,- i,
-,
'
.lt.: ',
j1,::,
373
INTRODUKSI REUMATOLOGI
A.R. Nasution, Sumariyono
PENDAHULUAN
REUMATIK DIINDONESIA
lunak.
Osteoartritis
20 tahun
Osteoartritis (OA) adalah sekelompok peny akjt yang overlap detganetiologi yang mungkin berbeda-beda, namun
akan
23s3
2354
RET.JMAIIOI.OGI
Gout
Gout adalah sekelompok penyakit yang ter.ladi akibat deposit kristal monosodium urat di jaringan. Deposit ini
berasal dari cairan ekstra selular yang sudah mengalar.ni
aman.
urat.
dari regangan serabut syaraf periosteum, hipertensi intraosseous, regangan kapsul sendi, hipertensi intra-artikular,
kasus baru.
2355
INTRODUKSI REUMAIOI.OGI
l0
PENYEBAB KETIDAKMAMPUAN
Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang
ditandai oleh penurunan densitas massa tulang dan
perbunrkan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menj adi
di
Malang
2356
REI,JMr'IIOI.OGI
Kotamadya
Kabupaten
Pria
Jumlah
Jumlah dengan penyakit
reumatik
Jumlah tak dapat aktif
Wanita
Jumlah
Jumlah dengan penyakit
reumatik
Jumlah tak dapat aktif
374
483
1e8 (52.e%)
193 (43.1o/o)
25 (6.7yo)
21(4.3%)
391
495
219 (45.5%)
21
(56.0010)
31 (7.9%)
35 (7.1o/o)
Kabupaten
59.5%
64 5%
19.6%
13.8%
26.3o/o
42.4o/o
21 .3o/o
15.6%
16.6%
18 9o/o
Kotamadya
Cara pengobatan
Pengobatan sendiri
Obat campur-campur
Jamu
Obat dan jamu
2. Pergi ke dokter
3.Berobat ke bukan dokter
26
60/0
13.90/o
2.
Amerika
Serikat
3. Nyeri pinggang
@ditorial,2000).
REUMATIK
2357
INTRODUKSI REUMAT'OLOGI
l.
dari
3.
4.
di Indonesia mengembangkan
dokter-dokter
a.
te92).
2358
REI.JMAIOI.OGI
;T
ehtpeiory, I 992).
yang lain.
REFERENSI
American College of Rheumatology Ad Hoc Commitie on Clinical
Guidelines. Guidelines for the management of rheumatoid
arthritis. Arthritis Rheum 1996: 39 :713 -31.
2359
INTRODUKSTI REUMATOI-OGI
Rheumatoid
328-346.
American College of Rheumatology 2004. Frequently
asked
question.
Becker MA, Jolly M. Clinical gout and the pathogenesis of hyperuricemia. In : Koopman WJ, Moreland LW. Arthritis and allied
conditions a textbook
2303 2339.
Combe B, Eliaou JF, Daures JP, Meyer O, Clot J Sany J.
Prognostic
6l: 290-7
reumatik
dan pengelolaan
dan pengelolaan
dan pengelolaan
dan pengelolaan
374
PENERAPAN EVIDENCE-BASED MEDICINE
DALAM BIDANG REUMATOLOGI
Joewono Soeroso
PENDAHULUAN
2.
3.
yaitu:
Clinical Expert se
Adalah tingkat kompetensi seorang dokter dalam
menangani pasien. Dokterharus melakukan anamnesis dan
pengalaman
Keyakinan (beliefs),
pertimbangan (clinical judgement),
intuisi
1. Meningkatkan
2360
2361
efektif.
dikehendaki pasien.
a.
Clinical expertise
Best Evidence
Patient's prelerence
..
Strategi
(res
(Tabel 1).
.
.
.
A
B
2362
RET.JMAiTIOIOGI
pasienHIVdll.)
- Uji
-
aku|.
.
.
.
'
obyektifl
20%
pada penelitian
.
.
klinis.
Jika
RRR
50%o,
Subyek Penelitian
.
.
.
.
Plasebo:N:77
DrugA2,5mg/hari:N:75
DrugA5 mglhalrr76
Lamapenelitian 12bulan.
Penghitungan RRR
2363
Tingkat
1
2
.J
Tujuan penelitian
Desain
Kesahihan
Meta-regression
Mega-trial
Meta-analysis
Terapi
Terapi
Terapi, Uji diagnositik,
NNT:I/ARR
Sedangkan formula AP.P. (absolute risk reduction)
dalam konteks obat antiosteoporosis adalah:
6.
7
8
o
Randomized Clinical
Trial (RCT)
Cohort
Case-Control
Cross-secflona/
Case-serles (seri
kasus)
Clinical opinionexpeflence
Faktor prognosis
Faktor Risiko
Akurasi Tes
Diagnostik
Membuat Kriteria
Diagnostik
(Tabel3)
Rp 28.980.000,- (Tabel 5)
lnsidens Fraktur
Vertebra
Plasebo
NNT
ARR
Drug A
(RS)2,5 ms
0,173
0,111
(P-RS)
0,358 0,062
1/0,062 = 16,1
Penjelasan
Ya (lihat Tabel
4.
section)
lnsidens
vertebra
PlaseboP o11oAn
0,173
m0
0,111
pada literatur di
Tidak dan Ya
folal drop out 781228 (34,2o/o\
Plasebo: 20 17 7 (25,9o/o\
Drug A 2,5 mg: 44175 (58,6%)
Drug A 5 mg: 15/76 ('19,6%)
(lihal Patient and Methods section)
Ya, BMD dan X-Ray etc
Ya, BMD dll. pada berbagai tempat
berbeda secara signifikan (p<0,0010,05) (Tabel 3. literatur di atas)
Lihat tabel penghitungan RRR
Lihat tabel penghitungan NNT
Fraktur
z.c
0,173
- R2,5/P
lnsidens Fraktur
NNT
Vertebra
Plasebo
0,1 73
Drug A
1Rs;s ms
0,057
RRR
67Yo
ARR
(P-RS)
0.116
1/ARR
1/0.1'16 = 8,6
2364
REI,JMITIOI.oGI
KESIMPULAN SEMENTARA
RINGKASAN
EBM adalah upaya untuk melakukan pengelolaan pasien
dengan menerapkan informasi medis yang sahih agar
pasien tidak dirugikan secara moral maupun finansial. Oleh
REFERENSI
Dixon RA, Munro JF, Silcocks PB. The evidence based medicine
work book. Critical appraisal for clinical problem solving.Oxford:
Butterworth-He itemat 1997
Geyman. E . Evidence based medicine in primary care: Aa overview.
Churchil-Livingstone,
999.
375
METROLOGI DALAM BIDANG REUMATOLOGI
Rizasyah Daud
len
joint
2365
2366
REUMATOI.OGI
.
.
.
.
.
.
.
.
joint count
joint count
di antaratya
PATI ENT
RASA NYERI
swollen
LOBAL ASSESSMENT
2367
Tidak nyeri
Nyeri
Sama sekali
yang
Amat sangat
cm ------------- >
..
DISABILITAS FISIK
Ukuran disabilitas fisik dimasukkan kedalam ACP. Core
Set of Disease Activity karena ukuran ini menunjukkan
sensitivitas terhadap perubahan dan ukuran ini sendiri
merupakan gold standard outcome yang penting secara
klinis. Juga status disabilitas fisik pada pasien AR dapat
meramalkan disabilitas fisik dan kematian yang terjadi
lambat, lama setelah waktu permulaan menderita penyakit
tersebut.
Jika banyak ukuran aktivitas penyakit pada AR
berkorelasi dengan disabilitas fisik, ukuran ini agaknya
merupakan prediktor yang terbaik untuk disabilitas lambat.
Terdapat beberapa instrumen status disabilitas fisik yang
telah banyak digunakan seperti MACTAR dan AIMS.
Pengaruh suatu penyakit kronik atau pengaruh suatu
scale)20.
'
2368
dihindarkan. Index ini merupakan kuesioner multidimensional yang mencakup daerah daerah sosial,
emosional and fungsional. Dimensi fungsional juga terdiri
REUMATOLOGI
JOINTCOUNTS
Berbagai jenis joint counts seringkali digunakan pada
penilaian pasien RA danjoint count rr,euempati prioritas
berikut:
0:
1:
2:
3
jelas)
Pembengkakan berat (barlging aktbatproliferasi sinovial
dengan karakteristik kistik.
P HYSICI AN G LO BAL
ASSESSMENT
2369
PEMERIKSAAN SINAR.X
Pemeriksaan sinar-X hanya perlu dilakukan jika obeservasi
dilakukan lebih dari satu tahun.
376
STRUKTUR SENDI, OTOT, SARAF DAT{
ENDOTEL VASKULAR
Sumariyono, Linda K. Wijaya
STRUKTURSENDI
RAWAN SENDI
Pengertian sendi adalah semua persambungan tulang, baik
yang memungkinkan tulang-tulang tersebut dapat bergerak
satu sama lain, maupun tidak dapat bergerak satu sama
lain. Secara anatomik, sendi dibagi 3, yaitu sinartrosis,
diartrosis dan amfi artrosis.
2370
2371
ILl.
MEMBRAN SINOVIAL
Membran sinovial merupakan jaringan avaskular yang
melapisi permukaan dalam kapsul sendi, tetapi tidak
melapisi permukaan rawan sendi. Membran ini licin dan
lunak, berlipat-lipat sehingga dapat menyesuaikan diri
pada setiap gerakan sendi atau perubahan tekanan intraartikular.
Gambar 1. a Agregat proteoglikan; b. Matriks rawan sendi KS: Keratan Sulfat; CS:Kondroitin Sulfat; HA:
Asam Hialuronat; DS: Dermatan Sulfat
2372
REUMI$OI.OGI
MENISKUS
remodelling.
CAIRAN SINOVIAL
rusak.
DISKUS INTERVETERBRAL
Grup
Grup ll
(Non inflamasi
Grup lll
(Septik)
( lnflamasi)
< 3,5
>3,5
>3,5
Sangat tinggi
Tidak berurarna
tinggi
rendah
bervariasi
kekuningan
Kuning
Tergantung mikro-
transparan
Tak mudah putus
Translusen-opak
opak
Bekuan musin
transparan
Tak mudah putus
Mudah putus
Leukosit /mm3
200
200
2000- 1 00 000
Mudah putus
>500 000, umumnya
<25
<25
>50
>75
Negatif
Negatif
Negatif
Positif
Warna
>3,5
organrsmenya
kejernihan
2000
2373
Otot Polos atau sering disebut otot tak sadar. Otot ini
terdapat pada saluran cerna dan pembuluh darah dan
diatur oleh sistem saraf otonom.
Otot jantung, yang didapatkan pada jantung dan
dikontrol oleh sistem saraf otonom. Walaupun sel otot
jantung sangat banyak tetapi otot ini bereaksi secara
sinkron dimana sel ototjantung ini mengalami kontraksi
dan relaksasi dalam waktu yang hampir sama.
Otot rangka / otot skelet, disebut demikian karena otot
ini sebagian besar menempel ke tulang walaupun dalam
OTOT
Otot merupakan jaringan tubuhyang memiliki kemampuan
berkontraksi. Terdapat tiga jenis otot dalam tubuh manusia
yaitu ototrangka (skelet), ototpolos dan ototjantung. Otot
rangka secara nornal tidak berkontraksi tanpa rangsangan
saraf, sedang otot yang lain akan berkontraksi tanpa
rangsangan saraftetapi dapat dipengaruhi oleh sistem saraf.
Oleh karena itu maka sistem saraf dan otot merupakan suatu
.;
;.t.,a,:i
"
,_
-
F-".i'.
-',
_',
maupun aktif.
Elastisitas : Setelah otot memendek atau memanjang.
Sarcole
'
SarmPlasn
trlurtlr l'ibpr
diri\
T
NeNe Ending
TIPE OTOT
Terdapat tigajenisjaringan otot
2374
RELrM/r(Ilf,LOcI
STRUKTUROTOT
Sa
rcomere
Gambar 5. Sarkomer
Dikutip dari BIO 301 : Human physiology (cited 2005 Sept)
Available from: http//people eku.edu
F]LAMEN MIOSIN
Sebuah filamen miosin terdiri dari kumpulan sekitar 200
Hinge
l\4yosin head
(cross bridge)
Sarkomer
Unit dasar dari miofibril adalah sarkomer. Batas antara
akhiran filamen aktin dan akhiran filamen aktin berikutnya
membentuk daerah gelap yang disebut Z line. Sarkomer
memanjang antara satu Z line detgan Z line berlkutnya.
Filamen aktin yang terletak antara kedua sisi Z line int
akan tampak terang sampai terdapat tumpang tindih
dengan filamen miosin. Daerah yang terang ini disebut
FILAMEN AKTIN
Filamen aktin terdiri dari dua untai aktin. Selain itu pada
filamen aktin ini juga terdapat dua untai protein lagiyang
terletak pada lekukan yang dibentuk oleh dua untai aktin.
Dua protein tambahan ini adalah molekul tropomiosin.
Pada setiap molekul tropomiosin terdapat satu
molekul troponin. Troponin ini teriri dari tiga sub unit
2375
[6i
1i
iti
:iI
d-l:..
Gambar 9. Kontraksi otot
KONTRAKSI OTOT
Motor unit adalah unit fungsional dari otot skelet. Otot
terdiri dari ribuan motor unit. Motor unit terdiri dari
beberapa serabut otot yang masing-masing diinervasi oleh
safu cabang saraf dari satu motor neuron. Jumlah serabut
menurut prinsip
"
all-or-nothing
"
apabila mendapat
CROSSBR'DGES
Mekanisme sliding (tumpang tindih) antara filamen aktin
dan myosin adalah sebagai berikut. Kepala molekul
myosin akan melekat pada satu tempat di molekul aktin
kemudian membuat lekukan dan menarik molekul aktin.
Selanjutnya kepala tersebut akan melepaskan diri dari
molekul aktin dan lekukan pada kepala tersebut kembali
seperti posisi sebelumnya, kemudian membentuk ikatan
lagi dan terjadi proses seperti sebelumnya. Setiap gerakan
myosin menarik aktin tersebut hanya akan menyebabkan
pergerakan yang sediktjaraknya, tetapi oleh kareta adanya
sejumlah gerakan menarik yang sangat cepat dari sejumlah
besar molekul myosin, maka akan terjadi pemendekan otot.
Actln
.TrTornyosin
Adn'binding ATP6inding
dahulu.
Pada saat kontraksi filamen aktin dan myosin saling
tumpang tindih sehingga Z line menjadi semakin dekat
2376
REI,JMAIOI.OGI
sama.
(Gambarll)
PERLEKATAN OTOT
TIPE KONTRAKSIOTOT
Apabila suatu potensial aksi yang dijalarkan oleh motor
neuron ke serabut otot cukup kuat untuk menimbulkan
ini dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu : fascia super-
subserosa. Fascia
2377
sebuah
sarafmemiliki
membatasi gerakan. Selaput fascia di antara kelompokkelompok otot disebut septa intramuskular, yar,g
fascia lata
BADAN SEL
(CEtt
BODY)
SISTEM SARAF
Sistem saraf dan hormon memiliki tugas untuk memelihara
PROCESSUS
Processus saraf mengandung sitoplasma dan neurofibril.
(Gambar12)
Gambar 12.
perifer.
AXON
ANATOMI NEURON
Unit anatomi dan fungsional dasar dari sistem sarafadalah
sel saraf atau neuron. Secara struktural sel saraf meruPakan
keluar dari badan sel pada daerah yang bebas dari Nlss/
2378
REUM/I$OLOGI
3.
4.
5.
natrium
ENDOTELVASKULAR
Seluruh sistem peredaran darah dilapisi oleh endotel
vaskular. Pada awalnya endotel hanya dipandang
SARAF
2379
ii
t.'.
Badan Krause (dingin)
Muscle spindle
(proprioseptit)
tr
potensial aksi
T9rdrrrudtdll PUtEr
Perambalan
di neuron motorik
Terminal akson
Terminal button
Vesikel asetikolin
"a
plasma
serat otot
dtun
wGh.,
asetilkoli
Tempat reseptor
Saluran kation - ':
As eti ko
I
li n
este ra se
..tx.-rf
---
A,-11
l\,4otor
A )f6,I..i..
end plate
an
ga
7.
jaringan sekitarmya.
2380
REI.JMIIilOI.OGI
inhibitor-1, yatg
thrombotic.
dihasilkan permukaan endotel oleh angiotens in-conyerting enzim; platelet-derived growth factor (PDGF), yang
disekresi oleh sel endothel dan bekerja sebagai agonis
dari kontraksi otot polos ; dan endothelin I yang merupakan
melibatkan
Oxidized Lipids/
Free radrcals
ooo
oo
Viral infection
Hypoxra
Shear Stress
Cytokines
.A
permeab ty
Leukocyte Adhesion
u
Procoagulant Activity
eoo
o oo
Growth factors/
Chemoattractants
2381
ENDOTEL
REFERENSI
Dicorleto P.E. Vaskular endothelium. Klippel J.H.K. Primer on the
rheumatic Diseases. 12m ed, Canada: Arthritis Foundation.200l;
29-3t
Isbagio H, Setiyohadi B. Sendi, membran sinovia, rawan sendi dan
otot skelet. Dalam Noer Syaifullah. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi ketiga. 1996 : 1-6.
Human physiology : Muscle (cited 2005 Sept). Available from :
http//people.eku.edu.
Langley LL, Telford IR, Christensen JB. Dynamic anatomy and
physiology. 5 th"dMc. Graw-Hill. New York. 1980 : 112 - 40'
Langley LL, Telford IR, Christensen JB. Dynamic anatomy and
physiology. 5 th"d Mc. Graw-Hill New York. 1980 : 212 - 28'
Landau RB. Essential human anatomy and physiology. 2 'd ed. Scott
and Foresman . London .1980 :219-34.
Park K.D, Comblath D.R. Peripheral Nerves. Klippel J.H.K. Primer
on the rheumatic Diseases. 12t ed, Canada : Arthritis Founda-
tion.2001;31-33.
377
STRUKTUR DAN BIOKIMIA
TULANG RAWAN SENDI
Harry Isbagio
Denaluraton /ceavage
of type ll @llagen
loss of proleoglycns
de@rin, biglycan,
nbge
Supefcial
aggrean
lncEas&
expression
of MMPs
Middte
Zone
ol cylokine erpression,
Upregulation
eg lli,TNF,0
Region ol chondrocyie hypedrophy
e g, lncrease of PTfrP and ts
reeptor
type X mllagen
annexin V
Type Vl mllagen incased
0ep
zone
lncreasad synthess
of lyp6llpro@lgen
ncreassd conlenl of
ag916n, dsorin, blglyn
Paitly ellilage
hypedrophic canilage
KONDROSIT
Tulang rawan sendi hanya mempunyai satu sel spesialis
yang berperan dalam sintesis dan pemeliharaan matriks
ekshaselular yang dikenal sebagai kondrosit. Lebih dari
70% komponen tulang rawan sendi artikuler adalah air,
sedangkan 90%o darl bagian tulang rawan sendi kering
mengandung 2 komponen utama yaitu kolagen tipe II dan
2382
Angiogenesisreadivabd
(previously seen dudng qrowh)
Subchondral
bon marow
2383
KOLAGEN
Komposisi
Jumlah (Y"l
Air
66-78%
Matriks
22-34o/o
metaloproteinase (MMP) terdapat pula kelompok proteinase lain yang dipercaya berperan pula dalam degradadasi
matriks ekstraselular yaituADAMTS (a disintegrin and a
metalloproteas e with thrombospondin motifs).
Aktivasi MMP diregulasi oleh oleh inhibitor endogen
<1o/o
04-2%
Kondrosit
Anoroanik
5-60k
PROTEOGLIKAN
O
lX
asam hialuron
:SLN- I
matriks
Selain
yang disebut pula sebagai MMP-3).
gelatinase dan stromelisin (terutama Stromelisin-
48-62%
22-380k
Kolagen tipe ll
Proteoglikan
Hialuronan
Gambar 2.
kolagen tipe
dan Proteog
am matriks
sendi artikuler Dikutip dari Poole AR, Howell DS. Etiopathogen-
esis of osteoarthritis.
Sintesis kolagen tipe II berjalan seiring dengan sintesis
II dan
: (PIINP dan
karboksi-terminal tipe II prokolagen-propeptide
PIINP dan
Jadi
helikal.
PIICP) akan terpotong dari domain
kolagen'
dai
sintesis
gai
marker
PIICP dapat digunakan seba
<
2384
RETJMIIIOI.OGI
Molekul
Kolagen
Tipe ll
lo1 (ll)ls
Kekuatan rentang ;
Kolagen fibril utama
Regulasi ukuran
fibril:cross-rnk ke
kolagen tipe ll
Kekuatan rentang;
periseluler di antara
fibril tipe ll
Mikrofibril pada ruang
periseluler
Berhubungan dengan
fibril kolagen dalam
perikondrium dan
permukaan artikuler
Berhubungan dengan
fibril kolagen di
seluruh tulang rawan
sendi artikuler
Tipe lX
Tipe Xl
Tipe Vl
Tipe Xll
Tipe XIV
lc1(xlV)l
Proteoglikan
Aglekan
Biglikan
Kekenyalan
kompresif
(Compressive
stlffness) melalui
hidrasi atau fxed
charge density
Berperan pada
stabilisasi anyaman
fibril
Dekorin
Sama dengan
biglikan
Fibromodulin
Sama dengan
biglikan
kDa)
Molekul lainnya
Asam hialuronat
1000-3000 kDa
(HA)
Protein
sambungan
(Link protein\
Anchorin C ll
Sindekan
cD44
Fibronektin
38 6 kDa
34 kDa,
membran protein integral
lvlembran protein intergral
ekstraseluler dengan
rantai samping HS/CS
Membran protein intergral
ekstraseluler dengan
rantai samping HS/CS
Dimer dari subunit 220
kDa
Tenaskin
Trombospondin
Caftilege
oligomeric matrix
protein (COMP\
Retensi agrekan di
dalam matriks
Stabilisasi perlekatan
agrekan ke HA via
Domain G'l
Mengikat kolagen
tipe ll dan kalsium
lnteraksi sel-matriks
Mengikat HA
lnteraksi sel-matriks
Mengikat HA
Perlekatan sel via
sekuen RGD
Mengikat kolagen
dan GAG
Berhubungan dengan
kondrogenesis
Pengikat kalsium
Pengikat kalsium
kDa
REFERENS!
Eyre D. Collagen of articular cartilage. Arthritis Res 2002; 4:30-5.
Goldring MB. The Musculoskeletal system B.Articular cartilage. In
Klippel HJ, editor . Primer on the rheumatic diseases. 12th ed
Atlanta: Arthritis Foundation; 2001. p 10-6
Gamero P, Rousseau J-C, Delmas P. Molecular basis and chnical use
of biochemical markers of bone, cartilage and synovium in
joint diseases. Arthritis Rheum 2000:43:953-61.
Mayne R. Structure and function of collagen. In: Koopman WJ,
editor. Arthritis and Allied Conditions.A Textbook of Rheumatology. 13th ed. Baltimore: Williams & Wilkins; 1997,p.201-27.
Murphy G, Knauper V, Atkinson S, Butler G, English W, Hutton M,
et al. Matrix metalloproteinases in arthritic disease. Arthritis
Res 2002; 4 (suppl 3): S39-S49.
.
378
STRUKTUR DAN METABOLISME TULANG
Bambang Setiyohadi
perforasi.
DIFERENSIASI OSTEOBLAS
2386
REI,JMATOI.OGI
IGF
dan
kondrogenesis.
I dan 2 adalah
17.000, bersifat angiogenik dan
BM
2387
2388
REI'MITIOI.OGI
1,
formasi tulang.
dan
2389
oleh osteoklas.
TGF-p merupakan polipeptida yang multifungsional
merurrun.
IL-6
seperti
pada proses
(FGF)
berperan
turut
growthfactor
fibroblast
ini. Persamaan proses ini dengan remodeling tulang adalah
pengerahan osteoblas yang akan menutupi area resorpsi'
FGF I dan 2 adalah polipeptida dengan BM 1 7.000, bersifat
2390
REI.JMANOI.OGI
OSTEOSIT
Osteosit merupakan sel yang berbentuk stelat yang
mempunyai juluran sitoplasma (prosesus) yang sangat
panjang yang akan berhubungan dengan prosesus
osteosit yang lain dan juga dengan bone linning cells.
Didalam matriks, osteosit terletak didalam rongga yang
disebut lakuna, sedangkan prosesusnya terletak didalam
terowongan yang disebut kanalikuli. Lakuna dan
kanalikuli berhubungan satu sama lain, termasuk dengan
lakuna dan kanalikuli dari osteosit lain dan bone linning
cells dipermukaan tulang membentuk jaringan yang
disebut srslem lakunokanalikular (LCS). Sistem LCS berisi
cairan yang merendam osteosit dan prosesusnya dan furut
berperan pada mekanisme penyebaran rangsang mekanik
o - b i o - e I e ktr o - kem
kal.
13
tipe
Tipe
Rumus
Mulekul
Gen
COL1A
ct1(l) cr2(l)
COL1A2
ll
(ll)l:
coL2A1
lcrl
COL3A1
[o1(lll)]3
COLSA1
[cr1(V)rcr(V)],
COLSA2
Jaringan
Tulang, dentin, kulit,
tendon, dinding
pembuluh darah,
saluran cerna
Rawan se-ndi, cairan
vitreus, diskus
intervertebral
Jaringan fetal dengan
kolagen tipe I pada
semua Janngan
Jaringan vaskular, otol
polos
COL5A3
-N
2391
Merangsang
formasiapatit
Menghambal
mineralisasi
Berfungsi
ganda
Tidakjelas
Kolagen tipe
Proteolipid
Agrekan
c2-HS
glikoprotein
Biglikan
Osteonektin
Fibronektin
l\ilatrix gla
Bone
Dekorin
BAG-75
Lumikan
Tetranektln
Osteoaderin
Trombospondin
protein
(MGP)
Osteopontin
MINERALISASITULANG
Sialoprotein
(BSP)
efeknya
Osteokalsin
PETANDA BONETURNOVER
Bone turnover merupakan mekanisme fisiologik yang
sangat penting untuk memperbaiki tulang yang risak atau
2392
REUMAIIOI.OGI
KALSIUM (Ca)
.
.
2*
ini
akan
FOSFOR (P)
Tubuh orang dewasa mengandung sekitar 600 mg fosfor.
Sekitar 85%oberada dalam bentuk kristal didalam tulang,
dar, l5%o berada didalam cairan ekstraselular. Sebagian
besar fosfor ekstraselular berada dalam benhrk ion fosfat
anorganik dan didalam jaringan lunak, hampir semuanya
dalam benfuk ester fosfat. Fosfat intraselular, memegang,
peran yang sangat penting dalam proses biokimia intrasel,
termasuk pada pembentukan dan transfer energi selular.
Did alam serum, fosfat anorganik juga terbagi dalam 3
fraksi, yaitu ion fosfat, fosfat yang terikat protein dan fosfat
dalam bentuk kompleks dengan Na, Ca dan Mg. Fosfat
2393
VITAMIN D
(OH)Dlu-
dan
2394
RETJM/TfiOLOGI
PTH dan
panjang.
2395
pada
KALSTTONTN (CT)
itu,
10
sedangkan kadar PTH akan ditekan. Pada hiperparatiroidisme, kadar PTH akan meningkat, sedangkan
PTHrP tetap normal. Oleh sebab itu, kadar PTHrP dapat
digunakan sebagai parameter keberhasilan terapi dan
pembedahan keganasan yang bersangkutan.
gene
2396
RET,JMAIOI.OGI
dan
2397
ini
tidak
osteoklas.
2398
REI.JMIIilOI.OGI
inimrmgkindisebabkantidak
kadar 1,25(OfDrD.
Faktor Hormonal
Defisiensi estrogen tidak hanya menjadi masalah penyebab
osteoporosis pada wanita pasca menopausal, tetapi juga
pada wanita-wanita tua. Pada laki-laki tua juga diketahui
bahwa penurunan kadar testosteron berperan pada proses
peniurunan densitas massa fulang. Faktor hormonal lain
yang berperanan pada proses osteoporosis pada orang
sulphate (DHEA-S).
Faktor genetik diduga berperan pada proses osteoporosis pada usia lanjut. Demikian juga faktor lingkungan,
Faktor Nutrisi
Histomorfometri
akan
2399
Interleukin-
di usus oleh
glukokortikoid.
Osteonekrosis
Osteonekrosis (nekrosis aseptik, nekrosis avaskular),
merupakan efek lain glukokortikoid pada tulang. Bagian
tulang yang sering terserang adalah kaput femoris, kaput
humeri dan distal femur. Mekanismenyabelum jelas, diduga
akibat emboli lemak dan peningkatan tekanan intraoseus.
yang putus.
Trabekulasi tulang pada tulang trabekular terdiri dari
trabekula yang vertikal dan horizontal. Trabekula yang
vertikal sangat penting, terutama pada tulang-tulang
spinal untuk menahan gaya kompresif. Pada um)T rmnya
2400
REUMATOI.OGI
lanjut.
jaringan tulang
REFERENSI
Bukka
P,
1999:14-80.
Res
2002;17 (7):1139-47
Everts V, Delaisse JM, Korper W et al. The Bone Lining Cell: Its
Role in Cleaning Howship's Lacunae and Initiating Bone
Formation. J Bone Miner Res 2002;17(1):77-90.
Eastell R, Barton I, Hannon RA et al Relationship of Early Changes
in Bone Resorption to the Reduction in Feacture Risk With
Risedronate J Bone Miner Res 2003;18(6):1051-6
Frost HM On the Estrogen-Bone Relationship and Postmenopausal
Bone Loss: A New Mode1. J Bone Miner Res 1999;14(9):1473-7.
Hurley MM, Lorenzo JA. Systemic and Local Regulation of Bone
Remodeling. In: Bronner F, Farach-Carson MC (eds). Bone
Formation, 1st ed. Springer-Verlag. London 2004: 44-70.
Hollick MF Vitamin D: Photobiology, Metabolism, Mechanism of
action, and clinical aplication. In : Far.us MJ (ed). Primer on the
Metabolic Bone Diseases and Disorders of Mineral Metabolism.
240t
R,
2002;2(l):9-14
The European Prospective Osteoporosis Study (EPOS) Group. The
Relationship Between Bone Density and Incident Vertebral
Res
2002;17(12):2214-21
Van Der Linden JC, Homminga J, Verhaar JAN, Weinans H.
Mechanical Consequence of Bone Loss in Cancellous Bone. J
Bone Miner Res 2001;16(3):457-65.
Wolf AD, Dixon ASJ. Osteoporosis: A Clinical guide. lst ed. Martin
Dunitz, London 1998:1-56
Watts NB. Bone Quality: Getting Closer to a Definition. J Bone
Miner Res 2002;1'7(7):1.148-50.
379
INFLAMASI
Soenarto
(tungsiolesa).
T.
2402
2403
INFI.AMASI
Sel-sel
Alami (tak
spesifik)
Didapat
(Penyesuaian Spesifik)
Netrofil
Eosinofil
Basofil
Sel B dan T
Trombosit
APC
Sel - sel dendritik
Sel - sel Langerhans
Makrofag
Faktor-faktor
yang larut
Monosit
Sel Mast
Sel NK
Lisozim sitokin
INF
komplemen
Protein fase akut
ANTIBODI
ANTIBODI
lgG & subklas, lg M
Gambar 2.
selanjutnya.
pada karbohidrat
di
KeGtinocytes
Gambar
1.
2404
REUMAIOI.OGI
Yang dibentuk sebelumnya dan berkaitan dengan butirbutir yang ada yaitu: HeparinKondroitin sulfat E, Triptase
(I, B/II, IIII, dan a.), Cymase,Karboksipeptidase, Katepsin Q
Superoksidase dismutase, Katalase
Yang baru terbentuk yaitu:Leukotrienes (LTC4 LID4, LTEJ,
Platelel Activating factor (PAF), Prostaglandin (PGDr)
a, lL - 1 6
sel
zasl: VEGF,
FGF,NGF,FGF-p, SCF
dilaksanakan karena sel-sel yang berfungsi melawan antigen atau patogen telah memlllkizat-zatyang ada dalam sel
2405
INFI.AMAISI
Heparin, Zat
iil
(IL - I 1)
&
sel mast.
Jadi dengan menghasilkan macam-macam sitokin, akan
mempunyai fungsi bermacam-macam terhadap -respons
(N{IP-Icr,MIP-1B)
Endotelin-l
Complement-derived peptides" Cra, Coa, Cra
Macam-macamProtease: "tripsin", "kemotripsin"
Stem cell Factor (SCF)
Kinin
Paratormon
Hemolisinis, Toksin.
Parasit-parasit seperti Schistosoma mansoni
2406
.
.
NK ilan
aktivasi, peningkatan aktivitas monosit/makrofag.
IL-3, memiliki reseptor IL-3R, dan B yang umum.
Dihasilkan oleh sel-sel ! sel-sel NK, dan sel-sel zasl.
S asaran targetnya ialah : mono sit/makrofag, s el-sel m a s t,
eosinofil, sel-sel pendahulu sumsum tulang. Dan aktivitas
REI.JMAIOI.OGI
monosit/makrofag, sel-
dan
kondisi autoimun.
2407
INFI.AMAISI
"Trl
Keluarga
Reseptor
Anggota
Gambaran Umum
IL-1 R
rL-rR1
ekstraselu lar
18R8, Tt/STr,
cell".
Keratinosit,
Toll-Like R
TLRl -10
Daerah kaya
leucine extrasel
TNFR
Daerah kaya
sistein
ekstraselular
NGFR,
RANK,BAFFR,
BCMA, TAC 1, TRAIL
R
Hematopoietin R
Anggota Keluarga
Anggota
TNF
lL-
lRrp2
ll
Daerah seperti lg
lL-l8, lL-lF5
tL-6
tL-10
tL-12
lL-17
Sitokin sitokin
Hematopoietik
tL-26, tL-28,
l,2,3
IFNR
IFR-o/p R, IFN-Y
Chemokine R
cxcRl-4,
R,
tL-1 0R,tL-1 9R, lL-20R,
"Clustered four
Cysteine"
tL-22R,lL-24R
ccRl-8
CR, C3XCR
"Seven
transmembrane
spannrng
domains"
TGF-P R
Serinethreonine
Growth Factor R
EGFR,PDGFR,
Tyrosine kinase
kinase
ll-29
lnterferon (lFN)
B AFF, B c e I I - Ac t iv a t in g fac t or; B CMA, B c el I Matur at i o n Ant igen;BMP, Bone Morphologic Protein;EGF, Epidermal Growth
Factor; FGF, Fibroblast Growth Factor; G-CSF, Granulocyte
Colony Stimulating Factor; GM-CSF, Granulocyte- Macrophage
CXC Kemokines
C o I o ny
CC Kemokines
C Kemokines
XCL1, XCL2
CX3C Kemokines
CXC3CLI
TGF-B Superfamily
2408
REI,JMATOI.TOGI
Gambar 3.
lnteraksi
Molekul
adhesi
Endotil
Molekul adhesi
Lekosit
Menggelinding
E-selectin
P-se/ectln
ESL.1 "
PSGL-1
HA
co44
Tak diketahui
VCAM.1
VLA-4
2.
3.
Melekat menyatu
Emigrasi
tcAM-1
ICAM.2
VCAM-1
VLA-4
HA
cD44
ICAM-1
LFA-1, Mac-1
ICAM-2
VCAM-1
JAM
PECAIV-1
C3a
8i."h,"---r-+
kolagen.
L-se/ectrn
LFA-1, MaC-1
LFA-1
LFA.1
VLA-4
PECAM-1, Lain-lain?
Pengikat (Ligand)
multipel
ah)
]l\
ma)
Dolor
I
(Nyerl)
r)
C).HOoH
a
!"u
Calor
(Hansat)
IH-o( ri;enu,br
+
/^l
e/
\(\
Memangsa --1
Memanssa
baktn ale!
ala!
I
I
I
I
I
I
J
sered Sl&
Seksl
stohr
trr,rnr-o
I
lrrr,rnr
IL.8,TNF]&.
I
mak6fag
Limfo6it
2409
INFI.AMASI
interleukin
IgGl danIgE.
Neutrofil, peran utamanya dalam imunitas bawaan ialah
memangsa dan membunuh bakteri, dan memproduksi
peptida-peptida antimikrobial. Sedang peran utama dalam
guna
killer (NK)cells.
fatase B.
2,
PAF (platelet-
2410
RELIYTA-IOLOGI
Ini terdiri
:
.
.
atas:
Gambar 5.
0 - c arb o n
atau 5 double bound'.
es s
ent i al
3,4
5,8,1
1,1
4,17 - E ic
os ap enta eno
ic ac
inhibtagr{al
Hy
id
Braln
Mast Cells
= MACAM.MACAM POSTAGLANDIN
on
rvorovss
I
'^f,Z",
Hyporelgesia
""
Diu16sis
Gambar 6.
COX lsoforms
/
cox-1{
(coNSTrTUvE)
--\"
ARACHIDONIC ACID
hssllng
Cox-2+ 'Would
R6soluilon of
o
lnflamatlon
rltn"
I
tt
Stomach
[h.,IJf
Gambar
i-
I ,u,
DiseEse Taroets
iiil}
COX-2,lnhibitor
24tt
INFIAMASI
Konsep Baru
EICOSANOID
(Eicosatetraenoic acid)
lnflamation
Resolution
P 450:
Epoxygenases
(Epoxyeicosatetraenoic acid)
Gambar
Gejala Utama
Mediator Lipid
Nyeri dan
hiperalgesia
Kemerahan
(vasodilatasi)
Panas (lokan
dan sistemik)
Edema
ATL
LT
LX
PAF
PG
lnhibitor
Endogen
L'A2, PAF
LTE4, PAF
Lipoksin
ATL
: Aspirin-Triggered-LiPoxi
: Leukotrien
: Lipoksin
'. Platelet Activating Factor,
: Prostaglandin
Meningkatkan
Radang
Pengaturan aliran
darah dan pefusi
organ
Vasodilatasi (PGE2,
pGl2, pgd2, PGll)
dari prostaglandin G (PGG) dan H (PGH) , cyclic endoperkomponen sekeluarga adalah hasil dari
.
.
.
.
Meningkatkan
permeabilitas vaskular
(interaksi dengan Ca5,
LTB4, dan Histamin)
Potensiasi nyeri
(interaksi Bradikinin)
Mengaktifkanlimfosit
dan produksi dari
limfokin PGI
Agregasi trombosit
Pengeluaran PAF
dan PGl2
Desuppressor T
suppressor cells dan
meningkatkan RF
Resopsi dari tulang
Meredam Proses
Radang
PGE1, PGE2
menghambat
produksi dari
macrophage
migration inibiting
factor (MlF) oleh sel sel T
PGE2 menghambat
proliferasi limfosit T
Menekan proliferasi sel
sinovial
Menekan pembentukan
plasminogen
Menghambat produksi
dari radikal oksigen dan
pengeluaran enzim oleh
neutrofll
2412
Berbagai macam
mediator yang
diturunkan dari lipid
itas kemotaktik,
proliferatif trombogenik, dan proteolitik. pacuan yang
mengaktifkan trombosit guna mengadakan perlekatan dan
degranulasi juga merupakan pemicu pengeluaranAA dari
membran melalui PLA, yang memprakarsai sintesis dari
REUMAII'I.OGI
SELSEL
(HEtpEE
2413
INF1AMASI
dan IgA.
imunoglobulin
Ini
PUTELET/TROMBOSIT
Platelet surfa@ PhosrcliPids :
/lmpotunl rol6 in @agulation
Mitokondria
GP lib llla
Membrane plasma
Glycogen-GP lb:Platelet
glycoprotein Ib
Fungsi adhesi & agrB{
dengan subklas
1,2,3,4; IgA
Lysosomes
Dense granules :
I\.lg,Serotonin
ADP,ATRCa,
Alph
E thromboglobulin
. PDGF
-TGF- beh
-Chemotachc fadol
- Fibrinogen
-Albumin
- Thrombospdin,fibronectin
-ADP
Gambar 9.
Respons lnflamasi
(o,-
(lysosomes) '
acid hydrolases
2414
REI,JMIIiIOI.OGI
RINGKASAN
REFERENSI
Yang berkaitan
dengan pernapasan
meningkat
Crow MK Structure and function of macrophages and other antigen-presenting cells In Arthritis and allud conditions Koopmen,
Moreland. A Textbook of rheumatology. Lippincott Williams
& Wilkins
FMtor
in.p.3
7-5 0.
2415
INFI.AMASI
907-3 0
LJ.
in. p. 351-73
Pier GB.Molucular mechanisms of microbial pathogenesis. In:
Harrison's principles of internal medicine l6'h Edition. Mc
GrawHill;2005.p.700-6
Saleh MN Lobuglio AF.Platelets In: Rheumatic diseasesin
p. 4II-22.
380
APOPTOSIS
Linda Kurniaty Wijaya
bunga.
karena
kematian sel".
Sel yang mengalami apoptosis akan segera mengkerut,
Gambaran
Nekrosis
Apoptosis
Rangsangan
Toksin, hipoksia,
gangguan masif
Sel membengkak,
organel, tandatanda kematian
Janngan
Fragmen tidak
beraturan
Lisis
Makrofag imigran
perubahan molekular
Sel sekitar
Keradangan
Histologi
kerusakan
Pola kerusakan
DNA
Membran
plasma
Fagositosis
dari sel
Reaksi jaringan
416
2417
AFOI,TOSIIs
mengaktifas
Death
diketahui.
Bc1-2 dan protein-protein sitoplasma lain (yang masih
Itr
w*tsird*q
*Mr@il{@s
{rl@s s
2418
RET.JMANOI.OGI
B yang
2419
AFOPTOSIS
DNA
Pro-apoptotis
Faktor transkripsi
c-myc
c-fos
Agen-agen genotoksik
Nitric oxide
Oxygen radicals
lnteraksi reseptor-ligand
Efek molekul
Anti-apoptotis
Gene suppresor
TNFo
Granzyme B
bcl2
Ras
ARTRITIS REUMATOID
arhitis.
Fas diekspresikan oleh FLS dan limfosit pada sinovium
reumatoid, dan terdapat defisiensi relatif fungsional FasL
reaktiflainnya.
2420
RET.JMANOI.OGI
DNA
ini belum
T PADA JARINGAN
SINOVIAL REUMATOID
Selain efek anti Apoptotis dan sitokin-sitokin yang spesifik
dan gen-gen anti apoptotis, beberapa mekanisme lain juga
2421
AFOPTOSIS
REFERENSI
Elkon KB. Apoptosis. In Wallace DJ, Hahn BH. Dubois'Lupus Erythematosus. Lippincott Williams&Wilkins. 6'h ed. 2002; 145-56.
Gewies A. Aporeview introduction to Apoptosis 2003. Available
ketidakmampuanuntuk
membersihkan sel Apoptotis secara efektif, yang akhirnya
akan meningkatkan paparan antigen pada sistem imun. Tikus
yang dihilangkan Clq memperlihatkan glomerulonefritis
dengan deposit imun kompleks dan sel Apoptotis pada
dan lupus like syndrome akibat dari
glomerulus.
APOPTOSIS PADAOA
Apoptosis juga ditemukan pada osteofit cartilago pada
OA. Ditemukan peningkatan jumlah kondrosit yang
apoptotis. Apoptotis kondrosit yang dilihatkan melalui
teknik imunohistokimia berhubungan dengan perubahan
degeneratif pada kartilago dan didapati gambaran
57 :738-41.
