Anda di halaman 1dari 9

PERHITUNGAN PELAT LANTAI

1. Tinjauan Umum
Sebagai calon engineer sipil, seorang mahasiswa harus dapat merencanakan dan
menghitung suatu struktur baik itu beton, baja, maupun kayu. Banyak aspek yang
perlu dipertimbangkan dalam merencanakan suatu struktur bangunan, antara lain :
kekuatan struktur, kesulitan pekerjaan, tersedianya material dan alat, waktu
pekerjaan, serta biaya pelaksanaan. Perencana harus teliti dalam menghitung
perencanaan struktur agar nantinya bangunan aman dalam menerima pembebanan.
Pada bagian ini akan dibahas dan ditinjau masalah hitungan perencanaan elemen
struktur yaitu pelat. Di mana hasil perhitungan akan dibandingkan dengan hasil
pelaksanaan di lapangan. Dari hasil perbandingan ini kemudian dilakukan
pembahasan sesuai dengan kondisi di proyek.

2. Dasar Perencanaan
Sebagai dasar perencanaan digunakan standar tata cara yang berlaku di Indonesia,
antara lain :
a. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
(SNI 03-2847-2002).
b. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung
(SNI 03-1729-2002).
c. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung
(SNI 03-1726-2002).

3. Pelat
Metode yang digunakan dalam analisis pelat lantai di Indonesia adalah sebagai
berikut :
a. Beban terdiri dari beban hidup dan beban mati.
b. Asumsi perletakan adalah tertumpu bebas pada tumpuan tepi.
c. Analisis struktur sesuai tabel dan grafik Gideon H Kusuma.
d. Analisis tampang beton bertulang sesuai SNI 03-2847-2002.

4. Metode Analisis
4.1. Data Perencanaan Pelat
Denah lantai 8 (delapan) proyek pembangunan Grand Aston Yogyakarta Hotel and
Convention Center dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Pelat yang ditinjau


1

T= 120 mm
SFL 23.950

D10-200

D10-200

D10-200

D10-200

Gambar 5.1. Denah Lantai 8

Pada denah plat lantai delapan proyek pembangunan Grand Aston Yogyakarta Hotel
and Convention Center

seluruh pelat sama baik ketebalannya maupun jumlah

penulangannya, oleh karena itu untuk pengecekan perhitungan hanya diambil


sebagian dari denah tersebut, yaitu: Lantai delapan As F-G/6-9 dapat dilihat pada
Gambar 5.2.

T= 120 mm
SFL 23.950
D10-200

D10-200

D10-200

D10-200

Pelat yang ditinjau

Gambar 5.2. Denah Plat Lantai 8 As F-G/6-9


Pelat lantai yang ditinjau pada proyek ini mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

Tebal pelat lantai : 120 mm

Tebal keramik

: 20 mm

Tebal spesi

: 20 mm

Berat jenis beton : 2,4 t/m3

Berat jenis pasir : 1,6 t/m3

Berat jenis spesi : 2,1 t/m3

4.2 Perhitungan Pelat Lantai


Pelat lantai tipe II ukuran 4 m x 5,1 m seperti yang terlihat pada Gambar 5.2

Keterangan :
Ly = 5,1 m

: Tumpuan jepit

Lx = 4 m
Gambar 5.3. Pelat Lantai Tipe II
Kontrol arah penulangan :
Ly
< 2,0
Lx

5,1
< 2,0
4
1.275 < 2,0 maka termasuk pelat dua arah.
Perhitungan Pembebanan
Beban Mati (qD)
Beban sendiri pelat

: 0,12 x 2400 = 288 kg/m2

Spesi pasangan

: 0,02 x 2100 = 42 kg/m2

Tegel keramik

: 0,02 x 2400 = 48 kg/m2

Berat plafond

= 30 kg/m2 +
408 kg/m2

Beban hidup (qL) = 250 kg/m2


Beban berfaktor (qU)
Untuk tinjauan 1m lebar qD = 480 kg/m2 dan qL = 250 kg/m2
qU

