saluran yang diproteksi yang diperoleh melalui trafo arus (CT). Elemen
perbandingan (comparator) di dalam relay membandingkan arus ini terhadap sebuah nilai
batas/nilai setting, dimana relay akan bekerja (trip) kalau arus masukannya melampaui nilai
setting tersebut.
Dibutuhkan tenggang waktu yang berbeda-beda, sejak arus lebih itu mulai terdeteksi sampai
saatnya relay harus trip. Ada yang harus dengan tundaan waktu (delayed trip), tergantung
pada:
1. Besar arus gangguan yang terdeteksi
2. Lokasi relay atau posisi relay tersebut terhadap relay lainnya.

SLD Koordinasi Proteksi


Untuk menjalankan simulasi proteksi maka diperlukan pensettingan komponen proteksi pada
SLD yaitu rele, CT, serta CB.
Setting CT 1

1. Isi data ratio primer/sekunder CT


2. Pilih kelas CT misal 5P10 yang artinya error CT nya maksimum 5% jika kelipatan
arus nominal CT (accuracy limit factor) tidak melebihi 10 kali lipat.
3. Isi beban burden

Setting Relay A

1. Pilih menu OCR, kemudian klik library untuk memilih pabrikan rele, model dan
fungsi rele yang pada kasus ini sebagai OCR
2. Pilih jenis kurva rele, waktu pickup serta time dial.

Setting CB 23
Untuk mengatur CT, Rele, dan CB lainnya langkahnya sama saja, tergantung nilai
setting peralatannya saja.
Menjalankan Simulasi Koordinasi Proteksi

1. Pilih

menu start-protective divice coordination

2. Pilih menu Fault-insertion sebagai simulasi gangguan kemudian arahkan ke bus yang
dipilih sebagai titik yang mengalami gangguan.
3. Jika dilihat hasil simulasi maka sudah benar karena jika terjadi gangguan di bus tp 21
maka yang harus bekerja duluan adalah CB 26 kemudian jika gagal maka CB 23 yang
bekerja. Artinya setting nilai pada peralatannya sudah tepat.
4. Jika terjadi gangguannya di bus tp 19 maka yang harus bekerja adalah CB 23.
5. Untuk melihat grafik rele serta kurva ketahan trafo caranya dengan mege-blok dari
CB 23 sampai bus tp 21, kemudian pilih menu create start view

2.2 Analisis Hubung Singkat Terhadap Kemampuan Kabel


Pengaturan jenis kabel sejatinya telah diatur didalam beberapa standar. Untuk di Indonesia,
standar yang sering digunakan adalah standar PLN (SPLN). Sedangkan standar yang
mengatur tentang KHA konduktor adalah SPLN 64:1985. Pada Tabel 1 dibawah ini
merupakan standar KHA koduktor AAAC berdasarkan SPLN 64:1985
Tabel VIII. Tabel 1. Standar KHA konduktor AAAC berdasarkan SPLN 64:1985

Saat terjadi hubung singkat pada saluran tenaga listrik, suhu konduktor akan
naik karena arus sesaat akibat hubung singkat tersebut. Batas kenaikan suhu
yang diperbolehkan untuk konduktor kawat alumunium alloy adalah 150 C. Nilai
arus gangguan hubung singkat yang memiliki hubungan dengan batas suhu ini
disebut kapasitas penyaluran sesaat. Kapasitas penyaluran sesaat akan
berkaitan dengan waktu ketahanan konduktor terhadap kenaikan suhu akibat
gangguan hubung singkat tersebut. Untuk mengetahui ketahanan konduktor
dapat dihitung dengan persamaan berikut.

Anda mungkin juga menyukai