381
PERAN PROTEASE, DERIVAT ASAM
AIUIKIDONAT DAN OKSIDA NITRIT PADA
PATOGENESIS PENYAKIT REUMATIK
B.P. Putra Suryana
cathepsin
OA(387)
PROTEASE
di sekitar
sel
2422
PERAN PROTEASE, DERIVAT ASTAM ARAKIDONAT DAN OKSiIDA NITRIT PADA PATOGENESIS PEIYYAKIT REUMATIK
Kelas proteinase
Aktivator
Substrat kartilago
Kolagen tipe I, ll, lll, X, lX, aggrecan
Stromelysin-1 (MMP-3)
Stromelysin-2 (MMP-1 0)
Stromelysin-3 (MMP-1 1 )
Matrilysin (MMP-7)
Aggrecan
Tidak diketahui
Elastin
Tidak diketahui
Aggrecan
Tidak diketahui
Aggrecan
Plasmin (dari
plasminogen)
Tissue plasminogen
activator (dari pro TPA)
Urokinase-type
plasminogen activator
(dari pro UPA)
E/astase
Prometalloproteinase
Cathepsin G
Tidak ada
Kallikrein
Faktor Xll
2423
Metallo proteinase
Collagenase-1 (MMP-1)
Collagenase-3 (MMP-1 3)
Collagenase-2 (MMP-8)
Membrane type 1 MMP
Gelatinase A (MMP-2)
Gelatinase B (MMP-9)
Kolagen tipe ll
Kolagen tipe ll
Aggrecan
Denaturated type ll, Aggrecan
Proteolisis
Serine proteinase
Plasminogen
Cathepsin B
Tidak ada
kolagen tipe ll
P rocol I ag e n a se, p
rostromelysi n (?1,
progelatinase (?)
Cysteine proteinase
Cathepsin
Cathepsin
B
L
K
Catheosin D
Cathepsin
lidak ada
fidak ada
Tidak ada
Aspartate proteinase
Tidak
ada
ADAI\,4TS, a disintegrin and metalloproteinase with thrombospondin motlfs ; MMP, matrix metalloproteinase
inhibitor of metalloproteinases; TPA, frssue p/asminogen activator i UPA, urinary plasminogen activator.
i Tll\ilP, tissue
lnhibisi Protease
Inhibitor metalloproteinase yang disebvt tissue
2424
REI.JMAIOI.OGI
(linoleic
acifl
sel (Serhan,1996).
Sintesis Eikosanoid
Sebagian besar mediator lipid tidak tersimpan dalam sel,
tapi disintesis dari prekursor dalam sel yang dipicu oleh
(29,35,36).
PAF
PAF
aeri I .
i I
n,o.oase
FAF tr-"li
?nsrerase
[\,4emb.ane
phospholipids
rostanes
Epo
danLO.
Asam arakidonat mengalami esterifikasi oleh fosfolipid
dan
fosfatidilinositol. Pelepasan atau deasilasi asam arakidonat
Cyclooxygenase (COX)
COX adalah enzim yang mengandung
gttg:us
heme dan
PERAN PROTEASE, DERIVAT ASAM ARAKIDONAT DAI\ OKSIDA NITRIT PADA PATOGENESIS PENYAKIT
REUMATIK 2425
(Bandeira-Melo,2000).
LXA.
Tanda kardinal
Mediator
inflamasi
lipid
lnhibitor
Lipoxin, AfL
LTC4, LTD4,LTE4,
PAF
AfL,aspirinlriggered lipoxin
P AF,pl ate
LT,leukotriene
LX,tipoxin
Aktivitas anti-inflamasi
lnduksi apoptosis sel inflamasi dan sel yang menghasilkan
kolagen
lnhibisi apoptosis sel spesifik
lnhibisi agregasi platelet dan adesi lekosit
lnhibisi ekspresi molekul adesi
ProduksiOksida Nitrit
Oksida nitrit (ON) terbentuk dari hasil oksidasi asam amino
arginine oleh enzim nitric oride synthase (NOS) Terdapat
3 isoform dari enzim nitric oxide synthase (NOS) yaitu
neuronal (nNOS atauNOS,), inducible (iNOS atauNOS,)
endogen
Aktivitas pro-inflamasi
OKSIDA NITRIT
2426
REIJMANOI-OGI
Arginine +
OZ
---\o
Synthase
Superoxrde (SO)
oz-- +C\
A
/\
---t
/
No2 (Nihite)
No3
(Nitrite)
Peroxynitrite
matriks
.t
N2
Fibrosis
nitros
spe
DNA
Jrosine
Pelepasan Apoptotic
nukleosom
Nitrosation Oxidation
(thiols)
Nitrasi
(tipids,
Nitration
(tyrosine)
lipoproteins)
L" z'
'L
Produksi
autoantibodi
Gambar 2. Biokimiawi produksi oksida nitrit (ON) (dikutip dari
Oates and Gilkeson,2005)
lainnya
Transformasi
sel
Disfungsi
blebs
sintesis
inflamasi
Perubahan
mediator
Peningkatan
stres oksidatif
PERAN PROTEASE, DERWAT ASAM ARAKIDONAT DAN OKSTIDA NITRIT PADA PATOGENESIS PEIYYAKIT REUMITTIK
2427
Gilkeson,2005).
Produksi ON juga meningkat pada penyakit lupus, yang
(Heeringa,2001).
RINGKASAN
151.
Feldmann
M, Charles
-228.
2428
REUMAIOI.OGI
:7 57 -7 65
conditions.
-147 4.
In : Koopman WJ,
Moreland LW (eds) Arlhritis and allied conditions. A textbook
: Lippincott
et
REFERENST (PROTEASE)
1986;29:379-387 .
Barrett AJ. The cystatins: a new class of peptidase inhibitors. ZPS
1987 ;12:193 -19 6 .
immunochemical analysis
J Rheumatol 1998;25:314-3t7.
Bandeira-Melo C, Serra MF, Diaz BL, et al. Cyclooxygena
se-2-derived prostaglandin E, and lipoxin Ao accelerate
resolution of allergic edema Angiostrongylus costaricensisinfected rat: relationship with concurrent eosinophilia.
J Immuno I 2000;1 64 :l 029 - 103 6.
Brink C, Dahlen S-8, Drazen J, et al. International Union of
Arthritis Rheum
199 4;37
:395-405.
PERANPROTEASE,DERIVATASAMARAKIDONATDANOKITIDANITRITPADAPATOGENESISPENYAKITREUMATIK
Yamada H, Nakagawa
2429
382
IMUNOGENETIKA PENYAKIT REUMATIK
Joewono Soeroso
PENDAHULUAN
Imunogenetika adalah suatu konsep pendekatan genetik
DP DN DM
OO DQ
OR
r-I-'r-r-'r-I-r---JrAPBpddd
p LUptrAp 0 tso tsts o
HI-A
MHG
Region MHC pada manusia merupakan kelompok gen yang
berperan respons imun. Gen-gen pada MHC tersusun atas
2430
2431
LINKAGE DISQUILIBRIUM
Linkage disequilibrium (LD) adalah keberadaan bersama
Ranah
peptida
Ranah
mirip imonuglobin
Ranah
transmembran
Ranah
filial
sulit
POLIMORFISME HLA
HlApaling
l)
adalah antigen eksogen (alloantigen). Karena paparatpaparan dari antigen yang berbeda-beda, celah pengikatan
l).
Nama
Menunjukkan
atau empat atau lima nukleotida yang sama pada suatu gen.
HLA
HLA-DRB1
DRBl
HLA-DRB1 -1 3
HLA-DRB1-1 301
HLA-DRB1-1 301
HLA-DRB1
-1
3012
HLA-DRB'1.1301102
HLA.DRBl-130,I 1O2N
NOMENKLATURGEN HLA
2432
REI,.IMITTOI.OGI
HLA- DRBl*0404
Molekul HLA
(tes
Gen HLA (PCR)
serologis) =
serological
specificities
B-2701, B*2702,
B-2703, B-2704,
B27
Penyakit
psoriatic afthritis
*RR
= risiko relatif
Molekul HLA
(tes
Gen HLA (PCR)
DPBl -020
serologis) =
serological
specifies
Penyakit
DRB'1.1501f 1503,
DRl5
DRB1"O8
DR8
sLE, (RR=3)
DRB'1-040'1,
DRB 1.0403
DR4
dematomiositis (RR=4)
RA (RR=7), JIA
poliarticular dengan
DRBl.0301
DR3
DRB'1"0312
DR3
DRB1.0404
DRBl.01 02
DR1
2,41(SignifikarVS)], sedangkan
*0 I
1
HLA-DRB
HLA-DRB I * I 0, HLA-DRB 1 * I 4, ditemukan
tidak berhubungan dengan keberadaan AR Di Indonesia,
AR.
JIA pausiartikular
SLE (.RR=3), Sindroma
Sjogren (RR=6),
Juvenile dermatomiositis
(RR=a), JIA
pausiartikular (RR=5)
SLE (RR=3)
SLE (RR=3)
Ankylosing spondilitis
(RR=90"), reactive
arthritis, Sindrom Reiter,
chronic inflammatory
bowel disease or
8.2708,8*2709,
B-2710
RF+(RR=5)
RA (RR=3)
I DENGAN
PENYAKIT
REUMATIKOTOIMUN
HLA-B27 berhubungan erat dengan anlqtlosing spondilitis
(AS), 95% pasienAS membawa HLA-B-27 (RRmencapai >
90), chronic in/lammatory bowel disease (IBD), artritis
HLA Kelas
2433
ini dapat
menimbulkan reaksi pengikatan oleh sistem kekebalan
seiular. PadaAS misalnya, dapat terjadi aktivasi sel T CD8+
oleh HLA-B27 padaAPC yang belperan sebagi otoantigen,
yang mana sel T CD8+ akan mengekspresi perforin dan
kekebalan sebagai eksoantigen. Keadaan
di bawah ini)
Asosiasi
HLA-DRB.10401
72
o
o
001
K
R
R
R
R
1419
0402
0439
E
R
0403
0404
0102
1
R
R
R
R
R
R
R
R
73
A
A
A
A
A
A
A
A
A
E
C2,
dala
Risiko
Risiko
Risiko
Risiko
Risiko
Risiko
Protektif
Tidak ada
Sel T spesifik SE
otoreaktif rendah
tetap hidup
Sel T spesilikasi SE
otoreaktif tinggi
apoptosis
HLA Kelas ll
Salah satu teori yang dapat diterima untuk menghubungan
polimorfisme HlAkelas II denganAR adalah teori mimikri
molekuler. Kesamaan susunan nukleotida pada HVR
dengan antigen eksogen sering disebut dgn konsep SE.
Sekuens asam amino nomor 10-71-12-13-74 (QKRAA,
positifl.
Sebelum timbul penyakit secara klinis, sel T CD4+
otoreaktif rendah mengalami paparan berulang oleh anti-
EBV-gpll0 (Epstein Barr Virus-glycoprotein 110), antigen eksogen lain atau peptida diri yang membawa SE atau
L4igran
sel
Pl\,4N
REFERENSI
(http:l I
Andreas J, Bengtsson
2434
REI,JMITTOX.OGI
Marsh SGE, Bodmer JQ Albert ED, Bodmer WF, Bontrop RE, Dupont
Klein J, Sato A, 2000 The HLA system : First of two parts. N Engl
J Med 343(10):702-709.
La Cava A, Lee Nelson J, Ollier WER, McGregor A, Keystone CE,
Carter JC, Scaffuli JS, Berry CC, Carson DA, Albani S, 1997.
Genetic bias in immune responses to a cassette shared by
different microorganisms in patients with rheumatoid arthritis.
J Clin Invest 100(3):658-663.
p,
400.
Soeroso J. Hubungan HLA-DRB dan HLA-DQB1 dengan reumatoid
artritis. (Disertasi). Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga
2004
Sediva
04.
Varnavidou-Nicolaidou
383
INTERAKSI NEUROIMUNOENDOKRINOLOGI
PADA PROSES INFLAMASI
Kusworini Handono, Handono Kalim, Meddy Setiawan
PENDAHULUAN
2436
REI,JMIIiIOI.OGI
.TBehaviorl-
INTERAKSII NEUROIMUNOENDOKRINOLOGI
2437
di perifer
dengan
2438
RELJMA-^IIOLOGI
penurunan ekspresi dan aktivitas G protein receptor coupled kinase dalam monosit pasien AR. pengurangan
Hormon
atau
Neurotransmiter
Kortisol
Menghambat kerusakan
oksidatif,
kollagenase,
presentasi antigen, COX-2, lL-'1, lL-2, lL-6,
ll-l2, INF y, TNF, NF-rB dsb
Menghambat produksi radikal oksigen, lL,I,
IL-6, TNF
Menghambat lL-6, aktivitas NK sel
Menstimulasi produksi immunoglobulin
(konsentrasi fisiologis), menghambat I L-'1,
lL-6, TNF (konsentrasi farmakologis)
Menghambat radikal oksigen,
phagositosis, ekspresi HLA klas I and ll,
lL-2,lL-12,lNF y, TNF (tetapi
meningkatkan jalur Th2)
Menghambat cAMP intraseluler
(meningkatkan of TNF)
Menghambat radikal oksigen,
phagositosis, aktivitas NK sel, ekspresi
HLA klas ll, lL-2, INF y,lL-12, TNF (tetapi
meningkatkan jalur Th 2)
Menghambat cAMP intraseluler
Menghambat radikal oksigen,
phagositosis, aktivitas NK sel, lL-8, tL-12,
INF 1, TNF (tetapi meningkatkan jalur Th2)
Menstimulasi radikal oksigen,
phagositosis, kemotaksis monosit,
aktivitas NK sel, lL-1, lL-2,1L-4,11-8, lL-10,
lL-'12, TNF, produksi immunoglobulin,
prostaglandin E2
phagositosis, produksi
DHEA
Testosteron
Estrogen
CAMP
Norepinephrin (a2)
Norepinephrin (p)
Adenosin (Al )
Adenosin (A2)
Substansi P
yang
INTERAKSiI NEUROIMUNOENDOKRINOLOGI
2439
ini
,[@D
T
\\
Sensory
nerve fbers
;m\
(uo," )inephrine
Substance P
\Ad znostne //
l\
l
P*
'11#\
-l
:'r-\ A;rlr
#"F
\.-.trarton gAtt-r,
f
--Y
\I t--;;f___l
tl
inflammatoryl l
,inflammatoryl
antiI inftammatorY
IMUN
2440
REUMIIiTOI.OGI
Al
TNF
lL-10
lL-6
lsc
IL.4
lt-2
lFNy
kadarnya, hal ini berhubungan dengan aktivitas antikeradangan yang maksimum hanya terjadi pada konsentrasi
fisiologis l0
"-
l0 5 M.
Sampai saat ini substansi P (Neurotransmiter afferen
sensoris) dipandang merupakan neurotransmiter
prokeradangan (Tabel 1). Sebagai contoh, substansi p
mampu menstimulasi IL-l,IL-2, TNF dan Nuklear Factor
rB dari beberapa tipe sel. Hal ini menunjukkan bahwa
substansi P merupakan agen prokeradangan yang poten.
Peran agen prokeradangan ini pada artritis akut telah
dibuktikan.
t'::1,:.:r
INTERAKSI NEUROIMUNOENDOKRINOLOGI
anti-keradangan dari sistem saraf simpatis (antikeradangan hanya terdapat pada konsentrasi tinggi) di
sekresi dalam jumlah rendah yang sangat tidak memadai
(Gambar 7). Kondisi ini menyebabkan ketidak seimbangan
yang berkelanjutan pada lingkungan mikro sinovial dan
menyebabkan perburukan penyakit, walaupun pada situasi
tanpa adanya trigger awal yang persisten. Pada skenario
patogenesa
2441
Terapi
Target
Substitusi kelenjar
adrenal
Substitusi kelenjargonad
Substitusi sistem saraf
simpatis lokal fialur antikeradangan)
roepia nd rostero n
Testosterone (pasien pria);
d e h id
progesteron (estrogen)
Adenosin lokal (meningkat
dengan metotrexat, sulfasalazin,
salisilat); opioid lokal (popioidergic seperti morpin);
p-agonis adrenergik lokal;
mekanisme peningkatan cAMP
lokal
Blokade substansi P
atau
2442
REI.JMIIITIOIOGI
estrogen (SERM
KESIMPULAN
di
setidaknya
INTERAKSI NEUROIMUNOENDOKRINOLOGI
REFERENSI
Carson
DA Rheumatoid arthritis:
and
51.
302
2443
52.
1999;1O3:282
8.
21:7ll-25.
Mapp PI, Kidd BL, Gibson SJ, Terry JM, Revell PA, Ibrahim NB, et
al. Substance P, calcitonin gene-related peptide- and C flanking
peptide of neuropeptide Y-immunoreactive fibres are present
in notmal synovium but depleted in patients with rheumatoid
arthritis. Neuroscience \990:.31 :143-53.
Masi AI, Bijisma JW, Chikanza 1C, Pitzalis C, Cutolo M Neuroendocrine, immunologic, and microvascular system interactions
in rheumatoid arthritis : physiopathogenetic and theraupeutic
perspectives. Semin Arthritis Rheum 1999 ; 29:65-81
MatucciCerinic MM, Konttinen Y, Generini S, Cutolo M. Neuropeptides and steroid hormones in arthritis. Curr Opin Rheumatol
1998 ;17 : 64 - 102.
Miller LE, Justen H-P, Scholmerich J, Straub RH. The loss of
sympathetic nerve fibers in the synovial membrane of patient
with rheumatoid arthritis is accompanied by increased norepineprine release from synovial cel1s. FASEB I 2000,14:2097-
2t07.
Muller-Ladner U, Kriegsmann J, Franklin BN Matsumoto S, Geiler
! Gay RE, et al. SyTrovial fibroblasts of patients with rheumatiod
arthritis attach to and invade normal human cartilage when
engrafted into SClD mice Am J Pathol 1996:149:1607-1533 Naitoh Y, Fukata J, Tominaga ! Nakai Y, Tamai S, Mori K, et
a1. Interleukin-6 stimulates the secretion of adrenocorticotropic hormone in conscious, freely-moving rats Biochem Biophys
Res Commun 1988; 155:1459
63
2444
REUM'INOI.OGT
Takeda
Metab 1996;81:3604 - 6.
384
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIS
PENYAKIT MU SKULOSKELETAL
Harry Isbagio, Bambang Setiyohadi
TERMINOLOGI
RIWAYATPENYAKIT
menggunakannya.
Berbagai istilah yang perlu diketahui adalah
.
.
.
Umur
Penyakit reumatik dapat menyerang semua umur, tetapl
frekuensi setiap penyakit terdapat pada kelompok umur
tertentu. Misalnya osteoartritis lebih sering ditemukan
pada pasien usia lanjut dibandingkan dengan usia muda.
Sebaliknya lupus eritematosus sistemik lebih sering di
temukan pada wanita usia muda dibandingkan dengan
kelompokusia lainnya.
.
.
.
.
.
.
periosteum tulang).
Jenis Kelamin
Nyeri Sendi
Nyeri sendi merupakan keluhan utama pasien reumatik.
Pasien sebaiknya diminta menjelaskan lokasi nyeri serta
2446
REUMA*IOLOGI
kaku sendi atau nyeri yang hebat pada awal gerak dan
berkurang setelah melakukan aktivitas. pada artritis
reumatoid, nyeri yang paling berat biasanya pada pagi hari,
membaikpada sianghari dan sedikit lebihberatpada malam
hari. Sebaliknya pada osteoartritis nyeri paling berat pada
malam hari, pagi hari terasa lebih ringan dan membaikpada
siang hari. Pada artritis gout nyeri yang terjadi biasanya
berupa serangan yang hebat pada waktu bangun pagi hari,
++
++
++
+
+
+
++
++
+
+l-
+++
++
+
+
+
+++
++
+
++
++
++
+++
++
+++
++
+++
+++
+++
+
+
+
++
++
++
++
++
++
+/- : sangatjarang;
+++ : sering terjadi
Gejala Sistemik
Penyakit sendi inflamatoir baik yang disertai maupun tidak
disertai keterlibatan multisistem lainnya akan mengakibatkan
peningkatan reaktan fase akut seperti peninggian LED atau
CRP. Selain itu akan disertai gejala sistemik seperti panas,
Kaku Sendi
Kaku sendi merupakan rasa seperti diikat, pasien merasa
sukar untuk menggerakan sendi (worn offl. Keadaan ini
PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan jasmani khusus pada sistem muskuloskeletal
meliputi:
2447
.
.
.
Gaya Berjalan
Gaya berjalan yang normal terdiri dari 4 fase, yaitu heel
strike phase, loading/stance phase, toe off phase dan
swing phas e. P ada heel strike phas e, lengan dialun diikuti
gerakan tungkai yang berlawanalyatg terdiri dari fleksi
sendi koksae dan ekstensi sendi lutut. Pada loading/
stance phase, pelvis bergerak secara simetris dan teratur
talokruralis.
Gayabe{alan
. Heel strike phase
. Loading/stance phase
. Toe offphase
Swing phase.
swing phase
'
.
.
,
.
GaYa Berialan
phaser, 2. Loading/stance phaser, 3. Toe-off phase; 4. Swtng phas
. Heel stike
tidakmemilikipola
tertentu.
Sikap/postur Badan
Perlu diperhatikan bagaimana cara pasien mengatur posisi
bagian badan yang sakit. Sendi yang meradang biasanya
mempunyai tekanan intra-artikular yang tinggi, oleh karena
ifupasien akan berusaha menguranginya dengan mengafur
posisi sendi tersebut seenak mungkin, biasanya dalam
posisi setengah fleksi. Pada sendi lutut sering diganjal
dengan bantal. Pada sendi bahu (glenuhomeral) dengan
cara lengan diaduksi dan endorotasi, mirip dengan waktu
menggendong tangan dengan kain pada fraktur lengan.
Sebaliknya bila dilakukan abduksi dan eksorotasi maka
Deformitas
Walaupun deformitas sudah tampak jelas pada keadaan
diam, tetapi akan lebih nyatapada keadaan gerak. Perlu
dibedakan apakah deformitas tersebut dapat dikoreksi
(misalnya disebabkan gangguan jaringan lunak) atautidak
dapat dikoreksi (misalnya restriksi kapsul sendi atau
kerusakan sendi). Berbagai deformitas di lutut dapat terjadi
antara lain genu vanrs, genu valgus, genu rekurvatum,
subluksasi tibia posterior dan deformitas fleksi. Demikian
pula deformitas fleksi di siku. Pada jaringan langanantaru
2448
REI,IMIIiION.OGI
Perubahan Kulit
Pergerakan
Bengkak Sendi
Bengkak sendi dapat disebabkan oleh cairan, jaringan
lunak atau tulang. Cairan sendi yang terbentuk biasanya
akan menumpuk di sekitar daerah kapsul sendi yang
resistensinya paling lemah dan mengakibatkan bentuk
yang khas pada tempat tersebut, misalnya :
. Pada efusi lutut maka cairan akan mengisi cekungan
.
.
.
'
yang
Krepitus
Krepitus merupakan bunyi berderak yang dapat diraba
Nyeri Raba
di dengar
dengan
2449
Bunyi Lainnya
Ligamentous snaps mervpakan suara tersendiri yang
keras tanpa rasa nyeri. Keadaan ini merupakan hal yang
biasa terdengar di sekitar femur bagian atas sebagai click-
igu.
Atrofi
sinovitis segera terjadi hambatan refleks spinal lokal
terhadap otot yang bekerja untuk sendi tersebut. Pada
Perubahan Kuku
Perubahan kuku sering ditemukan pada penyakit reumatik,
antara lain:
'
fibrotik.
Thimble
Gangguan Mata
Gangguan mata meliputi
.
.
.
Ketidakstabilan/Goyah
Sendi yang tidak stabil/goyah dapat terjadi karena proses
trauma atau radang pada ligamen atau kapsul sendi. Pada
Gangguan Fungsi
Fungsi sendi dinilai dengan observasi pada penggunaan
normal; seperti bangkit dari kursi dan berjalan dapat
digunakan untuk menilai sendi koksae, lutut dan kaki'
Kekuatan genggam dan ketepatan menjepit benda halus
untuk manilai tangan. Sedangkan aktivitasnya hidup
sehari-hari (activities of daily living -- ADL) seperti
menggosok gigi, buang air besar, memasak dan
sebagainya lebih tepat ditanyakan dengan kuesioner
daripada diperiksa langsung.
Nodul
Nodul sering ditemukan pada berbagai artropati, umumnya
ditemukan pada permukaan ekstensor (punggung tangan,
siku, tumit belakang, sakrum). Nodul sering ditemukan
dan
I.
Sendi manubriosternal
2450
REIJMIITOI.OGI
ioclavi
cu
lar
joi nt
Sendi Siku
Sendi siku dibentuk oleh 3 sendi, yaifi sendi humeroulnar
yang merupakan sendi engsel serta sendi radiohumeral
dan radioulnar proksimal yang memungkinkan rotasi
=ACJ)
AC.I.
Sendi Bahu
Dengan
rotasi t
skapula
t(
,.
130
lJ
L
m
BAHU
Fleksi - ekstensi
fiaro6ro:olo
',,,)
it
l,(
BAHU
Rotasi internal - eksternal
ro
t
_-.o,o
50
oo(70)
eo]80so80
9o'9090j;;
eoel1m11o--'''ur.
SIKU
fleksi-ekstensi
10 m9060
70
60
130
&40
50
RADIO-ULNAR
LR
50
60
7o
.o.o
.+
SO
60
/to
245t
Pergelangan Tangan
Pergelangan tangan merupakan sendi yang kompleks.
Tulang-tulang karpal, terdiri dari 8 tulang pendek skafoid,
lunatum, trikuetrum, pisiform, trapezium, tr apezoid,
kapitatum dan hamatum. Kedelapan tulang tersebut, di
proksimal bersendi dengan radius dan ulna, sedangkan di
distal bersendi dengan tulang-tulang metakarpal. Tendon
otot-otot fleksor longus tangan melewati bagian folar
pergelangan tangan di dalam samng tendon di bawah
fleksor retinakulum (ligamen transversum karpal). Fleksor
retinakulum dan dasar tulang-tulang karpal membentuk
terowongan karpal. Nerl'us medianus melalui terowongan
dorsal tangan.
Artritis reumatoid merupakan kelainan yang sering
terjadi pada pergelangan tangan dan tangan yang di tandai
oleh pembengkakan pada sendi interfalang proksimal
menyebabkan jari berbentuk fusiformis; deviasi ulnar;
deformitas swan neck yang merupakan fleksi kontrakfur
sendi MCP, hiperekstensi sendi PIP dan fleksi sendi DIP;
dan deformitas boutonniere yang merupakan kontrakfur
fleksi sendi PIP dan hiperekstensi sendi. Selain itu dapat
juga di temukan deformitas Z jari I yang merupakan
kombinasi fleksi sendi metakarpofalangeal I dan
ini superfisial
interfalang proksimal.
Kelainan lain adalah jari teleskopik akibat resorpsi
falang pada artritis psoriatik sehingga menimbulkan lipatan
lorgnette).
atau la main en
dan
jari
osteoartritis hipertrofi k.
Sendi Koksae
Sendi koksae dibentuk oleh kaput femoris dan asetabulum.
20to
PERGELANGAN
devEsi rad
TANGAN
o-unlar
30
20 10
10 20
40
50
260
50
i2
L
2452
REI.JM/fi)I.OGI
-^ 30
90
50
40
30
l0
20
20
t0
10
10
10
2a
uo'o 'o
no
co
-rot-o'00
KoKSAE
direkuk)
'oo,,o,ro
90 8o ,o
Fleksi - (lutut
oo
50
40
30
30
20
2A
10
10
0'
10
eo so
KOKSAE
-^
'" so adukasi-adukasi
oo
7o
ao
so
50
30
20
-'
10
0
-10
),
/_..,'
/.'
,o C/
40to
a a*,
20
lo o
lo
/ \..\
-,/ \\
RorASt
] ,n xo<snr
4o
oou
uo
20
30
,r,
t'
'
*)
-oo
uo
l'rr.
ekstensor koksae.
Pemeriksaan koksae dimulai dengan mengamati pasien
Sendi Lutut
Sendi lutut merupakan gabungan dari 3 sendi, yait:u
patelofemoral, tibiofemoral medial dan tibiofemoral lateral.
Pada sendi tibiofemoral, terdapat meniskus lateral dan
medial. Sendi lutut diperkuat oleh kapsul sendi yang kuat,
2453
s itifl ,berarti
ligamen krusiatum. Kerusakan meniskus dapat diperiksa
zo
CD
1! o ro ,o
-30
GKt
PERGELANGAN
Fleksi plantatr dorcal
40
-50
ao
zo 10 9 10
zo
50
Kaki
Yang dimaksud dengan kaki adalah mid foot yang terdiri
dari 5 tulang-tulang tarsal selain talus dan kalkaneus dan
fore foot yang terdiri dari tulang-tulang metatarsal dan
jari-jari kaki. Kaki mempunyai struktur melengkung ke
dorsal yang memungkinkan penyebaran berat badan ke
kalkaneus di posterior dan ke-2 tulang sesamoid pada
tulang metatarsal I dan kaput metatarsal II-V di anterior'
Fungsi lengkung kaki adalah untuk menjaga fleksibilitas
kaki pada waktu berjalan dan berlari. Lengkung ini dapat
betambah akibat kelainan neurologik dan dis ebtrt pes cavus
,,
ono
Gsnu
to'o
ao
t30
30
),)
Pergelangan Kaki
Pergelangan kaki terdiri dari 2 sendi, yaitu sendi tibiotalar
(true ankle joint) yang merupakan sendi engsel dengan
pergerakan dorsofleksi dan plantar-fl eksi, sedangkan sendi
subtalar memungkinkan gerak inversi dan eversi dari kaki.
Maleoli tibia dan fibula memanjang ke bawah, menutupi
talus dari medial dan lateral dan memberikan kestabilan
sendi pergelangan kaki. Kapsul sendi pergelangan kaki
sangat kuat pada bagian posterior dan memungkinkan
untuk pergerakan dorso dan plantar-fleksi.
Pada bagian belakang sendi ini terdapat tendon achiles
KAKI
nvrsiversi
40
3o
20
I i\
10010
\'30
20
,\40
I
10
10
30
20
GambarT. kaki
Vertebra
Vertebra harus diperiksa dalam posisi duduk atau berbaring
2454
REIJMAIOI.OGI
tes
Lasegue danFemoral nerve stretch /esl. Tes Lasegue (SLR
: sraight legralslng) merupakan tes yang sering dilakukan.
Pasien disuruh berbaring telentang dalam keadaan santai,
dengan
\l
45'\
Ekslensi -
Feksi
Fleksi Lateral
Iesf
L2,L3danL4.
endi sakroiliaka juga harus diperiksa dengan seksama,
karena pada spondiloarhopati seronegatif, sering disertai
sakroilitis. Pemeriksaan khusus untuk sendi ini adalah tes
distraksi dan tes lutut ke bahu. Pada tes distraksi, kedua
sisi pelvis ditekan ke bawah pada pasien dalam keadaan
berbaring terlentang atau pada satu sisi, tes positif bila
timbul nyeri. Pada tes lutut ke bahu, pasien dalam posisi
berbaring terlentang, koksae difleksikan dan di aduksi,
kemudian lutut difleksikan ke arah bahu kontralateral. Tes
ini hanya bermakna bila lumbal dan koksae dalam keadaan
normal.
S
2455
REFERENSI
385
ARTROSENTESIS DAN
ANALISIS CAIRAN SENDI
Sumariyono
PENDAHULUAN
SINOVIA
SINOVIUM
Sinovium adalahjaringan yang menutupi semua pennukaan
2456
2457
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Alkohol
Kasa steril
Anestesi lokal (bila diperlukan)
Sarung tangan
Pulpen
Plester
Tabung gelas
Tabung steril untuk kultur
Lain-lain sesuai kebutuhan : media kultur, kortikosteroid
ARTROSENTESIS
lndikasi
Diagnostik
.
.
.
Artrosentesis saja
- Evakuasi kristal untuk mengurangi inflamasi pada
pseudogout akut dan crytal induced arthritis yang
lain.
saraf.
. Untuk mengurangi
Terapeutik
Sendi Lutut
Kontraindikasi
Diagnostik
.
.
.
.
Bakteriemi
Secara anatomis tidak bisa dilakukan
Pasientidakkooperatif
Terapeutik
.
.
.
.
Kontraindikasidiagnostik
Instabilitas sendi
Nekrosis avaskular
Artritis septik
2458
REI,.,MIIilI)I.OGI
Jenis pemeriksaan
Nilai normal
Rata rata
3-7
7.38
PH
Jumlah leukosit/mm3
13
0
0
0
0
PMN
Limfosit
Monosit
Sel sinovia
43
180
-25
-78
-71
24
48
-12
1.2-30
Albumin (%)
56
-63
60
Globulin (%)
37 -44
40
4
1.8
03
Hyaluronat g/dl
OJ
Noninflamasi lnflamasi
(grup l)
(grup ll)
Biasanya>4 Biasanya>4
Purulen
(Grup lll)
Xantokrom
Xantokrom
Kejernihan
Transparan
Opak
Viskositas
Tinggi
Translusen
atau opak
Rendah
Sangat
Biasanya > 4
Putih
atau putih
renda h
musin
Bekuan spontan
Bekuan
Jumlah leukosiUmm3
Polimorfonuklear
(%)
Sedang Sedang
baik sampai buruk
Sering
Sering
< 3000
3 000 -50 000
Buruk
sampai
< 25 %
>700/o
Sering
50 000300 000
>90%
Rutin
. Pemeriksaan makroskopis: warna, kejernihan, viskositas,
Khusus
Mikrobiologi: pengecatan
Ziehl
Nielsen), kultur bakteri, jamur, virus atau M tuberkulosis,
analisis antigen atau asam nukleat mikroba (PCR)
Serologi: kadar komplemen hemolitik (CHr), kadar
Komponen komplemen (C. dan Ca), autoantibodi (RF, ANA,
Anti CCP)
Kimiawi: glukosa, protein total, pH, pO2, asam organik
(asam laktat
asam suksinat), LDH (lactate
dehydrogenase)
dan
Keterangan
BEKUAN
VOLUME
PEM ERIKSAAN MAKROSKOPIS
Sendi normal umumnya hanya mengandung sedikit cairan
2459
VISKOSITAS
Cairan sendi normal sangat kental, karena tingginya
konsentrasi polimer hyaluronat . Asam hyaluronat
merupakan komponen non protein utama cairan sinovia
dan berperan penting pada lubrikasijaringan sinovia. Pada
penyakit sendi inflamasi asam hyaluronat rusak atau
seperlr susu.
Normal Inflamasi
PurulerVsePtik
PEMERIKSAAN
IKROSKOPIS
Kristal
Pemeriksaan kristal sebaiknya dilakukan pada sediaan
Gambar3. Pemeriksaan viskositas (kekentalan)
cairan sendi dengan sfflng fest
WARNADAN KEJERNIHAN
Cairan Sendi normal tidak berwarna seperti air atau putih
telor. Pada sendi inflamasi jumlah leukosit dan eritrosit
pada cairan sinovia meningkat. Eritrosit pada sinovia
2460
REUMATIOI.OGI
PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI
EYEPIECE
BireFringent Crystal
on rose background
ANALYZER
COMPENSATOR
SODIUM URATE
CRISTAL
POLARIZER
merah; disini tampak kristal MSU beruvarna kuning bila aksis kristal
paralel dengan aksis dari slow vibration dari kompensator, dan
benrvarna biru bila aksis kristal MSU tegak lurus dengan aksis
slow vibration dari kompensaror.
2461
ini
adalah
KESIMPULAN
Fye KH. Arthrocentesis, synovial fluid analysis, and synovial biopsy In: Klippel JH. Primer on the rheumatic diseases. l2'h
edit. 2001 : 138-144.
Gatter RA, Schumacher HR. A practical handbook of joint fluid
analysis. 2"d edit. 1991.
Mikuls TR. Synovial fluid analysis. In : Koopman WJ and Moreland
LW. Arthritis and allied conditions. 15th edit. 2005 : 8l-96.
Setiyohadi, sumaryono Aspirasi cairan sendi / artrosentesis. In
Sumaryono, Alwi I, Sudoyo AW . Prosedur tindakan di bidang
Ilmu Penyakit Dalam. 1999 :227-233.m
Swan A, Amer H, Dieppe P The value of synovial fluid assay in the
diagnosis ofjoint disease : a literature survey. Ann Rheum Dis
2002 :61: 493-498.
:
386
PEMERIKSAAN CRB FAKTOR REUMATOID,
AUTOANTIBODI DAN KOMPLEMEN
Arnadi, NG Suryadhana, Yoga I Kasjmir
karena
dan
Normal atau
Peningkatan
peningkatan tidak
Sedang
signifikan(<1mg/dl
CRP merupakan salah satuprotein fase akut. CRP terdapat
Kerja berat
Common cold
Kehamilan
Gingivitis
Stroke
(l-l0msidl
Peningkatan
tinggi
( > 10 mg/dl )
lnfark miokard
Keganasan
Pankreatitis
lnfeksi mukosa
bronkitis, sistitis )
Penyakit reumatik
Kejang
Angina
Hampir selalu
ada
Demam reumatik,
artritis reumatoid,
infeksi bakteri akut,
hepatitis akut
proses inflamasi.
Sering ada
Tuberkulosis
aktif,tumor ganas
stadium lanjut,
leprosy, sirosis
aktif, luka bakar
luas, peritonitis
Sklerosis multipel,
sindroma Guillain
Barre, cacar air,
pasca bedah,
penggunaan alat
kontrasepsi intrauterin
2462
2463
3.
4.
Bahan Pemeriksaan
Dapat diperoleh dari sekitar 2cc darah pasien yang
FAKTOR REUMATOID
uji
aglutinasi,
radioimun.
CARAAGLUT!NASI LATEKS
Prinsip kerja pemeriksaan ini menggunakan partikel lateks
polysQrene yang permukaattya dibungkus dengan anti
CRP sehingga dapat direaksikan dengan serum kontrol
positifataupun negatifpada permukaan kaca benda atau
2464
REIJMIIiIOI.OGI
Waaler
ini,
Dasar sistem
self-antigen
2.
3.
4. Kegagalan fungsi kendali dari sel-T
penekan,
menimbulkan kecenderungan pembentukan auto-
5.
6.
7.
8.
Spesifisitas / Sensitivitas
2465
individunormal.
Berbagai penyakit kronis lain dengan nama RF yang
menunjukkan adanya faktor ini dapat di klasifikasikan
sebagai berikut :
. Infeksi viral akut: mononukleosis, hepatitis, influenza
.
.
2466
REUMAIIOI.OGI
..
.
.
Complex).
AR.
melepaskan
2467
Penyakit Rematik
lnfeksi Viral
Acq ui re d i m mu
od eficie
cy
syndrome, mononukleosis,
hepatitis, influenza dan setelah
vaksinasi
Trypanosomiasis, kala azar,
malaria, schistomiasis, filariasis
Tuberkulosis, leprosi, sifilis,
brucelosis, infektif endokarditis,
salmonelosis
Pasca radiasi atau kemoterapi,
purpura
hipergammaglobulinemia,
kryoglobulinemia, penyakit hati
kronik, penyakit paru kronik
lnfeksi parasit
Neoplasma
Hyperglobuli nemic state
IgG
Artritis
Reumatoid
Penyakit nonreumatik
Titer
Heterogenitas
Tinggi
Rendah
++
Reaksi nyaterhad ap
lengkap
tidak lengkap
terutama lgM
tidak jelas, tetapi
bukan pada
daerah sinovial.
Faktor Reumatoid
gammaglobulin
manusia dan hewan
Klas imunoglobulin
Lokasi produksi
menyulitkan pengenalannya.
Pada prinsipnya FR-IgG ini, dapat dikenal dengan prohl
lain dari autoantibodi dengan afinitas rendah dengan ciriciri unik yang membawakan sifat patogeniknya dalam
situasi khusus. Memang secara teoritis, hadirnya faktor
ini, justru menunjukkan salah satu kegagalalsistem imun
tubuh dalam menangani infiltrasi benda asing secara
tuntas.
KEMAKNAAN KLINIK
Faktor r eumatoid IgM. Klas ini
IgM
2468
REI,JMAT.IOI.OGI
secara
r e ac t iv e p ep ti d e
as
peripher. Kekacauan
ini
TEKNIKANALISIS
Cara yang paling mudah dalam mengukur IgM-FR ialah
teknik aglutinasi yaitu cara non imunologik menggunakan
lateks dan cara imunologik menggunakan sel darah
Umumnya otoantibodi
segera
di dalamnya
ini hipotesis
yang dianut adalah otoantibodi baru dikatakan
memiliki peran dalam perkembangan suatu penyakit
reumatik otoimun apabila ia berperan dalam proses
rangkaian penyakit otoimun. Hingga saat
patologiknya.
dapat
dan
2469
Anti-Ku
Anti-Ku
AntisnRNP
Anti snRNP adalah suatu auto antibodi terhadap partikel
small nuclear ribocleoproteln dari RNA. AntiSm dan anti
U I snRNP termasuk golongan anti snRNP. Anti U I snRNP
memiliki hubungan klinis sebagai petanda untuk MCTD
dan drjumpai 30-40% pasien SLE.Anti Sm mempunyai
SS-AJanti Ro
Antibodi ini mempuyai spesifisitas yang berbeda terhadap
partikel ribonucleoprotein yaitu partikel ribonucleoprotein
60 kD dan 52 kD. Antibodi Ro ditemukan pada 40-95%
sindroma Sjogren dengan manifestasi ekstraglandular
(keterlibatan neurologis, vaskulitis, anemia, limfopenia,
trombositope nia) dar' 40oh pasien SLE.
SS-B/anti La
Targen antigen oleh antibodi ini adalah partikel ribonucleoprotein 47 kD yang mempunyai peranan dalam proses
Antihiston (N ukleosom)
Antibodi antihiston merupakan suatu antibodi terhadap
komponen protein nukleosom yaitu kompleks DNAprotein (suatu substmkflrr dari inaktif kromatin transkripsi).
Potein histon terdiri dari H1,H2A,II2B,H3 dan H4.Antibodi
ini dapat dideteksi dengan pemeriksaan ELISA, indirect
immuno/luoresence alau imunoblot. Pada 50-70% LES
terdapat antibodi antihiston terutama terhadap protein Hl,
H2B diikuti H2A, H3 serta H4, dan biasanya berhubungan
anti dsDNA. Antibodi inijuga ditemukanpadalupus induksi
Topoisomerase I
sitoplasma. Anti topoisomerase 1 terdapat pada 2240o/o pasien
skleroderma dan 25 -'l 5o/o pasien sklerosis sistemik. Secara
umum anti tropoisomerase I merupakan faktor pediktor untuk
keterlibatan kulit yang difus, lama penyakit atau hubungan
dengan kanker, fibrosis paru, timbulnya parut (scar) pada j ari
j ari dan keterlibatan jantung.
merupakan antigen yang terdapat dalam
Antisentromer
Antibodi antisentromer mempunyai target pada proses
mitosis. Antisentromer ditemukan pada 22-36%, pasien
sklerosis sistemik. Antisentromer mempunyai korelasi yang
cl ero dac
tily
dan
t el
engiect as ia)
2470
REI.JMITTOT.OGI
PEMERIKSAAN KOMPLEMEN
Komplemen adalah suatu molekul dari sistem imun yang
tidak spesifik.Komplemen terdapat dalam sirkulasi dalam
keadaan tidak aktif.
amplikasi humoral
Komplemen
clq
C1r
Cls
C1-INH
c4
Penyakit
SLE, glomerulonefritis, poikiloderma
kongenital
SLE, glomerulonefritis, lupus like
syndrome
SLE
SLE,lupus diskoid
SLE,rheumatoid
vasculitis,dermatomyositis, gA
nephropathy, subacute sclerosing
panecephalitis,scleroderma,sjogrens
syndrome,grave disease
SLE, discoid lupus, polymyositis, HenochSchonlein purpura,Hodgkins
d isease,vascul itis, glomerulonefritis, hypog
I
c3
C5
c6
c7
C8
C9
Fagositosis dapat terjadi terhadap kompleks AgAb-C3b, karena pemilikan reseptor C3b pada sel
neutrofil, makrofag, trombosit dan sel B. hal ini
memeperbesar bangunan ikatan kompleks tersebut
sehingga lebih mempermudah pengenalan benda asing
tersebut yang akhirnya mempercepat aksi pembersihan.