= 1,2 x qD + 1,6 qL
= (1,2 x 408) + (1,6 x 250)
= 889,6 kg/m2
= 0,890 t/m2

Pembatasan tulangan pelat


Pembatasan tulangan pelat didasarkan pada teori kekuatan batas :

b =

0,85. . fc
600

fy
600 fy
0,85 0.85 30
600
= 0.6542

400
600 400

max = 0,75 b

= 0,4906
min = 0,0025 (untuk pelat)

Perhitungan momen pelat


Pada kasus ini pelat yang ditinjau merupakan tumpuan jepit. Tebal minimum didapat
120 mm dari Tabel 10. Tabel Minimum Pelat tanpa Balok Interior (SNI 03-28472002). Adapun data sebagai berikut :
Tebal pelat (h)

: 120 mm

Tebal selimut beton (p) :

20 mm

Tulangan rencana

: D10

Ly

: 5100 mm

Lx

: 4000 mm

Ly / Lx

: 1,275

Momen pelat dihitung berdasarkan harga perbandingan Ly /Lx dan interpolasi


koefisien-koefisien pengali pada tabel perhitungan beton bertulang (Gideon H
Kusuma, hal 25):
M1x = 0,001.qU.Lx2.X = 0,001 . 0,890. 42 . 49

= 0,697 tm

M1y = 0,001.qU.Lx2.X = 0,001 . 0,890. 42 . 38

= 0,541 tm

Mtx = 0,001.qU.Lx .X = 0,001 . 0,890. 4 . 67,75

= 0,964 tm

Mty = 0,001.qU.Lx2.X = 0,001 . 0,890. 42 . 56,75

= 0,808 tm

Mtx = M1x

= . 0,697

= 0,484 tm

Mty = M1y

= . 0,541

= 0,271 tm

Perhitungan penulangan pelat


Tinggi efektif pelat :
dx = h p 0,5.tulangan
= 120 20 0,5 . 10
= 95 mm
dy = h p tulangan 0,5.tulangan

= 120 20 10 0,5 . 10
= 85 mm
Keterangan :
tulangan

: diameter tulangan arah x dan y

: tebal pelat (120 mm)

: tebal selimut beton (20 mm)

Gambar penulangan plat lantai dua dapat dilihat pada Gambar 5.4.

h = 120 mm

dy = 85 mm

dx = 95 mm

p = 20 mm

Gambar 5.4. Penulangan Pelat Lantai 8


Tulangan Lapangan Arah X

b = 1000 mm ; dx = 95 mm
Mu = M1x = 0,697 tm = 0,697.107 Nmm
Mn =

Mu

0,697.10 7
= 0,8713.107 Nmm
0,8

Rn =

0,8713.10 7
Mn
=
= 0,9654
b.d 2
1000.95 2

m=

400
fy
=
= 15,6863
0,85. fc
0,85 30

1
2.m.Rn
1 1

m
fy

1
2 15,6863 0,9654
1 1

15,6863
400

= 0,00246
< max digunakan tulangan tunggal
< min digunakan min = 0,0025

As perlu = 0,0025.b.d = 0,0025 x 1000 x 95 = 237,5 mm2

ntulangan =

As perlu
1 / 4. .d

237 ,5
= 3,02 4 buah
1 / 4. .10 2

jarak tulangan = S = 1000 = 250 mm


4

Dipakai tulangan D 10 250


As ada = 0,25..102.

