Anda di halaman 1dari 4

Borang Portofolio

Nama Peserta
Nama Wahana
Topik
Tanggal (kasus)
Nama Pasien
Tanggal Presentasi

: dr. Aprilia Christisiwi


: Puskesmas Perawatan Sungai Kupang
: Pneumonia
: 18 Maret 2015
No. RM
:
: An. R
:
Nama
: dr. Noventius L.
:Puskesmas Perawatan Pendamping
Tobing, M. M.
Tempat Presentasi
Sungai Kupang
Obyektif Presentasi
:
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Keilmuan
Keterampilan
Masalah
Istimewa
Diagnostik
Manajemen
Neonatus
Bayi
Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
: Seorang anak laki-laki usia 6 tahun (BB 16 Kg) datang dengan batuk
Deskripsi
dan sesak
Tujuan
: Diagnosis dan Tatalaksana Pneumonia pada Anak
Bahan Bahasan
Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Presentasi dan Diskusi
Email Pos
Cara Membahas
Diskusi
Nomor Registrasi :
Data Pasien
Nama
: Ny. R
Nama klinik : Puskesmas Perawatan Sungai
Telp
:
Terdaftar sejak :
Kupang
Data utama untuk bahan diskusi
:
1. Diagnosis/gambaran klinis
:
Pasien datang dengan keluhan batuk sejak 1 hari yang lalu disertai pilek. Batuk disertai panas 1 hari
yang lalu. Napsu makan berkurang. Nyeri telan disnagkal, diare disangkal, mual dan muntah
disangkal.
2. Riwayat pengobatan sebelumnya
: disangkal
3. Riwayat kesehatan/penyakit
: asama disangkal
4. Riwayat keluarga batuk lama
: disangkal
5. Riwayat Imunisasi
: sampai campak
5. Kondisi social
: pasien bersekolah 1 SD
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: baik
Kesadaran
: CM
Tanda-tanda vital
HR
: 110x/menit, teratur kuat penuh
RR
: 28 x/menit
T
: 37.7oC
Pemeriksaan Fisik
Kepala & wajah
Normosefali
Deformitas (-)
Mata
Konjungtiva anemis-/ Sklera ikterik -/ Pupil bulat isokor, 3 mm/3 mm, reflekscahaya +/+
Kelopak mata cekung (-)
Telinga
MAE lapang
Serumen -/ Sekret -/ Membran timpani intak +/+

Borang Portofolio

Hidung
Septum nasi di tengah
Sekret +/+, bening
Mulut
Mukosa bibir dan oral basah
Faring tidak hiperemis
Leher

Cor

Trakea di tengah
Pembesaran tiroid (-)
KGB tidak teraba
I : iktus kordis tidak tampak
P : iktus kordis teraba kuat angkat di SIC V 1 jari medial linea mid clavicula

sinistra

P : dbn
A : BJ I dan II reguler, murmur -, gallop -

Pulmo
I : gerakan napas simetris statis & dinamis, retraksi (-)
P : gerak napas simetris statis & dinamis
P : sonor pada kedua lapang paru
A : bunyi napas vesikuler +/+, rh-/-, wh-/ Abdomen
I : datar, venektasi (-)
P : supel, nyeri tekan(-), lien tidak teraba membesar, ballotement -/ P: timpani di seluruh kuadran, shifting dullness (-)
A : bising usus normal
Ektremitas
Akral hangat, edema -/-/-/Daftar Pustaka

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Lihat dan Dengarkan san Selamatkan
Balita Indonesia dari Kematian. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Mandel, L. A., Wunderink, l. G., Anzueto, A., Bartlett, J. G., & Campbell, G. D. (2007, 44:).
Infectious Disease Society of America/American Thoracic Society Consensus Guidelines
on The Management of Community-Acquired Pneumonia in Adults. Clinical Infectious
Diseases , S27-72.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2003). Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia. Jakarta : PDPI.
Said, M. (2001). Pneumonia Atipik pada Anak. Sari Pediatri, Vol 3, No.3. , 141-146.
Hasil Pembelajaran
:
Diagnosis dan Penatalaksanaan Pneumonia pada anak