Dengan demikian C3b mempunyai efek ganda yaitu di
REFERENSI
Breedveld F. New Insight in the pathogenesis of RA. J. Rheumatol
25; 1998: 3-7.
Cohen A S. Laboratory diagnostic procedures in the rheumatic
diseases. Grune & Stratton, Inc. Sidney, Tokyo 1985.
Dunne J. V, Carson DA, Spiegelberg H, dkk, IgA Rheumatoid factor
in the sera and saliva of patient, with RA and Sjogren syndrom.
Ann. Rheum Dis. 38; 1979:167.
t7 -122
Monestier.
tes
2471
Suryadhana
sendi,
52:851-6.
Tierney LM, McPhee SJ, Papadakis MA in Current Medical
Diagnosis
Hi11,2004.
&
Lymfhosyte
1981:839.
2;
378
PEMERIKS
L\N
PENCITRAAN
DALAM BIDANG REUMATOLOGI
ZuljasriAlbar
PENDAHULUAN
Teknik pencitraan dapat membantu penegakan diagnosis,
Di bawah ini
akan
FOTO POLOS
tidak terkena radiasi. Demikian juga radiasi terhadap anakanak hendaklah diusahakan seminimal mungkin. Jika pada
pasien ini memang diperlukan pemeriksaan radiologik, ahli
fisika radiasi dapat menghihrng dosis radiasi minimum yang
diperlukan untuk pemeriksaan pencitraan. Prinsip dasar
ini berlaku untuk semua jenis pemeriksaan pencitraan.
Pemeriksaan radiologi konvensional mudah didapat
dan menyenangkan. Tambahan lagi, pengetahuan tentang
kelainan radiologi (konvensional) pada bernacam-macam
TOMOGRAFI
2472
2473
CT-scan.
COMPUTEDTOMOGRAPHY
Meskipun relatif mahal, CT-s c an lebrhmurah daripada MRI.
Resolusi spatial lebih baik daripada MRI, tetapi lebih buruk
daripada foto konvensional. CT-scan dapat memperlihatkan
trianguler.
M AG N ETt C
2474
REUMATOI.OGI
ULTRASONOGRAFI
SINTIGRAFI
Teknik ini merupakan cara yang mudah untuk melihatpola
keterlibatan sendi dan keadaan aktivitas penyakit. Sintigrafi
setelah pemberian intravena beberapa bahan seperti 99m
teknisiummetilen difosfat (99mTc MDP) unflrk skentulang,
99mTc sulfur koloid untuk sken sumsum tulang, galium
sitrat (67Ga sitrat) dan leukosit yang diberi label dengan
orang
2475
diidentifikasi.
USG tampak menjanjikan untuk evaluasi osteoporosis. Hantaran gelombang melalui tulang memberikan
informasi tentang struktur mikrotrabekula y ar'g berkaitan
dengan kekuatan tulang, tetapi tidak dapat dinilai langsung
dengan teknik radiografi. Informasi ini saling melengkapi
dengan informasi tentang komposisi mineral tulang dalam
mengevaluasi risiko fraktur pada pasien. USG juga telah
dipakai untuk menilai sifat permukaan rawan sendi.
ARTROGRAFI
Pada artrograh diperlukan suntikan bahan kontras kedalam
sendi, diikuti oleh pemeriksaan radiologi. Pada artrografi
DENSITOMETRITULANG
one
-eq
u iv
al en
yang b erbeda-beda.
ANGIOGRAFI
MRI.
2476
REUMA*II)LOGI
dapat
.
.
.
Mielografi, radikulografi, ascending lumbar venography dandiskografi : untuk menilai nyeri pinggangatal
penyakit reumatik pada verlebra serfikal.
Termografi; dasamya ialah pancaran panas infra-merah
dari kulit di atas tulang dan sendi. Aktivitas sinovitis
dan respons terhadap pengobatan dapat dilihat dan
diukur.
REFERENSI
HK : Magnetic
resonance imaging
in arthritis.
388
PEMERIKSAAN DENSITOMETRI TULANG
Bambang Setiyohadi
(DxA)
TEKNIK DENSITOMETRI
Sebelum membicarakan
DXA
2477
2478
DXA
DXA merupakan tehnik BMD yang banyak dipakai secara
luas. DiAmerika sendiri saat ini terdapat sekitar 10.000 alat
DXA. Di Indonesia terdapat sekitar 15 alat DXA yang
tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya,
Balikpapan dan Makassar. DXA merupakan baku emas
untuk pengukuran BMD yang dapat mengukur tulang-
REUMATOI.OGI
2479
BMD pasien
T-score
'1
BMD pasien
Z-score
1.
2
3.
-
Klasifikasi
T-score
Normal
Osteopenib
Osteoporosis
Osteoporosis
berat
Risiko
T-score
Tindakan
fraktur
>
+1
Sangat
rendah
0 s/d +1
Rendah
-1 s/d 0
Rendah
-1 sld -2,5
Sedang
<-)
Tinggi
tanpa fraktur
<-)
dengan fraktur
Sangat
tinggi
2480
REI,JMIIiIOI.OGI
te
rsendiri.
Set
iap
pada laki-laki pada setiap umur, maka diagnosis osteoporosis dapat ditegakkan secara klinis.
bertambahnya umur.
kekuatan tulang
BMD SERIAL
BMD serial dilakukan untuk menentukan bilamana terapi
osteoporosis dapat dimulai pada pasien-pasien dengan
risiko kehilangan massa tulang yang bermakna atau
terdapat indikasi untuk terapi osteoporosis. Selain itu BMD
2481
,te.*,?
.!.,!
PELAPORAN BMD
Pelaporan hasil pemeriksaan BMD awal dan BMD ulangan
berbeda dan harus diperhatikan baik oleh operator, analis
;t l:'tri,
7.,
i,.
arF,
Gds{ffr
l}tritr
kr
,94
ir1
"i
:t:
l?n
l
;:
<
.:
;l
:'
i
q,
f
I ria
11
':,
BMDberikutnya.
'
2482
RELJMA-^IOLOGI
REFERENSI
8WtW1
Yirt{s#
,13
0$
0$
cu
AX
,2
01,
811
0,1
1fi3
afl!0str1881s;ffi
AS lyeasj
f.d,!
Ai&$i*
-{
ffi
{l4l
rq.+f*e
t121
4i
iFr
Str$r*
wr$
*fi1*
*rr! r3i
i:g:
+.ei
\i&
il):
!{.5?:
l*1
r@ &rrhM.{
{*) r&
;i
-:5
389
NYERI
Bambang Setiyohadi, Sumariyono, Yoga I. Kasjmir, Harry Isbagio, Handono Kalim
the study of
pengalaman
pain (IASP), nyeri didefinisikan sebagai
sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial
akan menyebabkan kerusakan jaringan. Persepsi yang
disebabkan oleh rangsangan yang potensial dapat
menimbulkan kerusakan jaringan disebut no s is eps ion.
for
TERMINOLOGI NYERI
Hiperpatia
dl sestesi
sumasl.
2483
2484
REUMA-IOLOGI
Nyeri nosiseptifi
kiteria
NVeri somatik
'{
(
I
Nyeri viseral
--r{
Nyeri non-nosiseOtif
I
.j
Nyeri neuropatik
Nyeri psikogenik
MEKANISME NYERI
KLASIFIKASI NYERI
Nyeri nosiseptif, adalah nyeri yang timbul sebagai akibat
perangsangan pada nosiseptor (serabut a-delta dan
serabut-c) oleh rangsang mekanik, termal atau kemikal.
2485
NYERI
Medula Spinalis
Kornu dorsalis medula spinalis merupakan relay point
pertama yang membawa informasi sensoris ke otak dari
sensory nucleus-
ofnV
- 1\
(secondary)
---Ventral
trigeminothalamic
MEDULA
- -'
Anterolateral
fasciculus;
spinothalamic
spinoreticular
spinomesen@Phalic
CERVICAL
CORD
THORACIC
CORD
----
proses nosiseptif
Conduction
3-30
<3
Neuron
diameter
Characteristics
(rrm)
12-22
4-12
4-12
1-5
1 5-4
<15
Meskipun
Type velocity
(m/s)
60-120
Ao
50-70
A0
35-70
41
5-30
A6
di kornu dorsalis.
lntrafusalproprioception(M)
Primary nociceptive afferent (l\4)
Autonomic preganglionic (l\4)
Primary nociceptive afferent (unM)
Autonomic postganglionic (unM)
2486
Di Tingkat Otak
Terdapat beberapa nukleus pada talamus lateral yaitu
MODULASI NOSISEPTIF
Terdapat beberapa tempat modulasi nyeri, tetapi yang
paling banyak diketahui adalah pada kornu dorsalis medula
spinalis. Eksitabilitas neuron-neuron di medula spinalis
tergantung dari keseimbangan dari input yang berasal dari
nosiseptor aferen primer, neuron intrinsik medula spinalis
dan descending system yang berasal dari supra spinal.
REI,JMAiNOI.OGI
nyeri ini menuju medula spinalis melalui funikulus dorsolateral. Neuron-neuron di rostroventral medula oblongata
membuat koneksi inhibisi pada komu dorsalis lamina I, II
dan V. Sehingga stimulasi neuron di rostroventral medula
oblongata akan menghambat neuron-neuron komu dor-
dorsalis.
norepineprin endogen.
melalui inhibisi presinap dari injury-evoked neurotransmitter release dari neuron nosiseptif aferen primer (lebih
da;i 70o/o dari total OP3 (%) receptor site terdapat pada
terminal aferen primer). Opioid endogen tampaknya juga
menyebabkan inhibisi postsinap neuron nociresponsive
komu dorsalis. Transmisi input nosiseptif pada medula
ControlTheory
lnh ibitory
interneuron
NYERIINFLAMASI
Pada proses
2487
ITYERI
Kompleks
NYERIPSIKOGENIK
Nyeri dapat merupakan keluhan utama berbagai kelainan
psikiatrik, psikosomatik dan depresi terselubung. Pasien
Sej ak
rodutkj alur
dalam proses fisiologis sepeerti pros tas iklin, tromboksandan prostaglandin-E r(PGEr). Sebaliknya, jalur COX-2
akan men gha silkan p r o s t a g I an d i n p r o i nfl a m at if y ar.g akan
A,
2488
REIJMATOI.OGI
endogenous
Sensitivitas Nyeri
Banyak dibuktikan bahwa pasien-pasien depresi memiliki
lebih banyak keluhan nyeri dari pada yang tanpa depresi.
Beberapa penelitian menujukkan angka kejadian nyeri lebih
tinggi pada pasien depresi dibanding populasi umum. Data
prevalensi depresi di antara pasien klinik nyeri bervariasi,
yaitu:
Lokasi Nyeri
Mintalah pada pasien untuk menjelaskan daerah mana
yang merupakan bagian paling nyeri atau sumber nyeri.
2489
kelemahan?
lntensitas Nyeri
Kualitas Nyeri
Gunakan terminologi yang dikemukakan oleh pasien itu
sendiri seperti nyeri tajam, seperti terbakar, seperti tertarik,
nyeri tersayat dan sebagainya.
PENGUKURAN NYERI
Kesulitan dalam mengukur rasa nyeri ini disebabkan oleh
tingkat subyektivitas yang tinggi dan tentunya memberikan
perbedaan secara individual. Di samping itu sebagaimana
dikemukakanpadakajian awal terhadap nyeri di atas, belum
Pengaruh nyeri
Dampak nyeri yang perlu ditanyakan adalah seputar
dan sebagainya.
2490
REI.JM/{IOLOGI
atauVAS.
012345678910
llltttttttt
Worst
possible
No
pain
parn
scale.
dirasakan.
pada
nyeri,
pengukuran kategorikal
10
Worst
No
pain
Moderate
Severe
ossibl
pain
2491
nilai di bawah
Extreme
parn
Extreme
parn
Extreme'
pain
No change
No
r",n
o09000@
Pada skala ini digambarkan garadasi emosional mulai
Bentuk-bentuk lain pengukuran nyeri multidimensional adalah: P atient outcome questionare didesain
untuk mengukur beratnya nyeri, intervensi, kepuasan
terhadap kontrol nyeri dan beberapa aspek lain dalam
pengobatan dan pemberian obat; Descriptor dffirential
scale (Gracey 1988) yang megukur komponen sensorik dan
afektif nyeri meggunakan skal a rasio; Integrated p ain s core
(Ventafridda 1983) yang mengukur baik intensitas maupun
durasi nyeri; P ain perception profile (Tursky 197 6) yang
digunakan untuk pengukuran dimensi sensorik, afektif dan
intensitas ty eri1' W est Haven-Yale multidimensional pain
inventory (Kerns 1985) berupa 52 itens pengukuran nyeri
2492
REUMITIOI.OGI
OBATAN
adalah
2493
atau
Antikonulsan generasi
baru, Gabapentin (neurontin) meningkatkan kadar
pada manajemen nyeri neuropati.
lain:
YANG LAIN
jam sering
kerjanya
durasi
adiksi
karena
untuk
menangani
digunakan
Metadon. Metadon
5-
6-8
lama.
2494
Terapi Stimulasi
REI,JMANOI.OGI
REFERENSI
Basbaum A. Anatomy and Physiology of Nociception In: Kanner R
(ed). Pain Managemen secrets. 9th ed. Hanley & Belfus Inc.
Philadelphia, 1997 :8-t2
Bellamy N. Musculoskeletal clinical metrology. London: Kluwer
Academic Publisher. 1993: 65-76 dan 117-134.
Beaulieu P, Rice ASC. Applied physiology of nociception. In :
Rowbotham DJ, Macintyre PE : Clinical pain management,
Acute pain. 2003 : l-16.
Currie SR, Wang JL. Chronic back pain and major depression in
general Canadian population. Pain 2004 ; 107 :54-60.
Handono K, Kusworini H. Penatalaksanaan nyeri yang rasional.
Kursus penatalaksanaan nyeri. Jakarta 2004 :3-8.
IASP Task Force on Taxonomy. Merskey H, Bogduk N. Eds.
Classification of chronic pain. Seattle: IASP Press. 1994:
209 -2t4.
Meliala KRT. L. Terapi rasional nyeri, Tinjauan khusus nyeri
Akupuntur
neuropatik. 2004.
390
ARTRITIS REUMATOID
I Nyoman Suarjana
PENDAHULUAN
klinik
lapisan sinovial sendi, AR juga bisa mengenai organorgan diluar persendian seperti kulit, jantung, paru-paru
ETIOLOGI
Faktor genetak
EPIDEMIOLOGI
relatif
2495
2496
REI.JMAiNOI.OGI
Hormon sex
imi cry)
ini.
Pada observasi
FAKTOR RISIKO
PATOGENESIS
Kerusakan sendi padaAR dimulai dari proliferasi makrofag
dan fibroblas sinovial setelah adatya faktor pencetus,
Agen infeksi
Mycoplasma
Parvovirus B19
Retrovirus
Enteric bacteria
Mycobacteria
Epstein-Barr Virus
Bacterial cell walls
Mekanisme patogenik
lnfeksi sinovial langsung,
superantigen
lnfeksi sinovial langsung
lnfeksi sinovial langsung
Kemiripan molekul
Kemiripan molekul
Kemiripan molekul
Aktifasi makrofag
2497
ARTRITIS REUMATOID
AltlGn
ilHC
(? .nl6obe,
GGe
tl
IT
+l
J
EotHeretbn
ndl
.*++
Gambar 2. Patogenesis artritis reumatoid
sfl
co4n
Peran sel T
Induksi respon sel T pada artritis reumatoid di awali oleh
interaksi antara reseptor sel T dengan share epitope dati
major histocompatibility complex class II (MHCII-SE) dan
peptida pada antigen-presenting cell (APC) sinovium atau
2498
REUTvIA*IOLOGI
Peran sel B
Peran sel B dalam imunopatogenesis AR belum diketahui
secara pasti, meskipun sejumlah peneliti menduga ada
lndustiwe Phase
4.
.-.llt
FoxP3
//
{,$ysternic or Local)
MHCil-SE
o
4,"3,*.K
I tL-6
@t
Gambar 4. lnteraksi sel Th17 patogenik dalam synovial microenvironment pada artritis reumatoid
Effector Phase
2499
ARTRITISREUM/rtflOID
<*+
f<)larrlrr t
"l. *lls
MANIFESTASI KLINIS
Awitan (onsef)
Kurang lebrh 213 penderita AR, awitan terjadi secara
perlahan, artritis simetris terjadi dalam beberapa minggu
sampai beberapa bulan dari perjalanan penyakit. Kurang
8-15%o
Manifestasi artikular
PenderitaARpada umumnya datang dengan keluhan nyeri
dan kaku pada banyak sendi, walaupun ada sepertiga
penderita mengalami gejala awal pada satu atau beberapa
yang terlibal
Metacarpophalangeal (MCP)
Pergelangan tangan
Proximal interphalangeal (PlP)
Lutut
Metatarsophalangeal (MTP)
Pergelangan kaki (tibiotalar + subtalar)
Bahu
Midfoot (tarsus)
Panggul (Hip)
Siku
Acro
ioclavicu lar
Vertebra servikal
Tem poromandibu lar
Sternoclavicular
keterlibatan (%)
85
80
75
75
75
75
60
60
50
50
50
40
30
30
2500
REUIUANOI.OGI
Bentuk deformitas*
Keterangan
Deviasi ulna
Deformitas kunci piano (pranokev)
Deformitas Z-thumb
Arthritis mutilans
hanA.
Hallux valgus
Sistem organ
Konstitusional
Kulit
Mata
Kardiovaskular
Paru-paru
Hematologi
Gastrointestina
Neurologi
Ginjal
Metabolik
Manifestasi
Demam, anoreksia, kelelahan (fatigue),
kelemahan, limfadenopati
Nodul rematoid, accelerated
rh e u m atoi d n od u losi s, rh e u m atoi d
vasculiti s, pyoderma gangrenosum,
i nte rstiti a I g ra n u lom ato su s d e rm atiti s
with afthritis, palisaded neutrophilic dan
granulomatosis dermatitis, rhe umatoid
neutrophilic dermatitis, dan adult-onset
Stl// dlsease
Sj og re n sy nd rom e ( keratoconjunctivits
sicca), scleritis, episcleritis,
scleromalacia.
Pericarditis, efusi perikardial,
edokarditis, valvulitis.
Pleuritis, efusi pleura, interstitial
fibrosis, nodul reumatoid pada paru,
Capla n's svnd rome (infiltrat nodular
pada paru dengan pneumoconiosis).
Anemia penyakit kronik, trombositosis,
eosinofilia, Felty syndrome ( AR
dengan neutropenia dan splenomegali)
Sjogre n synd rome (xerostomia),
amyloidosis, vaskulitis
Entrapment neuropathy,
myelopathy/myositis.
Amyloidosis, renal tubular acidosis,
interstitial nephritis
Osteoporosis
KOMPLIKASI
Dokter harus melakukan pemantauan terhadap adanya
komplikasi yang terjadi pada penderita AR. Komplikasi
yang bisa terjadi pada penderita AR dirangkum dalam
Tabel 5 dan Tabel 6.
Deformitas
Kerusakan struktur artikular dan periartikular (tendon dan
ligamentum) menyebabkan terjadinya deformitas. Bentuk-
2501
ARTRITIS REUII{ATOID
Komplikasi
Keterangan
Anemia
Berkorelasi dengan LED dan aktivitas penyakit; 75% penderita AR mengalami anemia karena
penyakit kronik dan 25% penderita tersebut memberikan respon terhadap terapi besi.
Kanker
Komplikasi kardiak
Mungkin akibat sekunder dari terapi yang diberikan; kejadian limfoma dan leukemia
2 -3 kali lebih sering terjadi pada penderita AR; peningkatan risiko terjadinya berbagai tumor solid;
penurunan risiko terjadinya kanker genitourinaria, diperkirakan karena penggunaan OAINS.
1/3 penderita AR mungkin mengalami efusi perikardial asimptomatik saat diagnosis ditegakkan;
miokarditis bisa terjadi, baik dengan atau tanpa gejala; blok atrioventrikular jarang ditemukan.
Tenosinovitis pada ligamentum transversum bisa menyebabkan instabilitas sumbu atlas, hati-hati
Deviasi ulnar pada sendi metakarpofalangeal; deformitas boutonniere (fleksi PIP dan
hiperekstensi DIP); deformitas swan neck (kebalikan dari deformitas boutonniere); hiperekstensi
dari ibu jari; peningkatan risiko ruptur tendon
Beberapa kelainan yang bisa ditemukan antara lain '. frozen shoulder, kista popliteal, sindrom
terowongan karpal dan tarsal.
Komplikasi pernafasan
dan
berkurangnya lingkup gerak leher, subluksasi C4-C5 dan C5-C6, penyempitan celah sendi pada
foto sevikil lateral. Myelopati bisa terjadi yang ditandai oleh kelemahan bertahap pada ekstremitas
atas dan parestesia
Episkleritis jarang terjadi
Terbentuknya sinus kutaneus dekat sendi yang terkena, terhubungnya bursa dengan kulit.
Umumnya merupakan efek dari terapi AR.
bisa
s
pada
ada
dengan
den
; fibrosi
old
Ditemukan pada 20 -35% penderita AR, biasanya ditemukan pada permukaan ekstensor
ekstremitas atau daerah penekanan lainnya, tetapi bisa juga ditemukan pada daerah skler'b, pita
suara, sakrum atau vertebra
Bentuk kelainannya antara lain : arteritis distal, perikarditis, neuropati perifer, lesi kutaneus,
arteritis organ viscera dan arteritis koroner; terjadi peningkatan risiko pada : penderita perempuan,
titer RF yang tinggi, mendapat terapi steroid dan mendapat beberapa macam DMARD;
berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya infark miokard.
Vaskulitis
Pleural disease
Pleural effusions, Pleural fibrosi
lnterstitial lung disease
Usual interstitial pneumonia, Nonspecific interstitial pneumonia, Organizing pneumonia, Lymphocytic interstitial
pneumonia, Diffuse alveolar damage, Acute eosinophilic pneumonia, Apical fibrobullous disease, Amyloid, Rheumatoid
nodules
Pulmonary vascular disease
Pulmonary hypertension, Vasculitis, Diffuse alveolar hemorrhage with capillaritis
Secondary pulmonary complicatlons
.
.
O p poftu n i
2502
REI.JMAIOI.OGI
Pemeriksaan penunjang
C-reactive protein (CRP).
Laju endap darah (LED).
Hemoglobi n/hematokrit*
Jumlah lekosit*
Jumlah trombosit.
Fungsi hati.
Faktor reumatoid (RFf
Umumnya meningkat sampai > 0,7 picogram/ml, bisa digunakan untuk monitor
perjalanan penyakit.
Sering meningkat > 30 mm/jam, bisa digunakan untuk monitor perjalanan penyakit
Sedikit menurun, Hb rata-rata sekitar 10 g/dl, anemia normokromik, mungkin juga
normositik atau mikrositik
Mungkin meningkat
Biasanya meningkat
Normal atau fosfatase alkali sedikit meningkat.
Hasilnya negatif pada 30% penderita AR stadium dini. Jika pemeriksaan awal negatif
dapat diulang setelah 6 12 bulan dari onset penyakit. Bisa memberikan hasil positif
padd beberapa penyakit seperti SLE, skleroderma, sindrom Sjogren's, penyakit
keganasan, sarkoidosis, infeksi (virus, parasit atau bakteri). Tidak akurat untuk
penilaian perburukan penyakit.
Mungkin normal atau tampak adanya osteopenia atau erosi dekat celah sendi pada
stadium dini penyakit. Foto pergelangan tangan dan pergelangan kaki penting untuk
data dasar, sebagai pembanding dalam penelitian selanjutnya.
MRI
Mampu mendeteksi adanya erosi sendi lebih awal dibandingkan dengan foto polos,
tampilan struktur sendi lebih rinci.
I I i n ated pe
antibody (antiCCP)
pti de
Anti-RA33
Anti n u cl e a r a nflbody (ANA)
Konsentrasi komplemen
lmunoglobulin (lg)
Pemeriksaan cairan sendi
Fungsi ginjal
Urinalisis
RF Tidak
semua
Diperlukan bila diagnosis meragukan. Pada AR tidak ditemukan kristal, kultur negatif
dan kadar glukosa rendah
Tidak ada hubungan langsung dengan AR, diperlukan untuk memonitor efek samping
terapi.
Hematuria mikroskopik atau proteinuria bisa ditemukan pada kebanyakan penyakit
jaringan ikat.
* Direkomendasikan
untuk evaluasi awal AR
Autoantibodi
RF titer tinggi
50 U/ml)
(>
Anti-CCP
Anti-RA33
*PPV
96
92
41
9B
28
90
96
74
KRITERIA DIAGNOSTIK
Pada penelitian klinis, AR didiagnosis secara resmi dengan
menggunakan tujuh lffiteria daiAmerican College of Rheumatology seperti tampak pada Tabel 9. Pada penderitaAR
kdteriaACR(81%:91%).
DIAGNOSIS BANDING
PROGNOSIS
Prediktor prognosis buruk pada stadium dini AR antara
lain : skor fungsional yang rendah, status sosialekonomi
2503
ARTRITIS REUMIITOID
Definisi
Ada
Kaku pagi hari (morning
stlffness)
Artritis pada 3 persendian
atau lebih
39
14
32
'13
Paling sedikit
yaitu
: PlP, MCP,
Nodul reumatoid
29
50
25
Perubahan gambaran
radiologis
12
5o/o
reumatoid pada
foto
21
erosi
ikasi tulang
berdekatan
saja tidak
memenuhi persyaratan)
* Diasumsikan bahwa probabilitas keseluruhan (overall probability) untuk AR adalah 30%
- Diagnosis ditegakkan bila memenuhi 4 atau lebih dari kriteria di atas, kriteria 1 - 4 sudah berlangsung minimal selama 6 minggu
penyakit
setelah
(vAS)
fisik
deformitas)
Peningkatan LED atau CRP
terlibat
Parameter lain untuk menilai respon terapi
Physician's g/obal assessment of disease activity
Patient's g/obal assessment of disease activity
Penilaian status fungsional atau kualitas hidup
dengan menggunakan kuesioner standar
2504
REUMAIOI.OGI
= 0.56{(tender28) + 0.28 x
0.70xtn@SR)+0.014xGH
DAS28
(swollen28) +
l.
2.
Keterangan
Tender 28
3.
4.
5. Physician global
6.
KRITERIA PERBAIKAN
American College Of Rheumatology (ACR) membuat
kriteria perbaikan untukAR, tetapi kriteia ini lebih banyak
dipakai untuk menilai outcome dalam uji klinik dan tidak
dipakai dalam praktek klinik sehari-hari. Kriteria perbaikan
as s es
petllaian nyeri
perbaikan
50%o dan
ACR70)
Questionnaire).
7. Nilai
DAS28 cukup praktis digunakan dalam praktek seharihari. Perhitungan DAS 28 (DAS28-LED) menghasilkan skala
Kriteria remisi
Menurut kriteriaACR, AR dikatakan mengalami remisi bila
memenuhi 5 atau lebih dari kriteria dibawah ini dan
berlangsung paling sedikit selama 2bulanberhrrut-turut :
1. Kaku pagi hari berlangsung tidak lebih dari l5 menit
2. Trdakadakelelahan
3. Tidak ada nyeri sendi (melalui anamnesis)
4. Tidak ada nyeri tekan atau nyeri gerak pada sendi
5. Tidak ada pembengkakanjaringan lunak atau sarung
6.
tendon
LED < 30 mm/jam untukperempuan atau < 20 mm/jam
untuk laki-laki (dengan metode Westergren)
TERAPI
Aktivitas
penyakit
Nilai DAS28-LED
Nilai DAS28-CRP
Remisi
< 2,6
< 3,2
< 2,3
Rendah
Sedang
Tinggi
<r7
> 4,1
4,1
2s05
ARTRITIS REUMATOID
1. Mengurangi nyeri
2. Mempertahankan status fungsional
3. Mengurangi inflamasi
4. Mengendalikan keterlibatan sistemik
5. Proteksi sendi dan struktur ekstraarlikular
6. Mengendalikan progresivitas penyakit
OAINS
OAINS digunakan sebagai terapi awal untuk mengurangi
nyeri dan pembengkakan. Oleh karena obat-obat ini
tidak merubah perjalanan penyakit maka tidak boleh
Glukokortikoid
TERAPI FARMAKOLOGIK
Farmakoterapi untuk penderita AR pada umumnya meliputi
DMARD
Pemberian DMARD harus dipertimbangkan untuk semua
2506
REI,,IM'ITOII)GI
reaktivasi tuberkulosis.
DMARD
Dosis
Mekanisme kerja
Waktu
Timbulnya
Respons
Efek Samping
NON BIOLOGIK
(Konvensional)
Menghambat: sekresi
sitokin, enzim lisosomal
dan fungsi makrofag
Methotrexate
nhibitor dihidrofolat
reduktase,
menghambat
kemotaksis, efek antiinflamasi melalui
induksi pelepasan
adenosin
7,5 - 25 mg p.o, lM
atau SC per minggu
1-2 bulan
Sulfasalazln
Menghambat : respon
sel B, angiogenesis
Azathioprine
(lmuran)
Menghambat sintesis
DNA
50- 150 mg
Leflunomide
(Arava)
Menghambat sintesis
pirimidin
Cyclosporine
Menghambat sintesis
lL-2 dan sitokin sel T
lainnya
2,5 - 5 mg/kgBB
per hari
(Mrx)
Hidroksiklorokuin
(Plaquenil),
Klorokuin fosfat
per hari
250 mg p.o. per hari
p.o.per
- 6 bulan
- 3 bulan
2 - 3 bulan
hari
hari
4 -12 minggu
p.o.
2-4bulan
2507
ARTRITIS REUMATOID
Waktu
Mekanisme kerja
DMARD
Efek samping
timbulnya
respons
.
.
.
D-Penicillamine
(Cuprimine)
Menghambat fungsi
sel T helper dan
angrogenesis
6 bulan
Garam emas
thiomalate
(Myochrysine)
Menghambat :
makrofag,
angiogenesis dan
protein kinase C
Menghambat
makrofag dan fungsi
25-50mglM
- 8 minggu
- 6 bulan
Auranofin
(Ridaura)
PMN
BIOLOGIK
.
o
setiap2-4minggu
3 mg p o. 2 kali per
hari atau 6 mg p.o.
per hari
Beberapa hari
Adalimumab
(Humira)
Antibodi TNF
(human)
40 mg SC setiap
mrnggu
- 4 bulan
Anakinra
(Kineret)
Antagonis reseptor
100- 150 mg SC
per hari
mrnggu
Etanercept
(Enbrel)
Reseptor TNF
terlarut (so/uble)
tL-1
25 mg SC
2 kali per minggu
atau 50 mg SC per
12-24
Beberapa hari
12 minggu
mrnggu
.lnfliximab
(Remicade)
Antibodi TNF
(chimeric)
3 mg/kgBB lV (infus
pelan) pada minggu
ke- 0, 2 dan 6
kemudian setiap B
Beberapa hari
- 4 bulan
mrnggu
. Rituximab
(Rituxan,
.
.
Mabthera)
Abatacept
(Orencia)
Belimumab
Antibodi anti-sel B
(CD20)
1000 mg setiap 2
minggu x 2 dosis
3 bulan.
Menghambat
aktivitas sel T
(costimulation
blockers\
humanized
monoclonal antibodY
terhadap Blymphocyte
sflmulator (BlyS)
10 mg/kgBB (500,
750 atau 1000 mg)
setiap 4 minggu
6 bulan*
1 mg, 4 mg aiau 10
mg/kgBB lV pada
hari 0,14,28
kemudian setiap 28
hari selama 24
24 minggu-
24 minggu.
4 minggu*
3 bulan*
6 bulan.
4 minggu.
24 minggu"
mrnggu
.
.
Tocilizumab
(Actemra TM)
Anti-lL-6 recePtor
4 mg atau 8
MAb
Ocrelizumab
lmatinib
(Gleevec)
Denosumab
lnhibitor Protein
tirosin kinase
human monoclonal
lgG2 antibodY
terhadaP RANKL
human
anti-TNF-q antibodY
mg/kgBB infus
setiap 4 minggu
10 mg, 50 mg, 200
mg, 500 mg, dan
1000 mg infus pada
hari 1 dan 15
400 mg per hari
Pegol
(CDP87O)
Certolizumab
Ofatumumab (HuMax-
cD20)
human monoclonal
antiCD20 lgGl
antibody
60 mg atau 180m9
SC setiap 6 bulan
selama 1 tahun
1 mg; 5 mg atau 20
mg/kgBB infus
tunggal
300 mg, 700 mg
atau 1000 mg infus
pada hari 0 dan 14
2508
REUMANOI.GI
Mekanisme kerja
o Atacicept
Waktu
Timbulnya
respons
70 m9,210 mg, atau 3 bulan.
630 mg SC dosis
tunggal atau 70 mg,
210 mg atau 42O mg
SC dosis berulang
setiap 2 minggu
50 mg atau 100
16 mingguSC setiap 2 atau 4
Golimumab
Fontolizumab
mg
d a nti -i nte ie
ro
mrnggu
Efek samping
gamma antibody
-
w"lJy terpendek yang ditetapkan oleh peneliti untuk mengevaluasi respon terapi
lM = intramuscular; lV = intravenous; p.o. = per oral; SC = subcutan; gBV Epstein-Barr Virus; MMps matrix
=
=
pMN
metalloproteinases;
TB = tuberkulosis;
= polymorphonuclear; MAb =
Terapi Kombinasi
Banyak penelitian memperlihatkan bahwa efikasi
terapi kombinasi lebih superior dibandingkan
REKOMENDASI KLINIK
sulfasalazine.
Jenis DMARD
Pemeriksaan
Kreatinin
Hepatitis
serum
BdanC
cBc*
Transaminase
hati
X
X
X
X
X
X
Non biologik
H idroksiklorokuin/
Klorokuin fosfat
Leflunomide
Methotrexate
Minocycline
Sulfasalazine
X
X
X
Biologik
Semua agen biologik
.CBC
Oftalmologik
2509
ARTRITIS REUMATOID
Tingkat bukti
(evidence rating)
Rekomendasi klinik
Penderita AR harus diterapi sedini mungkin dengan DMARD untuk mengontrol gejala dan
menghambat perburukan Penyakit'
lebih dari 6
- 8 minggu)
yang sudah
mendapat terafii analgetik atau OAINS harus dirujuk ke insitusi rujukan reumatologi, lebih
baik sebelum 12 minggu.
a
Melakukan edukasi satu per satu untuk penderita AR setelah diagnosis ditegakkan.
oAINS untuk meredakan gejala harus diberikan dengan dosis rendah dan
harus
Gastroproteksi harus diberikan pada penderita usia > 65 tahun atau ada riwayat ulkus
peptikum.
lnjeksi kortikosteroid intra-artikular bermanfaat, tetapi tidak diberikan lebih dari 3 kali dalam
setahun.
Kortikosteroid dosis rendah efektif mengurangi gejala tetapi mempunyai risiko tinggi
terjadinya toksisitas, oleh kerena itu berikan dosis paling rendah dengan periode
pemberian yang pendek.
Kombinasi terapi lebih efektif dibandingkan dengan terapi tunggal'
a
Efikasi terapi harus dimonitor, perubahan hemoglobin, LED dan CRP merupakan indikator
respon terapi dan penggunaan instrumen kriteria respon dari European League Against
Rheumatism bermanfaat untuk menilai perburukan penyakit'
Pendekatan secara multidisiplin bermanfaat, paling tidak dalam jangka pendek, oleh
karena itu penderita harus bisa mendapatkan perawatan profesional secara luas, yang
meliputi dokter pelayanan primer, ahli reumatologi, perawat khusus, ahli terapi fisik, ahli
occupational, ,nti giii, ahli perawatan kaki (podratnsts), ahli farmasi dan pekerja sosial
Latihan bermanfaat untuk meningkatkan kapasitas aerobik dan kekuatan otot tanpa
memperburuk aktivitas penyakit atau derajat nyeri
2510
REUMANOI.OGI
REFERENSI
Darmawan J, Muirden KD, Valkenburg HA, Wigley RD. The epiderniology of rheumatoid arthritis in Indonesia Br J Rheumatol
Smith
TOIC2O2l HTM.
Bowes J, Barton
btlity.
25ll
ARTRITIS REUMATOID
2005:996-1042.
Harris ED. Clinical features of rheumatoid arthritis. In: Ruddy S,
Harris ED, Sledge CB, Kelley WN, eds. Kelley's Textbook of
rheumatology. 7th ed Philadelphia: WB Saunders, 2005:1043-78.
Mikuls TR, Cerhan JR, Criswell LA, Merlino L, Mudano AS, Burma
M, et al. Coffee, tea, and caffeine consumption and risk of
rheumatoid arthritis: results lrom the Iowa Women's Health
Sttdy. Arthritis Rheum 2002;46:83 -91
Merlino LA, Curtis J, Mikuls TR, Cerhan JR, Criswell LA, Saag KG
62
9.p df.
joint inflammation
Rheumatoid arthrilis.
Syah A, English JC. Rheumatoid arthritis: A review of the
cutaneous manifestations J Am Acad Dermatol 2005;53:191-209'
Brown KK. Rheumatoid lung disease. Proc Am Thorac Soc
2007 ;4:443-418.
on
http://www.sign.ac uk/
guidelines/fulltext/4 8/index.htm1.
Avouac J, Gossec L, Dougados M. Diagnostic and predictive value of
anti-CCP (cyclic citrullinated protein) antibodies in rheuma-
Kawano
Jones
to
single and composite measures of disease activity. Rheumalology 200) ;40:447 -52
Leeb BF, Andel I, Leder S, Leeb BA, Rintelen B. The patient's
perspective and rheumatoid arthritis disease activity indexes
PW, et
Rheumatology
2003;42:244-257
Aletaha D, Landewe R, Karonitsch T, Bathon J, Boers M,
Bombardier C, et a1. Reporting disease activity in clinical trials
of patients with rheumatoid arthritis: EULAR/ACR collaborative recommendations. Ann Rheum Dis 2008;67;136O-64'
Saag KG, Teng GG, Patkar NM, Anuntiyo J, Finney C, Curtis JR, et
al. American College of Rheumatology 2008 Recommendations for the Use of Nonbiologic and Biologic Disease-Modifling Antirheumatic Drugs in Rheumatoid Arthritis Althritis
.
van Gestel AM, Haagsma CJ, van Riel PLCM. Validation of rheumatoid arthritis improvement criteria that include simplified joint
counts. Arthritis Rheum 1998;41 : 1845-50.
Leeb BF, Andel I, Sautner J, Fassl C, Nothnagi T, Rintelen B The
Disease
and
Y Evcik D.
Medscape General
Med
2004;6:3.
RA, Boers M,
2512
REUMANOI.OGI
og
as
2008;47:665-9.
MA,
AA,
Cohen SB, Dore RK, Lane NE, Ory PA, Peterfli CG, Sharp JT, et al.
Denosumab treatment effects on structural damage, bone mineral density, and bone tumover in rheumatoid arthritis: a twelve-
month, multicenter, randomized, double-blind, placebo-controlled, phase II clinical trial. Arthritis Rheum 2008;58(5):12993 09.
Yazici Y. B-Cell-Targeted Therapies: Reports From the ACR 2007
Annual Meeting (dikutip tanggal 17 Oktober 2008). Dapat
diperoleh di URL : hxp://www. medscape com /viewarticle/
567522.
Fox RL Update on Novel and Emerging Therapies for RA: Report
From the ACR 2007 Amual Meeting (dikutip tanggal 17 Oktober
2008). Dapat diperoleh di URL : htp://www.medscape.com/
viewarticle/56752 l.
Smolen J The investigational compound tocilizumab (ActemraTM)
response to methotrexate, researchers announced at the European League Against Rheumatism (EULAR) 2007 (dikutip
tanggal 17 Oktober 2008). Dapat diperoleh di URL : http://
www.medicalnewstoday com/ heahhnews. php?newsid:74370.
Kelly J. Progress in RA with rituximab, belimumab, and 2 novel
approaches (dikutip tanggal 18 Oktober 2008). Dapat diperoleh
di URL : http //www.medscape.com/ viewarticle/S38181.
EULAR 2007 Preliminary Results Show Potential Of Olatumumab
In Rheumatoid Arthritis (dikutip tanggal 18 Oktober 2008).
Dapat diperoleh di URL : http://www medicalnewstoday.com/
articles/74437 php.
Novartis Pharma AG. A Study of Imatinib 400 Mg Once Daily in
2000;343:1586-93.
Lipsky PE, van der Heijde DM, St Clair EW, Furst DE, Breedveld
FC, Kalden JR, et al. Infliximab and methotrexate in the treatment of rheumatoid arthritis. N Engl J Med 2000;343:1594_602.
Weinblatt ME, Keystone EC, Furst DE, Moreland LW, Weisman
MH, Birbara CA, et a1. Adalimumab, a fully human anti-tumor
necrosis factor alpha monoclonal antibody, for the treatment
of rheumatoid arthritis in patients taking concomitant
methotrexate: the ARMADA tial. Arthritis Rheum 2003.48:35-45
Nuki G, Breshnihan B, Bear MB, McCabe D. Long-term safety and
maintenance of clinical improvement following treatment with
anakinra (recombinant human interleukin-1 receptor
antagonist) in patients with rheumatoid arthritis: extension phase
5 -
67
Pres
cr
2003
;26:36-40.
Genovese MC, Becker JC, Schiff M, Luggen M, Shener
tanggal
i8
Kremer J,
Rheum
2008;58:964-7 5.
BioPharma, Inc. A Phase 2 Study to Evaluate the Safety, Tolerabiliry and Activity of Fontolizumab in Subjects With Active Rheumatoid Arthritis (dikutip tanggal 18 Oktober 2008). Dapat
diperoleh di URL
thiitis.
Combination With Methotrexate in the Treatment of Rheumatoid Arthritis (dikutip tanggal 18 Oktober 2008). Dapat
http://clinicaltrials.gov/ct2/show/record/
NCT0028 I 294.
Kremer JM, Westhovens R, Leon M, Giorgio ED, Alten R, Steinfeld
S, et al. Treatment of Rheumatoid Arthritis by Selective Inhibi-
25t3
ARTRITISREUMATOID
L, Szechiflski J, Filipowicz-Sosnowska
Strand
Furst DE, Breedveld FC, Kalden JR, Smolen JS, Burmester GR, Sieper
J, et al. Updated consensus statement on biological agents for
;66;iti2-iii22
A
Sebba
methotrexate in
X, Montecucco C, Monteagudo-S6ez I,
Malaise M, Tzioufas AG, et al. Adalimumab alone and in
combination with disease-modifying antirheumatic drugs for
the treatment of rheumatoid arthritis in clinical practice: the
a combination of
N Engl J
Med
1996l.334:1287 -97.
Saag KG, Teng GG, Patkar NM, Anuntiyo J, Finney C, Curtis JR, et
al. American Coliege of Rheumatology 2008 Rec<jmmendations for the Use of Nonbiologic and Biologic Disease-Modifying Antirheumatic Drugs in Rheumatoid Arthritis' Arlhrilis
Rheum 2008;59:762-84.
NM, Anuntiyo J, Finney C, Curtis JR, et
al. American College of Rheumatology 2008 Recommenda-
tions for the Use of Nonbiologic and Biologic DiseaseModifying Antirheumatic Drugs in Rheumatoid Arthritis lrthritis Rheum 2008;59:7 62-84.
391
SINDROM SJOGREN
Yuliasih
PENDAHULUAN
skleroderma.
ditandai dengan mulut dan mata kering yang kadangkadang disertai pembesaran kelenjar parotis. Secara
histopatologi kelenjar eksokrin penuh dengan infiltrasi
limfosit yang mengganti epitel yang berfungsi untuk
sekresi kelenj ar (exocrinop clthy). P atogenesisnya dikaitkan
dengan adanya autoantibodi yaitu anti-Ro (SS-A) dan anti-
La(SS-B).
