Anda di halaman 1dari 6

Borang Portofolio

Nama Peserta
Nama Wahana
Topik
Tanggal (kasus)
Nama Pasien
Tanggal Presentasi

: dr. Aprilia Christisiwi


: Puskesmas Perawatan Sungai Kupang
: Lepra
: 19 Maret 2015
: Ny. M
No. RM
:
:
Nama Pendamping : dr. Noventius L. Tobing,
: Puskesmas
M. M.
Tempat Presentasi
Perawatan
Sungai Kupang
Obyektif Presentasi
:
Keilmuan
Keterampilan Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
: Wanita berusia 70 tahun datang dengan keluhan luka pada jari
Deskripsi
kaki kanan yang tidak sembuh.
Tujuan
: Diagnosis dan penatalaksanaan Lepra
Tinjauan
Bahan Bahasan
Riset
Kasus Audit
Pustaka
Cara Membahas
Diskusi
Presentasi dan Diskusi
Email Pos
Data Pasien
Nama : Ny. M
Nomor Registrasi
:
Nama klinik : Puskesmas Perawatan Sungai
Telp
:
Terdaftar sejak :
Kupang
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/gambaran klinis
Pasien datang dengan keluhan luka pada kaki kanan tidak sembuh selama setengah bulan.
Mati rasa pada ektremitas atas dan bawah. Pasien mempunyi riwayat terluka oleh api namun
dinyatakan tidak terasa. Terdapat panu disekujur tubuh.
2. Riwayat pengobatan

: luka pada kaki diberikan obat tradisional.


: pasien menyangkal penyakit diabetes mellitus atau
3. Riwayat kesehatan/penyakit
hipertensi
: tidak mempunyai riwayat penyakit yang sama pada
4. Riwayat keluarga
keluarga
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (rumah, lingkungan, pekerjaan) pasien adalah pedagang
keliling. Tinggal bersama ade kandung dalam satu rumah.
7. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
: baik
Kesadaran
: CM
Tanda-tanda vital
TD
: 130/90 mmHg
Nadi
: 88 x/menit, reguler
RR
: 22 x/menit
T
: 36.7 oC
Pemeriksaan Fisik
Kepala & wajah
Normosefali

Borang Portofolio

Deformitas (-)
Mata
Konjungtiva anemis -/ Sklera ikterik -/ Pupil bulat isokor, 3 mm/3 mm, refleks cahaya +/+
Kelopak mata cekung (-)
Telinga
MAE lapang
Serumen -/ Sekret -/ Membran timpani intak +/+
Hidung
Septum nasi di tengah
Sekret +/+, berwarna bening, konsistensi encer
Mulut
Mukosa bibir dan oral basah
Faring hiperemis
Leher
Trakea di tengah
Pembesaran tiroid (-)
KGB tidak teraba
Cor
I : iktus kordis tidak tampak
P : iktus kordis tidak teraba
P : dbN
A : BJ I dan II reguler, murmur -, gallop Pulmo
I : gerakan napas simetris statis & dinamis, retraksi (-)
P : gerak napas simetris statis & dinamis
P : sonor pada kedua lapang paru
A : bunyi napas vesikuler +/+, rh -/-, wh -/ Abdomen
I : datar, venektasi (-)
P : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar,
ballotement -/-,
P : timpani di seluruh kuadran, shifting dullness (-)
A : BU : normal
Ektremitas
Akral hangat, CRT <2 detik, edema -/-/-/: (diberi contoh, memakai sistem HARVARD, VANCOEVER,
Daftar Pustaka
atau MEDIA ELEKTRONIK)
Eichelmann, K., Gonzales, S. G., Salas-Alanis, J., & Ocmpo-Candiani, J. (2013). Leprosy. An
Update: Definition, Pathogenesis, Clssification, Diagnosis, and Treatment. Actas
Dermosifilogr , 554-563.