Borang Portofolio

Rangkuman hasil pembelajaran dan portofolio


1. Subyektif

Pasien datang dengan keluhan batuk berdahak sejak 1 hari yang lalu disertai demam
sejak 1 hari yang lalu. Riwayat imunisasi dasar lengkap. Sesak napas disangkal. Keluarga
tidak ada yang mempunyai riwayat batuk lama atau pengobatan lama.
2. Obyektif
KU/ kesadaran : baik/Composmetis
Nadi
: 110 x/m reguler
Suhu
:37.7oCelcius
RR
; 28 x/m, reguler
Thoraks:
Paru
:Inspeksi: hemi thoraks dekstra = hemi thoraks sinistra,
Palpasi: Fremitus taktil hemitroraks sinistra = hemithoraks dekstra
Perkusi :sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi :suara dasar vesikuler di seluruh lapang paru (1 : 3), wheezing (-)
Cor
:Inspeksi: ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordiskuatangkat di SIC V 1 jari medial linea midclavicula
sinistra, thrill (-)
Perkusi : Batas atas kanan SIC II linea parasternal dektra
Batas atas kiri SIC II lineaparasternal sinistra
Batas bawah kanan SIC V linea parasternal dekstra
Batas bawah kiriSIC V 1 jari medial linea midclavicula sinistra
Auskultasi : S1>S2, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: supel, nyeri tekan (-), BU (+) normal
3. Assessment
Pasien ini didiagnosis sebagai suspek pneumonia ringan. Diagnosis pneumonia
ditegakan dengan adanya batuk atau kesulitan bernapasa yang ditandai RR > 30 kali
permenit. Namun pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya suara abnormal seprti
ronki atau suara bronchial serta perkusi tidak ditemukan suara pekak. Pneumonia
merupakan peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh infeksi baik oleh virus,
bakteri, parasit, atau jamur. Pneumonia mempunyai banyak klasifikasi, salah satunya
berdasarkan klinis, yaitu pneumonia ringan dan berat. Tanda pneumonia ringan seperti
disebutkan diatas, sedangkan dikatakan pneumonia berat, jika ditemukan batuk atau
kesulitan bernapas disertai salah satu dari tanda berikut ini, yaitu napas cuping hidung,
retraksi intercosta, sianosis, merintih pada bayi, letargi, sianosis, dapat juga disertai kejang
atau distress pernapasan.
Faktor risiko terjadi pneumonia diantaranya adalah anak dengan status gizi buruk,
mempunyai gangguan anatomis saluran pernapasan, mempunyai penyakit saluran
pernapasan lainnya, dan lainnya.
Mekanisme terjadinya pneumonia disebabkan oleh adanya invasi pathogen kedalam
alveolus yang memnyebabkan dimulainya peradangan pada alveolus dan sekitarnya. Pada
proses peradangan ini kapiler melebar yang memungkinkan eksudat berpindah dari kapiler
ke dalam alveolus berserta eritrosit dan leukosit. Macrofag berusaha mengivasi bakteri
yang mengakibatkan semakin aktifnya sistem imun berserta agregasi trombosit. Jika
makrofag dan sel imun lainnya berhasil mematikan bakteri maka terjadi resolusi.
Manifestasi dari banyaknya cairan di alveolus menimbulkan kesukaran bernapasan yang

Borang Portofolio

didahului oleh batuk, yang diakibatkan oleh meningkatnya jarak difusi antara kapiler dan
alveoulus. Keadaan ini membuat tubuh kekurangan oksigen dan kelebihan karbon
dioksida, jika berlangsung lama dapat menyebakan hipoksia jaringan dan berakibatkan
sistemik.

4. Planning
Rawat jalan
Istirahat dan diet tinggi protein tinggi karbohidrat
Pada pasien ini dilakukan pengobatan, yaitu kotrimoksasol 2 x 240 mg selama 3 hari.
Paracetamol 3 x 120 mg, GG 3 x 50 mg, dan CTM 3 x 1 mg. Hari kedua dilakukan control
jika mengalami perbaikan terapi diteruskan sampai 3 hari berikutnya.
Mengetahui,

dr. Aprlia Christisiwi


4

dr. Noventius L. Tobing, M. M.


NIP. 1966 1117 2006 04 100

Anda mungkin juga menyukai