SS
SS
EPIDEMIOLOGI
SS bisa
PATOFISIOLOGI
2514
2515
SINDROMS'OGREN
III
transkrip.
ini
dihubungkan
dengan gejala awal penyakit, lama penyakit, pembesaran
.
.
.
.
.
.
.
o
o
Arlritis reumatoid
Lupus eritematosus sistemik
Skleroderma
Mixed connective tlssue dlsease
Sirosis biliar primer
Miositis
Vaskulitis
Tiroiditis
Hepatitis kronik aktif
Mixed cryoqlobulinemia
EKSOKRINOPATI
Mata
Menurunnya produksi air mata dapat merusak epitel
kornea maupun konjungtiva, bila kondisi ini berlanjut, maka
GAMBARAN KLINIK
Gambaran klinik sindrom Sjogren sangat luas, berupa
suatu eksokrinopati yang disertai gejala sistemik atau
ekstraglandular. Xerostomia dan xerotrakea merupakan
Orofaringeal
Keluhan xerostomia meupakan eksokrinopati pada kelenjar
ludah yang menimbulkan keluhan mulut kering karena
menurunnya produksi kelenj ar saliva Akibat mulut kering
ini seringkali pasien mengeluh kesulitan menelan makanan
2516
REUMATIOI.OGI
DU
LAR
Manifestasi kulit
Manifestasi kulit merupakan gejala ekstraglandular yang
paling sering dijumpai, dengan gambaran klinik yang luas.
Kulit kering dan gambaran vaskulitis merupakan keluhan
yang sering dijumpai. Manifestasi vaskulitis pada kulit
bisa mengenai pembuluh darah sedang maupun kecil.
Vaskulitis pembuluh darah sedang biasanya terkait dengan
krioglobulin, dan vaskulitis pada pembuluh darah kecil
vaskulitis
Organ lain
Kekeringan bisa terjadi pada saluran napas serta orofaring
yang sering menimbulkan suara parau, bronkitis berulang
serta pnemonitis. Gejala lain yang mungkin dijumpai adalah
MANIFESTASI EKSTRAGAN
a. Kutaneus vaskulitis
vaskulitis
Manifestasi Neuromuskular
Manifestasi neurologi yaitu diakibatkan vaskulitis pada
sistem saraf dengan manifestasi klinik neuropati perifer.
Kranial neuropati jugadapatdijumpai pada SS, gambaran
klinis kranial neuropati biasanya mengenai serat saraf
tunggal, misalnya neuropati trigeminal, atau neuropati
optik. neuropati sensorik merupakan komplikasi neurologi
yang tersering pada sindrom Sjogren kemungkinan terjadi
kerusakan neuron sensorik pada dorsal root dan ganglia
gassertan
Kelainan muskular hanya berupa mialgia dengan enzim
Gambaran Gastrointestinal
2517
SINDROMSIOGREN
Neuritis optik
SSP Vaskulitis
SSP T limfoma
Cerebral amyloid angiopathy
film
Sialometri
Sialometri adalah mengukur kecepatan produksi kelenjar
persis seperti yang didapati pada kelenjar liur. didapatkan
juga Hepatomegali, AMA positif, serta peningkatan alkali
fosfatase, sirosis bilier primer lebih sering pada tipe primer
Adritis
Lima puluh persen didapatkan gejala arlritis pada sindrom
Sjogren. Artritisnya mungkin muncul lebih awal sebelum
gejala sindom sicca muncul. Artritis pada sindom Sjogren
Sialografi
Pemeriksaan secara radiologis untuk menetapkan kelainan
anatomi pada saluran kelenjar eksokrin. Pada pemeriksaan
ini tampak gambaran teleektasis
Skintigrafi
Untuk mengevalusi kelenjar dengan menggunakan 99m
Manifestasi Hematologi
Gambaran hematologi tidak spesifik seperli pada penyakit
autoimun lainnya. Pada pemeriksaan rutin laboratorium
Biopsi
yang dominan
DIAGNOSIS
Tes Schimer's
ini digunakan untuk evaluasi produksi kelenj ar air mata.
Tes dilakukan dengan menggunakan kertas filer dengan
Tes
.
.
.
.
.
.
gejalamulutkering
gejalamatakering
tanda mata kering dibuktikan dengan tes Schimer atau
tes Rose Bengal
2518
Diagtrosis Banding
.
.
.
.
.
.
amiloidosis
diabetes melitus
sarkoidosis
infeksi virus
trauma
psikogenik
Sindrom mata kering bisa disebabkan oleh amyloidosis, inflamasi kronik blefaritis, konjungtivitis, pemfigoid,
sindrom Steven Johnson, hipovitaminosis A. Sedangkan
PENGELOLAAN
Prinsipnya hanyalah simtomatik menggantikan fungsi
REI.,IMIIIOI.OGI
REFERENSI
Arthritis and allied conditions a textbook of rheumatology. l4
"d
Brun JG, Madland TM, Gjesdal CB, Berlelsen LT. Sjogren syndrome
in an out-patient clinic:classification of patients according to
the preliminary European criteria and the proposed modified
syndrome.
Kassan SS, Moutsopulos HM. Clinical manifestation and early diagnosis of Sjogren syndrome. Arch Int. Med. 2004;164:1275-84
merangsang infeksi
54
try.I998:65;10 -22
Papiris SA, Maniati M, Constantopoulos SH, Roussos C, Moutsopulos
HM, Skopouli FN. Lung involment in primary Sjogren Syndrome is mainly related to the small airway disease.
Ann.Rheum.Dis. 1999 :58;61-4.
Price EJ, Venables PJW
Rheumatol.
392
ARTRITIS REUMATOID JUVENIL
(ARTRITIS IDIOPATIK JUVENIU
ARTRITIS KRONIS JUVENIL)
Yuliasih
PENDAHULUAN
KLASIFIKASI
ARJ (AS}
Umur saat
onset
Lama sakit
Tanda artritis
Subtipe
setelah 6
bulan
> 6 bulan
Bengkak, efusi, nyeri
tekan ROM terbatas,
hangat pada perabaan
Pausiartikular < 4
Poliartikular > 5
Artritis sistemik
(EULAR
<16 tahun
> 3 bulan
Pausiartrikular < 4
Poliartikular > 5
lgM RF +
lgM RF Artritis Sistemik
Artritis psoriatik
Entesitis
Lain-lain
yang serlus.
<16 tahun
.
2519
ekstraartrikular lainnya.
2s20
REUMAIIOI.OGI
Penyakit
Kriteria
Ekskiusi
Diskripsi
Artritis sistemik
Menyingkirkan infeksi
keganasan
Oligoartritis
Poliartritis RF
negatif
artritis
Poliartritis
RF positif
artritis
artritis psoriatik
bulan
RF
pertama RF negatif
>4
Artritis simetris
Tes ANA positif
sendi pada
bulan
pertama RF positif
2
Entesitis terkail
artritis
atau
/akut
7 tahut,
60%o
PATOGENESIS
2521
ARJ.
subtipenya.
l,
Acute diseases
lmmune/inflammatory
response
Ghronic diseases
pada
penelitian-penelitian tentang patogenesis ARJ. Dilaporkan
bahwa aktivasi komplemen yang membentukterminal attack complex yang terbanyak dijumpai pada sinovium
pasien ARJ, kulit, dan limpa. Aktivasi komplemen pada
ARJ dapat melalui 2 jalur baik klasik maupun alternatif.
Dari beberapa laporan pada ARJ aktivasi komplemen
terbanyak melalui j alur alternatif.
Infeksi virus dan bakteri sebagai faktor lingkungan
yang berperanan dalam patogenesis ARJ. Infeksi dikatakan
dapat sebagai bahan pencetus terjadinya autoreaksi sel T.
Hal ini ditunjukkan pada penelitian tentang peran HSP 60
dalam pengontrolan aktivasi sel T yang menimbulkan
artritis.
GAMBARAN KLINIK
Artritis Sistemik
Penyakit ini merupakan kelompokARJ yang sangat serius
dibanding dengan kelompok lainnya, lebih sering dijumpai
pada kelompok umur di bawah 4 tahun. Gej alanya sangat
spesifik. ditandai dengan anak mendadak sakit berat yang
diawali dengan panas tinggi mendadak, dan mencapai
puncaknya pada sore hari dan selanjutnya kembali normal
lmmune/inflammatory
response
2522
REUMANOI.OGI
Ii
Insidennya
Jh
Poliartritis
Insidennya sekitar 30-40% dari ARJ, 15o/o menyerang
perempuan, gambaran artritisnya mirip artritis rematoid
Pemeriksaan Laboratori um
2523
.
.
.
.
'
.
..
.
Faktorreumatoidpositif
Kaku sendi yang persisten
Tenosinovitis
Nodul subkutan
TesANA+
Artritis pada jaritangandan kaki pada awal penyakit
Erosi yang progresif
Pausiarlrikular tipe eksten
PENGELOLAAN
Pemeriksaan Radiologi
Mengontrol Nyeri
Pengelolaan nyeri kronik pada anak tidak mudah.
Masalahnya sangat kompleks, karena pada umumnya anakanak belum dapat mengutarakan nyeri. Obat anti-inflamasi
non-steroid (OAINS) merupakan anti nyeri padaumumnya
yang dapat ditoleransi dengan baik oleh anak-anak. Selain
Diagnosis Banding
.
.
.
.
.
Kelainanhematologi: leukemia,hemofilia
Penyakitkolagen
PROGNOSIS
Perj alanan penyakit ARJ berkembang dengan variasi yang
dan
.
.
Poliartritis
Perempuan
.
.
.
.
Tolmetin
D r ugs).
2524
REI,JMIINOI.OGI
.
.
.
Obar-obatsirotoksik:
- Azatioprin: Tidak
-
pengunaannya
Sulfasalazin dilaporkan efektif untuk mengontrol
ARJ. Dosis yang dianjurkan 50 mglkglhari sampai
2,5 grlkglhari. Tidak dianjurkan untuk anak-anak
yang sensitif terhadap sulfasalazin.
Metotreksat (MTX): Dosis I 0 mg/m2 luas permukaan
laporan tentang
pengggunaan leflunamid pada ARJ meskipun
banyak laporan tentang efektivitas obat ini pada
Pengelolaan Nutrisi
Seringkali didapatkan gangguan pertumbuhan, baik lokal
karena kerusakan pusat pertumbuhan tulang maupun
umun karena asupan nutrisi yang kurang dan menurunnya
produksi insulin like growth factor. Anak-anak dengan
inflamasi kronis mempunyai risiko untuk terjadi malnuhrsi
oleh karena menahan sakit yang menyebabkan nafsu makan
InfliximablaporanpenggunaaninfliximabpadaARl
juga masih belum banyak.
Glukokortikoid
Baik untuk mengontrol gejala sistemik artritis,
perikarditis,dan demam, Dosis yang dipakai 0,5-2mglkgl
hari. Dosis tinggi hanya digunakan pada kasus-kasus yang
berat. Injeksi intra-artrikular bermanfaat artritis yang tidak
terlalu banyak menyerang sendi. Pada kasus dengan
uveitis anterior biasanya diberikan topikal. Bila berat dapat
diberikan per oral dengan dosis 30 mglkg/nari selama 3
hari berturut-turut. Pada kasus tertentu membutuhkan
lmunosupresan.
REFERENSI
Aggraval A, Bhadwaj A, Alam S,Misra R. Evidence for activation of
the alternate complement pathway in patients with juvenile
rheumatoid arthritis. Rheum ato2003 ;3 9 : I 89 -92.
Carler BD, Kronenenberger WG, Edwards JF, Marshal GS, Schikler
KN, Causey DL, Psychological symptoms in chronic fatigue
and juvenile rheumatoid arthritis Pediatric. 1999; 103:97 5-9.
Gottlieb BS, Keenan GF, Lu Theresa,Illowite NT. Discontinuation
of methotrexate in juvenilew rheumatoid arthritis. Pediatrtc.1997 ;100;994-7
Giannini EH, Ruperto N, Ravelli A, Lovell DJ, Felson DlMartini
A. Prelimanary definition of improvement in juvenile arthritis.
Haskes PJ, Friedland O, Uziel Y. New treatments for juvenile
.
Fisioterapi
Banyak manfaat terapi dengan fisioterapi. Kegunaannya
antara lain untuk mengontrol nyeri, dengan cara
pemasangan bidai, terapi panas dingin, hidroterapi, dan
TENS. Hidroterapi pemanasan dengan air padasuhu 960F
sangat membantu mengurangi nyeri. Selain dapat
membantu mengurangi nyeri, fisioterapi berguna bagi anak-
;1
09- 1 5.
2004;6: R15-R32
Kietz DA, Pepmueller PH, Moore
in polyarticuler
couse
TL
171-3.
2525
393
SPONDILITIS ANKILOSA
Jeffrey A.Ongkowijaya
PENDAHULUAN
pasien.
ETIOLOGI
Etiologi dan spondilitis ankilosa belum diketahui. Penelitian
menunjukkan hubungan kuat dengan HLA-827 yang
berarti ada faktor imun yang berperan, dan diperlukan
peran dari infeksi bakteri gram negatifuntuk mencetuskan
penyakit. Hasil riset yang ada menggambarkan peran
2s26
2527
SPONDILITISANKILOSA
PATOLOGI
Gambaran patologis spondilitis ankilosa yang unik pertama
kali dideskripsikan oleh Ball ( 1971) dan disempumakan oleh
Bl.waters (1984). Lokasi patologis primer adalah entesis
yaitu insersi dari ligament, kapsul dan tendon ke tulang.
Perubahan entesopati yang terjadi adalah fibrosis dan
osifikasi jaringan. Pada vertebra, entesopati pada situs
GAMBARAN KLINIS
Spondilitis ankilosa dapat bermanifestasi pada skeletal
maupun ekstraskeletal. Presentasi klasik terjadi pada
dewasa muda yang mengeluh nyeri punggung bawah dan
I
't
i
I
;J
Jl
.t
r
....:t
.1.1r
'1.1
Gambar
4.
Distr bus
spondilitis ankilosa
Gambar 3. Sindesmofit
Pasien bisa mengeluh nyeri dan kaku pada vertebra
Pe{alanan penyakit trpikal dimulai dari sendi sakroiliaka.
tersebut.
Pada vertebra terjadi inflamasi kronik
di annulus
fibrosus, khususnya pada insersi ke tepi vertebra,
2528
Gambaranradiologismenunjukkansakroilitis
Berkurangnya mobilitas vertebra
Berkaitan dengan anterior uveitis
Riwayat keluarga yang menderita spondilits ankilosa,
psoriasis, inflammatory bowel disease
REUTvIA*IOI.OGI
t,
i:
ii
I't
Ii
tt
,:
t:
\|
}I
!i
IJ
tr
li
Gam
hobe
jarak oksipital-dinding.
aofia.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tidak mempunyai gambaran yang
PEMERIKSAAN FISIK
Kelainan dini pada spondilitis ankilosa adalah nyeri pada
sendi sakroiliaka dan nyeri akibat spasme otot paraspinal
vertebra lumbalis. Tes SLR (straight leg-raising test)
yang sering dipakai untuk mendeteksi iritasi nervus
2s29
SPONDILITISANKILOSA
Grade
0
1
Penilaian
Normal
Mencurigakan
Kriteria
3.
4.
5
lesi katilago dan entesis.
Perubahan pada vertebra pada fase awal spondilitis
adalah erosi yang dikelilingi sklerosis pada tepi kotpus
DIAGNOSIS BANDING
Beberapa penyakit yang harus dipikirkan sebagai diagnosis banding adalah spondylosis lumbalis, strain lumbal,
Penatalaksanaan
Modalitas penatalaksanaan adalah program fisioterapi dan
modifikasi gaya hidup, terapi farmakologis untuk nyeri dan
kekakuan serta deteksi dan penanganatyatg tepat untuk
komplikasi artikular dan ekstra artikular. Sangat penting
Gambar 6.Tampak fusi dari sendi sakroiliaka bilateral dan
bamboo spine
DIAGNOSIS
2530
RELjM/{IOLOGI
Uveids
Srs.ilirJ {rIsdroFs
lf 5ynrpt6ms perlisi l J da|$
ref*r to opth;tLn+iogrsl isr
lf syrrrpt$Els .1/e
tetet+
$'r
re(ilrreEtI
lJpper lobe pulmonartr, fbrosis
Treatment: iEftorel
Cardlac d{sqa;e
Usilalty rnild. Nc :Pelific
irearment needed
lreolntent' lo(*l
lrritable hiP
t'1 ildirroder*e, wtthcut
JftJectiqt
P$oriarii
1 Trexi skitr lesiqfls virh
jctr;i
lscal. tl:empy
?,
Cssidar sutfislaz]ntr
F,1ild
reptocarler,t
i{
.rrtilr +pnrhy
De.tytiilg
0a
Hethotr&xn(0 if nddiiionni
$ovtrs:trthrrtr$
'l
A,chitle tendinids
Edua.tlron
? fxeruise e
ke+P fiI
ifitml+!r6rlnl
3 Stop srtoking
wilh H{at
!t{r*t*
ra! P
rc al'{iid
flrpt).F e
f i ,gulfrsnlaaine
PROGNOSIS
spondilitis ankilo sa sangat bervariasi. Beberapa
pasien mengalami progresi yang berat meski dengan terapi'
Perj alanan
DAFTARPUSTAKA
Alvares I, Lopez de Castro. HLA-827 and immunogenetics of
spndyloarthropathies. Curr Opin Rheumatol 2000; 12: 248 -
253
Aufdermaur M. Pathogenesis of square bodies in ankylosing spondylitis. Ann Rheum Dis 1989;48:628-631
Barkham N, Kong KO, Tennant A, Fraser A, Hensor A et al The
unmet need for anti-tumour necrosis factor (anti-TNF) therapy
2:
Gadsby
55-68
K, Deighton C. Characteristics and treatment responses of
2531
SPONDILITISAI{KILOSA
iiiS
- iiil8
phia.2009;1169
1190
ASAS/EULAR recommencation
394
ARTRITIS PSORIATIK
ZuljasriAlbar
garLya.
GEJALA KLINIS
Variasi gambaran klinis artritis psoariatika sangat luas. Dad
segi diagnosis dan pengobatan, penderita dapat dibagr
dalam tiga kelompok :
l. Monoartritis atau oligoartritis asimetris :30 % - 50 %.
2. Poliartritis, sering simetris sehinggamirip dengan artritis
reumatoid:30%-50%.
3. Terutama
saJa.
Kelainan sendi
EPIDEMIOLOGI
penduduk Asia.
2532
2533
ARTRITIS PSORIATIK
dan
hampir selalu
well-established.
Terkenanya kuku merupakan satu-satuny a gambaran
klinis untuk mengetahui penderita psoriasis mana yang
depresi melintang (ridging) dan retak, keratosis subungual, warnakuning-kecoklatan (oil drop sign) dan leukonychia dengan permukaan yang kasar. Tidak ada kelainan
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
2. Hilangnya
3.
4. Proliferasi
5. Erosi sendi
6. Fluffiperiostitis.
Kelainan radiologis ditemukan pada (dimulai dari yang
paling sering) tangan, kaki,
DIAGNOSIS BANDING
Kelainan Kulit
2534
REUMATOI.OGI
PROGNOSIS
PENGOBATAN
afrtis
REFERENSI
Klran MA : An overview of Clinical Spectrum and Heterogeneity ol
Spondyloarthropathie's. Rheum Dis Clin North Amer 18:1,
1-10, Febr 1992.
Boumpas D! Tassiulas IO : Psoriatic Arthrjtis. Dalam K\ippel JH
aksial dan
Gladman DD : Psoriatic
Pathogenesis
Febr 1992.
Jackson CG, Clegg
395
REACTIVE ARTHRIrIS
RudiHidayat
PENDAHULUAN
PATOGENESIS
di Swedia mendapatkan
aktifasi osteoklas.
Sebagaimana kelompok spondiloartropati seronegatif
yang lain, kaitan ReA dengan HLA-827 telah banyak
dianalisa, namun masih belum dapat dibuktikan adanya
2536
GAMBARAN KLINIS
Karakteristik klinis dari ReA adalah oligoartritis asimetrik
terutama pada ekstrimitas bawah, meskipun pada 20%o
kasus dapat berupa poliartritis. Keterlibatan daerah
panggul dan ekstrimitas atas sangat jarang. Sendi yang
terlibat mengalami bengkak, hangat dan nyeri sehingga
menyerupai gambaran artritis septik. Aspirasi dan analisa
cairan sendi akan membedakan kedua keadaan tersebut.
Gejala khas yang lain yaitu entesitis (inflamasi pada insersi
ligamen/tendon ke tulang), terutama tendinitis achilles dan
DIAGNOSIS
Hingga saat ini belum ada kriteria diagnosis ReA yang
tervalidasi dengan baik, tetapi pada tahun 1996 the 3,d
International Workshop on Reactive Arthritis telah
menyepakati kriteria untuk ReA, yaitu didapatkannya dua
REI.,IMIIiIOI.OGI
gambaran:
1. Inflamasi akut arthritis, sakit pinggang inflamasi, atau
entesitis
2. Bukti adanya infeksi 4-8 minggu sebelumnya
Bukti adanya infeksi diperoleh dari hasil tes laboratorium
seperti kultur dari feses, urin, atau swab urogenital, maupun
ditemukannya antibodi terhadap patogen. Pemeriksaan
laboratorium yang lain memurjukkan proses inflamasi yaitu
peningkatan laju endap darah (LED) dan C-reactive
protein (CRP). Diagnosis semakin kuat dengan adanya
suseptibilitas genetik HLA-827, danhal ini ditemukan pada
30-60% kasus. Jika dilakukan pemeriksaan analisa cairan
sinovial didapatkan gambaran inflamasi ringan sampai berat,
sedangkan pada biopsi sinovial juga menunjukkan adanya
reaksi inflamasi. Penunjang radiologis dapat diharapkan
30 - 50%
70 - 80yo
>80o/o
TATALAKSANA
Pilihan pertama tata laksana ReA adalah obat anti-inflamasi
non-steroidal (OAINS), yang pada banyak keadaan mampu
memperbaiki keluhan arthritis, entesitis dan sinovitis akut.
Selain itu juga perlu disarankan untuk menghindari aktifitas
yang berlebihan pada sendi yang terlibat. Pada monoartritis
dapat diberikan injeksi kortikosteroid intraartikular (pada
2537
REACTIVEARTHRITIS
PROGNOSIS
Pada umumnya pro gnosis baik, dan sebagian besar sembuh
REFERENSI
Inman RD. Reactive and enteropathic arthritis.
In : Klippel
JH,
p.437-41.
Sieper J, Fendler C, Laitho S, Sorensen H, Gripenberg LC, Hiepe F,
Rheum
1999;42(7):1386-96.
Laasila K, Laasonen L, Repo ML. Antibiotic treatment and long
term prognosis of reactive arthritis. Ann Rheum Dis
2003:62:655-8.
396
OSTEOARTRITIS
Joewono Soeroso, Harry Isbagio, Handono Kalim, Rawan Broto, Riardi Pramudiyo
PENDAHULUAN
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif
Selama
2538
2539
OSTEOARTRITIS
([-1).
Pathogenesis of OA
+
degeneration
* Cytokin
* Enzymes
* Nitric oxide
Genetic
Chondroitin
.l,Matrix synthesis
I
+
Chondroitin
(Dingle,
menyebabkan terjadinya
+
Chondroitin
TGF-F
1991).
Pathogenesis of OA
tu"tri*
mempunyai reseptor
2540
REUMAIOIOGI
IL-l
1. sitokin
2.
1/O.S
3.
..
.
Makrofag,
endotel,
kondrosit,
hepatosit,
sinoviosit, sel
otot polos
cNOS
Neuron
Endotel,
SUSUNAN
neuron, miosit
syaraf pusat
dan perifer,
platelet, sel b,
pankreas, sel
jantung
Stimuli
epitel
NMDA,
Lokalisasi
kromosom
Lokalisasi
(|NOS atau
NOS-ll)
Endotoksin,
lnterferon g,
lL-1 , TNF o
12 (manusia)
Asetilkolin,
ADP, trombin,
shear stress,
VEGF
7 (manusia)
Sitosol
Kaveolae
Sitosol
insulin,
trombin
cNOS:ncNOS:1,/O.S_4
EndothelialcNOS(ecNOS :NOS-IID
InducibleNos (iNOS:1'/OS-14
lnducible NOS
(Nos-r)
Endothelial
Cnos
(NOS-lll)
Neuronal
17 (manusia),
'1
1(tikus)
enztm
Pro-inflamasi
. Vasodilatasidan hiperpermeabilitas
.
.
.
.
.
,
toksik
lnhibisi sintesis NO pada artritis eksperimental
Stimulasi produksi TNFcr pada sinoviosit
Bereaksi
dengan 02 membentuk
peroksinitrit yang
2541
OSTEOARTRITIS
orang-orang
Genetik
misalnya, pada ibu dari seorang wanita dengan OA pada
kali lebih sering, daripada ibu dan anak perempuanFAKTOR.FAKTOR RISIKO OSTEOARTRITIS
Umur
Jenis Kelamin
Suku Bangsa
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA nampaknya
terdapat perbedaan di antara masing-masing suku bangsa.
Misalnya OA paha lebih jarang di antara orang-orang kulit
2542
RETJMA*II)I,OGI
Kelainan Pertumbuhan
Kelainan kongenital dan perfumbuhan paha (misalnya
penyakit Perthes dan dislokasi kongenital paha) telah
dikaitkan dengan timbulnya OA paha pada usia muda.
Mekanisme ini j uga diduga berperan pada lebih banyaknya
OA paha pada laki-laki dan ras tertentu.
Faktor-faktor Lain
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat
meningkatkan risiko timbulnya OA. Hal ini mungkin
timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tak membantu
mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang
OA.
Merokok dilaporkan menjadi faktor yang melindungi
untuk timbulnya OA, meskipun mekanismenya belum
jelas.
RIWAYATPENYAKIT
Pada umumnya pasien OA mengatakan bahwa keluhankeluhannya sudah berlangsung lama, tetapi berkembang
secara perlahan-lahan.
Nyeri Sendi
Kelainan
metabolik
Gangguan
Cedera
Ketuaan,
intermitten.
faktotrfaktorintrinsik,
ekstrinsik
Ketidakstabilan
Kompensata
Keluhan/ketidakmampuan:
ringan/tidak ada
Dekoompensata
Keluhan/ketidakmampuan
Kaku Pagi
Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul
Krepitasi
SENDI.SENDI YANG TERKENA
2543
OSTEOARTRITIS
membesar.
umumnyatua.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis OA biasanya didasarkan pada gambaran klinis
dan radiografis.
PEMERIKSAAN FISIS
Krepitasi
Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut.
Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu
ialah:
. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris
(lebih berat pada bagian yang menanggung beban)'
. Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral.
. Kista tulang
. Osteofit pada pinggir sendi
. Perubahan struktur anatomi sendi.
Berdasarkan perubahan-perubahan radiografi di atas,
secara radiografi OA dapat digradasi menjadi ringan sampai
berat (kriteria Kellgren dan Lawrence). Harus diingat bahwa
permukaan sendi.
Tanda-tanda Peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan,
(osteoartritis generalisata).
Pasien-pasien yang dicurigai mempunyai penyakit-
kaki.
2544
RELJMA-IOLoGI
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tak
banyak berguna. Darah tepi (hemoglobin, leukosit, laju
endap darah) dalam batas-batas normal, kecuali OA
generalisata yang harus dibedakan dengan artritis
peradangan. Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor
reumatoid dan komplemen) juga normal. Pada OA yang
disertai peradangan, mungkin didapatkan penurunan
viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan
ringan sel peradangan (<8000/m) dan peningkatan protein.
frekuensi tinggi
Pengukuran proses penyakit yatg dilyatakan dengan
perubahan metabolisme atau perubahan kemampuan
fungsional dari rawan sendi artikuler, tulang subkondral
uji klinik
is e
as
e Mo dify
O s te o
ar tri
2545
OSTEOARTRITIS
1l
fi
Bone
Bone sialoprotein
Osteocalcin
Marker OA
pada serum
1l
lleU
1l
fi
U
1)
11
r^l
fi
1)
fio
1,I
fi<=
1)
11
n
0
llo
fI
fI
fl<+
ium crosslinks
seperti
II
-propeptide
yang nampak berubah konsentrasinya dalam cairan tubuh
setelah cedera atau pada OA. Perubahan ini konsisten baik
pada hewan percobaan in
matriks fungsional
pemecahan matriks yang sudah matang
Selain itu masih ada masalah lagi ialah berasal dari
2546
REI.JMANOI.OGI
Uji evaluatif
bidang
uji
dikembangkan.
Marker dapat digunakan pula untuk monitor respons
pengobatan. Marker
agar
PENGELOLAAN
be
Osteotomi;
TERAPI NON-FARMAKOLOGIS
Penerangan
Maksud dari penerangan adalah agar pasien mengetahui
sedikit seluk-beluk tentang penyakitnya, bagaimana
menjaganya agar penyakitnya tidak bertambah parah
serta persendiannya tetap dapat dipakai.
lebih besar.
Marker dapat digunakan pula untuk membuat prediksi
terhadap respons pengobatan, contoh pada penyakit
OSTEOARTRITIS
TERAPI FARMAKOLOGIS
Analgesik Topikal
Analgesik topikal dengan mudah dapat kita dapatkan
dipasaran dan banyak sekali yang dijual bebas.
Pada umumnya pasien telah mencoba terapi dengan cara
nt
Yang dimaksud dengan chondroprotective agent
Ch o n
d ro p rotective Age
2547
asam
2548
REUM/MOL.OGI
and
TERAPI BEDAH
1982;7 : 64-9
In : Textboox of
Supp
A, p :3-5, 1998.
REFERENSI
t457 -67
of
stress
6.6. 16.
disease)
rheumatic
2549
OSTEOARTRITIS
Ed.
A, p: 14-21,
Robinson
WD
1,998.
No. 3, 1941-9.
Rodwan GP Primer on the rheumatic diseases 7'h Ed. JAMA 1973;
224 : 5 :740-4.
Rodwan GP. Schumacer HR. Primer on the rheumatic diseases 8'h
Ed. Published by the Arthritis Foundation, Atlanta GA, 1983 :
1
04- 8.
Schumacher
7:
l1-8.
397
HIPERURISEMIA
Tjokorda Raka Putra
B atasan
pragmatis yang
ini
2005;Wortmann, 2005).
2550
2551
HIPERURISEMIA
Tipe
1. Primer
Kelainan molekular yang belum jelas:
(99% dari gout primer)
Underexcretion
(80-90% dari gout primer)
Overproduction
(10-200/" dari gout primer)
Kelainan ensim spesifik
( < 1o/o dari gout primer)
Peningkatan aktivitas varian dari
enzim PRPP synthetase,
Kelainan Metabolik
Keturunan
Belum jelas
Poligenik
Belum jelas
Poligenik
Overproduction AU,
peningkatan PP-ri bosa-P
Overprod uction AU, peningkatan
aktivitas biosintesis de novo karena
peningkatan jumlah PRPP ,pada
sindrom Kelley-Seegmiller
X-linked
X-linked
Bukan keturunan
Kekurangan'sebagian'dari
enzim HPRT.
2. Sekunder
Peningkatan biosintesis
de novo
phosphate aldolase
Peningkatan degradasi ATP,
peningkatan pemecahan asam nukleat
X-linked
Autosomal recessive
Autosomal recessive
bukan keturunan,
banYak
belum diketahui
Tidak diketahui.
3. ldiopatik
Keterangan
phosphoribosyltranferase
PRPP
enzim
(Massari et
19931'
2s52
REUMATOI.OGI
200s).
HP RZ menyebabkan
peningkatan produksi (overproductlor) AU sebagai akibat
peningkatan de novo biosintesis. Diperkirakan terdapat
tiga mekanisme overproduction AIJ. Perlama, kekurangan
de novo sehingga terjadi hiperurisemia tipe overproduction. Sindrom ini terjadi pada usia anak-anak
ov
lain berupa
karena
ov
rp
r o du c t i o
r i b o s e 6 -ph o sp
2553
HIPERURISEMIA
menj adi
d ih
dr o ks i - as
Kekurangan ensim
Glicosa 6
Phosphatase
(Lihat Skema
'onn.n"(
^i
3).
J"r*,"n
cYTs*
Hipoglikemia
xantine danAU.
Pada penyakit glycogen storage disease tipe
III, V
VI,
ersifr phasphoclokin
ase
red ita
ry
f ru cto
se
ntole ra nce
F ructosa
pengeluaran
-phosph ate
Meenaskshi, 2005).
Fructosa 6-phosphate
Bantuan AfP
(sumber fosfat)
ADP
AMF
MP
Biosintesis De novo
Glikosis anaerob
Asidosis laktat
Underexcretiol
Hiperurisemia
2554
REUMA*IOLOGI
sehingga kadar
2555
HIPERURISEMIA
Emmerson,BT, 1983. Hyperuricaemia and Gout in Clinical Practice. Sydney: ADIS Health Science Press.
Gibson ! Waterworth R, Hatfield R Robinson G, Bremner K, 1984.
Hyperuricaemia, Gout and Kidney Function in New Zealand
Maori Men. British J of Rheumatology. 23:276-282.
Kamatami N, 1994. Genetic Enzyme Abnormalities and Gout. Asian
Med J. 37(2): 65t-656.
RINGKASAN
Hiperurisemia adalah keadaan di mana terjadi peningkatan
kadar AU darah di atas normal. Asam urat adalah bahan
idiopatik.
Hiperurisemia dan gout primer adalah hiperurisemia dan
gout tanpa disebabkan penyakit atau penyebab lain, terdiri
dari hiperurisemia primer dengan kelainan molekular yang
masih belum jelas dan hiperurisemia primer karena adanya
kelainan ensim.
Hiperurisemia dan gout sekunder adalah hiperurisemia
atau gout yang disebabkan karena penyakit lain atau
penyebab lain. Hiperurisemia dan gout sekunder dibagi
underexcretion.
Hiperurisemia dan gout idiopatik adalah hiperurisemia
yang tidak jelas penyebab primer, kelainan genetik, tidak
ada kelainan fisiologi atau anatomi yang jelas.
Penyebab hiperurisemia dapat ditelusuri dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
of Rheumatology, April
Congress
26.Me1bourne (Abstrak)
Livingstone,
REFERENSI
Becker & Meenaskshi J 2005. Clinical gout and pathogenesis of
hyperuricaemia. In Arlhritis and Allied Conditions, A textbook
of Rheumatology. 13th Ed, Vol 2, Editor WJ Koopman, Baltimore: Williams & Wilkins a Wavelry comp,2303-2339.
Calabrese G, Simmond
29'7
-349.
Group,Geneva,55-58.
Wortmann
2308-23t3.
398
ARTRITIS PIRAI (ARTRITIS GOUT)
Edward Stefanus Tehupeiory
PENDAHULUAN
Tabel 1.
yang
Total Pasien
diperiksa
mg/dl.
<6
6-6,9
0,9
2,8
17,3
11
27,5
11
-7,9
162
40
>9
10
Total
2463
86
90,0
3,5
PATOLOGI GOUT
di
27
28
Yang Timbul
8-8,9
EPIDEMIOLOGI
1281
970
Artritis Gout
tofi
adalah
2556
2557
lebih luas.
Peradangan pada artritis gout akut adalah akibat
penumpukan agen penyebab yaitu kristal monosodium urat
pada sendi. Mekanisme peradangan ini belum diketahui
secara pasti. Hal ini diduga oleh peranan mediator kimia
dan selular. Pengeluaran berbagai mediator peradangan
akibat aktivasi melalui berbagai jalur, antata lain aktivitas
komplemen (C) dan selular.
AKTIVASI KOMPLEMEN
Kristal urat dapat mengaktifkan sistem komplemen melalui
jalur klasik dan jalur alternatif. Melalui jalur klasik, terjadi
aktivasi komplemen Cl tanpa peran imunoglobulin. Pada
kadar MSU meninggi, aktivasi sistem komplemen melalui
j alur altematif terj adi apabila j alur klasik terhambat. Aktivasi
Clq melalui jalur klasik menyebabkan aktivasi kolikrein
dan berlanjut dengan mengaktifkan Hageman faktot
(Faktor XII) yang penting dalam reaksi kaskade koagulasi'
Ikatan partikel dengan C3 aktif (C3a) merupakan proses
25s8
REI.JMANOIOGI
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik gout terdiri dari artritis gout akut,
interkritikal gout dan gout menahun dengan tofi. Ketiga
stadium ini merupakan stadium yang klasik dan didapat
Stimulus
(MSU)
Makrofag, neutrofil
rL-12-
rNF
'i-,
I
IL-6
Endotel
Pembuluh darah
IL-8
Low
A/eutral protease
Molecular
Mediator
collagenase
Proteoglicanase
(PGE,POR NO)
I
Acute
Phase
Protein
febris
I
I
takt k
osit
Gejala sistematik
Aliran
darah
Kerusakan jantung
Febris
Keterangan
Stimulasi dapat berupa produk bakteri (polisakarida bakteri, eksotoksin), mediator kimiawi yang
iritan antara lain kristal urat, radiasi dan molekul endogen seperti kompleks imun dan fragmen
komplemen. HEV: high endothelial yessel, MSU : mono sodium urate,NO: nitrit oksid,PGB
: prostaglandin E, POR : produk oksigen reaktil TNF : tumor necrosis factor,IL-7 = interleukin
-1, IL-6 - interleukin - 6, IL-S - interleukin - 8. (19,20)
2559
STADIUM INTERKRITIKAL
Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana
terjadi periode interkritik asimptomatik. Walaupun secara
klinik tidak didapatkan tanda-tanda radang akut, namun
.
.
.
DIAGNOSIS
Dengan menemukan kristal urat dalam
tofi
merupakan
2560
REI.JMAiNOLOGI
1993;30:117-25.
Klippel JH Gout. Epidemiology, pathology and pathogenesis.
diseases.l2th edition.
REFERENSI
Becker MA. Clinical gout and the pathogenesis of hyperuricemia.
metabolism. Proceeding
Logan JA. Morrison E. Mc Gitl P. Serum uric acid in acute gout. Ann
Rheum Dis 199'1 :, 56: 696-7.
Peterson F, Symes Y, Springer P. Perspective on pathophysiology.
Coopstead editors. Philadelphia:W.B Saunders; 1999.p 173
Rodnan GP Gout : A Clinical round table conference. When and how
van der Horst. Het Voorkonien Van Jicht. Ned Ind Tv.G 1935; 12:1483-5.
response.
Immunology and inflammation basic and clinical consequences.
Sigal LH, Ron leditors. New York: Mc Graw-Hill; I994.p.359-84.
Walport MJ, Duff GW. Cells and mediators. Maddison PJ Isenberg
399
KRISTAL ARTROPATI SELAIN GOUT
Faridin
PENDAHULUAN
Cal ci u m py rophosp
Apatite
Tricalcium phosphate
Octacalcium phosphate
Di calci u m phos phate d i hyd rate (brushite)
Calcium magnesium phosphate (whitlokite)
Calcium carbonates (calcite and aroganite)
Calcium oxalate (monohydrate and dihydrate)
Lipid
Kristal kolesterol
dapat tertimbun pada synovial lining, ligamentum-ligamentum, tendon-tendon otot, dan jarang pada jaringan
lunak periartikular seperti tofus pada artritis gout kronik.2
Beberapa kristal yang telah dikenal selain kristal MSU
dan CPPD adalah kelompok apatite like crystal yang
menyebabkan peradangan sendi yaitu basic calcium phos-
EPIDEM!OLOGI
Laporan mengenai data epidemiologi penyakit radang
sendi akibat penimbunan kristal (artropati kristal) sangat
2561
2562
PSEUDOGOUT
REUMAIIOI.OGI
pirofosfatas e, ion fe
Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pasien dengan penimbunan kristal CPP
dapat asimtomatik atau dengan gejala-gejala keradangan
sendi yang nyata. (Lihat Tabel 2).
Patogenesis
Penyebab dari pseudogout adalah timbunan kristal CPPD
di dalam struktur sendi. Penyebab penimbunan dari kristal
ing itis
2563
self-limiting.
Sekitar 5oh dari pasien dengan penimbunan kristal
CPPD memberikan gambaran klinis seperti artritis
ini biasa
akan
Kategori
Definit
CPPD
Kriteria
l. Ditemukan kristal CPPD secara definitif dari aspirat
cairan sendi, biopsi aiau nekroskopi
ll
a.
lll.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah tidak ada yang spesifik, laju endap
yang
sendi
Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologis timbunan kristal CPPD dapat
memperlihatkan gambaran kondrokalsinosis berupa bintik-
Diagnosis
gout dicurigai bila didap atk at adany a.serangan
radang sendi yang bersifat rekuren, episodik, ditandai
dengan sinovitis mikrostalin dan didukung dengan
P
seudo
Pengobatan
Pada serangan akut sendi besar dapat dilakukan
aspirasi sekaligus dilanjutkan dengan pemberian steroid
intraartikular. Tindakan ini di samping bertujuan untuk
mengurangi tekanan intra artikular juga sebagai tindakan
diagnostik untuk pemeriksaan kristal.
Pemberian OAINS berupa fenilbutazon dosis 400-600
mg/hari untuk beberapa hari dapat bermanfaat, indometasin
dosis 75-150 mg,/hari atau dengan OANS lainnya, dengan
tetap memperhatikan efek samping OAINS pada saluran
cerna dan pemberian pada usia lanjut.
Kolkisin efektif menghambat pelepasan faktor-faktor
kemotaktik seperti sel-sel neutrofrl dan mononuklir dan
juga menghambat ikatan sel neutrofil dengan endotel.
Pemberian kolkisin intravena efektif untuk pengobatan
pseudogout, sedangkan kolkisin oral tidak sebaik pada
2564
REUMA*IOLOGI
ini jarang,
namun
golongannya.
Peranan kristal BCP dalam patogenesis penyakit sendi
belum diketahui. Hipotesis yang dikemukakan, kistal BCp
dapat mengakibatkan peradangan sendi, dan memicu
terjadinya radang sendi.
REFERENSI
Finckh A, Linthoudt VD, Duvoisin B, Bovay p,Gerster JC The
cervical spine in calcium pyrophosphate dihydrate deposition
disease. A prevalent case control studir. J Rheumatol 2004;31:
54s-9
Gatter RA, Schumacher HR Special studies for crystalline material
In Joint fluid analysis.2"d edition, phitadelphia:Lea &
Fabiger;1991 p.78-84
400
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
Harry Isbagio, Yoga I Kasjmir, Bambang Setyohadi, Nyoman Suarjana
jaringan.
EPIDEMIOLOGI
Dalam 30 tahun terakhir, SLE telah menjadi salah satu
penyakit reumatik utama di dunia. Prevalensi SLE
diberbagai negara sangat bervariasi. Prevalensi pada
berbagai populasi yang berbeda-beda bervariasi antara
2. 9/ I 00. 000 -400/ 1 00. 000. SLE lebih sering ditemukan pada
ras teftentu seperti bangsa negro, Cina dan mungkin juga
Filipina. Terdapat juga tendensi familial. Faktor ekonomi
l(Thl)
ke
2565
2566
FAKTORGENETIK
Kejadian SLE yang lebih tinggi pada kembar monozigotik
(25%) dlbatdingkan dengan kembar dizigotlk (3%),
peningkatan frekuensi SLE pada keluarga penderita SLE
dibandingkan dengan kontrol sehat dan peningkatan
prevalensi SLE pada kelompok etnik tertentu, menguatkan
dugaan bahwa faktor genetik berperan dalam patogenesis
ST
F.
REI.JMATOIOGI
AUTOANTIBODI
yang mengkode mannose binding protelr (MBP), TNFo, reseptor sel ! interleukin 6 (IL-6),CRl, imunoglobulin
Gm dam Km allotypes, Fc6RIIIA dan heat shock protein 70 (HSP 70). Penemuan daerah kromosom yang
multipel (multiple chromosome regions) sebagai risiko
berkembangnya SLE, mendukung pendapat bahwa SLE
merupakan penyakit poligenik.
FAKTOR HORMONAL
2567
Tabel3.