1000
= 314,16 mm2 > 237,5 mm2 (memenuhi syarat)
250

Tulangan Lapangan Arah Y

b = 1000 mm ; dx = 85 mm
Mu = M1y = 0,541 tm = 0,541.107 Nmm
Mn =

Mu

0,541.10 7
=
= 0,676.107 Nmm
0,8

Rn =

0,676.10 7
Mn
=
= 0,9356
b.d 2
1000.85 2

m=

400
fy
=
= 15,6863
0,85. fc
0,85 30

1
2.m.Rn
1 1

m
fy

1
2 15,6863 0,9356

1 1

15,6863
400

= 0,00238
< max digunakan tulangan tunggal
< min digunakan min = 0,0025

As perlu = 0,0025.b.d = 0,0025x 1000 x 85 = 212,5 mm2


ntulangan =

As perlu

1 / 4. .d

212 ,5
= 2,7 3 buah
1 / 4. .10 2

jarak tulangan = S = 1000 = 333 300 mm


3

Dipakai tulangan D 10 300 mm


As ada = 0,25..102.

1000
= 261,8 mm2 > 212,5 mm2 (memenuhi syarat)rat)
300

Tulangan Tumpuan Arah X

b = 1000 mm ; dx = 95 mm
Mu = Mtx = 0,964 tm = 0,964 .107 Nmm
Mn =

Mu

0,964.10 7
=
= 1,205.107 Nmm
0,8

1,205.10 7
Mn
=
= 1,3352
b.d 2
1000.95 2

Rn =
m=

400
fy
=
= 15,6863
0,85. fc
0,85 30

1
2.m.Rn
1 1

m
fy

2 15,6863 1,3352
1

1 1

15,6863
400

= 0,00343
< max digunakan tulangan tunggal
> min digunakan = 0,00343

As perlu = 0,00343.b.d = 0,00343 x 1000 x 95 = 325,8775 mm2


ntulangan =

As perlu

1 / 4. .d

jarak tulangan = S =

325 ,8775
= 4,15 5 buah
1 / 4. .10 2

1000
= 200 mm
5

Dipakai tulangan D 10 200 mm


As ada = 0,25..102.

1000
= 392,699 mm2 > 325,8775 mm2 (memenuhi syarat)
200

Tulangan Tumpuan Arah Y

b = 1000 mm ; dx = 115 mm
Mu = Mty = 0,808 tm = 0,808.107 Nmm
Mn =

Mu

0,808.10 7
= 1,01. 107 Nmm
0,8

1,01.10 7
Mn
Rn =
=
= 1,3979
b.d 2
1000.85 2

m=

400
fy
=
= 15,6863
0,85. fc
0,85 30

1
2.m.Rn
1 1

m
fy

2 15,6863 1,3979
1

1 1

15,6863
400

= 0,0036
< max digunakan tulangan tunggal
> min digunakan =0,0036

As perlu = 0,0036.b.d = 0,0036 x 1000 x 85 = 306 mm2


ntulangan =

As perlu

1 / 4. .d

306
= 3,896 4 buah
1 / 4. .10 2

jarak tulangan = S = 1000 = 250 mm


4

Dipakai tulangan D 10 250 mm


As ada = 0,25..102.

1000
= 314,16 mm2 > 306 mm2 (memenuhi syarat)
250

Pada pelaksanaan digu


5. Kesimpulan

Dari analisis hitungan tulangan pelat diatas kemudian dibandingkan dengan


pelaksanaan di lapangan seperti pada Tabel 5.1. berikut :
Tabel 5.1. Hasil Hitungan Analisis Pelat
Jenis penulangan

Hasil hitungan

Pelaksanaan di Lapangan

Lapangan arah x
Lapangan arah y
Tumpuan arah x
Tumpuan arah y

D 10-250
D 10-300
D 10-200
D 10-250

D 10-200
D 10-200
D 10-200
D 10-200

Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan pelat pada Lantai 8
sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia, bahkan diestimasikan lebih
besar, hal ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan dalam pengerjaan dan
memberikan jarak aman untuk menghindari kesalahan manusia pada saat
pemasangan yang tidak sesuai dengan shop drawing yang ada.

Anda mungkin juga menyukai