Borang Portofolio

Nascimento, O. J. (2013; 71 (9-B)). Leprosy Neuropathy: Clinical Presentations. Arq


Neuropsiquiatr , 661-66.
The International Federation of Anti-Leprosy Associations . (2001). Bagaimana Mendiagnosis
dan Mengobati Lepra. Panduan Belajar Satu , 1-14.
Hasil Pembelajaran
:
1. Diagnosis dan tatalaksana lepra

Borang Portofolio

Rangkuman hasil pembelajaran dan portofolio


1. Subyektif

Pasien datang pada keluhan luka pada telapak kaki kiri yang tidak
sembuh-sembuh sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan disertai mati rasa pada
daerah ujung kaki dan tangan serta munculnya bintik putih pada
punggung yang tidak gatal. Pasien menyangkal adanya keluhan sering
buang air kecil, cepat lapar, ataupun cepat haus. Tidak terdapat riwayat
diabetes atau hipertensi sebelumnya dan keluarga tidak mempunyai
keluhan yang sama.
2. Obyektif
KU : baik
Kes : CM
UKK : terdapat ulkus dengan dasar eritema dengan batas tegas
berukuran kurang lebih diameter 4 cm, nyeri tekan. Pada
punggung terdapat lesi hipopigmentasi, tidak berskuama,
terdapat anastesi ditengahnya.
Pembesaran nervus ulnaris (+), reflex fisiologis (+), reflex patologis
(-), kekuatan motorik dalam batas normal, sensorik sentuh,
nyeri (-)
3. Assessment
Pasien ini menderita suspek penyakit lepra atau kusta dengan tipe
MB dikarenakan ditemukan lesi hipopigmentasi lebih dari 5 lesi, anastesi
yang jelas pada seluruh ekstremitas, dan ditemukannya pembesaran
nervus lebih dari satu cabang. Penyakit kusta merupakan salah satu
penyakit menular kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae
yang merupakan bakteri intraseluler obligat yang menyerang saraf perifer
sebagai afinitas pertama, lalu kulit, mukosa traktus respiratoris bagian
atas kemudian ke organ lain (sistem retikulo endothelial, mata, otot,
tulang, dan testis), kecuali sistem saraf pusat.
Sumber infeksi adalah penderita dengan banyak basil yaitu
multibasiler. Klasifikasi lepra berdasar Ridley Ropping dibagi menjadi
tuberkuloid-tuberkuloid (TT), Borderline tuberkuloid (BT), Borderline
borderline (BB), lepramatosa lepramatosa (LL). Klasifikasi Kusta
berdasar WHO dibagi menjadi tipe Paucibacillary Baciler (PB) dan
Multibacillary baciler (MB). Perbedaan antara tipe PB dan MB, yaitu
berdasar bercak kusta PB jumlah 1 sampai 5 lesi, MB jumlah lebih dari 5
lesi. PB penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi
berjumlah 1 saraf, MB satu saraf atau lebih. Sedian apusan pada tipe PB,
BTA negative, sedangkan MB bersedia BTA positif.
Saraf yang terkena dapat syaraf sensorik (anastesi, reflex kornea
berkurang), motorik (kekuatan otot tangan dan kaki berkurang, atrofi
otot), ataupun otonom (gangguan kelenjar keringat, minyak)