Adanya antibodi anti-Ro, anti-La atau kedua-duanya
pada kehamilan memberikan risiko terkena blok jantung
fetus sebesar 1-2o/o. Antigen Ro terpapar pada permukaan
ototjantung fetus (tetapi tidak pada ibu) sehinggajantung
menyebabkan gangguan
kognitif dan
kerusakan
Antigen spesifik
Prevalensi
(%l
Anti-dsDNA
Nukleosom
Ro
La
Sm
Reseptor NMDA
Fosfolipid
q-Actinin
C1o
70-80
60-90
30-40
15-20
10-30
33-50
20-30
20
40-50
NMDA = N-methyl-D-aspaftate
2s68
REUMATIOI.OGI
potensial.
SLE. Estrogen
lingkungan dan gangguan endokrin mungkin merupakan
pencetus yang penting untuk autoimunitas pada individu
yang peka.
MANIFESTASI KLINIK
FAKTOR LINGKUNGAN
Faktor fisik/kimia
o
.
.
Amin aromatik
Hydrazine
Obat-obatan (prokainamid, hidralazin, klorpromazin,
isoniazid, fenitoin, penisilamin)
Merokok
Pewarna rambut
Sinar ultraviolet (UV)
Faktor makanan
.
.
Agen infeksi
o
o
Hormon
.
.
Retrovirus
DNAbakteri/endotoksin
dan estrogen lingkungan (environmental oestrogen)
Terapi sulih hormon (HRT), pil kontrasepsi oral
Paparan estroqen prenatal
o%
kasus.
Gejala Konstitusional
Kelelahan
Kelelahan merupakan keluhan yang umum dijumpai pada
Demam
Demam sebagai salah satu gejala konstitusional sulit
dibedakan dari sebab lain seperti infeksi, karena suhu
tubuh dapat lebih dari 40 C tanpa adanya bukti infeksi lain
2569
Lain-lain
Gejala-gejala lain yang sering dijumpai pada penderita LES
Manifestasi Muskuloskeletal
Keluhan muskuloskeletal merupakan manifestasi klinik
yang paling sering drjumpai pada penderita LES, lebih dari
90%. Keluhan dapatberupanyeri otot (mialgia), nyeri sendi
Manifestasi Kulit
Ruam kulit merupakan manifestasi LES pada kulit yang
telah lama dikenal oleh para ahli. Sejak era Rogerius,
Paracelsus, Hebra sebelum abad 19 manifestasi kulit seperti
Manifestasi Paru
Berbagai manifestasi kilinis pada paru-paru dapat terjadi
baik berupa radang interstitial parenkim paru (pneumonitis), emboli paru, hipertensi pulmonum, perdarahan paru,
atat shrinking lung syndrome.
Pneumonitis lupus dapat terjadi secara akut atau
Manifestasi Kardiologis
Baik perikardium, miokardium, endokardium atau-pun
pembuluh darah oroner dapat terlibat pada penderita LES,
walaupun yang paling banyak terkena adalah perikardium.
Perikarditis harus dicurigai apabila dijumpai ada-nya
Manifestasi Renal
Keterlibatan ginj al dijumpaipada 40-7 5% pen-derita yang
sebagian besar terj adi setelah 5 tahun menderita LES . Rasio
2570
REUMA*IOLOGI
piuria
kreatinin dapat diakibatkan sebab
lain seperti infeksi, glomerulonefritis, efek toksik ob atpada
80%
penderita
ginjal.
Man
Mesangial
Focal
prolif.
virushepatitisB (HBV).
Man
Diffuse
prolif.
Tubulonterstisial
lnfeksi
Druginduced
Disuria
GG
Late onset
Late onset
+
+
+
+
+
Gejala
Hipertensi
Proteinuria g/dl
Hematuria Eri/LPB
Piuria L/LPB
Cetakan
LFG ml/min
CHSO
C3
Anti-dsDNA
Kompleks imun
N
N
5-'15
+
GG,SN
seflng
1-20
Banyak
Banyak
Banyak
60-80
<60
+<
+<
+<
+>
+
<1
<2
5-1 5
5-1 5
5-1 5
SN
Late onset
N
N
N
N
N
N
N
N
3,5-20
Banyak
N
N
N
N
N
N
N
Keterangan:
Eri=Eritrosit, LPB=luas pandang besar, L=leukosit, LFG=Laju filtrasi glomerulus, CH50=komplemen hemolitik serum total
(dalam 50% hemolitik unit), C3=komplemen 3, N=Normal, +=jarang, sedikit, >=meningkat, <=menurun, >>=sangat
meningkat, <<=sangat menurun, GG=gagal ginjal, SN=sindroma nefrotik
N
N
2571
Kriteria
Batasan
Ruam malar
Eritema menetap, datar atau menonjol, gada malar eminence dan lipat nasolabial.
Bercak eritema menonjol dengan gambaran SLE| keratotik dan sumbatan folikular.
Pada SLE| tanjut dapat ditemukan parut atrofik.
Ruam diskoid
Fotosensitifitas
Ulkus mulut
Artritis non-erosif
Ruam kulit yang diakibatkan reaksi abnormal terhadap sinar matahari, baik dari
anamnesis pasien atau yang dilihat oleh dokter pemeriksa
Ulkus mulut atau orofaring, umumnya tidak nyeri dan dilihat oleh dokter pemeriksa.
Melibatkan dua atau lebih sendi perifer, ditandai oleh rasa nyeri, bengkak dan efusi
Pleuritis atau
perikarditis
Pleuritis - riwayat nyeri pleuritik alau pleuritc friction rub yang didengar oleh dokter
pemeriksa atau bukti efusi pleura.
Gangguan renal
atau
Perikarditis - bukti rekaman EKG atau pericardial friction rub yang didengar oleh
dokter pemeriksa atau bukti efusi perikardial.
Proteinuria menetap >0.5 gram per hari atau >3+
Gangguan neurologi
b.
a.
atau
Cetakan selular- dapat eritrosit, hemoglobin, granular, tubular atau gabungan.
Kejang - tanpa disebabkan oleh obat-obatan atau gangguan metabolik,
misalnya uremia, ketoasidosis, atau ketidak-seimbangan elektrolit
atau
b.
Gangguan
hematologik
a.
b.
c.
Gangguan
imunologikb
d.
a.
atau
Anti-Sm: terdapatnya antibodi terhadap antigen nuklear Sm
atau
c.
Antibodi antinuklear
positif (ANA)
Keterangan:
Klasifikaii ini terdiri dari 11 kriteria dimana diagnosis harus memenuhi 4 dari 11 kriteria tersebut yang terjadi
secara bersamaan atau dengan tenggang waktu Modifikasi kriteria ini dilakukan pada tahun',l997.
dapat
2572
REUMAIOI.OGI
10.
masalah penyakitnya.
Diagnosis
Diagnosis SLE, dapat ditegakkan berdasarkan gambaran
klinik dan lab orutoirtrr' American College ofRheumatolog,t
(ACR), pada tahun 1982, mengajukan 11 kriteria untuk
klasifikasi SLE, dimana bila didapatkat 4 kriteria, maka
diagnosis SLE dapat ditegakkan. Kriteria tersebut adalah
l. Ruammalar
2. Ruam diskoid
3. Fotosensitifitas
4. Ulserasi di mulut atau nasofaring
5. Artritis
6. Serositis, yaitu pleuritis atau perikarditis
7. Kelainan ginjal, yaitu proteinuria persisten
>0,5
grlhai,
8.
9.
11.
1.
2
3
6.
7.
J.
4.
5.
paru.
5.
6.
2573
dapat
TERAPI KONSERVATIF
II.
Selain itu
LEdikulit.
Fatigue dan keluhan sistemik. Fatigue merupakan keluhan
yang sering didapatkan pada penderita SLE, demikian juga
MRI.
2574
TERAPIAGRESIF
REIJM'IIOI.oGI
l.
lainnya
SLE dengan manifestasi susunan saraf pusat.
Pada penderita dengan penurunan fungsi
ginjal sampai
lupus,
glomerulonefritis (bentuk proliferatif), anemia hemolitik,
tinggi, prostrasi).
50o%,
harus dipantau.
afaresis
2575
toksisitas
Mielosupresif,
hepatotoksik,
Evaluasi Awal
gangguan
limfoproliferatif
kreatinin, AST /
ALT
Jenis
Jenis Obat
Azatioprin
50-'150 mg
per
hari, dosis
terbagi 1 -3,
tergantungberat
Darah tepi
lengkaP,
badan
Siklofosfamid
Metotreksat
Siklosporin
50-150 Mielosupresif,
gangguan
hari.
mg/M2
keganasan,
infus
jam
Per oral:
mg per
limfoproliferatif,
lV: 500
dalam Dextrose
imunosuPresi,
250 ml,
sistitis hemoragik'
selama 1
infertilitas
sekunder
Mielosupresif,
7.5 - 20 ng I
fibrosis hepatik,
minggu. dosis
sirosis, infiltrat
tunggal atau
pulmonal dan
terbagi 3. Dapat
fibrosis
diberikan pula
melalui injeksi
Mofetil
mikofenolat
2000 mg/hari mg
dalam 2 dosis
Pembengkakan,
nyefl gusr,
peningkaian
tekanan darah,
peningkatan
pertumbuhan
rambut, gangguan
fungsi ginjal, nafsu
makan menurun,
tremor.
Mual, diare,
leukopenia.
tepi
Darah
lengkap,
hitung
leukosit,
urin lengkap.
jenis
Pemantauan
Laboratorik
Darah tepi lengkap
Gejala
tiap 1-2 minggu dan
mielosupresif
selanjutnya 1-3 bulan
interval- AST tiap
tahun dan pap smear
secara teratur
Darah tepi lengkap
Gejala
dan urin lengkap tiap
mielosupresif,
bulan, sitologi urin
hematuria dan
dan pap smear tiap
infertilitas
tahun seumur hiduP.
Klinis
Darah tepi
lengkap, foto
toraks, serologi
hepatitis B dan
C pada pasien
risiko tinggi,
AST, fungsi
hati, kreatinin.
Darah tepi
lengkap,
kreatinin, urin
lengkap, LFT.
Gejala
mielosupresif,
sesak nafas,
mual dan
muntah, ulkus
Gejala
hipersensitifitas
terhadap castor
oil (bila obat
diberikan injeksi),
tekanan darah,
fungsi hati dan
ginjal
Darah tepi
lengkap, fese
lengkap
Gejala
mulut.
terhadap
glukokortikoid dosis tinggi maupun imunosupresan lain.
2576
dengan atau tanpa aspirin atau penggunaan heparin (warfarin bersifat teratogenik pada kehamilan trimester I). Semua
regimen ini meningkatkan angka keberhasilan kehamilan
secara bermakna. Selain itu pemantauan terhadap ibu dan
janin secara ketat sangat penting untuk diperhatikan.
REUMATIOI.OGI
LUPUS NEONATAL
Lupus neonatal merupakan sindrom pada neonatus yang
lahir dari ibu yang menderita SLE. Gejala yang paling sering
adalah ruam kemerahan di kulit disertai plakat. Lesi ini
berhubungan dengan transmisi antibodi Anti Ro (SS-A)
melalui plasenta. Kelainan lain yang lebih serius tapi jarang
adalah blok jantung kongenital yang dapat fatal. Itulah
sebabnya setiap wanita penderita SLE yang hamil harus
diperiksa terhadap kemungkinan adanya antibodi anti-Ro.
berikan
maka
Pengobatan
adalah
stemcell
NEFRITIS LUPUS
Penatalaksanaan umum
l.
3.
4.
5.
6.
non-steroid.
Terapi agresifterhadap hipertensi
Hindari kehamilan, karenapenderita nefritis lupus yang
2.
7.
8.
2577
3.
aktifitas penyakit.
Klas III dan lV.Padakeadan ini, risiko untuk terjadinya
gagal ginjal dalam 10 tahun lebih dari 50%o, sehingga
harus diberikan terapi yang agresif. Berikan prednison
I mg/kgBB,&ari minimal selama 6 minggu tergantung
respons kliniknya, kemudian dosisnya diturunkan
secara bertahap dan dipertahankan pada dosis 10-15
mglhari selama 2 tahun. Bila respons terhadap
4.
mumi
5.
REFERENSI
Silva C, Isenberg DA. Aetiology and pathology of systemic lupus
erythematosus. Hospt Pharm 2001;7 :1"7.
Mok CC, Lau CS. Pathogenesis of systemic lupus erythematosus.
J Clin Pathol 2003;56:481-490.
Manson JJ, Isenberg DA. The Pathogenesis of systemic lupus
erythematosus. J Netherl Med 2003 ;61 (l 1):3 43 -346.
Zvezdanovic L, Dordevic V, Cosic V, Cvetkovic T, Kundalic S,
Stankovic A. The significance of cytokines in diagnosis of
autoimmune diseases. Jugos lov Med Biohem 2006;25 :363 -37 2'
Cervera R, Klamashta MA, Font J, et al. Systemic lupus erythematosus: clinical and immunologic patterns of disease expression
1987;30:241-8.
Sthoeger
anti-double-stranded
Rheum
t999;42:328-37.
Evans MJ, Maclaughlin S, Marvin RD, et al. Estrogen decreases in
03-l
2518
REUMITIOIOGI
from http://
rphr.endojournals.org/cgi/reprint/57/ I /4 3 5
AM, Rohde W, Ventz M, Riemekasten G, Burmester GR,
Hiepe F. Enhanced serum prolactin (pRL) in patients with
systemic lupus erythematosus: pRL levels are related to the
disease activity. Lupus 2001;10:554-61.
Jacobi
Blanco-Favela
F, Quintal-Alvarez G, Lean-os-Mitanda A
Leaflos-Miranda
A,
Chbvez-Rueda
KA, Blanco-Favela
F.
com-
FASEB
2001
;t5:2565-25j t.
Matarese
Q La Cava A,
suppressor
marker
and
Op.
Wilkins,2007:527-49.
Pujol M, Ribera A, Vilardell M, Ordi J, Feliu E. High prevalence of
platelet autoantibodies in patients with systemic lupus erythe-
2579
Rheum
l99l;34:1404 10.
Liossis SN, Kovacs B, Dennis G, et al. B cells from patients with
systemic lupus erythematosus display abnormal antigen recep-
A putative
endogenous IL-6 in
role in pathogenesis. -I Immunol l99l;147:ll7-23.
Monneaux F, Muller S. Epitope spreading in systemic lupus
erythematosus: identification of triggering peptide sequences.
La
Cava
Lupus 2008;17:421-25
25r.
Houssiau FA, Lefebvre C, Vanden Berghe M, et al. Serum interleukin
10 titers in systemic lupus erythematosus reflect disease
erythematosus:
Rheum
2004;50:3161-9.
Crow MK, Kirou KA. Cy'tokines and Interferons in Lupus. In: Wallace
DJ, Hahn BH, eds. Dubois' lupus erythematosus. 7t};. ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2O07:16l-75.
Iilei GG Tackey E, Lapteva L, Lipsky PE. Biomarkers in systemic
40t
KEHAMILAN PADA
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
Yuliasih
PENDAHULUAN
denganLES.
serta
kongenital lupus.
Pengelolaan kehamilan dengan LES diperlukan
kerjasama antara spesialis penyakit dalam konsultan
reumatologi, spesialis kebidanan dan spesialis anak
penyakit lupus.
.
2580
tingkat kesuburan
2581
.
.
.
.
.
.
perencanaankehamilan
risiko obstetrik
segi pediatrik
pengelolaan
masa laktasi
jenis kontrasepsi
Perubahan
Pada
Normal
Kehamilan
Sistem hematologi
Anemia karena hemodilusi
Menurunnya masa hidup
trombosit
Peningkatan flbrinogen
Sistem endokrin
Meningkatnya kortisol
Meningkatnya estrogen
Ginjal
Menurunnya kliren
Dikutip
LR
erythe
Press
M
:
Els
Locksin
Lupus Pregancy. ln
RG. 4rd edition ,
; P659
PERENCANAAN KEHAMILAN
Sejumlah penelitian menujukkan bahwa LES aktif bukanlah
,40/o-63%.
rtzman S.
r by Lahita
kekambuhan b erkltsar
Preeklamsia
Pasien dengan LES mempunyai risiko tinggi terjadi
preeklamsia selama kehamilan. Insidennya lebih tinggi
dibanding bukan pasien LES, yaitu berkisar 5-38%.
Risiko eklamsia ini makin meningkat pada primigravida,
adanya riwayat hipertensi, preeklamsia, abortus
sebelumnya, obesitas, dan antibodi fo sfolipid. Peningkatan
tromboksan A, plasental diduga berperan pada timbulnya
preeklamsia.
Membedakan preeklamsia dengan lupus nefritis pada
kehamilan dengan LES cukup sulit, sebab keduanyadapat
menimbulkan hipertensi, proteinuria, edema dan faal ginjal
2582
REIJMIIifl]TOGI
memungkinkan.
.
'
.
.
.
Trombositopenia
Merupakan kelainan hematologi yang paling sering
dijumpai pada pasien LES dengan kehamilan, terutama
pasien dengan antifosfolipid.
Penyebab trombositopenia pada kehamilan dengan LES:
.
.
.
.
Kehamilannya sendiri
Sindrom antibodi antifosfolipid
LES aktif
Preeklamsia
Anemia
Anemia karena penyakit kronis merupakan komplikasi yang
tersering dijumpai pada LES. Anemia autoimun hemolitik
sangat jarang dan biasanya disebabkan oleh sindrom
.
.
.
.
SEGIPEDIATRIK
Kehamilan dengan LES mempunyai nsiko tinggi terdapat
peningkatan insiden abortus, prematuritas, janin mati dan
IUGR, insidennya berkisar antara 6 -3 5%. Faktor risikonya
antara lain hipertensi, lupus nefritis dan keberadaan
antibodi fosfolipid. Risiko abortus pada lupus dengan
6-3
5%. Antifosfolipid
kehamilan;
. Bila trombositopenia terjadi pada awal kehamilan (<15
minggu) dengan fospolipid antibodi positif, tanpa
2583
.
.
.
.
fetal
loss
Prinsip Umum
Ibu hamil dengan LES, jelas merupakan kehamilan dengan
risiko sangat tinggi. Sejak awal kehamilan harus dibuat
sistem yang dapat mengawasi perubahan aktivitas penyakit,
termasuk pelibatan suami dan keluarganya. Sejak diketahui
ada kehamilan maka secepat mungkin menentukan organ
yang terkena,aktivitas penyakit, pada trimesterpertama harus
dievaluasi tiap bulan dan evaluasi ditingkatkan menginjak
trimester
II
dan
III,
laboratorium juga dilakukan (Tabel5). Jika terdapat tandatanda kobaran baik selama hamil maupun postpartum harus
dilakukan terapi yang agresif. Bila ada lupus nefritis dan
ribonukleoprotein.
CHB atau ruam kutaneus transien
Anjuran
Pemeriksaan
Kunjungan pertama
Darah lengkap
Urin 24 jam pada nefritis lupus
janin dilakukan
.
.
.
.
.
.
Kunjungan perbulan
setiap trimester
kliren
kreatinin
Glukosa darah
Tes Coombs, C3 dan C4
VDRL, ACA dan APTT
anti
2s84
REI.,IMIIiION.OGI
Kortikosteroid
Prednison dan metilprenisolon sangat kecil dapat
menembus plasenta meskipun diberikan dosis besar pada
ibu, sehingga aman diberikan pada ibu hamil, golongan
Klorokuin
Hidrosiklorokuin yang biasanya digunakan untuk artritis
atau untuk pencegahan kobaran, bisa diteruskan pada
kehamilan. Hidroksiklorokuin memang aman, tetapi
klorokuin dilaporkan dapat menimbulkan anomali
kongenital. Dilaporkan dari 36 kehamilan yang
kongenital.
Azatioprin
Azatioprin banyak digunakan untuk transplan ginjal dan
2585
Siklofosfamid
Sebaiknya tidak digunakan pada kehamilan karena bersifat
teratogenik, walaupun ada laporan kehamilan yang sukses
Siklosporin A
Siklosporin A tidak teratogenik pada binatang, juga tidak
ada peningkatan risiko anomali kongenital pada manusia.
Pada pasien cangkok dengan 1 54 kehamilan hanya didapat
Mofetil Mikofenolat
Mofetil mikofenolat merupakan imunosupresan yang relatif
baru. Pada terapi lupus nefritis, mofetil mikofenolat
menunjukkan hasil yang setara dengan siklofosfamid.
Belum ada laporan yang luas dari penggunaan mofetil
mikofenolat pada ibu hamil dengan LES. Terdapat satu
laporan kasus malformasi kongenital dari penggunaan
mofetil mikofenolat pada kehamilan.
MASALAKTASI
menyusui.
Dikhawatirkan bisa timbul imunosupresi, gangguan
perhrmbuhan dan karsinogenesis pada bayi.
.
.
.
.
.
JENIS KONTRASEPSI
Estrogen memang berperan pada patogenesis LES.
Beberapa laporan kasus menunjukkan kontrasepsi oral
2586
RE[,MIIiIOT.OGI
REFERENSI
Boumpas
M, Castillo F,
Villardel-Tarres. Clinical predictors of fetal and maternal
outcome in systemic lupus erythematosus: A prospective study
on 1 03 pregnancies. Rheumatol.ogy 2002;4 | :643 -50.
2003:62:1O1
.
.
.
.
O-1 2.
Rheumatology
2000;39:1014-19
Huong DLT, Wechsler B, Vautjier -Brouzes D, Seebacher J, Lefebvre,
Bletry O, Darbois J, Godeau P, Piette JC. Outcome of planned
402
SINDROM VASKULITIS
Laniyati Hamijoyo
PENDAHULUAN
Eploeutolocr
Epidemiologi vaskulitis masih sulit dilaporkan karena
beberapa hal, antara lain: 1) kejadian vaskulitis yang masih
HLA-Bs1.
2587
2588
REUMATOI.OGI
PATOGENESIS
Mekanisme pasti yang mendasari kelainan ini masih belum
jelas. Ada beberapa patogenesis berbeda yang diajukan
untuk membantu menjelaskan mengapa lesi pada jenis
vaskulitis tertentu hanya ditemukan pada pembuluh darah
tertentu.
1. Distribusi antigen yang bertanggung jawab terhadap
vaskulitis menentukan pola pembuluh darah yang
terlibat.
2. Akumulasi infiltrat radang ditentukan oleh sel endotel,
termasuk ekspresi dari molekul adhesi, sekresi peptida
dan hormon, dan interaksi yang spesifik dengan sel-sel
inllamasi.
Beberapa sel inflamasi lebih lanjut menarik sela-sel
Tipe vaskulitis
Arteritis temporal (Giant cell
afteritis)
Arteritis Takayasu
Poliladeritis nodosa
Penyakit Kawasaki
Granulomatosa Wegener
Sindrom Churg-Strauss
Poliangiitis mikroskopi
Purpura Henoch-Schonlein
Kriog lobu linem ia
Vaskulitis lekositoklastik
kutaneus
terlibat.
sebagai
KLASIFIKASI
Vaskulitis seringkali merupakan penyakit yang serius dan
fatal yang membutuhkan deteksi dan terapi yang cepat.
Gejala yang melibatkan organ tubuh dapat muncul secara
terisolasi maupun kombinasi dengan keterlibatan organorgan lain. Keterlibatan suatu organ tertentu dapat menjadi
petunjuk untuk jenis vaskulitis tertentu namun dapat juga
terjadi overlap. Keterlibatan berbagai organ pada penyakit
vaskulitis ini dengan beragam manifestasi menjadi suatu
tantangan bagi klinisi untuk menegakkan diagnosa dan
2589
SINDROMVASKULMS
Arteritis Takayasu
Hematuria (sediment sel eritrosit atau >5 sel darah merah per
lapang pandang kecil)
Kelainan pada foto toraks (nodul, kavitas atau infiltrat)
Ulkus mulut atau sekret hidung
Bukti histologi adanya keradangan granulomatosa
Sindrom Churg-
Asma
Eosinofilia >1Ook pada hitung jenis lekosit
Mononeuropati (termasuk multipleks), polineuropati
lnfiltrat pada paru yang tidak menetap
Kelainan sinus paranasal
Bukti histologi adanya eosinofilia ekstravaskular pada dinding
pembuluh darah
Strauss
Purpura Henoch-
Sch6nlein
Vaskulitis
hipersensitivitas
2590
REUMANOI.OGI
dirasakan belum sempurna karena ifi Pediatric Rheumatologt European Sociegt (PRES) dan European League
against Rheumatism (EULAR) berusaha mencari koreksi
terhadap kekurangan dalam kriteria klasihkasi vaskulitis
arteritis))
Arteritis Takayasu
reumatika
Keradangan granulomatosa aorta dan cabang-cabang
utamanya Biasanya terjadi pada usia kurang dari 50
tahun.
Penyakit Kawasaki
sedang,
Poliangiitis mikroskopi.)
Purpura Henoch-Schonlein
eosinofilia.
Vaskulitis nekrosis dengan sedikit atau tanpa deposit
imun, mengenai pembuluh darah kecil (seperti kapiler,
venul dan arteriol) Arteritis nekrosis yang melibatkan
arteri kecil dan sedang. Glomerulonefritis nekrosis
dan kapilaritis pulmonal sering terjadi
Vaskulitis dengan deposit imun lg-A yang dominan,
mengenai pembuluh darah kecil (seperti kapiler, venul
2591
SINDROMVASKULITIS
PATOFISIOLOGI
Takayasu
ditambah'r'"i::i:"ty!;:3:,::::Trterr
periter atau kraudikasio ekstremitas;
perbedaan tekanan darah >10 mmHg;
bruitpada aorta atau cabang-cabang utamanya;
Kriteria wajib: Suaiu penyakit sistemik yang khas dengan adanya vaskulitis
nekrosis arteri kecil dan sedang pada biopsi ATAU angiografi yang abnormal
(aneurisma atau oklusi)
ditambah >2 kriteria berikut:
keterlibatan kulit (livedo retikularis; nodul subkutaneus yang nyeri
pada penekanan dan lesi vaskulitis lain);
mialgia atau nyeri tekan otot;
hiperlensi sistemik (relatif terhadap data normotensi pada anak);
mononeuropatiataupolineuropati;
Penyakit Kawasaki
Granulomatosa Wegener
No
-g ra n u
lomatos
Purpura Henoch-Schonlein
ANCA
2592
REI.JMANOI.OGI
mielomonosit.
Mekanisme patofi siologi granulomatosa Wegener atau
diperdarahinya.
MANIFESTAS! KLINIS
Meskipun gambaran klinis vaskulitis sangat beragam,
gambaran umum dapat dikelompokan menjadi 5 kategori
klinis yang merujuk kecurigaan ke arah vaskulitis. (Tabel 5).
Gambaran klinis yang pefiama adalah gejala-gejala
konstitusional (seperti demam, malaise, berkeringat, lelah,
. Gejala-gejala konstitusional
2
3
DIAGNOSIS
Menegakkan diagnosis vaskulitis merupakan tantangan
bagi paru klinisi, dengan anamnesis yang teliti dan
pemeriksaan fisik yang seksama dan didasarkan pada gejala
umum serta gejala dan tanda yang lebih spesifik bagi
pembuluh darah tertentu yang terlibat, dapat dibangun
suatu alur diagnosis (Gambar 1). Kriteria diagnosis
membantu dalam penggolongan penyakit ini dan biopsi
merupakan kunci pada sebagian besar diagnosis penyakit
vaskulitis.
nafsu makan menurun, dan berat badan turun) . Gej ala -gejala
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium yang abnormal dapat dijumpai
pada penyakit vaskulitis menyertai kelainan klinis yang
Klaudikasio ekstremitas
Tekanan darah asimetrik
Tidak ada pulsasi
Bruit
Dilatasi aorta
Nodul kutaneus
Ulkus pada kulit
Livedo retikularis
Ganggren pada jari
Mononeuritis multipleks
Mikroaneurisms
Purpura
Lesi vesikulobulous Urlikaria
G lomeru lonefritis
Hemoragik alveolus
Granuloma kutaneus
nekrosis ekstravaskular Splinter hemoragik
Uveitis/episkleritis/skleritis
2s93
SINDROMVASKULITIS
Artritis
granulomatosa pada
penderita > 50thn
Artritis
granulomatosa Pada
penderita < 50thn
I
I
Artntis takayasu
tanpa
bening
tl
tt
pAN
Penyakit Kawasaki
Krioglobulin
dalam darah dan
oembuluh darah
reumatoid
Vaskulitis lmun
kompleks yang lain
Vaskulitis
kriglobulin
Vaskulitis SLEI
artritis reumaioid
Sumber lain
lmun kompleks
I
tanpa
ataupun
granuloma
Vaskulitis
asma
J++
I
I
MPA
tapi
asma
Granuloma
tidak ada
Hipereosinofilia,
asma, granuloma
I
SLEI
Sindrome Churg
Vaskulitis
artritis Agranulomatosa Strauss
wegener
66oh,
Diagnosis Banding
Diagnosis banding vaskulitis sangatlah banyak. Salah satu
adalah penyakit infeksi yang menyerupai gejala vaskulitis
ini menyebabkan
2594
ARTERITIS TAKAYASU
REI.JMAIOI.OGI
Epidemiologi
Meskipun arteritis Takayasu memiliki distribusi di seluruh
dunia namun dalam observasi didapatkan lebih banyak di
Asia dan India daripada di Eropah dan Amerika, dengan
insidens diperkirakan 2,6 kasus perl juta penduduk per
tahun. Penderita dari Jepang dilaporkan lebih banyak
mengalami vaskulitis pada arkus aorta, dan penderita yang
berasal dari India lebih sering mengalami arleritis pada
arteri abdominalis dan torakalis, sementara di Amerika
serikat lebih banyak dilaporkan keterlibatan arteri subklavia
Patogenesis
Penyebab arteri Takayasu ini belum diketahui hingga saat
ini. Faktor genetik mungkin berperan dalam patogenesis
arteritis ini, dengan kemungkinan keterkaitan kompleks
histokompatibiliti mayor. Pada penelitian di Jepang dan
keradangan.
Gejala klinis
tromboemboli).
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium. Reaktan fase akut dan parameter klinis yang
umumnya dipakai untuk menilai penyakitkeradangan akut
tidak seluruhnya merefleksikan inflamasi aktif pembuluh
darahpada penyakit arteritis Takayasu. Laju endap darah
(LED) umumnya meningkat pada sebagian besar kasus
namun tidak semua pasien dengan inflamasi aktif. Petanda
lain termasuk endotelin- 1 , faktor von Willebrand, antigen
faktor VIII dan trobomodulin yang dapat ditemukan namun
tidak adekuat untuk menilai aktifnya penyakit.
belakangan
ini
2595
SINDROMVASKULITIS
Penatalaksanaan
Terapi intervensi termasuk kortikosteroid dengan atau
tanpa pemberian obat sitotoksik. Pemberian kortikosteroid
merupakan terapi utama pada afteritis Takayasu yang aktif'
2 glhati PO telah
Diagnosis
Menegakkan diagnosis arteritis Takayasu adalah dengan
biopsi dan dapat dibantu dengan kriteria diagnostik (lihat
Tabel2,3,4).
Biopsi terhadap pembuluh darah sedang dan besar
dapat menegakkan diagnosis pada stadium awal penyakit,
namun pada fase kronik, diagnosis dengan biopsi saja
kurang adekuat. Pada stadium awal terjadi reaksi inflamasi
granulomatosa yang menyeluruh atau sebagian pada
pembuluh darah yang melibatkan makrofag, limfosit dan
sel giantmultinuklear. Inflamasi awalnya terjadi pada vasa
vasontm, di mana pembuluh darah arleri menjadi menebal
Terapi Bedah
Lesi stenosis yang kritis harus diterapi dengan angioplasti
2s96
REI.,MATI)I.OGI
hari.
.
.
Gejala Klinis
Awitan gejala GCA umumnya perlahan-lahan dalam
Prognosis
Arteritis Takayasu berhubungan dengan morbiditas yang
aktivitasnya.
ARTERITIS TEMPORAL
Definisi
Arteritis temporal dikenal juga dengan nama Giant cell
arteritis (GCA), merupakan suatu panarteritis yang ter.ladi
terutama pada orang berusia lebih tua dan lebih sering
mengenai cabang-cabang ekstrakranial arleri karotid.
Komplikasi yang paling menakutkan adalah kebutaan
yang sebetulnya dapat dicegah dengan deteksi dini dan
terapi kortikosteroid.
Epidemiologi
Hampir semua kasus terjadi pada usia di atas 50 tahun
(rata-rata
Patogenesis
Etiologi GCA masih belum diketahui hingga saat ini. Faktor
genetik diperkirakan memegang peran pada arteritis
2597
SINDROMVASKULITIS
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium. Peningkatan LED > 50% ditemukanpada
:trtpuA:*l itl.lfl
trombositosis.
Ophthltl:ttlt
trdiry
(h'rilitll
,irI{ir1
Furial urtcrl
(';lrttlirl
.{11(l
ltft(rr
-1
GCAini.
Gambar 5. Arteri karotid dan cabang-cabangnya
Diagnosis
Gejala hilangnya penglihatan dan diplopia sering
terjadi pada GCA, bisa unilateral atau bilateral, sementara
atau seterusnya, dan sebagian atau seluruh penglihatan.
Penatalaksanaan
Penderita dengan kecurigaan GCA yang mengalami hilang
penglihatan sementara dalam beberapajam harus segera
dirawat dan diberikan methylprednisolone intravena dosis
tinggi (1000 mg/hari) selama 3-5 hari. Beberapa penderita
dilaporkan membaik penglihatannya dengan terapi ini.
disebutkan
aktif
maupun pasif.
kepad
GCA.
2598
REI,JMANOIOGI
Prognosis
GCA.
POLIARTERITIS NODOSA
Defenisi
Poliarteritis nodosa (PAN) yang klasik didefenisikan
sebagai inflamasi nekrosis pada arteri kecil atau sedang
yang tidak melibatkan arteriol atau kapiler dan tidak
berhubungan dengan glomerulonefritis. Dua hal yang
membedakan PAN dari vaskulitis yang lain adalah lebih
melibatkan arteri dari vena dan tidak terdapat keradangan
granulomatosa.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium. Anemia, lekositosis ringan, trombositosis
dan peningkatan CPR atau LED sering ditemukan.
Peningkatan kreatinin dan kadang-kadang sampai gagal
ginjal terminal dapat dijumpai pada PAN yang melibatkan
ginjal, demikian pula peningkatan serum transaminasi pada
keterlibatan arteri hepatik.
Epidemiologi
Insidens tahunan PAN dilaporkan berkisar antara2-9 kasus
per I juta penduduk per tahun. Kejadian tertinggi (77 kasus
2:1
Diagnosis
Karena distribusi yang iregular menyebabkan biopsi
kadang-kadang sulit. Jika terdapat lesi purpura pada kulit
dapat dilakukan biopsi kulit. Biopsi pada saraf yang
paling sering dilakukan adalah saraf suralis. Gambaran
histopatologi berupa nekrosis transmural dan fibrinoid
Patologi
Penatalaksanaan.
Sekitar separuh penderita PAN mencapai remisi cukup
Gejala klinis
Manifestasi klinis PAN biasanya didahului oleh gejala gejala sistemik seperti demam, nyeri perut, penurunan berat
badan, mialgia dan atralgia dalam beberapa minggu atau
beberapa bulan. Dalam masa ini dapat terjadi kejadian akut
Prognosis
Tanpa pengobatan PAN akan menjadi fatal umumnya
penderita akan meninggal dalam l-2 tahun. Namun jika
2599
SINDROMVASKULITIS
Gejala klinis
POLIANGIITIS MIKROSKOPI
Definisi
Poliangiitis mikroskopi (MPA) merupakan suatu vaskulitis
sistemik yang mengenai banyak organ vital dan umumnya
fatal. Vaskulitis nekrosis dengan sedikit atao tanpa
deposit imun kompleks ini melibatkan pembuluh darah kecil
(kapiler, arteriol dan venul) dan kemungkinan pembuluh
darah sedang; dan seringkali berhubungan dengan
glomerulonefritis nekro sis dan kapilaritis pulmonal. Tuj uh
puluh persen penderita MPA ini memiliki positif ANCA.
Penyakit ini dikenal juga dengan poliarteritis mikroskopi,
namun istilah poliangiitis mikroskopi lebih disukai karena
kecenderungan penyakit ini melibatkan baik pembuluh
darah arteri maupun vena.
Epidemiologi
Perkiraan insidens MPA berkisar altara 4 kasus per 1
juta penduduk per tahun, menjadikan MPA lebih banyak
daripada PAN klasik namun lebih sedikit dari Wegener.
MPA, mengenai semua etnik dengan predileksi pada
adalah
(RPGN).
Beberapa
glomerulonefritis progresif cepat
Pemeriksaan Penunjang
dan
Patogenesis
Berbeda dengan purpura Henoch Schonlein dan vaskulitis
krioglobulinemia, MPA umumnya tidak terdapat deposit rmun
kompleks. MPA, granulomatosa Wegener dan sindroma
Churg Strauss dicirikan dengan keberadaan autoantibodi
terhadap sitoplasma yang berisi netrofil dan monosit, yang
Diagnosis
Penatalaksanaan
Karena MPA umumnya melibatkan organ utama (paru,
ginjal dan saraf) maka terapi kombinasi glukokortikoid dan
siklofosfamid merupakan pilihan utama. Pemberian dosis
tinggi steroid (methylprednisolone 1000 mglhari) untuk 3
hari ditambah dengan siklofosfamidbaik oralAari maupun
2600
RELJMA*IOL.oGI
Prognosis
Jika diagnosis MPA dini dan terapi cepat maka likelihood
tinggi (>90%) untuk mencapai remisi penyakit. Sayangnya
penyakit ini jarang cepat dikenali sebelum terjadi kerusakan
organ. Diperkirakan kurang lebih sepertiga penderita akan
Gejala Klinis
Sembilan puluh persen penderita WG mengalami kelainan
pada hidung, seringkali ini merupakan gejala awal. Gejala
yang khas meliputi rinorea, hidung tersumbat, epikstasis.
pendengaran
GRANULOMATOSAWEGENER
Definisi
Granulomatosa Wegener (WG) merupakan vaskulitis
dengan keradangan granulomatosa dan nekrosis yang
melibatkan pembuluh darah kecil sampai sedang, baik arteri
maupun vena. Penyakit ini juga berhubungan dengan
ANCA
Epidemiologi
Penyakit ini dilaporkan l0 kasus per satujuta penduduk
per tahun. Timbul pada semua etnik dengan predominan
orang kulit putih. Rasio pria dan wanita kurang lebih
sebanding l:1. Meskipun usia rata-rata penderita WG
adalah 50 tahun, penyakit ini dapat mengenai orang dengan
usia lebih tua maupun anak-anak.
Patogenesa
Penyebab WG belum diketahui hingga saat
ini, tetapi
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium. Gambaran laboratorium menyerupai yang
ditemukan pada MPA. LED dan CRP dapat digunakan untuk
2601
SINDROMVASKULITIS
Diagnosis
mencapai 80%
Penatalaksanaan
Diagnosis dini sangat penting dan pengobatan yang tepat
merupakan kunci keberhasilan terapi WG. Kombinasi
kortikosteroid dan agen sitotoksik biasanya digunakan
pada WG Inisial terapi menggunakan dosis tinggi steroid
(prednison I mg/kglhari atau lebih) dan dipertahankan
sampai keadaan stabil (fungsi ginjal stabil atau infiltrat
paru resolusi) lalu diturunkan bertahap, biasanya I bulan
sejak terapi inisiasi. Pendekatan lain adalah dengan pulse
methylprednisolone (1 g/hari) untuk 3 hari pada mereka
yang mengalami keadaan gawat yang mengancam jiwa
(hemoragik pulmonal yang difus atau RPGN).
IV (0.7 glm2tiap
12
Definisi
Sindroma Churg Strauss (CSS) atau angiitis alergika atau
granulomatosa alergika merupakan suatu kelalinat yang
ditandai oleh eosinofilia, keradangan granulomatosa pada
Epidemiologi
Sindroma ini merupakan penyakit yang jarang
dibandingkan dengan bentuk vaskulitis yang lain. Insiden
tahunan sekitar 2.4 kasus per 1 juta penduduk, dengan
perbandingan seimbang antara pria dan wanita.
Patogenesis
Penyebab CSS belum diketahui, namun asosiasi terhadap
alergi dan kelainan atopik merupakan faktor yang dominan'
Gejala klinis
Tiga fase penyakit yang sering dijumpaipada CSS adalah:
. Fase prodromal: ditandai oleh adanya penyakit alergi
(biasanya asma atau rinitis alergika)' Fase ini sering
berlangsung selama beberapa tahun.
Prognosis
dan granuloma.
2602
REI,JMII|TON.OGI
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium. Eosinofilia denganjumlah eosinofil
dapat
IgA dan seringkali melibatkan kulit, saluran cema dan glomerulus, dan berhubungan dengan atralgia dan arlritis.
Epidemiologi
Penyakit ini merupakan bentuk vaskulitis sistemik yang
paling sering pada anak-anak, dengan insidens tahunan
mencapai 140 kasus per satu juta penduduk. Puncak
tertinggi penderita adalah pada dekade perlama dan kedua
dalam hidup (90% penderita berusia kurang dari l0 tahun),
dengan rasio pria:wanita sebesar 2: I . Insidens pada orang
dewasa sangat jaratg, namun biasanya lebih berat.
Meskipun HSP dilaporkan seimbang pada semua kelompok
etnik, namun ada kecenderungan lebih banyak pada
orang Amerika keturunan Afrika.
Patogenesis
Hampir dua per tiga kasus HSP terjadi setelah infeksi
saluran pernapasan atas, dengan awitan rata-rata 1 0 hari
setelah infeksi saluran pernapasan. Meskipun demikian
tidak ditemukan satu mikroorganisme atau paparan dari
imun mukosa.
Penatalaksanaan
Gejala Klinis
Prognosis
Meskipun remisi klinis dapat dicapai oleh lebih darigAYo
penderita, namun rekuren masih tinggi terutama setelah
terapi dihentikan.
PURPURA HENOCH.SCHONLEIN
Definisi
Purpura Henoch Shonlein (HSP) adalah suatu vaskulitis
pembuluh darah kecil dengan deposit imun yang dominan
proteinuria.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium. Enam puluh
2603
SINDROMVASKULITIS
PENYAKIT KAWASAKI
Definisi
Kawasaki merupakan suatu bentuk vaskulitis pada anakanak yang dapat sembuh sendiri dan melibatkan arteri
sedang.
Epidemiologi
Penyakit Kawasaki terjadi sporadik dengan insidens
berkisar artara 6 sampai 7,6 per 100.000 anak di bawah
penderita HSP
Patogenesis
Diagnosis
Meskipun manifestasi klasik ditemukan pada seorang
penderita, diagnosis HSP lebih ditentukan oleh biopsi.
Biopsi kulit pada HSP menunjukan suatu vaskulitis
leukositoklastik pembuluh darah kecil dalam lapisan
superfisial dermis. Jaringan nekrosis sering dijumpai
namun bukan keradangan granuloma. Pada pewarnaan
imunofluoresens tampak granular IgA kasar di dalam
Penatalaksanaan
Pemberian obat antiinflamasi non steroid dapat
memperbaiki artritis dan atralgia namun dapat
rusak.
nefritis berat.
Prognosis
Prognosis umumnya baik, dan tergantung pada sistim
organ yang terkena serta usia penderita, semakin muda
semakin baik. Pada banyak kasus HSP sembuh sendiri
dalam 6-8 minggu. Rekuren ditemukan pada kurang lebih
33%o petderita. Hanya sejumlah kecil penderita mengalami
insufi siensi ginj al yang pro gresif.
Gejala klinis
demam disertai meningkatnya jumlah trombosit, dan fase
konvalesen dimana trombosit kembali ke nilai normal'
Gejata dimulai dengan demam, di mana suhu biasanya
mencapai 40 C bahkan lebih, yang berlangsung 5 sampai
25 hari, rata-rata 10 hari. Gejaia mukokutaneus berupa
injeksi konjuntiva, eritema pada bibir, mukosa mulut dan
lidah (lidah stroberi), yang mengelupas bahkan sampai
berdarah (lihat Gambar). Rash polimorfi menunjukkan
setelah demam
tangan' jari-jari
2604
REUMAiTOI.OGI
Penatalaksanaan
Prognosis
Hampir semua kematian dini dan kebanyakan kasus
Definisi
Vaskulitis krioglubulinemia essensial adalah vaskulitis
dengan deposit
in yang mengenai
pembuluh darah
, dan berhubungan
dengan krioglobul
Epidemiologi
Insidens vaskulits krioglobulinemia belum diketahui jelas,
diperkirakan 5% pasien- pasien dengan hepatitis C kronik
akan mengalami sindoma ini, sementarag0o/o dariseluruh
kasus vaskulitis krioglubulinemia berhubungan dengan
infeksi virus hepatitis C (HCV).
Pemeriksaan penunjang
Patogenesis
sit meningkat
padapenyakitKawasaki. p
transaminase
dan piuria yang steril ju ga dapat ditemukan.
penyakitKawas
untuk
,dicurigai
Pe{alanan
penyakit
Diagnosis
didasarkan pada klinis,
r/
4)
aneurisma sangat
2605
SINDROMVASKULITIS
Gejala Klinis
Manifesatasi klinis berupa rash makula, paplula,
vesikobulosa dan urtikaria yang menunjukkan keterlibatan
pembuluh darah kecil, serta ulkus umumnya di sekitar
maleolus, yang menunjukkan keterlibatan pembuluh darah
sedang. Trombus vaskular juga sering ditemukan pada
banyak kasus krioglobulinemia. Purpura yang dapat diraba
dengan predileksi ekstremitas bawah merupakan tipikal
penyakit ini. Fenomena Raynaud dan akrosianosis juga
Diagnosis
dapat dijumpai.
dan
Pemeriksaan Penunjang
dengan
Penatalaksanaan
Penyakit ini ditandai oleh periode remisi dan eksaserbasi,
serta tingkat beratnya penyakit yang sangat beragam,
mulai dari purpura yang ringan sampai vaskulitis nekrosis
yang berat, sehingga terapi harus didasarkan kepada
Prognosis
2606
PENYAKITBEHCET
Definisi
Penyakit Behcet ini merupakan suatu kelainan vaskulitis
yang melibatkan multisistim dengan manifestasi ulkus oral
dan genital yang rekuren, inflamasi padamata danberbagai
Epidemiologi
Penyakit ini banyak ditemukan sepanjang Jalur Sutera (Sl/t
Road), dari Asia timur (Jepang, China, Korea) ke daerah
Mediterania, Timur tengah dan Timur jauh, dan sangat
jarang ditemukan di daerah lain. Prevalensi tertinggi adalah
di Turki, mencapai 400 kasus per 100.000 penduduk.
Biasanya mengenai orang berusia muda antara 20-30
tahun. Di daerah Timur tengah lebih banyak mengenai pria
dibandingkan dengan wanita, namun di daerah Jepang
REI.,,MATIOI.OGI
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Petanda inflamasi yang tidak spesifik seperti anemia,
lekositosis ringan dan peningkatan LED dapat ditemukan
pada keadaan aktif.
Radiologi
Angiogram atau MRA dapat memperlihatkan adanya kelainan
trombosis atau aneurisma yang melibatkan arteri besar.
ditemukan sebaliknya.
Diagnosis
Penyakit Behcet belum diketahui penyebabnya hingga saat
Patogenesis
jalur sutera.
Meskipun penyakit ini umumnya mengenai pembuluh
darah kecil dan sedang, namun beberapa kasus dilaporkan
juga mengenai pembuluh darah besar termasuk vena.
Inflamasi arteri dapat menyebabkan oklusi, aneurisma dan
ruptur, sementara pada vena menimbulkan trombosis vena.
Tidak seluruh manifestasi pada Behcet disebabkan oleh proses
vaskulitis, ulkus pada mukosa mulut dan usus tebih banyak
desebabkan oleh reaktivasi abnormal neutrofil dan limfosit.
Gambaran klinis
Ulkus pada rongga
mulut yang rekuren
Penjelasan
pada
Gejala klinis
Ulkus pada mulut yang rekuren merupakan ciri khas
penyakit ini, biasanya nyeri, dangkal maupun dalam,
dengan tepi merah dan sentral yang berbasis nekrosis
kekuningan, timbul tunggal atau berkelompok dan dapat
mengenai berbagai lokasi dalam rongga mulut. Ulkus ini
menetap selama I sampai 2minggt dan membaik tanpa
meninggalkan jaringan parut. Ulkus pada daerah genital
lebih jarang. Pada pria biasanya tidak mengenai glans
penis atau uretra, dan sembuh dengan menimbulkan
dokter
2607
SINDROMVASKULITIS
Prognosis
atau rekuren.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium. Tidak
spesifftuntuk
Definisi
Vaskulitis lekositoklastik kutaneus (VLK) ini melibatkan
pembuluh darah kecil yang terbatas pada kulit dan
tidak berhubungan dengan vaskulitis primer maupun
sekunder yang lain. Penyakit ini dikenal juga dengan nama
vaskulitis hipersensitivitas atau angiitis lekositoklastik
kutaneus. Istilah vaskulitis hipersensitivitas digunakan
p
6
v
penyebabnya.
Penatalaksanaan
Epidemiologi
Insidens VLK tidak diketahui dengan pasti karena
kaburnya kriteria diagnostik, kejadian yang jarang dan
beragam perj alanan klinisnYa.
Patologi
Histopatologi khas VLK adalah adanya vaskulitis pada
pembutuh darah kecil. Venul pasca kapiler merupakan
pembuluh darah yang paling sering terlibat, sedangkan
tapiler dan arteriol lebih jarang. Vaskulitis ini ditandai oleh
adanyu lekositoklastik, suatu istilah yang mengacu pada
debris nukleus sisa neutrofil, yang menginfiltrasi ke dalam
dan sekitar pembuluh darah pada stadium akut' Pada
rkan'
Jika faktor pemicu VLK diketahui
yang
Bila faktor tersebut adalah mikrob
juga
akan
VLK
umumnya
diberikan,
segera
harus
sesuai
penyakit
atau
pemicu,
faktor
ditemukan
tidak
Jika
teratasi.
yang menYebabkan VLK,
api didasarkan atas beratnYa
BeberaPa
VLK
daPat sebuh
2608
REI.,MITTOIIrI
baik.
bagi
VLK
Prognosis
Prognosis VLK baik, hampir semua kasus yang diketahui
faktor
tersebut dihilangkan.
KESIMPULAN
Vaskulitis merupakan kelainan yang sulit untuk ditegakan,
namun dap4t dibantu dengan kriteria klasifrkasi dan biopsi
pada lesi yang terlibat. Pengenalan dini dan terapi yang
pad,a
REFERENSI
Ahmed MM, Wolf RE. Takayasu arteritis, Medscape February
14
2008. http://www.emedicine.comlmedltopic2232.htm
Andrews J,
advances
Jan 2007
in
Mason
;46(l):6-15.
403
SINDROM ANTIFOSFOLIPID ANTIBODI
SumaftiniDewi
PENDAHULUAN
Sindroma antifosfolipid antibodi, pertama kali dilaporkan
oleh Hughes, Harris dan Gharavi pada tahun 1986, dikenal
juga sebagai sindroma Hughes. Sindroma antifosfolipid
antibodi ini merupakan penyakit autoimun trombofilia yang
DIAGNOSIS
kriteria laboratorium.
Kriteria Klinis
Mengalami 1 atau lebih episode trombosis vena' arterial
kecil padajaringan atau organ tubuh,
kehamilan'
danl atau morb iditas
. Trombosis : dibuktikan dengan pemeriksaan imaging
atau histopatologi
. (Terbukti secara klinis adanya trombosis pada organ
DEFINISI
Sindroma antifosfolipid antibodi termasuk ke dalam
golongan penyakit autoimun yang bersifat sistemik
("organ nonspesifik"), dengan karakteristik adatya
minggu, atau
2609
2610
REI.JMAIOI.OGI
Kriteria Laboratorium
Memiliki titer antiphospholipid antibodies (apl.) yang
tinggi secara menetap, pada p ada2 ataulebih pemeriksaan
yang berbeda dalam jangka waktu minimal l2 minggu dan
tidak lebih dari 5 tahun sebelum terjadi manifestasi klinis,
terdeteksi menurut guideline the International Society on
Trombosis and Hemostasis.
1. Antibodi antikardiolipin
3. Antibodi
B2-glikoprotein
.
Penambahan kategori diagnosis sindrom pre-antifosfolipid
Penambahan kategori diagnosis sindroma fosfolipid
mikroangiopatik
o
o
o
aktivasi trombosit
merangsang produksi tromboksan
Antibodi antifosfolipid
koagulasi
bermuatan
negatif dan
menghambat aktivitas
lain.
hep
lll
Antibodi terhadap
lfat pada tempat ikatan
dengan antitrombin
vasi koagulasi dengan
cara menghambat pembentukan kompleks heparin-antitrombintrombin.
26tL
antibodi.
kematianjanin.
Endocrine system
,i
????t
ry
Manifestasi Klinis
Secara umum, dikenal 5
Lupus anticoagulant (lgG & lgM)
Anticardiolipin antibodies (lgG, lgA, lgM)
Beta-2-Glycoprotein
Hexagonal phospholipid
Subgrup-subgrup antibodi
Anti-phosphatidylserine (lgG, lgA, lgM)
Anti-phosphatidylethanolamine(lgG, lgA, lgM)
Anti-phosphatidylinositol (lgG, lgA, lgM)
Anti-phosphatidylcholine (lgG, lgA, lgM)
Anti-phosphatidylglycerol (lgG, lgA, lgM)
Anti-phosphatidic acid (lgc, lgA, lgM)
Anti-Annexin-V antibodies (lgG & lgM)
antibodi
1.
o
o
o
o
o
o
o
2.
f"PL "b"".t
f;y.r".".-rI
f A,Cffi;;;-l
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi
aisease&aPr
fpi-P.#;l
lnpsl
-s%.
Definite
APS (without SLE- 'Prlmary")
APS
(with SLE - "Sooondary")
Gambar
2.
2612
REI.,IMIIIOIPGI
Jenis kelamin
r
o
o
r
o
o
.
.
.
o
:31.7o/o
:21.9o/o
Tromboflebitissuperfisialis
:9.1o/o
Emboli fulmonal
Kematian Fetus
Transient ischemic attack
Anemia hemolitik
:9.0%
:6.6%
Catastrophic APS
:20o/o
13.1o/o
: 8.3%
:7.Oo/o
Skleroderma
Sindroma Behcet's
Sindroma Sjogren
Mixed connective tissue disease
Polimiositis dan dermatomiositis
Polimialgia reumatika
Osteoartritis
Gout
Multipel sklerosis
Vaskulitis
Anemia hemolitik
Trombosipenia purpura imun
Artritis juvenile
Reumatoid Artritis
Artritis psoriatik
yang
a
a
Persentase
(30%)
(7-50%)
(28%)
(25%)
(7-20yo)
(25-42%)
(22yo)
,)
(20%)
(<14%)
')
,)
')
26t3
dan anti-LalS
tubuh
Manifestasi klinis yang terjadi berlangsung < lminggu
3 Terbukti pada gambaran histopatologi dari penyumbatan
pembuluh darah kecil sedikitnya pada satu organ/jaringan
tubuh
aPL (+) (lupus antikoagulan
Konfirmasi Laboratorium
dan/atau aCL dan/atau p2-GPl antibodi)
Disebut Diagnosis Pasti CAPS bila memenuhi ke-4 kriteria
diatas
Disebut Probable CAPS bila memenuhi kriteria 2,3, dan 4,
disertai bukti keterlibatan 2 organ, sistim, dan/ atau jaringan
tubuh:
. Ke-4 kriteria
lupus
2614
REUMATIOI..oGI
ANTIBODI
Terkena:
l.
Thombosispadavena-venabesar
a. Kelainan
multipleks.
Kelainan mata: trombosis vena dan/atau arleri retina,
amaurosis fugax
Kelainan kulit : flebitis superfisial, ulkus pada
tungkai, iskemik distal, blue toe syndrome
Kelainan jantung : infark miokard, vegetasi pada
katup, thrombus pada intrakardiak, aterosklerosis
Kelainan paru : emboli paru, hipertensi pulmonal,
trombosis arteri pulmonari, perdarahan alveolar.
Kelainan pada arterial: trombosis aorta, trombosis
pada arteri besar dan kecil.
Kelainan ginjal : trombosis arteri dan vena renalis,
infark ginjal, gagal ginjal akut, proteinuria, hemahrria, sindroma nefrotik
b.
c.
d.
e.
f
o
i.
Sindroma trombosis yang berhubungan dengan
antibodi antifosfolipid ;
1. Sindromatipe I :
a. Trombosis vena dalam dengan
paru
2.
Sindroma tipe II
ata:u
j.
tanpa emboli
oligo-hidramnion, preeklampsia.
c.
6.
Trombositopenimatemal
SindromatipeVl:
a. Antibodi antifosfolipid tanpa manifestasi klinis
) tombosis arteri
Trombosis arterial lebih jarang dijumpai dibandingkan
dengan trombosis vena dan terjadi sebagai bagian dari
gejala klinis sindroma antifosfolipid antibodi primer.
2615
Livedo retikularis
3. Trombosismikrovaskular
a. Kelainan pada mata : retinitis
b. Kelainan kulit : livedo retikularis,
l.
gangren
c.
d.
g.
h.
Kelainan kulit
graine headaches.
2. Kelainanparu
Gambaran utama dari kelainan paru yang terkait dengan
APS adalah PE. Trombosis in situ juga pemah dilaporkan
3. KelainanGastrointestinal
Trombosis pada vena hepatica sebagai manifestasi
klinis sindroma antifosfolipid antibodi akibat dari
sindroma Budd-Chiari. Trombosis mesenterika dan vena
Vaskulitis perifer
2616
REI,JMANOI.OGI
5. Kelainan retina
6.
7.
Kelainan hematologi
Trombositopenia (hombosit <1 00,000) didapatkan pada
20% - 40%pasien sindroma antifosfolipid antibodi dan
umumnya bersifat ringan. Trombositopenia berat sering
ditemukan pada kasus CAPS dan disertai adanya disse
m in at e
int r av
a s cu I
ar
an
Iico
a gu I a t i o
atau TTp.
8.
Perdarahan
Pada pasien dengan sindroma antifosfolipid antibodi
jarang tefadi perdarahan yang hebat. perdarahan dapat
diakibatkan oleh komplikasi koagulopati disseminated
intravascular coagulation, yang mungkin terjadi pada
klebsiela.
Virus :parvovirus B19, HfV, HTLV-I, hepatitis virusA,B
26t7
Keadaan-keadaan Lain
Antibodi antifosfolipid juga ditemukan pada sickle cell
anemia, anemia pernisiosa, diabetes mellitus, inflammatory bowel disease, terapi pengganti ginjal dialysis dan
sindroma Klinefelter.
Pemeriksaan Penunjang
.
.
.
Diagnosis Banding
.
.
.
'
Antibodi adalah :
. heparin dan warfarin. Pada umumnya warfarin
Trombotiktrombositopenipurpura
Sindromahemolitikuremik
.
Penatalaksanaan
Ditemukannya faktor risiko kejadian trombosis, tanpa
saja
Gejolo ygled<oil
APS
Me
APS
Memoniong
Negulil
Fosilif
No
if
pot,"'l *
Bnsr
Menelopnyu lgM dlnr 6 minggu, lgG dlm l2 minggu, l.A dlm 6 minggu
Gambar 4. Diagnosis laboratorium untuk sindroma antifosfolipid antibodi. Bila hasil test negatif, namun secara klinis terdapat kecurigaan,
dapat dilakukan test terhadap subgroup antibodi antifosfolipid.
2618
REUM/r$OLOGI
Hidroksiklorokuin
Data penelitian mengenai pemberian hidroksiklorokuin
2.
a.
b.
5.
tidakhamil
Kombinasi aspirin dan hidroksiklorokuin (s 6,5 mg/kg/hari)
Catastrophic APS
pemberikan anticoagulation, immune globulin intravena,
dan plasma exchange.
'
.
Sindroma tipe IV
a. Terapi tergantung jenis trombosis
Sindroma tipe V
4.
direkomendasikan adalah
1-2 mg,4<gBB
(4}}mgkghari selama
5 hari) bila didapatkan adanya mikroangiopati
a. Aspirin 81 mg/hari
6.
Sindroma tipe
VI
terapi
antitrombotik
bulan.
INR 2-3,
Terapi Profilaksis
RINGKASAN
Sindroma antifosfolipid antibodi adalah suatu penyakit
dengan karakteristik manifestasi klinis yang beragam.
Gejala klinisnya meliputi banyak sistim organ atau jaringan
tubuh yang terkena akibat dari trombosis pada pembuluh
darah besar dan kecil. Spektrum klinisnya sangat luas pada
seorang penderita dengan aPL, dari yang tanpa gejala klinis
2619
atau pada
2005;2:166
8.
REFERENSI
Hughes
Am J Med 1996;101(6):s76-83.
Cervera R, Piette JC, Font J, et al. Antiphospholipid syndrome:
of
1,000 patients.
Artkitis Meum,
2002;46:1019-27 .
Asherson RA. New subsets of the antiphospholipid syndrome in
2006: "PRE-APS" (probable APS) dan microangiopathic
antiphospholipid syndromes ("MAPS"). Autoimmun Rev,
2006;6(2):7 6-80.
8.
5.
William
F. Baker, WF,
404
SKLEROSIS SISTEMIK
Bambang Setiyohadi
teleangiectasis).
Prevalensi penyakit ini relatif rendah karena banyak
kasus yang tidak dilaporkan, apalagi kasus yang tidak
disertai kelainan kulit. Penelitian pada masyarakat umum di
Carolina Selatan mendapatkan prevalensi sebesar 19-75
kasus per 100.000 penduduk dengan perbandingan wanita
dan laki-laki 1,9-4 : L Padapenelitian di Tennessee, temyata
jumlah pasien skleroderma pada wanita usia reproduksi
GAMBARAN PATOLOGI
Patologi Kulit
Fibrosis pada kulit dan organ lainnya, termasuk pembuluh
darah, merupakan gambaran patologis yang paling sering
ditemukan pada sklerosis sistemik. Peningkatan matriks
ekstraselular pada dermis, terutama kologen tipe I dan III,
yang disertai penipisan epidermis dan hilangnyarete pegs
merupakan gambaranpatologis yang khas pada sklerosis
sistemik. Hal ini menyebabkan penegangan kulit yang khas
pada sklerodema. Pada stadium awal, tampak infiltrasi sel
radang mononuklear di dalam dermis, terutama limfosit T
dan sel mast. Sel-sel ini banyak ditemukan mengelilingi
pembuluh darah dermis. Pada stadium akhir (fase atrofik),
(20 -44 tahx) 15 kali jumlah pasien laki-taki pada usia yang
sama, sedangkan pada wanita usia 45 tahun atau lebih,
frekuensinya hanya 1,8 kali laki-laki pada usia yang sama.
Hubungan penyakit ini dengan ras tidakjelas, walaupun
2620
2621
SKLEROSIS SISTEMIK
Patologi Paru-paru
ditemukan 2 gambarat patologik,
Patologi Jantung
Pada jantung, sklerosis sistemik dapat menyerang
perikardium dan miokardium. Kelainan pada perikardium
ditandai oleh fibrosis dan penebalan perikardium parietal
dan viseral yang akhirnya dapat berkembang menjadi
perikarditis konstriktif. Pada miokardium, tampak proliferasi
intima dan penyempitan pembuluh darah koroner. Di
sekeliling pembuluh darah koroner, ditemukan banyak
dan
peningkatan enzim otot serum yang bermakna' Pada tendon akan tampak deposisi fibrin dalam samng tendon,
Jenis
Sitokin
Sumber
Fibronektin
tL-1
tL-2
PDGF
TGF-B
Peranannya pada
Patogenesis
Kemoatraktan
monosit dan
fibroblas, mitogen
fibroblas
Mitogen fibrcjblas,
merangsang
sintesis kolagen
Trombosit, fibroblas,
makrofag
Megakariosit,
makrofag, sel
epidermal, fibroblas
dan sel T
Merangsang
sisntesis kolagen,
merangsang
sintesis fibronektin,
menghambat
pertumbuhan sel sel
endotel, mitogen
fibroblas indirek,
kemoatraktan
fibroblas dan
monosit
merangsang sekresi
tL-1.
CTAP
TNF
Endotelin
IFN-y
CTAP l: limfosit
CTAP lll: trombosit
CTAP V: sel
mesenkimal
Makrofag, sel T, sel B,
sel NK
Sel endotel
Sel T, sel NK
Patologi Ginjal
Pada
Mengaktifkan sel
NK menjadi sel LAK
Mitogen fibroblas
Mitogen fibroblas
Meningkatkan
sintesis
glikosaminoglikan
Merusak endotel
Vasokonstriktor
Aktivator makrofag
diferensial sel T
menjadi sel T
sistolik,
pertumbuhan sel B
GAMBARAN IMUNOPATOLOGIS
2622
REUMA:IOLOGI
Antibodi antinuklear
(Anti nuclear antibody = ANA). pada 95yo pasien
sklerosis sistemik, didapatkan antibodi anti-nuklear
(antinuclear antibodies, ANA). ANA spesifik terhadap
DNA topoisomerase I (anti topoisomerase I, anti
Scl-70) didapatkan 20-300 , dan separuhnya terdapat
pada pasien sklerosis sistemik difus. Enzim DNA
topoisomerase
Autoantibodi lain
- Antibodi antisentromer. Antibodi antisentromer
terdapat pada 30% sklerosis sistemik yang terbatas
darr CREST syndrome. Ada 3 antigen sentromer
yang spesifik pada sklerosis sistemik, yaitu CENpB (80 kDa protein) dan CENP-C (120 kDa protein).
Adanya autoantibodi terhadap antigen sentromer
menunjukkan tingginya pemecahan kromosom.
FAKTORGENETIK
Faktor keturunan yang berperan pada sklerosis sistemik
adalah jenis kelamin. Didapatkan rasio jenis kelamin wanita
perdarahan paru.
PATOGENESIS
Secara pasti, patogenesis sklerosis sistemik tidak diketahui.
2623
SKLEROSIS SISTEMIK
2624
REUIUATOI.OGI
hiperpigmentasi.
Pada sklerosis sistemik yang difus, penebalan kulit
akan menyebar ke seluruh tubuh, terutama pada dinding
dada dan abdomen, sedangkan pada kelainan yang terbatas
penebalan kulit hanya akan didapatkan padajari ataujari
dan muka.
Pada sebagian kecil pasien (2 o/o), dapat ditemukan tanpa
kelainan kulit (sklerosis sistemik sine skleroderma).
Pada fase awal indurasi, secara histologik akan tampak
peningkatan serat kolagen pada dermis, hiperplasi dan
besar.
Pada stadium akhir, akan timbul artrofi dan penipisan
yang
vaskular.
Beberapa minggu sampai beberapa bulan kemudian, edema
akan diikuti dengan indurasi, sehingga kulit menjadi tebal
dan keras. Penebalan kulit akan mengenai jari tangan dan
Fenomen
Sklerosis
Raynaudprimer Sistemik
Perempuan : laki-laki
Umur mulai timbul
Frekuensi serangan
perhari
Faktor pencetus
Proliferasi intimal
Antibodi antinuklear
Antibodi antisentromer
Antibodi anti-Scl-70
Kapilaroskopi abnormal
Aktivasi trombosit rn vlvo
20:1
4:1
Pubertas
> 24 tahun
KELAINAN SISTEMIK
Berbagai kelainan sistemik dapat timbul pada sklerosis
sistemik yang pada umumnya terjadi akibat kelainan
vaskular pada organ yang bersangkutan.
Kelainan Paru
Pada paru dapat timbul fibrosis paru dan atau kelainan
vaskular paru. Fibrosis paru, umumnya terjadi pada kedua
basal paru yang dapat dilihatjelas pada gambaran radiologi
dada. Keadaan ini akan menyebabkan penurunan kapasitas
difusi karbonmonoksida dan pada akhirnya akan terjadi
penurunan kapasitas difusi vital (penyakit paru restrikti!.
> 10 x
5x
antibodi antitopoisomerase-
dingin, emosi
negatif
negatif
negatif
negatif
negatif
dingin
negatif
positif
90-95%
50-605
20-30o/"
> 955
> 75o/o
2625
SKLEROSIS SISTEMIK
Kelainan Gastrointestina!
Kelainan pada sistem gastrointestinal dapat mengenai
Kelainan Muskuloskeletal
bawah.
Xerostomia ditemukan pada2}-3}Yosklerosis sistemik
dan hal ini berhubungan dengan sklerosis atau infiltrasi
limfosit pada kelenjar liur. Separuh dari pasien xerostomia
memiliki antibodi terhadap presipitin Sjogren, yaitu anti
SS-A (Ro) dan anti SS-B(La).
Pada esofagus distal akan terjadi dismotilitas motorik
sehingga timbul disfagia dan refluks gastroesofageal.
Peristaltik esofagus akan menurun dan pada pemeriksaan
fluoroskopi akan tampak hipomotalitas. Pada esofagus
distal akan terjadi metaplasia mukosa (metaplasia Barret)
yang merupakan predisposisi timbulnya adenokarsinoma
esofagus, tetapi keganasan inijarang terjadi pada sklerosis
sistemik.
Kelainan Jantung
Kelainan miokardial jarang didapatkan pada sklerosis
sistemik, tetapi bila didapatkan akan meningkatkan angka
mortalitas. Umumnya akan terjadi fibrosis pada sistem
Kelainan Ginjal
Pada ginjal, sklerosis sistemik akan menyebabkan krisis
renal skleroderma akibat hiperreninemia yang ditandai oleh
Progresivitas cepat
Disertai artralgia/ artritis,
sindrom terowongan karpal
Semua organ viseral dapat
terkena
Jarang disertai hipertensi
pulmonal
Antisentromer pada 5% kasus;
anti topi-1 pada 20-30o/o kasus
2626
REI,JMATIOI.OGI
Kriteria Mayor
Skleroderma proksimal: penebalan, penegangan dan
kulit yang simetrik pada kulit jari dan kulit
proksimal terhadap sendi metakarpofalangeal atau
pengerasan
Kriteria Minor
.
.
jari
pada ekstremitas atas atau bawah atau daerah frontoparietal yang mengakibatkan deformitas muka dan kelainan
Pencengkungan
Skleroderma Lokal
Ada beberapa bentuk skleroderma yang mengenai kulit
iskemia.
tulang.
PENATALAKSANAAN
KLASIFIKAS!
Secara
yaitu:
Sklerosis sistemik difus, di mana penebalan kulit terdapat
di ekstremitas distal, proksimal, muka dan seluruh batang
tubuh.
Sklerosis sistemik terbatas, penebalan kulit terbatas pada
distal siku dan lutut, tetapi dapat juga mengenai muka dan
leher. Sinonimnya adalah CREST syndrorze (C:kalsinosis
subkutan; R:fenomen Raynaud; E:dismotilitas esofagus;
S:sklerosdaktili ; T:teleangiektasis)
Sklerosis sistemik sine skleroderma, secara klinis tidak
didapatkan kelainan kulit, walaupun terdapat kelainan organ dan gambaran serologis yang khas untuk sklerosis
sistemik.
2627
SKLEROSIS SISTEMIK
PROGNOSIS
Angka harapan hidup 5 tahun pasien sklerosis sistemik
adalah sekitar 680/o. Harapat hidup akan makin pendek
dengan makin luasnya kelainan kulit dan banyaknya
malabsorbsi.
Pasien sklerosis sistemik mempunyai risiko yang tinggi
Dismotilitas esofagus, akan menimbulkan keluhan heartbut'n dat disfagia. Pasien dianjurkan untuk meninggikan
.
.
.
.
.
.
IIb >l4gldl
padaHb
<l4gldl
2628
REI,JMAIOI.OGI
REFERENSI
t991;34(4):403-r3
Albar Z. Sklerosis sistemik. In: Soeparman (ed). Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid I. Edisi kedua. Balai Penerbit FKUI, Jakarta,
990; 1 6( 1 ): 1 69-84.
Seibold JR. Systemic sclerosis: clinical features, in: Klippel JH, Dieppe
P (eds). Rheumatology. 1st. Mosby-Year Book Europe Limited,
1987 :7 47 -52.
antigens
Am
London 1994:8.1-14.
Silman AJ, Newman J. Genetic and enviromental factors in
scleroderma. Curr Op Rheumatol 1994;6(6):607-11.
Smith EA, LeRoy EC. Systemic sclerosis: etiology and phatogenesis.
In; Klippel JH, Dieppe P (eds). Rheumatology. lst. Mosby-Year
Book Europe Limited, London 1994:9.1-10.
Steen VD. Systemic sclerosis: management. In; Klippel JH, Dieppe
P (eds). Rheumatology. 1st. Mosby-Year Book Europe Limited,
London 1994:10 1-8.
White B. Immunologic aspect of scleroderma. Curr Op Rheumatol
1994;6(6);612-5
Wigley FM Clinical aspects of systemic and localized scleroderma.
Curr Op Rheumatol 1994;6(6);628-36.
.
405
MIOLOGI
Bambang Setiyohadi
OTOT SKELET
Otot skelet merupakan organ kontraktil yang berfungsi
untuk pergerakan.
yaitu:
Serabut otot tipe 1, disebut juga slow ttvitch oxydative
fibers (SO);memiliki respons terhadap rangsang listrik lebih
Serabut tipe 2a, disebut |uga fast twitch oxydativeglycolyticfibers (FOG), merupakan jenis antara serabut
tipe 1 dan tipe 2a.
Karakteristik setiap serabut otot biasanya terjadi dalam
masa pertumbuhan dan selanjutnya dipelihara melalui
sistem t-tubule.
Pada kontraksi otot, terjadi pemendekan miofilamen
yang terdapat di antara serabut otot. Kontraksi timbul
akibat rangsang listrik, kimiawi maupun fisik yang
mengawali timbulnya transmisi aksi potensial di sepanjang
sarkolema melalui sistem t-tubule ke retikulum endoplasmik
629
2630
REUMIffOI.OGI
Pemeriksaan Tambahan
Kadar SGOT, SGPT, kreatin fosfokinase (CPK),
dalamAIP.
dan
Gambaran Klinik
Autoantibodi
Antigen
Anti-Jo-'l HistidiltRNA-sintetase
Anti-PL-7 Treonil{RNA-sinetase
Anti-EJ Glisil-tRNA-sintetase
Anti-PL-12 Alanil-tRNA-sintetase
Anti-OJ
Anti-KS
|.ti-P_Rl
Anti-Mi-2
kasus.
Autoantibodi
Miositis (pM>DM)
dengan artritis,
demam, pneumonitis
intersisial, fenomena
Raynaud, mechanic,s
hands, respons buruk
terhadap terapi.
lsoleusil{RNA-sintetase
Asparaginil-tRNA-sintetase
Signal recognition
Protein
particb
helikase
Gambaran klinik
Antisintetase Aminoasil{RNA-sintetase
Antigen
N4iositis,kardiomiopat,
resisten terhadap
terapi DM, respons
terapi baik
Gambaran klinik
Anti-PM-Scl
Tak diketahui
Miositis, Skleroderma,
Anti-Ku
DNA-binding proteins
Artritis
Overlap miositis-
Anti-KJ
Anti-Fer
Elongation factor 1,
Anti-N,4J
Anti-MAS
Tak diketahui
tRNA"u' antigen related
Anti-U1RNP
Anti-snRNP's
Anti-Ro/SSA
RNP'S
Protein RNA
skleroderma-SLE
Pl\,4, pneumonitis
interstitial, fenomena
Raynaud
Miositis
DM Juvenil
Miositis, hepatitis,
rabdomiolisis alkoholik
MCTD (Mixed Conective
Ilssue Disease)
Overlap Pl\r-Skleroderma
Miositis dengan sindrom
Sjogren atau SLE
ekstensif.
om en
a Ray n aud.
2631
MIOI]OGI
Penatalaksanaan Farmakologik
Kofiikosteroid merupakan obat lini pertama untuk PM/
DM dengan dosis 60 mgAari sampai 2 mg,4<gBB prednison.
Perbaikan klinik akan terlihat pada minggu pertama
.
.
.
.
.
yaitu :
. Polimiosistisidiopatik
. Dermatomiositisidopatik
. DM atau PM yang berhubungan dengan keganasan
. DM Juvenil
. PM/DM yang berhubungan dengan penyakit kolagen
vaskulaf lainnya
Terdapat hubungan yang bermakna ar.tata PM/DM
dengan keganasan, yaitu sekitar I 0% pada pasien PM dewasa
Penatalaksanaan Non-farmakologik
Pada fase akut, pasien dianjurkan untuk istirahat tirah
baring. Gerakan pasif harus dilakukan selama masa akut
untuk mencegah kontraktur. Kontraktur sering terjadi pada
DM juvenil. Setelah fase akut teratasi, pasien harus
Prognosis
Harapan hidup 5 tahun pasien PM/DM cukup baik' dapat
2632
RELJM/TfiOLOGI
B-amiloid.
Demografik
Keterlibatan otot
Kadang-kadang positif
Tidak ada
Seringkali positif
Ada
Miopatik dan
Neuropatik
Infiltrat sel T CD 8.
Red-rimmed vacuoles
yang berisi p-amiloid
Buruk
Miopatik
Keterlibatan organ
ekstramuskular
ANA
Antibodi spesifik
miositis
EIVG
Biopsi otot
Respons terapi
imunosupresif
lnfiltrat sel T CD 8.
Seringkali baik
DERMATOMIOSITIS JUVENIL
Gambaran DM juvenil menunjukkan pola yang khas
walaupun kadang-kadang gambarannya mirip PM pada
Kriteria klinik
.
.
.
.
.
MIOPATI METABOLIK
2633
MIOIOGI
e),merupakan
satu dari sembilan gangguan metabolisme glikogen yang
b dis eas
AlP dari
.
.
.
.
(tourniquet)
untuk memeriksa kadar laktat dan amonia dasar,
Pasang tensimeter pada lengan atas dan pompa
balonnya sampai 20-30 mmHg di atas tekanan sistolik'
Penderita harus melakukan latihan tangan dengan cara
mengepalkan tangan berulang kali sampai lelah atau
akan meningkat
palsu
biasanya
Hasil
mencukupi.
n oleh
polimiositis.
Diagnosis glycogen storage disease ditegakkan bila
didapatkan gejala klinik yang khas dan biopsi otot. Selain
itu juga dapat dilakukanforearm ischemic exercise test
(Tabel6)
Miopati Mitokondria
Mitokondria merupakan organel penghasil energi secara
biokimiawi dalam bentuk ATP melalui/o sforilasi oksidatif
yang sangat efisien, dimanapada orang dewasa, dihasilkan
1
2634
REI.JMAIOI.OGI
Miopati Steroid
Keadaan yang berhubungan dengan kelebihan
glukokorlikoid dapat terjadi baik akibat Sindrom Cushing
atau pemberian
pivampisilin.
Paralisis Periodik
Hipotiroidisme.
Pasien
2635
MIOI.OGI
.
.
.
.
ke otot distal;,
Istirahat langsung setelah latihan dapat mencetuskan
serangan pada otot yang dilatih,
Paparan dingin juga dapat mencetuskan serangan
.
.
.
.
paralisis,
Pemulihan sempuma dapat te{ adr pada serangan pertam4
Pada kelainan primer, dapat terjadi kelemahan otot yang
perrnanen.
DISTROFIOTOT
Distrofi otot adalah miopati bawaan dengan etiologi yang
tidak diketahui dan berhubungan dengan kelemahan otot
yang progresif, destruksi dan regenerasi serabut otot
dimana serabut otot diganti dengan jaringan ikat dan
jaringan lemak. Klasifikasi Distrofr Otot ditunjukkanpada
TabelT.
dengan
dan
paralisis atrial
MIOGLOBINURIA
Mioglobulinuria adalah keadaan klinik yang ditandai oleh
2636
REI.JM'ffOT.OGI
aspirasi. Kelainan
Penatalaksanaan
klini!
MIASTENIAGRAVIS
Patofisiologi
Dalam keadaan normal, di neuromuscular junction,
asetilkolin (ACh) disintesis di terminal saraf motorik dan
disimpan didalam vesikel-vesikel. Ketika potensial aksi
merambat sepanjang saraf motorik dan mencapai terminal
saraf tersebut, Ach dari 150-200 vesikel dilepaskan dan
melekat pada AChR yang banyak terdapat pada postsynaptic folds membuka berbagai saluran di AChR sehingga
2637
MPI.GI
100/o
berhubungan
dengan timoma.
40olo
pasien den
negatif.
Gambaran Klinik
Insiden miastenia gravis mencapai 1 dari 7500 penduduk,
menyerang semua kelompok umur, terutama wanita pada
dekade kedua dan ketiga atau laki-laki pada dekade kelima
dan keenam. Secara keseluruhan wanita lebih banyak
diserang daripada laki-laki dengan rasio 3:2.
Gambaran klinik yang khas adalah kelemahan otot dan
Diagno
Eaton,
uti sindrommiasteniklambert-
Penatalaksanaan
Pemberian antikolinesterase, pitidostigmin bromida
(mestinon) 60 mg, 3-5 kali per-hari akan membantu pasien
untuk mengunyah, menelan dan beberapa aktivitas seharihari. Pada malam hari, dapat diberikan mestinon long-acting l8O mg.Efek samping muskarinik meliputi diare, kejang
otot abdominal, salivasi dan nausea, dapat diatasi dengan
atropin 0,4-0,6 mg per-oral diberikan 2-3 kali per-hari'
Plasmaferesis dan imunoglobulin intravena (IVIg 400
berikan unutk
mg/kgBB/ha
mimperbaiki
keadaan kri
eratif atauPada
stenik adalah
daPat
d, dimulai
Diagnosis
Diagnosis Miastenia Gravis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang khas, tes
antikolinesterase, EMCI serologi untuk antibodi AChR dan
CT-scan atau MRI toraks untuk melihat adanya timoma'
Tes antikolinesterase. Unhrk tes ini digunakan edrofonium
(tensilon), suatu antikolinesterase kerja pendek, YanB
diberikan intravena dalam beberapa detik dan efeknya akan
tat<i-tatl dan
3O%o
aut
2638
REUMA*IOLOGI
resistensi.
MIOSITIS INFEKTIF
REFERENSI
Di
fasciilis.
ed. McGraw
2518-24.
Marzuki S, Artika I M, Sudoyo H et al. Eijkman'Lecture Serries I:
Mitochondrial Medcine. Lembaga Eijkman, Jakarta 2003:
I
-90.
406
INFEKSI TULANG DAN SENDI
'Bambang Setiyohadi, A. Sanusi Tambunan
ARTRITIS BAKTERIALIS
non-
osteomielitis,
639
2640
kultur darah.
Selain itu juga harus dilakukan kultur dari fokal infeksi,
seperti kulit, urin dan lain sebagainya.
Perubahan radiologis biasanya terjadi beberapa
minggu setelah infeksi. Pemeriksaan radiologis pada
stadium awal dapat dilakukan sebagai data dasar untuk
menilai berbagai perubahan radiologis pada stadium
berikutnya. Pada minggu-minggu pertama, dapat terlihat
ostoeoporosis periartikular, penyempitan celah sendi dan
REI.JMITIOI.GI
erosi.
Penatalaksanaan
atau
UTTVA
TED oONO-
- Martin. Masa
2641
Artritis Bakterial
nongonokokal
kehidupan
seksualnya
daya tahan
.
.
.
.
.
.
tubuh
menurun
Tidak didahului oleh
penyakit sendi atau
inteksi intraartikular
Secara klinis akan
ditandai oleh poliartritis,
poliartralgia, dermatitis
dan tenosinovitis
Kultur cairan sendi positif
pada < 25% kasus
Kultur darah jarang
positif
Terapi antibiotik
memberikan
penyembuhan yang
cepat
Prognosis baik > 95%
.
.
Penatalaksanaan
Terapi antibiotik sangat efektif untuk DGI biasanya dipilih
penisilin atau sefalosporin. Dalamwaktu 24-48 jam,demam
akan turun secara drastis dan kelainan sendi dan kulit akan
hilang dalam beberapa hari. Walaupun demikian, pasien
dengan efusi purulen yang banyak terjadi pada kasus yang
resisten terhadap penisilin. Dalam keadaan ini, harus dipilih
OSTEOMIELITIS
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang yang biasanya
menyerang metafisis tulang panjang dan banyak terdapat
.
.
'
Memerlukan terapi
antibiotik jangka Panjang
dan joint drainage
OSTEOMIELITIS PELVIK
ditemukan N. gonorrhoeae.
SPONDILITIS
Infeksi pada korpus vertebra disebut spondilitis. Korpus
vertebra merupakan tempat yang sering terkena
2642
REI.JMAIOI.OGI
OSTEOITIS
Penatalaksanaan
Begitu diagnosis ditegakkan, antibiotik berspektrum luas
dengan dosis yang adekuat harus segara diberikan. pada
osteomielitis akut, pemberian antibiotik selama 7 -10 hari
biasanya sudah menampakkan hasil yang baik, tetapi pada
osteomielitis kronik, kadang-kadang pemberian antibiotik
Prosedur
timbul
abses.
.
.
.
Pemberianantibiotikpre-operatif
Atasi setiap infeksi setelah dilakukan prostesis sendi.
Gunakan antibiotik pada setiap tindakan yang potensial
lmunosupresan.
mencetuskan bakteriemia.
ARTRITIS TUBERKULOSIS
2643
(dakilitis tuberkulosis
spina ventosa).
Gejala Klinis
Perjalanan klinis artritis tuberkulosis berlangsung lambat,
disertai tenosinovitis.
Pada anak-anak dapat ditemukan spasme otot pada
malam hari (night start). Mungkin disertai demam, tapi
biasanya ringan. Pada kasus yang berat, kelemahan otot
bisa terjadi sedemikian cepatnya menyerupai lumpuh.
Bila pinggul yang terkena, maka terjadi kelemahan
tungkai dengan rasa tidak enak. Dalam keadaan yang lanjut
dan berat, pasien sukar menggerakkan dan mengangkat
tungkai pada sendi pinggul yang terkena, disertai rasa sakit
yang sangat mengganggu di sekitar paha dan daerah
pinggul tersebut.
Tuberkulosis verlebra (penyakit Pott) biasanya terjadi
di daerah torakolumbal. Penyakit Pott merupakan 50o% dari
seluruh kasus tuberkulosis tulang dan sendi. Pada mulanya
Patologi
Tuberkulosis yang menyerang sistem muskoloskoletal,
terutama bersarang di sendi, walaupun fulang, sinovium,
bursa atau tendon mungkin juga terkena. Prosesnya diawali
dengan infeksi fokal berupa osteopenia atau erosi artikular
yang berlangsung berbulan-bulan.
Pada sendi penopang berat badan, terutama lutut dan
pinggul, erosi subkondral terjadi mendahului kerusakan
rawan sendi. Setelah itu, terjadi sekuestrasi tulang yang
2644
REI.JM'$OLCrcI
Nama Obat
Dosis
AnaUHari
Rifampisin
Dosis
Dewasa/Hari
10 mg/kg BB p.o
(lNH)
5 mg/kg BB p o
300 -400 mg
Pirazinamid
2gr
Streptomisin
20-40 mg/kg lM
15 mg/kg BB lM
(> 60 th:10 mg/kg)
15-25 mg/kg p.o
lsoniazid
Etambutol
gambaran berupa permukaan sendi yang compangcamping. Sering pula.terlihat lesi kistik pada metafisis,
lempeng epifisis dan diafisi. Pada trokanter mayor yang
terkena akan tampak gambaran khas berupa luasnya bagian
600 mg
1gr
Hepatitis, febris,
diskolorisasi jingga pada
ufln
Hepatitis, neuropati
perifer
Hepatotoksisitas,
hiperurisemia, artralgia,
skin rash.