Borang Portofolio

Mekanisme penularan kusta yang tepat belum diketahui, namun


beberapa menyatakan bahwa seperti adanya kontak dekat dan penularan
dari udara.
Mycobacterium leprae masuk ke dalam tubuh manusia masa
sampai timbulnya gejala dan tanda adalah sangat lama dan bahkan
bertahun-tahun, masa inkubasinya bisa 3-20 tahun. Sering kali penderita
tidak menyadari adanya proses penyakit di dalam tubuhnya. Umumnya
penduduk yang tinggal di daerah endemis mudah terinfeksi, namun
banyak orang punya kekebalan alamiah dan tidak menjadi penderita kusta
(Agusni, 2001). Kemampuan adesi tersebut merupakan cara invasi basil
kusta pada perineum, sel schwnn sendiri merupakan sejenis fagosit yang
bisa menangkap antigen seperti M. leprae, tetapi tidak dapat
menghancurkannya karena sel tersebut tidak mempunyai MHC klas II
yang mampu berikatan dengan SD4 limfosit, akibatnya basil kusta dapat
berkembang biak di sel schwann (Agusni, 2003). -2 G receptor sejenis
Mycobacterium leprae seterusnya bersarang di sel schwann yang terletak
di perineum, karena basil kusta suka daerah yang dingin yang dekat
dengan dengan kulit dengan suhu sekitar 27-300C. Mycobacterium leprae
mempunyai kapsul yang dibentuk dari protein 21 KD, yang mampu
berikatan dengan reseptor yang dipunyai sel schwann yaitu laminin. Sel
schwann seterusnya mengalami kematian dan pecah, lalu basil kusta
dikenali oleh sistem imunitas tubuh host, tubuh melakukan proteksi
melalui 2 (dua) aspek yaitu imunitas non-sepesifik dan spesifik,
makrofag menjadi aktif memfagosit dan membersihkan dari semua yang
tidak dikenali (non-self). Peran Cell Mediated Immunity sebagai proteksi
kedua tubuh mulai mengenali DNA mengidentifikasi antigen dari M.
leprae. Ternyata makrofag mampu menelan M. leprae tetapi tidak mampu
mencernanya. Limfosit akan membantu makrofag untuk menghasilkan
enzim agar proses pencernaan dan pelumatan berhasil. Keterkaitan
humoral immunity dan Cell Mediated Immunity dalam membunuh basil
kusta dapat memunculkan rentangan spektrum gambaran klinik penyakit
kusta seperti tipe Tuberkuloid Tuberkuloid (TT), tipe Borderline
Tuberkuloid (BT), tipe Borgerline Borderline (BB), tipe Borderline
Lepromatous (BL) dan tipe Lepromatous Lepromatous (LL) (Jopling,
2003).
Diagnosis lepra ditegakan jika ditemukan salah satu dari tanda
cardinal, yaitu lesi kulit hipopigmentasi atau kemerahan (akromia)
dengan anastesi yang jelas, adanya keterlibatan saraf perifer yang
ditandai dengan pembesaran atau penebalan saraf perifer yang disertai
dengan kehilangan sensasi (amhidrosis, alopesia, atrofi), BTA (+) pada
hapusan serum kulit.

4. Planning
a. Penegakan diagnosis dengan melakukan pemeriksaan BTA dengan
sampel pada cuping telinga, secret hidung atau lesi hipopigmentasi.

Borang Portofolio

b. Jika, hasil positif dilakukan pemeriksaan pada keluarga yang tinggal


serumah.
c. Edukasi mengenai kusta
d. Pengobatan kusta sesuai dengan tipenya, yaitu Pengobatan PB dengan
lesi tunggal untuk anak diberikan rifamisin 300 mg, ofloxacin 200
mg, minocycline 50 mg dosis tunggal. Dewasa diberikan Rifamisin
600 mg, Ofloxacin 400 mg, Minocycline 100 mg dosis tunggal. PB
dengan 2-5 lesi untuk anak pada hari pertama tiap bulan rifamisin 450
mg, dapson 50 mg. siasanya dapson 50 mg/ hari dari hari ke-2 sampai
ke-28. Dewasa untuk hari pertama tiap bulan rifamisin 600 mg,
dapson 100 mg, sisanya dapson 100 mg/hari. Durasi pengobatan 6-9
bulan. Lesi MB pada anak, hari pertama tiap bulan rifamisin 450 mg,
dapson 50 mg, dan clofazimine 150 mg. sisanya dapson 50 mg/ hari
dan klofazimine 50 mg/hari. Pada dewasa, hari pertama tiap bulan
rifamisin 600 mg, dapson 100 mg, klofaziminie 300 mg, sisanya
klofazimine 50 mg, dapson 100 mg/hari. Durasi pengobatan 12-18
bulan
Mengetahui,

dr. Aprilia Christisiwi


4

dr. Noventius L. Tobing, M. M.


NIP. 1966 1117 2006 04 100

Anda mungkin juga menyukai