Ototoksisitas nefrotoksik
2,5 gr
Radiologi
Pada tahap awal terlihat gambaran seperti osteoporosis
dan suramnya gambaran tulang. Selanjutnya terjadi erosi
yang memperlihatkan gambaran berupa permukaan sendi
yang compang camping. Sering pula terlihat lesi kistik pada
metafisis, lempeng epifisis dan diafisis. Pada trokanter
mayor yang terkena akan tampak gambaran khas berupa
luasnya bagian yang erosi dan bayangan iregular lebar di
Laboratorium
Pemeriksaan cairan sinovial cukup bervariasi. Secara
makroskopik, cairan sinovial tampak berawan dan
Diagnosis
Diagnosis artritis tuberkulosis tidak mungkin ditegakkan
berdasarkan gambaran
2645
yang sama.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan artritis tuberkulosa dapat dilakukan
secara konservatif atau operatif. Tujuan dasar
penatalaksanaan adalah:
. Kemoterapi untuk memberantas infeksi
. Memberikan istirahat pada sendi yang terkena sejak
permulaan dengan memberikan bidai atau lainnya.
. Operasi, bila ada abses dan infeksi menetap, misalnya
sinovektomi.
. Fiksasi sendi (artrodesis) atau artroplasti bila kerusakan
PENYAKITLYME
Penyakit lyme merupakan penyakit multisistem yang
kompleks yang disebabkan oleh sejenis spirokaeta yaitu
borrela bugdorferi. Kuman ini merupakan tick-borne
1,
Manifestasi Klinis
Infeksi awal: stadium I @ritema migrans terlokalisasi).
Setelah masa inkubasi selama 3-32 hari, timbul eritema
migrans pada tempat gigitan caplak yang dimulai sebagai
makula ataupapula merah, yangberkembang menjadi besar
berupa lesi anular (dapat mencapai diameter 15 cm), batas
tepinya merah terang, bagian tengah bersih dan berindurasi.
Walaupun tidak diobati, lesi ini akan menghilang sendiri
selama 3-4 minggu.
2646
dapat
menimbulkan erosi pada rawan sendi dan tulang. Walaupun
REUMANOI-OGI
cairan sendi.
Sistem
INFEKSI KONGENITAL
Transmisi transplasental dari B. bur gdorferi dilaporkan
pada 2 bayi yang ibunya menderita penyakit Lyme dan
keduanya meninggal pada minggu pertama kehidupannya.
Walaupun demikian, bukti-bukti selanjutnya tidak pernah
diternukan adany a infeksi transplasental tersebut.
Patogenesis
lnfeksi awal
(lokal atau diseminata)
* Dewasa
Anak
(8 tahun atau kurang)
30
hari
Adritis
(intermiten atau kronik)
Amoksisillin
probenesid
4 x 500m9/hari +
4 x 500 mg/hari,
Kelainan Neurologis
(awal atau lanjut)
'Awal
Kelainan jantung
Regimen
Akrodermatitis
2647
Gambaran Laboratorium
Pemeriksaan serologis hanya bersifat membantu diagnosis.
Penatalaksanaan
Manifestasi Reumatik
Berbagai spektrum kelainan reumatik dapat terjadi pada
infeksi HIV, mulai dari artralgia sampai artritis rektif dan
2648
REI.JMAIIOI.OGI
altiRo(SS-A)
HIY
termasuk
Penatalaksanaan
Umumnya sebagian besar pasien memberikan respons
AZT.
ERTTEMANODOSUM (EN)
Eritema nodosum (EN) adalah erupsi nodular pada kulit
yang timbul kulit dan ditandai oleh warna kemerahan dan
membenjol sebagai akibat inflamasi lemak subkutan. EN
pertamakali dideskripsikan oleh Robert Willan pada tahun
1798, dan pada awal abad 20 diketahui hubungan antara
EN dengan berbagai infeksi, terutama tuberkulosis dan
faringitis streptokokal. Kelainan ini sering ditemukan pada
wanita2,5-4kali daripada lakilaki, dan terutama menyerang
usia muda (2 5 -40 tahun). S elain itu EN juga berhubungan
dengan faktor genetik tertentu yaitu HLA-BS.
2649
REFERENSI
Louis JS, Bocanegra T. Mycobacterial, Brucella, Fungal and
Parasitic Arthritis. In: Hochbers M, Silman AJ, Smolen J (eds)
Rheumatology. Mosby Year Book Europe Limited 2003:
1077 -90
222
ited 2003:1i15-29.
407
OSTEOPOROSIS
Bambang Setiyohadi
2650
2651
OSTEOFOROSIS
Umur
Setiap peningkatan umur 1 dekade berhubungan dengan
peningkatan risiko 1,4-1 ,8
yang
terbanyak.Glukokortikoid akan menyebabkan gangguan
absorbsi kalsium di usus dan peningkatan ekskresi kalsium
Genetik
Etnis (Kaukasus/Oriental > orang hitam/Polinesia
Gender (Perempuan > Laki-laki
Riwayat keluarga
Lingkungan
Makanan, defisiensi kalsium
Aktifitas fisik dan pembebanan mekanik
Obat-obatan, misalnya kortikosteroid, anti konvulsan,
heparin,
Merokok
Alkohol
Jatuh (trauma)
sls pnmer.
tingkatBMD manapun.
Indeks massa tubuh yang rendah juga merupakan
lndikator risiko
Tanpa
BMD
Dengan
95% Ct
lndeks massa tubuh (20 vs 25 kg/m^2)
(30 vs 25 kg/m')
Riwayat fraktur setelah 50 tahun
Riwayat parental dg fraktur panggul
Merokok
Pengguna kortikosteroid
Pengguna alkohol > 2 uniUhari
Artritis reumatoid
1,95
0,83
1,85
2,27
1,84
2,31
1,68
'1,95
1,71-2,22
0,69-0,99
1,58-2,17
1,47-3,49
1,52-2,22
1,67-3,20
1,19-2,36
1 .11-3,42
BMD
95% Ct
1,42
1,00
1,62
2,28
1,60
2,25
1,70
1.73
1,23-1 ,65
0,82-1,21
1,30-2,01
1,48-3,51
1,27-2,02
1
,60-3,1 5
1,20-2,42
0,94-3,20
26s2
REUMATIOI.OGI
dalam keluarga.
II
di usus
sehingga
modulators
serum.
Terjatuh
Penurunan respons protektif
Kelainan neuromuskular
Gangguan penglihatan
Gangguan keseimbangan
Gangguan penyediaan energi
Malabsorpsi
Peningkatan fragilitas tulang
Densitas massa tulang rendah
H ioeroaratiroidisme
2653
osTEoFoRosllt
Tipe
Tipe ll
>70
Umur (tahun)
50-75
Perempuan : laki-laki
Tipe kerusakan tulang
Bone turnover
Lokasi fraktur terbanyak
Fungsi paratiroid
Efek estrogen
Etiologi utama
6:1
2'.1
Terutama trabekular
Tinggi
Rendah
Menurun
Teruiama skeletal
Defisiensi estrogen
estrogen
sintesis DNA,
t alkali fosfatase,
J kolagen tipe l,
mineralisasi tulang,
t sintesis IGF-1
1 sintesis TGF-B,
sintesis BMP-6,
J sintesis TNF-o.,
t sintesis OPG
J aksi PTH,
tekspresi ERcr,
J aoootosis osteoblas
Reseptor estrogen
Osteoblas
Osteosit
Bone marrow stromal cells
Osteoklas
Kondrosit
Osteoklas
Osteosit
Osteoblas
Sel tulang
osis osteosit,
ekspresi ERo,
2654
REI,'MAIIOI.OGI
Bone marrow
stromal cell +sel
mononuklear
ldiferensiasi dan
muturasi osteoklas
Definisi vitamin D,
Iaktifitas'1 -didroksilase,
resistensi thd vit D
'treabsorpsi Ca
di ginjal
0 sekresi GH
dan IGF-1
lrisiko terjatuh
(kekuatan otot,
0aktifitas otot,medikasi
gangguan keseimbangan,
gangguan penglihatan,
dan lain -lain
2655
OSTEOFOROSIS
Anamnesis
Anamnesis memegang peranan yang penting pada
evaluasi penderita osteoporosis. Kadang-kadang, keluhan
Pemeriksaan Fisik
tunggal.
spinal dan janngan parut pada leher (bekas operasi tiroid ?).
2656
REI.JMANOIOGI
idiopatik, pemeriksa
dapat dif,rltrasi
jaringan lunak.
Berbeda dengan formasi tulang, produk degradasi
kolagen sangat baik digunakan untuk petanda resorpsi
tulang. Pada tulang yang diresorpsi, produk degradasi
kolagen akan dilepaskan kedalam darah dan diekskresi
lewat ginjal. Kolagen pada matriks tulang merupakan
kumpulan fibril yang disatukan oleh covalent ceross-link.
2657
OSTEOFOROSIS
PEMERIKSAAN RADIOLOGIK
of type I
4. Terdapat
displasia fibrosa.
Vertebra
Gambaran osteoporosis pada foto polos akan menjadi lebih
radiolusen tetapi baru terdeteksi setelah terjadi penurunan
massa tulang sekitar 3\%o.Yariabilitas faktor teknis dalam
pengambilan foto polos, dan variasijenis serta ketebalan
2658
REUMATOI-OGI
densitas tulang.
KiteiaBone Atrophy
Grade
- Grade
0 :
1 :
-)
0
I
II
III
Normal
Trabekula longitudinal lebih jelas
Trabekula longitudinal menjadi kasar
Trabekula longitudinal menjadi tidak jelas
end
efek
stensil.
-Grade2 :
- Grade
- Grade
3 :
4 :
dari grade
2,
yartu:
Klas
Klas
Klas
Klas
2. Densitas korpus
J.
Derajatbikonkaf
tepi korteks.
4.
Jumlah trabekula
5.
Ketegasan trabekula
Perkiraan keadaan osteopenia vefiebra lumbal- I
6.
l. Perkiraan
lumbal.
1. A.Hm<85%
b. Ha<85% a
2. A. Hm<7lo/o
Ha<7Oo/o
3. Hp,Hm,Ha <85%
<70%
Gambar 3. Radiomorfometri vertebra
2659
OSTEOFOROSIS
trokhanter mayor.
tensile.
6.
trabekula yang
film yang
5.
Femur Proksimal
trabekula terlihat,
segitiga Ward kurang jelas dan didalamnya tampak
3.
2.
4.
5.
2660
REUMATOI.OGI
Keadaan
6.
advanced
Metakarpal
Resorpsi pada korteks fulang dapat tampak
di 3 tempat
osteoporosis.
periosteal.
Pada pemeriksaan foto tangan yang perlu diperhatikan
adalah metakarpal ke 2 pada tangan kanan. Dilakukan
- MW2
cA/lA- TW2TW'
CA/TA
TW = tebalkeseluruhan MW =
tebalmedula
Skintigrafi Tulang
Skintigrafi tulang dengan menggunakan Technetium-99m
yang dilabel pada metilen difosfonat atau hidroksimetilen
difosfonat, sangat baik untuk menilai metastasis pada
tulang, tumor primer pada tulang, osteomielitis dan
nekrosis aseptik. Diagnosis skintigrafi tulang ditegakkan
dengan menc ari uptake yang meningkat, baik secara umum
maupun secara lokal.
Pada penyakit Paget, skintigrafi tulang sangat sensitif
untuk mencari daerah pagetik.
(DENSTTOMETRT)
mrfl
_i
Codifal
Cortical
Ind6x
Area
(CC-i-i T-M
{-f-Ml/f
0 788
' tTr-M i
266t
OSTEOFOROSIS
4. Perbandingan
berikut:
Osteopenia
Osteoporosis
Osteooorosis berat
>-1
< -,1
< -2,5 (tanpa fraktur)
< -2,5 (denqan fraktur)
2662
REUMI$OI.OGI
alkohol.
14.
l.
5.
6.
9.
13.
resiko. Misalnya dengan riwayat keluarga osteoporosis, masukan kalsium rendah, fraktur pada orang dewasa
BMD pasien
T-score
'1
BMD pasien
Z-score
- BMD rata-rata
SONODENSlTOMETRI
Salah satu metode yang lebih murah dalam menilai densitas
tulang perifer dengan menggunakan gelombang suara dan
2663
OSTEOFOROSIS
digunakan.
M AG N ETt C
RESONAA/CE
TMA
G,NG
Rl)
1. Genetik
Laki-laki yang orang tuanya menderita osteoporosis,
ternyata memiliki densitas massa tulang yang lebih rendah
dibandingkan lakiJaki pada umunnya. Selain itu laki-laki
yang ibunya menderita fraktur panggul, ternyata memiliki
risiko yang lebih tinggi untuk menderita fraktur verlebra.
Sampai saat
yang
2. Hipogonadisme
Hipogonadisme merupakan salah satu penyebab
2664
REtJM/TfiOLOGI
5. ldiopatik
Sekitar 300% osteoporosis pada laki-laki ternyata tidak
diketahui secarajelas penyebabnya. Diagnosis osteoporosis idiopatik ditegakkan setelah semua penyebab yang lain
dapat disingkirkan. Saat ini diduga terdapat hubungan
antara osteoporosis idiopatik dengan rendahnya kadar
IGF-I atau IGF -I binding protein 3 (IGFBP-3).
fungsi osteoblas.
5. Absorpsi Kalsium
di Ginjal
pada
6.
Vitamin
266s
OSTEOPOROSIS
([-
) dan
5.
6.
3.
4.
Osteonekrosis
diperlimbangkan.
9. Hindari
glukokortikoid dosis
PENATALAKSANAAN
sesingkat mungkin,
11. Pada
pada
inflamatifyang aktif.
l.
2666
REI,IMANOI-OGI
tumour n e cr o s is fac t or a (TNF a), interleukin- 1 ([dan interleukin-6 (IL-6). Sedangkan faktor lokal yang
CSF ),
l)
Kelompok Bahan
Bahan
Makanan
Makanan
Susu dan produknya
Mg Ca/100
gr bahan
Susu sapi
Susu kambing
Susu manusia
Keju
116
129
33
90-1 1 80
Yoghurt
Teri kering
Sayuran
Kacang-kacangan dan
hasil olahannya
150
1200
769
Rebon
Teri segar
Sarden
kalengan (dg
tulang)
Daun pepaya
Bayam
Sawi
Brokoli
Kacang
353
267
220
110
347
panJang
250
500
354
Susu kedelai
(250 ml)
Tempe
Tahu
Serealia
129
124
213
Jali
Havermut
53
Estrogen
Proses resorpsi oleh osteojklas dan formasi oleh osteoblas
o cy t e-m a
cropha
c o I ony - s t
2667
OSTEOFOROSIS
mendapat estrogen.
Aksi raloksifen diperantarai oleh ikatan raloksifen pada
hamil.
Bisfosfonat
Bisfosfonat merupakan obat yang digunakan untuk
pengobatan osteoporosis, baik sebagai pengobatan
alternatif setelah terapi pengganti hormonal pada
osteoporosis pada wanita, maupun untuk pengobatan
oH Rl
tlt
ltl
OH R2
oH
O= P-C-P=O
OH
Raloksifen
Raloksifen merupakan anti estrogen yang mempunyai efek
2668
REI.JMAIIOI.OGI
tidak
diberi
sus un
dapat
2 jams
karena
absorpsinya tidak terlalu dipengaruhi oleh makanan.
Sekitar 20-50% bisfosfonat yang diabsorpsi, akan
melekat pada permukaan tulang setelah 12-24 jam. S etelah
berikatan dengan tulang dan beraksi terhadap osteoklas,
1. Etidronat
Untuk terapi osteoporosis, etidronat dapat diberikan
dengan dosis 400 mglhari selama 2 minggu, dilanjutkan
dengan suplementasi kalsium 500 mg/hari selama 76hari.
Siklus ini diulang tiap 3 bulan. Pemberian secara siklik
bertujuan untuk mengatasi gangguan mineralisasi akibat
pemberian etidronat jangka panjang terus menerus.
2. Klodronat
hati.
Efek Samping
Etidronat yang diberikan terus menerus oada dosis untuk
penyakit Paget, terenyata dapat mengganggu mineralisasi
3.
Generasi I
Alkil pendek atau samping halida
Generasi ll
Grup aminoterminal
Generasi lll
Rantai samping siklik
Pamidronat
Modifikasi kimia
5 hari berturut-turut.
Contoh
Rr
Etidronat
Klodronat
Tiludronat
Pamidronat
Alendronat
Risedronat
lbandronat
Zoledronat
OH
R2
CHg
ct
CI
CH2-S-fenil.Dl
OH
OH
OH
CHz-CHzNHz
CHz-S-Piridin
OH
CHTCHTN(CH3)(pentil)
OH
CH2-imidazol
10
10
100
(cHr)3NH,
00-1 000
000-1 0.000
1 000-1 0.000
> 10 000
1
2669
OSTEOFOROSIS
4. Alendronat
Alendronat merupakan aminobisfosfonat yang sangat
poten. Untuk terapi osteoporosis, dapat diberikan dengan
dosis 10 mg/hari setiap hari secara kontinyu, karena tidak
mengganggu mineralisasi tulang. Untuk penyakit Paget,
diberikan dosis 40 mg,/hari selama 6 bulan. Saat ini telah
dikembangkan pemberian alendronat 70 mg seminggu
sekali. Dosis
I tahun, tidak
5. Risedronat
Risedronat juga merupakan bisfosfonat generasi ketiga
yang poten. Untuk mengatasi penyakit Paget, diperlukan
dosis 30 mglTtari selama 2 bulan, sedangkan untuk terapi
osteoporosis diperlukan dosis 5 mglhari secara
wanita dengan menopause artifisial akibat pengobatan karsinoma payudara. Sama halnya dengan
alendronat, untuk pengobatan osteoporosis, saat ini
tengah diteliti pemberian risedronat 35 mg seminggu
sekali.
6. Asam Zoledronat
responsnya.
alendronat.
Risedronat2,5 mg'4rari dan 5 mg'rhari dalampengobatan
2670
REUMA*IOLOGI
Kalsitonin
Kalsitonin (CT) adalah suatu peptida yang terdiri dari 32
asam amino, yang dihasilkan oleh sel C kelenjar tiroid dan
berfungsi menghambat resorpsi tulang oleh osteoklas.
Aksi biologik ini digunakan didalam klinrk untuk mengatasi
Hiperkalsemia akibat keganasan tidak selalu disertai metastasis, karena hiperkalsemia dapat disebabkan oleh
kuat.
Banyak
2671
OIITEOFOROIIIs
telah
pertama
Strontium Ranelat
Strontium ranelat merupakan obat osteoporosis yang
memiliki efek ganda, yaitu meningkatkan kerja osteoblas
dan menghambat kerja osteoklas. Akibatnya tulang
endosteal terbentuk dan volume trabelar meningkat.
Mekanisme kerja strontium ranelat belum jelas benar,
diduga efeknya berhubungan dengan perangsangan
Calsium sensing receptor (CaSR) pada permukaan selsel tulang. Dosis strontium ranelat adalah 2 gramlhari
yang dilarutkan didalam air dan diberikan pada malam
hari sebelum tidur atau 2 jam sebelum makanan dan 2 jam
setelah makan. Sama dengan obat osteoporosis yang lain,
Hormon Paratiroid
Hormon Paratiroid berfungsi untuk mempertahankan kadar
I.
2.
3.
4.
5.
2672
Natrium fluorida
Natrium fluorida merupakan stimulator tulang yang sampai
sekarang belum disetujui oleh FDA, tetapi tetap digunakan
di beberapa negara. Saat ini tersedia 2 preparat, yaitu
natrium fluorida (It{aF) dalam bentuk tablet salut yang
bersifat lepas lambat, dan tablet monofluorofosfat (MFp).
Dua ratus mg disodium MFP setara dengan 36 mg NaF
atat16,4 mg ion fluorida. Walaupun dosis optimal masigh
diperdebatkan, penelitian pada umumnya menunjukkan
hasil yang baik pada dosis ion fluorida 20-30 mg perhari.
Sebagai perbandingan, dosis fluorida yang dibutuhkan
untuk mencegah karies dentis adalah 2-4 mgperhari.
Fluorida merupakan mitogenik terhadap osteoblas yang
aksinya membutuhkan keters ediaan faktor pertumbuhan.
Berbeda dengan efek anti resorptifyang sangat lambat,
pemberian fluorida akan meningkatkan massa tulang
spinal secara dramatik dan linier rata-ratagoZltahun selama
4 tahun. Walaupun demikian, ternyata pemberian fluorida
akan menyebabkan penurunan densitas pada tulang
kortikal sehingga meningkatkan risiko fraktur tulang perifer.
Risiko ini dapat dikurangi dengan pemberian fluorida
secara siklik (ada massa bebas fluorida) atau dengan
mengkombinasikannya dengan kalsium dan vitamin D.
REUMITTq.OGI
Vitamin
Kalsitriol
kalsitriol tidak diindikasikan sebagai pilihan pertama
pengobatan osteoporosis pasca menopause. Kalsitriol
Saat ini
Denosumab
Denosumab merupakan antibodi monoklonal (IgGr)
manusia yang akan berikatan dengan receptor activalor
of nuclear factor kappa B ligand (RANKL) yang
Kalsium
Asupan kalsium pada pendyuduk Asia pada umumnya
yar.g
Fitoestrogen
Fitoestrogen adalah fitokimia yang memiliki aktifitas
estrogenik. Ada banyak senyawa fitoestrogen, tetapi yang
telah diteliti adalah isoflavon dan lignans. Isoflavon yang
2673
osrEoPoRosrlt
Pembedahan
Pembedahan pada penderita osteoporosis dilakukan bila
terjadi fraktur, terutama fraktur panggul. Beberapa prinsip
Kelompok
Bisfosfonat
Kemasan
Nama generik
Alendronal
Tablet, 35 mg, 5 mg
Tablet 70 mg, 10 mg
Risedronat
lbandronat
Tablet, 150 mg
Zoledronat
Vial,4 mg,
5mg
Pamidronat
4 minggu sekali
10 m|,60 mg/Sml
Klodronat
Raloksifen
Tab, 60 mg
Osteoporosis
Kalsitonin
Kalsitonin
Osteoporosis
Hormon seks
Estrogen terko-nyugasi
alamiah
Medroksiprogesteron
asetat (MPA)
Tab,2,5 mg, 10 mg
2,5
Testosteron
undecanoate
Tablet 40 mg
Kombinasi testosteron
propionat, tes{osteron
fenilpro-pionat,
testosteron dekanoat
berturut-turut
Selectiveestro-gen
receptor
modulators
(SERMS)
1,25 mg
mg,
MPA2,5-5mg/hari.
Hipogonadisme, osteoporosis
akibat defi-
siensi
'. 2
Osteoporosis
ranelat
Bubuk,
2 gram/bungkus
Vitamin
Kalsitriol
Softcap, 0,25 pg
Alfakalsidol
Kalsium karbonat
Bubuk
Tablet, 500 mg
Strontium
Kalsium
Kalsium hidrogen-fosfat
2674
REI,JMIIilOI.OGI
Presentasi
klinik
Fraktur karena trauma minimal
Pendekatan dioagnostik
Diagnosis osteoporosis tegak
Penatalaksanaan
Edukasi dan pencegahan
Latihan dan rehabilitasi
Terapi farmakologik
Dugaan fraktur
vertrbra
(nyeri punggung/ping-gang,
hiperkifosis, tinggi badan
turun,)
Pasien usia > 60 tahun
Densitometri
tulang
T-score <-2,5
Faktor risiko
osteoporo-sis
Densitometri
tulang
T-score >-1
T-score <-2,5
Risiko terjatuh
Terapi farmakologik
Pembedahan atas indikasi
T-score >-'1, <-2,5
Riwayat
osteoporosis
atau fraktur osteoporotik
dalam keluarga
T-score >-1
Pengguna glukokorti-koid
jangka -panjang
Densitometri
T-score <-1
T-score >-1
2675
osTEoFoRosrli
Bila ada
bulan
sekali
Mulai pengobatan bila T-score < -1
Pengobatan osteoporosis
REFERENSI
Isbagio H. Beberapa Aspek Perkembangan Terbaru di bidang
Reumatologi. Dalam: Sudoyo AW, Markum HMS et al (eds).
Naskah Lengkap Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit
Dalam 1998. Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM
1998:137-54.
Favus J Murray et al (eds) Primer on The Metabolic Bone Disease
and Disorders of Mineral Metabolism. 6th ed. American Societry
lst
ed. Mosby,
London,1998.
Wolf AD, Dixon AJ. Osteoporosis: A Clinical Guide. 2nd ed. Martin
Dunitz, London 1998.
Daftar Komposisi Bahan Makanan, Direktorat Gizi Departemen
Kesehatan RI, Penerbit Bhratara, lakarta 1996.
Hauselmann HJ. Osteoporosis in men. Rheumatology in Europe
1 995 ;24(supp1 2):7 3 -6.
Sambrook PN. Glucocorlicoid Induced-Osteoporosis. Dalam : Favus
MJ (ed). Primer on the metabolic bone diseases and disorders of
mineral metabolism. 6th ed. American Society of Bone and
American College
1998:111-22.
Wolf AD, Dixon ASJ. The menopause and hormonal replacement
therapy. In: Wolf AD, Dixon ASJ (eds) Osteoporosis: A Clinical
guide. 2nd ed. Martin Dunitz, London 7998: 195-214.
Watts NB. Pharmacology of agents to treat osteoporosis In: Favus
MJ (ed). Primer on the Metabolic Bone Diseases and Disorders
of Mineral Metabolism. 4th ed. Lippincott William & Wilkins.
Philadelphia 1999:27 8-83.
Russel RGG, Rogers MJ, Frith JC et al. The Pharmacology of
Bisphosphonates and New Insights into Their Mechanisms of
Action. J Bone Miner Res 1999;l4(suppl 2):53-65.
Grauer A, Bone H, McCloskey EV et al. Discussion:Newer
Bisphosphonates in the treatment of Paget's disease of Bone:
Where We are and Where we want to go. J Bone Miner Res
1 999; 14(suppi 2):7 4-8.
Harris ST, Watts NB, Genant HK. Effects of Risedronate treatment
r998;83(2):396-402.
Delmas PD, Balena R, Confravreux E et al. Bisphosphonate
Risedronate prevents bone loss in women with artificial
menopause due
2676
in
REI.JMIII(M)GI
408
OSTEOMALASIA
Nyoman Keftia
PENDAHULUAN
Pertumbuhan tulang normal dan proses mineralisasi
membutuhkan vitamin D, kalsium dan fosfor yang
adekuat. Defisiensi yang lama dari berbagai hal di atas
mengakibatkan akumulasi matriks tulang yang tidak
dimineralisasikan. Penurunan mineralisasi pada pasien
2677
2678
dan bermanifestasi asidosis hipokalemia hiperkloremia dengan hipofosfatemia yang disebabkan oleh
bertambahnya fosfaturia.
Rendahnya kadar 1,25 (OH), vitamin D pada beberapa
pasien menj adi konsekuensi dari abnormalitas metabolisme
tubular proksimal. Pasien dengan asidosis tubular renal
dan sindrom Fanconi juga mengekskresikan banyak
kalsium, magnesium, kalium, asam urat, glukosa, asam
amino dan sitrat. Osteomalasia akibat penggunaan
aluminium pada pasien dengan gagal ginjal kronik saat ini
sudah jarang terjadi karena pembatasan penggunaan
pengikat fosfat yang mengandung aluminium untuk
mengendalikan hiperfosfatemia dan perbaikan metode
untuk mempersiapkan larutan dialisat.
REUMAiNd.OGI
REFERENSI
Basha B, Rao D, Han Z, Parfrtt A.M., 2000 Osteomalacia due to
vitamin D depletion: a neglected consequence of intestinal
malabsorption. Am J Med ;108:296-300.
Chesney R.W., 1999 Fanconi syndrome and renal tubular acidosis. h:
Favus M, ed,. Primer on lhe metabolic bone diseases and
disorders of mineral melabolism,4'h ed. Chicago: Lippincott
5: 1912 - 19.
qITEOMAIAIIIA
2679
409
PENYAKIT PAGET
Nyoman Ketia
PENDAHULUAN
GAMBARAN KLINIS
EPIDEMIOLOGI
DIAGNOSIS
Penyakit Paget sering terjadi pada populasi keturunan
Eropa bagian utara. Studi radiologis di United Kingdom
yang dilakukan di tahun 1970 menyatakan bahwa
Klinis
Penyakit Paget bisa muncul dengan tanda dan simptom
yang jelas atau merupakan temuan insidental selama
pemeriksaan kondisi lain. Gambaran klinis tipikal terlihat
dalam Thbel 1.
.
.
.
.
2680
Transformasineoplastik
kranial
2681
PENYAKITPAGET
Radiologis
skeletal internal.
Histologis
Biopsi tulang jarang dibutuhkan untuk menegakkan
diagnosis penyakit Paget. Kadang, pemeriksaan ini
bermanfaat dalam membedakan metastase osteoblastik
atau osteosarkoma.
Isotope bone scanning dengan menggunakan 99mklabel ed bisphosphonat e tr ac er leblh sensitif dibandingkan
foto polos dalam mengidentifikasi lesi pagetik. Satu studi
ini
PENANGANAN
akan
Simptomatik
Biokimiawi
Penyakit Paget berkaitan dengan peningkatan turnover
tulang. Marker turnover t.tlang pada umumnya meningkat
pada penyakit aktif. Aktivitas alkaline fosfatase plasma
meningkat pada 85o/o pasien dengan penyakit Paget yang
2682
Spesifik
Terapi spesifik untuk penyakit Paget bertujuan untuk
/zi rnover abnormal tulang. Karena defek primer
tampakya pada osteoklas, kebanyakan terapi berlujuan
menurunkan
mengenai respons terapi. Yang banyak adalah laporanlaporan awal yang menggambarkan respons mengenai
turunnya persentase aktivitas alkaline fosfatase. Selain
bisfosfonat maka ada beberapa jenis terapi lain yang bisa
diberikan yang akan dibahas di bawah ini.
a.
Bisfosfonat
REI.,IMII|IOI.OGI
dengan apoptosis.
Semua bisfosfonat hanya sedikit diabsorpsi di traktus
gastrointestinal. Agen ini akan berkombinasi dengan
kalsium yang ada dalam lambung sehingga absorpsinya
terhambat. Jika bisfosfonat diberikan per oral maka perlu
diperhatikan agar ager. ini tidak diberikan bersamaan
dengan makan atau minum yang mengandung kalsium.
Setiap bisfosfonat yang tersedia di pasaran memiliki
instruksi berbeda dalam penggunaan yang membutuhkan
kepatuhan.
ini
2683
PEIYYAKITPAGET
ini
b. Kalsitonin
Kalsitonin adalah peptida 32-asam amino yang disekresikan
samping bermakna meliputi flushing, nausea dan vomiAktivitasnya lebih lemah, durasi aksi yang lebih pendek
tus.
efektif.
c. Plikamisin
Plikamisin (dahulunya mitramisin) adalah antibiotika
sitotoksika yang mampu menghambat aktivitas osteoklas.
Meskipun bahan ini mampu menurunkan turnover filang
dan nyeri tulang pada pasien dengan penyakit Paget, efek
ini dibatasi oleh toksisitas sistemik yang berat, terutama
toksisitas terhadap sumsum tulang dan hepar. Obat ini
tidak direkomendasikan penggunaannya di luar pusat
spesialis dan diberikan hanya dengan indikasi yang tepat
dan tanpa adanya kontraindikasi.
d. Agen Lain
Berbagai agen lain kadang digunakan untuk manajemen
penyakit Paget. Agen ini meliputi galium nitrat, glukagon,
kortikosteroid dan berbagai agen sitotoksik. Di antara
2684
REI.JMAIOI.OGI
Pembedahan
Dalam manajemen penyakit Paget, pembedahan secara
umum dibatasi untuk manajemen fraktur, deformitas atau
artritis. Meskipun dinyatakan bahwa karena tulang pagetik
lebih vaskular maka ada peningkatan risiko perdarahan
selama pembedahan, namun ini tidak dilaporkan oleh
banyak peneliti. Tampaknya beralasan untuk memberikan
terapi antipagetik sebelum pembedahan, hal ini untuk
meyakinkan bahwa terapi penyakit dasar tidak bisa
menggantikan perlunya pembedahan. Pembedahan kadang
REFERENSI
Altman, R,D., Bloch, C.A., Hochberg, M.C., and Murphy, WA.
Prevalence of pelvic Paget's disease of bone in the United States.
I 5 :46
-465:2000
L.,
Alyarez,
Aitken, J.
Tissue
Int
W , Maricic, M.J.,
et al. Single infusion ofzoledronate in Paget's disease
of bone: A placebo-controlled, dose -ranging study Bone 24
(Suppl 5): 81S-85S: 1999.
Canfield, R., Rosner, W., Skinner, J., McWhorter, J , Resnick, L.,
Feldman, F., et al. Diphosphonate therapy ol Paget;s disease of
bone. -/. Clin Endocrinol Metab 44:96-106:1977.
Buckler, H., Fraser, w., Hosking, D , /Ryan,
Singer,
dose
intravenous 3-amino-1-hydroxypropylidene-1,1-bisphoshonate
(APD) for the featment fo Paget's disease of bone. Ann Rheum
t999
Gonzales, D C., and Mautalen, C.A.. Short{erm therapy with oral
olpadronate in active Paget's disease of bone -/ Bone Miner Res
l4:2042-2047
Gennari, C
1999.
Passeri, M
Side-eflfects
4to
HIPERI(ALSEMIA DAN HIPOKALSEMIA
Bambang Setiyohadi
limfoma.
Gambaran Klinik
HIPERKALSEMIA
Hiperkalsemia terjadi bila pemasukan kalsium kedalam
darah lebih besar daripada pengeluararlr,ya. Penyebab
268s
2686
REIJMATOI.OGI
Penatalaksanaan Umum
Penatalaksanaan hiperkalsemia tergantung pada kadar
HI
2687
Kelainan lain yang dapat timbul pada hiperparatiroidisme primer adalah miopati, ulkus peptikum dan
pankreatitis keratopati pita, gout dan pseudogout dan
kalsifikasi koroner dan ventrikel serta katup jantung.
Secara laboratorik akan didapat gambaran hiperkalsemia dengan kadar PTH yang tidak tertekan, dapat
normal tinggi atau meningkat. Ekskresi kalsium urin akan
menurun sedangkan ekskresi fosfat urin akan meningkat.
Penatalaksanaan
Hiperparatiroidisme primer akan sembuh bila kelenjar
paratiroid yang abnormal dibuang. Walaupun demikian,
keputusan tindakan bedah tidak mudah karena sebagian
besar bersifat asimtomatik.
.
.
.
.
.
.
ini
mandibula.
juganormal.
P aratiroidektomi, biasany a hany a memb erikan efek
normokalsemik yang sementara, walaupun demikian, tetap
diindikasikan pada keadaan:
. Hiperparatiroidisme primer pada neonatus akibat dosis
.
.
2688
REUIVIAIIOI.OGI
vitaminD(\rDR).
Hiperparatiroidisme sekunder, merupakan kelainan
yang didapat yang timbul akibat hipokalsemia yang lama
yang dapat terjadi pada gagal ginjal terminal, defisiensi
vitamin D maupun keadaan resisten terhadap
vitamin D. Keadaan ini ditandai oleh peningkatankadar
PTH yang tinggi sekali dengan kadar kalsium semm yang
fi
morfogenesis paludara.
Penatalaksanaan terhadap HHM secara umum meliputi
Mengurangi massa fumor,
.
.
.
Tulang merupakan tempat ketiga tersering dari metastasis keganasan setelah hepar dan paru. Tulang yang paling
.
.
2689
2 lipe
941 .
2 1o%
2690
RELJM/{1I)LGI
Di
2s(olDD.
Sorva dan kawan-kawan melakukan penelitian pada
pasien usia lanjut yang mengalami imobilisasi. Studi
tersebut mendapatkan bahwa peningkatan resorpsi tulang
tidak disebabkan oleh hiperparatiroidisme sekunder tetapi
terjadi peningkatan resorpsi primer. Pemberian vitamin D
tidak memperlihatkan efek yang diharapkan. Mobilisasi
segera ternyata dapat mengurangi efek dari imobilisasi ini.
hiperkalsemia
25
vivo dibedakan
growth factor
tulang.
Potensial elektrik endogen akan menurun karena beban
mekanik yang berkurang selama imobilisasi. Hal ini akan
mengurangi growth factor. Kekurangan growth factor ini
akan mempengaruhi aktivitas osteoblas. Osteoblas akan
melepaskan IL-l dan TNFcr sehingga memacu aktivasi
2691
HIPOKALSEMIA
Hipokalsemia adalah penumnan kadar kalsium semm
yatg dapat terjadi pada beberapa keadaan, seperti
ginjal.
Gallacher SJ dkk yang mendapatkan hiperkalsemia pada
ini. Interleukin
umum.
Electrochemical
response
l-2 tahun.
pertumbuhan lokal.
2692
REI.JMAIOI.OGI
PSEU DOHIPOPARATIROIDISM E
HIPOPARATIROIDISME
Hipoparatiroidisme adalah produksi hormon PTH yang
tidak mencukupi untuk mempertahankan kadar kalsium
ekstraselular dalam batas normal. Secara umum, penyebab
hipoparatiroidisme dapat dibagi dalam 4 kelompok, yaitu:
. Kelenjar paratiroid yang tidak berkembang,
. Destruksikelenjarparatiroid,
. Penurunan fungsi kelenjar paratiroid,
. Aksi PTH yang terganggu.
Secara
hipokalsemianya.
Secara biokimia, akan tampak gambaran hipokalsemia,
hiperfosfatemia, PTH yang rendah atau tidak terdeteksi,
dan kadar 1,25(OH)rD yang rendah. Untuk membedakan
dengan PTH yang resisten, dapat dilakukan tes EllsworthHoward, yaitu dengan pemberian PTH bioaktif dan akan
tampak peningkatan ekskresi cAMP urin dan fosfat urin.
Pada gambaran radiologik dan CT-scan kepala, akan
tampak kalsihkasi basal ganglia.
Penatalaksanaan hipoparatiroidisme bertujuan untuk
memperbaiki kadar kalsium dan fosfat serum senonnal
mungkin. Dalam hal ini dapat diberikan preparatkalsium
dan vitamin D. Pada umumnya kebutuhan kalsium elemental adalah 1 g/hari. Dengan membaiknya kadar kalsium
plasma, maka hiperkalsiuria akan bertambah karena efek
PTH di ginjal tidak ada. Bila hiperkalsiuria tetap terjadi dan
kadar kalsium plasma tidak dapat mencapai kadar 8 mg/dl,
HIPOMAGNESEMIA
Hipomagnesemia ternyata ditemukan lebih banyak dari
dugaan sebelumnya. Umumnya hipomagnesemia terjadi
akibat pembuangan yang berlebihan baik lewat saluran
cerna maupun ginjal. Pembuangan Mg lewat saluran cema,
danAritmia.
Secara laboratoris, akan didapatkan hipokalemia
karena hipomagnesemia akan menyebabkan kehilangan
2693
ps
dosis fisiologik.
2694
umumnya ditemukan pada anak-anak, tetapi kadangkadang ditemukan secara sporadik pada orang dewasa.
Anti konvulsan.
REUMIIilOI.OGI
fo
REFERENSI
Abdulmutalib. Osteolisis pada keganasan. . Dalam: Markum HMS,
Hardjodisastro D (eds). Perkembangan Mutakhir Ilmu Penyaskit
Dalam. Bagian Ilmu Penyakit Dalam 1996:109-20.
Bikle DD. Osteomalacia and Rickets. In: Andreoli TE, Mandell GL,
Muray JF et al (eds) Cecil Textbook of Medicine Vol 2. 19th
ed Philadelphia: WB
Saunders
Co; 1988.p.1406-12
of
187-92.
LD
& Wilkins:
1999.p.226-30.
of
4tt
NYERI TULANG
Bambang Setiyohadi
1.
Osteoporosis,
OSTEODISTROFI RENAL
renal, yaitu tipe high-bone turnover, low boneturnover,tipe campuran dan amiloidosis.
Osteodistroji renal tipe high bone-turnoYer. Kelainan ini
berhubungan dengan retensi fosfat, hipokalsemia,
gangguan produksi 1,25(OH)2D di ginjal, resistensi
skeletal terhadap efek kalsemik PTH dan penurunan
ekspresi VDR dan CaSR di kelenjar paratiroid, sehingga
terjadi hiperparatiroidisme sekunder dan hiperplasi kelenjar
paratiroid yang progresif. Peningkatan produksi PTH pada
tipe ini dapat sangat tinggi, yaitu 20-30 kali nilai normal,
sehingga lebih tinggi daripada keadaan hiperparatiroidisme
primer. Secara histologik akan tampak gambaran khas
osteitis fibrosa, yaitu jaringan fibrosa yang berdekatan
dengan trabekula tulang. Aktivitas osteoklas dan osteoblas
2695
2696
RELJMA*II)LOGI
kalsitrol
(prp.
fraitur
OSTEONEKROSIS
2697
ITYERITUI,.ANG
5 stadium,
yaitu
Stadium 0
Stadiuml
MRIjelas
Stadiumtr
StadiumItr
StadiumIV
REFERENSI
Alarcon GS. Osteonecrosis. In: Klippel JH, editor. Primer on the
rheumatic diseases. 12'h edition. Atlanta:Arthritis Foundation;
2001 .p.503 -6.
WG Coburn JW, Slatopolsky E, et al. Renal osteodystrophy in adults and children. In : Favus MJ editor.Primer on the
Goodman
980.p.1 849-60.
412
REUMATIK EKSTRA ARTIKULAR
Blondina Marpaung
PENDAHULUAN
Reumatik ekstra artikular (REA) adalah sekelompok
penyakit dengan manifestasi klinik umumnyaberupa nyeri
dan kekakuan padajaringan lunak, otot, atau tulang, tanpa
hubungan yangjelas dengan sendi bersangkutan ataupun
penyakit sistemik, serta tidak semuanya dapat dibuktikan
apa penyebabnya.
ini belum
semuanya
25o/o
FAKTORPENYEBAB
Ada 3 penyebab utama nyeri dan inflamasi pada REA yaitu:
Mekanikal
Nyeri dapat terjadi oleh karena trauma, baik akut maupun
akan
lnflamasi
EPIDEMIOLOGI
periartikular.
2698
2699
DeposisiKristal
Periartritis Kalsifik
Karakteristik periartritis kalsifik adalah dijumpainya
deposisi agregat kristal yang mengandung kalsium di
sekitar sendi. Biasanya mengandung hidroksiapatit,
meskipun kadang dijumpai kristal kalsium pirofosfat
dihidrat. Tempat yang biasanya dijumpai adalah pada
Entesopati
Karakteristik entesopati adalah tenderness dan inflamasi
terlokalisasi pada insersi ligamen atau tendon. Dapat ter;'adi
oleh karena peregangan traumatik atau akibat inflamasi
reumatik yang mendasarinya. Contoh yang paling sering
Tenosinovitis
Tenosinovitis berbeda dengan entesopati. Pada entesopati
insersi tendon dan ligamen teriritasi, sementara pada
Bursitis
Bursa sinovial dapat mengalami inflamasi dan nyeri pada
suatu penyakit inflamasi sinovial sistemik seperti pada
artritis reumatoid. Dapat menjadi rusak oleh karena trauma
pada penonjolan tulang seperti pada lutut atau olekranon
siku.
Bahu
Berbagai kelainan reumatisme ekstra artikuler di bahu antara
lain:
2700
diikuti
REUIVIATOI.OGI
(jari pelatuk).
atau
diekstensikan karena sudah terkunci oleh proses metaplasia kartilago membentuk nodul yang terperangkap pada
daerah hbrotik samng tendon sendi metakarpofalangeal.
Gambaran klinis sangat bervariasi tergantung kepada tendon mana yang terlibat. Dijumpai adanya nyeri lokal pada
jari yang terkena, gerakan makin lama makin kaku sampai
suatu saat jari tak dapat diluruskan kembali yang terasa
terutama pada malam hari serta kadang-kadang dapat
2701
pada ibu
dilakukan pembedahan.
pada ibu
jari, telunjuk
Panggul
Bursitis Trokanterik. Bursitis adalah peradangan bursa
yang terjadi pada tempat perlekatan tendon atau otot
dengan tulang oleh sebab yang belum diketahui dengan
jelas. Gejala utama bursitis yaitu nyeri, pembengkakan
lokal, panas dan merah. Meskipun sering, bursitis
trokanterik kerap kali tidak terdiagnosis. Penyakit tersebut
dominan muncul pada usia pertengahan hingga usia tua
dan sedikit lebih sering didapati pada perempuan dibanding
laki-laki. Gejala utamanya adalah nyeri di daerah trokanter
mayor, nyeri tekan di atas daerah panggul lateral dan dapat
menjalar kebawah, ke kaki atau lutut. Rasa nyeri terutama
2702
REI,JMIIiIOI.OGI
Lutut
dari trauma.
dan kemerahan).
Kista popliteal (Kista Baker). Penyakit ini harus diwaspadai
2703
PENATALAKSANAAN UMUM
Terapi Obat
Obat oral yang diberikan antara lain OAINS dan analgetik.
OAINS mengurangi inflamasi dan nyeri. Sebagai tambahan
untuk mengatasi nyeri dapat ditambahkan analgesik seperti
Fibrositis
modihkasi aktivitas.
Terapi Fisik
Tujuan terapi ini adalah meningkatkan fleksibilitas dengan
peregangan, meningkatkan kekuatan otot dengan latihan
resistif. Modalitas panas dan dingin akan menghilangkan
nyeri dan merelaksasi otot. Tetapi matfaat jatgkapanjang
masih dipertanyakan.
REFERENSI
Adnan M. Reumatik non artikuler. Simposium RNA. Semarang.
Oktober 1987;8-14
Badsha H. Soft tissue rheumatism and joint injection techniques for
family physicians. The Singapore Family Physician. 2002;28(2):
t9-27.
Biundo JJ. Regional rheumatic pain syndromes ln: Klippel JH. Editor. Primer on the rheumatic diseases. 11'h Ed. Atlanta: Arthritis
Foundation; 1997. p.136-48.
Celiker R. Nonarticular rheumatism physiopathology and rehabilitation. Hacettepe University, Faculty of Medicine, Departmenl
of Physical Medicine and Rehabilitation
2704
REI,IMIIilOI.OGI
Clauw DJ. Fibromyalgia. In: Ruddy S, Harris ED, Sledge CB. Editors.
h.
9'7 -107
2002;23:
1807-12.
cited on April
200s
Nasution AR, Harry Isbagio. Penyakit reumatik di Indonesia Buku
I Ikatan
Reumatologi
(2): 116-83
Padang C, Nasution AR. Inflamasi ekstra-artikuler. Maj. Kedok
Indon. 1992; 4 OK Moehad Sjah. Reumatik ekstra artikuler.
Dalam: Setiyohado B, Kasjmir YI, Mahfudzoh S, editor. Naskah
lengkap Temu Ilmiah Reumatologi 2000. 62-9 (42): 199-203
Vischer TL. Non articular rheumatism. In: Dieppe PA, Bacon PA,
Bamji AN, Watt I eds. Atlas of clinical rheumatology. New
York: Gower Medical Publishing; 1986. p 20.02-14
413
GANGGUAN MU SKULOSKELETAL
AKIBAT KERIA
Zuljasri Albar
PENDAHULUAN
Dalam melaksanakan pekerjaannya, seseorang dapat saja
terkena gangguan atau cedera. Kebanyakan cedera akibat
:
Gangguan muskuloskeletal (Musculoskeletal disorders
(work-related)
MSD) dianggap berkaitan dengan kerja
jika lingkungan dan pelaksanaan kerja berperan secara
Dengan demikian, jelas bahwa gangguan muskuloskeletal
yang berkaitan dengan kerja dapat dibedakan dari penyakit
..
Faktorkimia,/biokimiawi
hsik.
EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, trauma kumulatif ( Car mul ativ e tr aum a
disorders) merupakan penyebab lebih dari 50% penyakit
akibat kerja dengan insidens 21 kasus per 100.000 pekerja
2706
RELIvIA*IIOL.oGI
makananternak.
Jenis Pekerjaan
Tukang batu, tukang ka1u, tukang sulam dsb.
Fisik
Beberapa keadaan seperti repetisi, beban dinamis/statis,
Psikososial
Bagi kebanyakan dokter, istilah faktor psikososial
sebenarnya tidak mempunyai batasan yang jelas.
Perorangan
Umur.
Jenis kelamin
-'
-
Ergonomi
Ergonomi ialah studi tentang tingkah laku dan aktivitas
manusia yang bekerja dengan menggunakan mesin atau
peralatan mekanik dan listrik. Dengan perkataan lain,
ergonomi ialah studi mengenai hubungan antara manusia
dengan mesin, berdasarkan data yang diperoleh dari bidang
robekan mikroskopis,
oleh
2707
.
.
Getaran.
secara bermakna
.
.
..
.
.
Neuritis jari-jari.
Tenosinovitis De Quervain.
Yang khas, tendinitis berkaitan dengan rasa tidak enak
setempat yang bertambah bila dilakukan peregangan
. Di samping
2708
REI,JMIIiIOI.OGI
Cumulatiye trauma
dis
PENATALAKSANAAN
.
.
lebihbaik.
Gunakan sepafu yang kuat mencekam.
Lain-lain
Bahan kimia dapat mempengaruhi metabolisme tulang
secara langsung, misalnya Cadmium menyebabkan
dan sendi.
Di
samping
mengganggu
REFERENSI
Rock MD : Sports and occupational injuries. Dalam Klippel lH
(Ed.) Primer on the Rheumatic Diseases. Arthritis Foundation,
, Atlanta, GA, 1ln ed., 1997, p 149-54.
Hales TR, Bernard BP : Epidemiology of work-related musculoskeletal disorders. Dalam Orthopedic Clinics of North America.
P!
Keelan
B : Ergonomics
414
FIBROMIALGIA DAN NYERI MIOFASIAL
O.K. Moehad Sjah
PENDAHULUAN
0 tahun
tidur. Il
Gangguan neuroendokrin yang berhubungan dengan
0,66o/o,Ftnlandia0,7Soh,Swedial,0o/o,Iermanl,9o/o,Afika
Selatan 3,2o/o,Kanada3,3oh, Norwegia 10,5% dan New
yaitu:
Zealandl,loh.
Dari seluruh penyakit muskuloskletal, Tai melaporkan
bahwa insiden diAsia2l-39%, sedang di negarabarat23o/o.
.
.
.
Gangguan tidur
Perubahan otot dan
Parameterpsikologi.
Gangguan Tidur
Pasien fibromialgia sembilan puluh persen mengalami
gangguan tidur. Diduga growth hormon dan prolaktin
memegang peranan. Defisiensi growth hormon pada
orang dewas a dapat dihubungkan dengan fibromialgia
2710
REI,JII,IATOI.OGI
KLASIFIKASI
saat
Perubahan Otot
Growth hormon juga suatu peptida anabolik yang
menstimulasi peningkatan sintesis DNA, RNA dan
protein yang berperan pada pertumbuhan semua jaringan
fubuh dan pada orang dewasa memegang peran penting
pada homeostasis otot dalam hal memelihara otot yang
normal dan perbaikannya akibat dari pemakaian sehari-hari
dan kerusakan otot.
Fibromialgia Primer
Gambaran karakterstik fibromialgia tanpa diketahui
penyebabnya atau penyakit yang melatarbelakangi.
Fibromialgia Sekunder
Gambaran karakteristik fibromialgia yang diketahui
penyebabnya atau penyakit yang melatarbelakanginya dan
dapat merupakan manifestasi penyakit lain yang erat
hubungannya dengan fibromialgia, dan ditandai dengan
hilangnya keluhan hbromialgia setelah penyakit primemya
teratasi.
Fibromialgia Juvenile
Sama dengan fibromialgia primer pada pasien usia muda.
peningkatan AMP.
GAMBARAN KLINIS
Faktor Psikologi
kelelalnt (fatique),
27tt
Ada tiga gejala utama yang dikenal dengan triad fibromialgia, yaitu;
Nyeri Muskuloskletal
Lokasi nyeri yang sering dijumpai adalah pada aksial, yaitu
di sekeliling bahu, leher dan belakang bawah (low back).
Paling menonjol pada servikal dan lumbal. Sebagian pasien
mengeluh nyeri
objektif tidak ditemukan kelemahan otot.
Kekakuan (sfiffness)
Merupakan gejala umum paling sering dijumpai, seperti
pada pasien reumatik lainnya. Rasa kaku terutama pada
pagi hari dan membaik setelah bergerak, walaupun pada
beberapa pasien dapat berlangsung sampai 3 hari.
Kelelahan (fatique)
ini erat kaitannya dengan gangguan tidur.
Gangguan tidur berupa sering terbangun malam akan
menyebabkan pasien merasa tidak segar pada waktu
bangun tidur sehingga pasien merasa sangat lelah.
Keluhan
Keluhan gangguan tidur ini dialami oleh lebih dari dua per
tiga pasien. Gangguan tidur juga temyata berpengaruh
secara signifikan terhadap intensitas nyeri, kelelahan
sepanjang hari dan kaku pagi hari.
Dalam riwayat penyakit dapat ditemukan keluhan yang
bertambah berat bila kena air dingin, suara keras, kerja
berat, stres mental dan kecemasan. Sebaliknya keluhan
berkurang dengan udara hangat, mandi air panas, liburan,
aktivitas ringan, peregangan dan pemijatan.
Riwayat pengobatan menunjukkan pasien mengalami
DIAGNOSIS
Diagnosis sindrom fibromialgia ditegakkan berdasarkan
Kriteria klasilrkasi American College of Rheumatology
(ACR) tahun 1990.
nyeri
2712
REUMAIIOI.OGI
pr.1at.
DIAGNOSIS BANDING
Fibromialgia dapat sebagai penyakit yang berdiri sendiri
atau muncul bersama penyakit lain seperti LES, RA,
sklerosis multipel atau kelainan autoimun lain.
Diagnosis banding fibromialgia antara lain:
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Aftritis reumatoid
Polimialgia reumatika/giant cell arteritis
Polimiositis/dermatomiositis.
.
.
Nyeri
Kelelahan
Menyeluruh / difus
Sangat nyata / sering
Kekakuan
Generalisata / sering
Regional / Jarang
Tender points:
Tersebar luas / Difus
Latihan umum
Obat gangguan tidur
Trigger point:
Jarang
pagi hari
Palpasi
Terapi
Prognosis
Ernpal Control pointsi
1. Titik tengah dahi
Penyakit cenderung
kronik dengan beberapa
disabilitas fungsional
Regional / Lokal
Menghindari faktor
pemberat
Latihan peregangan
Diharapkan resolusi
sempurna, walaupun
sering kambuh
PENGELOLAAN
Pendekatan awal penatalaksanaan memprioritaskan
pendidikan dan keyakinan pasien. Pasien harus diberitahu
bahwa hbromialgia bukanlah gangguan psikiatri dan gejala
yang dijumpai pada penyakit ini adalah sering juga ditemui
pada masyarakat umum dan penting menjelaskan bahwa
27t3
Trisiklikantidepressant:
5-50 mg,4rari, Nortriptilin@amelor) l0-50 mg/
hari, Sinequan (Doksepin) 2,5-7 5 mglhari.
Selektif serotonin re uptake inhibitors (SSRI):
Trazodon (Desirel) 25-50 mg/hari, Fluoksetin (Prozak)
| -20 mglltut,Paroksetin (Paksil) 5-20 mgAari.
Musclerelaksan: Siklobenzaprin(Tlekseril) 10-30 mg/hari.
Amifiptilin
TUJUAN PENGELOLAAN
Adalah untuk mengurangi rasa nyeri, memperbaiki kualitas
tidur, dan meningkatkan aktivitas fisik untuk mendapatkan
kesehatan dan fungsi otot yang baik.
.
.
.
.
Latihan olahraga merupakan pengobatan nonfarmakologi yang paling penting. Latihan olahraga
yang teratur dimulai dengan peregangan dan diikuti
aerobik dapat meningkatkan nilai ambang rasa nyeri.
meningkatkan oksigen ke otot, memperbaiki kondisi
secaraumum.
mengurangl nyerl.
Terapi perubahan tingkah laku (kognitif); berfikir dan
tingkah laku yang positif.
.
.
.
.
.
.
.
Analgesik sederhana
lebih 4 grarn/hari)
PROGNOSIS
Pasien usia muda dengan gejala ringan cenderung
prognosisnya lebih baik, walaupun pasien memberikan
respons terhadap pengobatan kadang-kadang masih juga
ada keluhan yang ringan tetapi nyeri tersebut dapat
REFERENSI
ATAS:
Berlzodiazepir:
Klonazepam (Klonopin) 0,50-1 mg/trari,
0-50%.
Philadelphia:WB
somatomedin
of
in
38:1035-44.
fibromyalgiasyndrome.
2714
REUMI(IOIOGI
in
Penang
Rheumatology. Penang,
Gerber
1998;
l-5.
Lash .A A, Jones LE, Mc Coy D. Fibromyalgia: evolving concepts
and management in primary care setting. In: Journal Medsurg
Nursing Pro Quest Medical Library. 2003; vol 12: 145-90.
Mc Cain GA. Nonmedicinal featments in primary frbromyalgia. In;
Benneth RM, Goldenberg DL.Rheum dis clin North Am.
Philadelphia: WB Saunders; 1 989.p.73-90.
Non.Articular Rheumatism, In: Adreoli T.E, Bennet J.C, Carpenter
ed.
Saunders; 1 989.p.6I
-7 2.
Workshop
of Fibromyalgia.
epidemiology
I2
4t5
NYERI SPINAL
Yoga
I. Kasjmir
Anatomi
Banyak jaringan yang merupakan sumber nyeri pada
daerah servikal. Umumnya rasa nyeri berasal dari jaringan
sumber nyeri.
NYERISERVIKAL
2715
2716
RELJMA-IOLOGI
Trauma fisis
lmobiltas
I
v
Disabilitas fungsional klinis
om
astoid
eu
et a I Hyperosf osls)
Demam Reumatik
Gout
uskuloliga mentu m
Osteoartritis
Spondilosis Servikalis
Osteoartritis ntervertebra
Thoracic outlet syndrome
Trauma pada saraf
I
Spondilosis servikalis
Artritis Reumatoid
Osteoartritis
Tumor medula spinalis
Sindrom neurovaskular
servikal
2717
NTERI SPIRAL
Pemeriksaan Fisis
Memperhatikan postur tubuh pasien saat dilakukan
anamnesis merupakan pemeriksaan fisis awal yang dapat
nyeri.
Pemeriksaan Radiologis
ity I
NCY)
Dengan teknik
dan s om at o s en s o ry
ev oke
d r e sp ons e (SER).
adanya polineu-
2718
Penatalaksanaan
Dalam menghadapi pasien dengan nyeri servikal, perlu
diperhatikan selain penyebabnya adalah berat ringannya
RELJTvIA*IOI.OGI
biasa.
berikut;
1.
tangan
,// L--/ W
otot
I\TYERI
3.
2719
SPIRAL
Radikulopati
Kelainan ini banyak dijumpai akibat adanya proses
degeneratif seperti osteoartritis atau berbagai keadaan
yang mengakibatkan terjadinya kompresi radiks saraf.
Sindrom Skapulokostal
Iritasi radiks saraf diskogenik servikal dapat memberikan
sensasi nyeri pada daerah interskapula. Biasanya nyeri
ditimbulkan akibat postur tertentu yang berkaitan dengan
pekerj aan atau tekanan emosional. Tidak dijump ai adatya
manifestasi neurologis. Pengobatan dapat dilakukan
dengan pemberian obat anti radang nonsteroid atau
steroid, injeksi anestetik lokal dan latihan postur.
4
Fibromiositis
Penyakit ini ditandai oleh nyeri otot, spasme, kekakuan
dan nodul. Banyak istilah yang dipakai untuk penyakit ini
seperti fibrositis, myofas c iitis, interstitial myofas ciitis,
tension miositis, dan psychogenic rheumatism. Kelainan
ini berkaitan dengan adanya ruda paksa atau sekunder
akibat denervasi terhadap otot yang berkaitan.
Kelainan Metabolik
Beberapa kelainan metabolik seperti gangguan
metabolisme kalsium pada osteoporosis, deposisi kristal
asam urat pada gout, deposit kalsium yang dijumpai pada
kalsifikasi ligamen flalum, sindrom arteri vertebralyang
diakibatkan oleh aterosklerosis di samping akibat lain
DIAGNOSIS BANDING
Banyak penyakit atau kondisi patologis yang terdapat di
luar vertebra servikalis memberikan manifestasi nyeri pada
servikal. Di bawah ini dijelaskan berbagai penyakit serta
proses patologik yang menimbulkan rasa nyeri.
Keganasan
Fibrous displasia yang didasari kelainan genetik,
metastasis atau tumor primer pada vertebra servikal
merupakan penyebab lain, walaupun jarang, yang perlu
Lain-lain
Thoracic outlet syndrome yarrg akan diakibatkan oieh
kelainan vaskular atau neurogeq double crush syndrome
pada radikulopati servikal maupun penjepitan radiks perifer,
tersebut.
2720
REUITIAIIOI-OGI
NYERIPINGGANG
di
bawah
tegak.
Anatomi
Tidak semua bagian segmen vertebra lumbalis dapat
merupakan jaringan penyebab sumber nyeri pinggang. Di
samping itu kinetika pergerakan segmen vertebra lumbalis
tersebut perlu diperhatikan dengan seksama agar dapat
dicegah gerakan yang menimbulkan atau mengurangi nyeri.
Sumber nyeri dapat berasal dari persoalan kulit, otot, tulang
Lig longitudinale
anterior
Anulus flbrosus
Korpus vertebra
Radiks
saf
Lig flavum
2721
NYERI SPIRAL
Distribusi
Sumber Nyeri
Sifat Nyeri
Perubahan Neurologis
Pergerakan
Tidak ada
Nyeri Diskus
Sklerotomal
Tajam
Tumpul
Dalam, aching
Radikular
Parestesia
Nyeri Spinal
Sklerotomal
Lokal
saraf
Baal
Radikular
Sklerotomal
Dermatomal
Pola klaudikasio
spinal
Dalam, aching
Ekstensi
lumbal
Ada
Berjalan
terkena
Tidak ada
menunjukkan
kemungkinan adanya jepitan pada radiks saraf.
daerah
saraf
Nyeri dan
Kelemahanotot
disestesia
dan
L4
Tungkai atas
Ouadriceps
Radiks
kelemahan muskular.
L5
osteoartritls
osteoporosis
spondilitis ankilosa
ketegangan (starain)
lumbosakral
spondilolistesis
hernia nukleus pulposus
fibrositis
skoliosis
sikap tubuh (postur) yang
jelek
bursitis
tumor (primer/ metastasis)
infeksi vertebra
nyeri alih (referred pain)
ibu jari
fibrositis
polimialgiareumatika
metastasis
mieloma multiple
skoliosis
fraktur vertebra
Daerah sakroiliaka
(posterolateral)
Tungkai bawah
(anteromedial)
Tungkai atas
(posterior)
Tungkai bawah
(anterolateral)
Kaki sisi medial dan
ketegangan
sakroiliaka
osteitis kondensa
ileum
spondilitis ankilosa
artritis psoriatika
sindrom reiter
lipomata sakral
nyeri alih
epifistis vertebra
S2-S4
atrofi
Tibialis
anterior
Gastrosoleus
Gluteus
maksimus
Hamstring
(posterior)
(posterior)
Kaki (plantar)
Tidak ada
Ankle jerk
Atrofi
kompartemen
anterior tungkai
bawah
(posterior)
Tungkai bawah
(posterior)
Kaki (posterolateral)
Jari sisi lateral
Gluteus dan
Tungkai bawah
Knee jerk
Extensor hallucis
longus
Tungkai atas
peflneum
Tungkai atas
Penurunan
relaks
Gastrosoleus
Ankle ierk
Ankle ierk
Absent
plantar
responses
2722
REI,JMIIilOT.OGI
dan
kelainan anatomik.
Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dijumpai satu pemeriksaan laboratorium yang dapat
digunakan sebagai penyaring penyebab keluhan nyeri
pinggang bawah. Tes laboratorium hanya dipakai sebagai
Penatalaksanaan
Penanggulangan nyeri pinggang bawah berhrjuan untuk
mengatasi rasa nyeri, mengembalikan fungsi pergerakan
dai4,5cm.
dan
sebagainya.
2723
NYERI SPIRAL
DIAGNOSIS BANDING
foramen.
psikososial.
exercise
for stretching
hip flexor.
2724
REUMANOI.OGI
REFERENSI
Adnan M. Low Back Pain Dipandang dari Segi Reumatologis Dalam
Surgical
4t6
PENYAKIT JARINGAN IKAT HEREDITER
Faridin
PENDAHULUAN
SINDROM MARFAN
2725
2726
Ukuran aorta ascenden diperiksa dengan ekokardiografi, bila diameter aorta lebih dari dua kali ukuran normal
(sekitar 55 mm pada orang dewasa) harus dilakukan
tindakan bedah. Untuk mengurangi ketegangan dinding
aorta dapat diberikan beta adrenergik. Perempuan yang
menderita SMF mempunyai risiko terjadinya luptur aorta
RELJMA*IOLOGI
HOMOSISTINURIA
SINDROM STICLER
Sindrom Sticler merupakan kelainan autosom dominan
berut, yang ditandai dengan miopia progresif, degenerasi
vitreal, perlengketan retina, kehilangan pendengararryang
SlNDROM EHLERS.DANLOS
Sindrom Ehlers-Danlos (SED) merupakan suatu kelompok
kelainan dengan variasi fenotip yang luas karena luasnya
variasi genetik yang terjadi. Tanda-tanda kardinal SED
berhubungan dengan kelainan sendi dan kulit, berupa
hiperekstensibilitas kulit, peningkatan mobilitas sendi, kulit
mudah memar, dan fragilitas jaringan abnormal. Terdapat 6
tipe SED, yang didasarkan pada gambaran fenotip dan
karakteristik hereditel dengan gejala-gejala klinis masingmasing tipe akan drjelaskan di bawah ini:
2727
sendi semasa j
anin
VIIAdanVIIB
meresorbsi fulang. Pamidronat diberikan secara intravenous akan meningkatkan densitas massa tulang dan dapat
VIIC'
SED tipe
kausa lainnya.
Penatalaksanaan difokuskan pada kelainan tulang yang
janin.
PENATALAKSANAAN
Pemeriksaan biomolekuler sangat penting untuk identifrkasi
adanya mutasi gen. Biopsi kulit untuk melihat perubahan
2728
REFERENSI
Astrom E, Soderhall S. Beneficial effect of long term intra-venous
bisphosphonate treatment of osteogenesis imperfecta. Arch Dis
Chi1d. 2002;86 : 356-364
Dolan AL, Arden NK, Grahame R, et a1 : Assessment of bone in
REI,'MITTOI.OGI
1307-13 13
4t7
DISPLASIA TULANG DAN SENDI
Nyoman Keftia
protein-protein
ini melibatkan
KONDRODISPLASIA
Kata kondrodisplasia secara literatur berarti abnormalnya
pertumbuhan kartilago yang diturunkan secara genetik
yang akan menyebabkan gangguan fungsinya sebagai
template untuk pertumbuhan tulang. Gambaran klinis
Patogenesis
Kebanyakan tulang berkembang dan tumbuh melalui
proses osifikasi endokondral, dimana kartilago berperan
sebagai template untuk pembentukan tulang. Pada
postembrionik pertumbuhan tulang dan osifikasi terjadi
Klasifikasi
Lebih dari 100 bentuk klinis dari kondrodisplasia kini telah
diketahui. Berdasarkan perbedaanny a pada presenta si
klinis, gambaran karakteristik dari radiografi tulang,
histologi lempeng pertumbuhan dan pola keturunan,
gangguan-gangguan ini dikelompokkan menjadi beberapa
kelas sesuai dengan gen yang mengalami mutasi.Skema
klasifikasi terbaru terutama berdasarkan pada genetika
molekuler, namun dasar genetika dari berbagai gangguan
banyak yang belum diketahui dan sebagai konsekuensinya
klasifikasi terus berkembang. Berikut akan dipaparkan
berbagai j enis kondrodisplasia.'
Akondroplasia
Akondroplasia mempunyai prototipe dwarfisme dengan
tungkai pendek, sudah dapat diketahui pada saat lahir
dengan trunkus panjang dan sempit, tungkai pendek
(khususnya bagian proksimal) serta kepala besar dengan
bagian dahi prominen (menonjol) dan hipoplasia dari
2730
REUMAIOI.OGI
akondroplasia
Hipokondroplasia
Displasia Spondiloepifiseal
Kondisi ini merupakan kelas yang luas dari kelainan
autosom dominan dengan gambaran klinis yang
merefleksikan berbagai derajat disfungsi dari kolagen tipe II
yang merupakan stmktur utama dari protein kartilago. pada
bentuk yang parah, berbagai tipe dari kartilago danjaringan
2731
sering terjadi.
skoliosis.
Diagnosis
Beberapa kondisi akondroplasia dapat terdiagnosis
dengan cara sederhana dengan pemeriksaan hsik pasien,
namun diagnosis biasanya dibuat berdasarkan data-data
2732
REI,JMAIOI.OGI
OSTEOKONDROSIS
UVENI L
pasien mudah dikenali sebagai 'berbeda' dari temantemannya, mereka dan keluarganya sering merasa lebih
puas
REFERENSI
,
Patogenesis diduga melibatkan nekrosis iskemik dari pusat
osifikasi endokondral primer maupun sekunder. Beberapa
Penanganan
Tidak ada terapi definitif untuk mengatasi defek
pertumbuhan tulang akibat displasia sendi dan tulang.
ln: Royce P,
lts Heritable
4t8
NEOPLASMA TULANG DAN SENDI
Edward Stefanus Tehupeiory
PENDAHULUAN
Tumor primer atau kelainan-kelainan yang menyerupai
pada kandungan
NEOPLASMA SENDI PRIMER
Suatu kelainan proliferatifyang tidak diketahui kausanya
dan mempengaruhi sinovia adalah pigmentid vill onodul er
2733
2734
REI.'ilIATOI.OGI
Hubungannya dengan
lesi sendi
degeneratif,
Sarkoma Sinovia
yang reaktif.
Giant CellTumor
Bentuk tumor ini merupakan tumor jinak (lihat bahasan di
depan). Klasifikasi lain tumor sendi adalah tumor benigna
dan fumor ganas.
Kondroma
TUMOR BENIGNA
Hemangioma Sendi
Tumor inijarang, secara eksklusifkhusus pada anak dan
dewasa muda. Penampilan tumor ini berupa sakit sendi
ini
Lipoma Arborescens
Lipoma arborescens adalah lesi yang jarang. Kelainan ini
Miksoma
Insiden miksoma sukar ditentukan. Suatu penelitian dari
65 kasus ternyata miksoma tidak jarang ditemukan.
Beberapa kasus dilaporkan sebagai kista meniskus atau
parameniskus. Tumor sering ditemukan pada pria dekade
ke-3 dan ke-5 dan biasanya pada lutut danjuga dapat pada
Caftilaginous
Osteochondroma solitary and multiple
Chondroma
Chondromyxoid fibroma
Chondroblastoma, benign and malignant
Chondrosarcoma, primary or secondary
ResorPtive
Bone cyst
Diffuse osteitis fibrosa (parathyroidism)
etc.
sheath
Myosarcoma
Liposarcoma
2735
Agiosarkoma
Agiosarkoma adalah tumor maligna dan endotelium.
Dengan demikian tumor ini dapat terjadi pada organ-
Sinovial Kondromatosis
Pada jenis tumor ini sinovium ditabur dengan nodul
kartilago dan biasanya rongga sendi mengandung
beberapa chondroid loose bodies. Jenis tumor ini lebih
Tumor Metastatik
Metastatis kedalam sinovium sangat latang. Pada
sering pada pria dan paling sering pada sendi lutut. Didapat
klinik berupa sakit sendi; bengkak
dan disfungsi.
REFERENSI
TUMORGANAS (MALTGNA)
Kondrosarkoma
ini mengenai sendi melalui 2 cara: (l) Kondrosarkoma dari tulang dapat mengenai beberapa kasus yang
invasi pada sendi. (2) Kondrosarkoma timbul dalam sendi
itu sendiri. Banyak laporan mengenai jenis tumor ini. Salah
satu seri dari 53 kasus sinovia kondromatosis diketahui
sebanyak 3 jenis transformasi maligna. Penelitian lain
didapat kasus dimana mioid kondrosarkoma terjadi secara
Jenis tumor
Limfoma
Limfoma biasanya meliputi tulang dan sumsum tulang
dan dapat bermetastasis kerongga sendi. Pada satu
penelitian pada kaput femoris didapat 3o/o detgan small
B- cell lymphoma. Kelainan primer pada sinovia sangat
jarang. Secara umum kelainan berupa proses proliferatif
dan bukan inflamasi.
1t48-76
Convery
99 8:2 9:6 83 - 8.
: 28 :22-4
-6.
t6 : ll97-204.
Meis JM, Enzinger FM. Juxta- artikuler myxoma " a clinical and
p6thologih study of 65 cases. Hum pathol 1992 : 23 : 639-46.
Murphy F, Dahlin D. et al. Articular synovial chondromatosis. J
Bone joint surg Am 1962 : 44 : 77-86.
Rao AS, Vigorita VJ. Pigmented Villo noduler synovitas (Giant cell
tumor of the tendon sheath and synovial membrane) a review
of eighty one cases. J Bone Joint Surg Am 1934 ; 66 : 76-94.
Sreyaskumar R. et a1. Soft tissue and bone sarcoma and bone
metastases. Harrison's principle of Int Med vol -1 Eds
Braunwald et a1. 15th Ed Mc. Graw Hill and Co 625-32,2001.
Satti MB. Tendon sheath tumors : a pathological study of the
relation ship between giant cell tumor and fibroma of tendon
sheath. Histopathology 1992 ;20 :213-20.
2736
REI.'MIIilOI.OGI
419
OBAT ANTI INFLAMASI NONSTEROID
Najirman
PENDAHULUAN
Selanjutnya PGG2
ini
tahunnya.
MEKANISME KERJA
2737
2738
REI'MAIIOI.OGI
Asam Arakidon:
cox-2
COX-1
(Constitutive
(lnducible)
\c)_.--
C)
OAINS
ntegritas gastrointestine
Agregasi trombosit
Fungsi ginlal
I
llr rLnLniiLni
Tempat inflamasi
- l\4arofag
- Sinoviosit
- Sel endotel
Fungsi ginjal
1.
cox-2.
Untuk menentukan apakah suatu OAINS bersifat non
selektif ataukah selektif terhadap C0X-2, parameter yang
Nama Obat
Asetosal
Diklofenak
Flurbiprofen
lbuprofen
lndometasin
Ketoprofen
Meklofenamat
Mefenamic acid
Naproksen
Niflurnic acid
Piroksikam
Sulindak
Tenoksikam
Tolfenamic acid
Nabumeton
Etodolak
Meloksikam
Nimesulid
Celecoxib
Rofecoxib
5,2t60
4,6
6,5/6,6
20
0,59/59
60
7,7t300
36,6/100
1,34
16,6
0,28t1,46
0,8
0,01/0,8
0,01/0,9
0,0027
0,001
2739
proses pembentukan
prostaglandin, OAINS juga mempunyai mekanisme kerja
lain sebagai obat anti inflamasi yakni:
. Menghambat pelepasan lisosom
. Menghambat aktivasi komplemen
. Sebagai antagonis pembentukan/aktivasi kinin
. Menghambat kerja enzim lipooksogenase
. Menghambat pembentukan radikal bebas
. Memicu agregasi dan adesi neutrofil
. Meningkatkan fungsi limfosit
. Berperan pada aktivitas membran sel
. Menghambat pembentukan nitrik oksida dengan cara
menghambat NF-kB, sehingga nitric oxide synthetase
tidak terbentuk.
FARMAKOKINETIK
Semua OAINS akan diserap secara komplit setelah
pemberian secara oral. Kecepatan absorpsi berbedaantara
satu orang denganyang lain, tergantung padaadahidaknya
kelainan pada saluran cerna serta pengaruh makanan.
Bentuk sediaan juga turut mempengaruhi absorpsi, seperti
bentuk "enteric coated' akan memperlambat absorpsi,
KLASIFIKASI
Obat anti inflamasi nonsteroid dapat diklasifikasikan
berdasarkan berbagai cara, seperti berdasarkan nrmus
rofekosib.
Waktu paruh
=I'/rlJam)
Dosis
Nama OAINS
Diklofenac
Etodolac
Fenoprofen
Flurbiprofen
lbuprofen
lndomethacin
Ketoprofen
Ketorolac
Meclofenamate
1,2-2
I,J
2,3
Tolmetin
Celecoxib
1-1,5
Valdecoxib
Salisilat
Diflunisal
8-1
Nabumetone
Naproxen
24
12-15
49-60
29-140
Oxaprozin
Phenylbutazone
Piroxicam
3-4
2-2,5
2-13
1-4
4-6
2-3
11
1
2-3
7-15
30-86
Sulindac
Tenidap
16-18
12-48
Meloxicam
Rofecoxib
5-30
17
600-1200m9,1xlhari
2740
REI.JMAIOI,.OGI
Aspirin
Diflunisal
Benorylate
Trisalicylate
salsalate
Sodium
Salicylate
Etodolac
lndomenthcine
Sulindac
Carprofen
Tolmetin
Tenidap
Ketoprofen
Oxaprozin
Zomepirac
Clopirac
Fenibufen
Flurpirofen
Suprofen
Tiaprofenic acid
Keterolac
lbuprofen
naproxen
Fenoprofen
Tromenthamine
lndoprofen
Benoxaprofen
Pirprofen
Oxyphenbutazone
Phenilbutazone
Azapropazone
Feprazone
Coxib - celecoxib
- Rofecoxib
- Valdecoxib
- Etoricoxib
- parecoxib
-Lumiracoxib
FARMAKODINAMIK
Efek Antiinflamasi
Efek antiinflamasi OAINS terkait dengankemampuan obat
Efek Analagesik
Obat anti inflamasi nonsteroid menghambat nyeri baik di
perifer ataupun di sentral. Obat ini efektif mencegah ketiga
jenis nyeri yakni nyeri fisiologis, nyeri inflamasi dan nyeri
neuropatik.
Efek Antipiretik
III.
Peningkatat
PGE
2 dihipotalamus mengakibatkan
Efek Antiplatelet
Obat anti inflamasi nonsteroid akan menurunkan agregasi
trombosit yang diinduksi oleh adenosin difosfat, kolagen
Efek Lain
Pada akhir-akhir ini juga diteliti manfaat OAINS pada
penyakit Alzhaimer dan pada tumor kolorektal, telutama
2741
kerusakan
Efek samping.
Ginjal
SALURAN CERNA
artritis reumatoid
akan
,-
Systemic effect
\
i
Hati
Decrease in gastric
mucosal prostaglandins
2742
REI.,,MIIiIOI.OGI
Paru
Kulit
ini
adalah
benoksaprofen
Jantung
Obat anti inflamasi nonsteroid dapat mengakibatkan
Nama obat
Diklofenac
Etodolac
Fenoprofen
Flurbiprofen
lbuprofen
lndomethacin
Ketoprofen
Ketorolac
Meclofenamate
Tolmetin
Celecoxib
Valdecoxib
Salisilat
Warfarin
Sulfonylurea
Beta blocker
Hydralazine
Prazosin
ACEinhibitor
Diu16tics
Phanytoin
Nama obat
Metabolisme
Hati
Hati
Hati, siklus enterohepatik
Hati
Hati
Hati, siklus enterohepatik
Hati
Hati
Hati
Hati
Hati
Hati
Hati dan ginjal
Diflunisal
Nabumetone
Naproxen
Oxaprozin
Phenylbutazone
Piroxicam
Sulindac
Hati
Hati
Hati dan ginjal
Hati
Hati
Hati, siklus enterohepatik
Hati
Hati
Hati
Hati
OAINS
OAINS
OAINS
Sebagian besar OAINS
Aspirin
lndomethacin
Sallicylates
OAINS lainnya
Piroxicam
Sebagian besar
Sebagian besar
exate
.
valproate
Antacids
Cimetidine
besar OAINS
Probenecid
Naproxen
Chlestyramine Aspirin
Caffein
Aspirin dan lainnya
Sebagian
lvletoclopramide
dapat
Metabolisme
Phenylbutazone
COX-1 spesifik
Phenylbutazone
Salisilat dosis tinggi
Non selektif OAINS
III
Tenidap
Meloxicam
Rofecoxib
meni
te dalam plasma
2743
dan
and
Interaksi Obat
Obat antiinflamasi nonsteroid dimetabolisme dihati dan
ginjal serta mengalami siklus entero-hepatik. Interaksi
phta 2001,:799-822
Sundy JS. Non Steroidal Antiinflammatory Drugs.
REFERENSI
Collier DH. Nonsteridal Antiinflammatory Drugs. In : West
1998;338:452
Furst DE, Hillson
j. Aspirin
selektivitas
In :Koopman,
Date 2005
Wolfe MM, Lichtenstein DR, Sing G Gastrointestinal toxicity of
nonsteroidal antiinflammatory drugs. NEMJ 1999;17:
1
888-99.
420
OPIOID, ANTI DEPRESAN DAN
ANTI KONVULSAN PADA TERAPI NYERI
RiardiPramudiyo
oPlolD
Leckband,2O01).
2744
2745
Leckband,2001
2746
REUMANOI.OGI
25 -40o/o.
ANTIDEPRESAN
Anti depresan
2747
sedikit.
Penelitian Tomic dkk (2004) dapat membuktikan bahwa
ANTI KONVULSAN
Gabapentin
Gabapentin [-(aminometil)sikloheksan asam asetat]
adalah obat antikonvulsan baru. Obat ini pertama kali
dikembangkan sebagai senyawa yang menyerupai asam
gama aminobutirat (GABA) dan diindikasikan untuk
serangan parsial. Dalam tubuh obat ini tidak mengalami
metabolisme dan dikeluarkan melalui urin secara utuh,
sehingga pada kerusakan ginjal akan mempengaruhi
ekskresinya. Gabapentin dapat terdialisis, oleh karenanya
pasien gagal ginjal yang mengalami hemodialisis dan
memerlukan gabapentin hendaknya mendapatkan dosis
pemeliharaan setiap kali selesai hemodialisis. Mekanisme
gabapentin pada nyeri neuropatik belum sepenuhnya
difahami, penelitian terdahulu menunjukkan bahwa
gabapentin hanya mempunyai efek anti alodini sentral,
bahwa
2748
REI,JMATIOIOGI
REFERENSI
cology, 2002,3(
): 59-7 1.
421
PERAN KORTIKOSTEROID DI BIDANG
REUMATOLOGI
A.M.C. Karema-Kaparang, Candra Wibowo
PENDAHULUAN
2749
2750
REI.'MATIIIOGI
2751
-/ (MKP-1) yang
di bidang reumatologi
respons
tahw 1992
2752
REUMANOI.OGI
6.
penekanan
2753
27
0:286-90
Beato
445-5t.
PENUTUP
Penggunaan kortikosteroid di bidang reumatologi masih
diperlukan sampai saat ini, dan tampaknya akan terus
yang poten dalam sistem imun tubuh kita. Hal yang perlu
REFERENSI
Alloway JA, Moriarty MJ, Hoogland YT, Nashel DJ Comparison ol
triamcinolone acetonide with indomethacin in the treatment
ofacute gout arthritis. J Rheumatol 1998;20: 111-3.
Auphan N, Didonato JA, Rosette C, Helmberg A, Karin M.
Immunosuppression by glucocorticosteroids: inhibition of NFkB activity through induction of I-kB synthesis. Science 1995;
phosphatase-mediated inhibition
of
mitogenand
2002;22: 7802-ll.
Moll JMH. Rheumatology in clinical practice. OxfordBlackwell
Scientific Publications. 1997
Neustadt DH. Intraarticular steroid therapy. In: Moskowitz RW,
Howell DS, Goldberg VM, Mankin HJ (Eds) Osteoarthritis.
Diagnosis and Medical/Surgical Management. 2"d ed Philadelphia WB Saunders Company. 1991 p.439-92.
Ravaud P, Moulinier L, Giraudeau B, Ayral X, Guerin C, Noel E, et al.
Effects ofjoint lavage and steroid injection in patients with
osteoarthritis of the knee. Results of a multicenter, randomised,
controlled trial. Arthritis Rheum 1999; 42: 4'75-82.
Stein CM, Pincus T. Glucocorticoids. In: Kelly WN, Harris ED,
Ruddy S, Sledge CB (Eds). Textbook of rheumatology. 5'h ed.
Philadelphia WB Saunders Company. 1997.p.781 -804.
Scheinman RI, Cogswell PC, Lofquist AK, Baldwin AS. Role of
transcriptional activation of I-kB in the mediation ol immunosuppression by glucocorticoids. Science 1996; 270: 283-6.
2754
RET,JMIINOI.OGI
of modulation of local
glucocorticoid levels by I 1 beta-hydroxysteroid dehydrogenases. Endocrinol Metab 2001; 12:446-53.
Saxne T, Heinegard D, Wolheim FA. Therapeutic effects on
cartilage metabolism in arthritis as measured by release of
proteoglycan structures into the synovial fluid. Ann Rheum
Dis. 1996; 45:497-7.
Wilder RL. Corticosteroid. In: Klippel JH Ed. Primer on rheumatic
diseases. llh ed. Atlanta Arhritis Foundation. 1997.
Waldman SD. Pain management injection techniques. Phyiladelphia
WB Saunders Company. 2000.
28. Zarro VJ. Steroid pulse therapy. Ann Rheum Dis .1986; 33:
21'7
-9.
422
DISEASE MODIFYING ANTI RHEUMATIC
DRUGS (DMARD)
Hermansyah
PENDAHULUAN
dan
toksis itasnya
dini penyakit.
Umumnya pada pasien yang diagnosisnya telah dapat
ditegakkan dengan pasti, DMARD dapat dimulai diberikan
destruksi sendi.
Gunakan DMARD secara tunggal atau kombinasi
secara telus-menerus selama penyakit masih aktif.
.
2755
2756
REI,JMATIOI.OGI
. Pilihan
dan 2.
PENGOBATANAR
lain.
Agen
antimalaria
dengan metotreksat.
Saat
(pemeriksaan funduskopi,
evaluasi
D-Penicillamin
dosis,
Oral
Metotreksat
Siklofosfamid
Azatioprin
setiap
KLOROKUIN
-3
bulan:
Cyclosporin
++
++
+++
++
++
++
++
+++
+++
++
++
++
+++
+++
+++
++
+++
Hepatik
Ginjal
++
+
+
+
++
+
++
++
++
+
+
++
2757
D.PENISILAMIN
GARAM EMAS
2758
REI,MAII)I.OGI
AZATIOPRIN
Azatioprin merupakan analog purin, yang mempengaruhi
SIKLOSPORIN.A
neutropenia,
METOTREKSAT
Metotreksat (MTX) adalah suatu sitostatika golongan
antagonis asam folat yang banyak digunakan sejak 15
2759
pasien telah berada dalam keadaan stabil sekurangkurangnya 3 bulan, dosis CS-A harus dikurangi setiap 1
bdan sebesar 0, 5 mg/KgBB/hari. Jika tidak dr; umpai
respons klinis setelah penggunaan CS-A dalam dosis
maksimal yang dapat ditolerir selama 3 bulan, CS-A harus
dihentikan. Penggunaan CS-A merupakan kontra indikasi
atal- 2
pada keadaan:
. Terdapatnya ata:;' adarya riwayat penyakit keganasan
. Hiperlensi yang tidak terkontrol
. Penggunaan CS-A harus dilakukan secara berhati-hati
pada:
- Usia di atas 65 tahun
.
.
.
Hipertensiterkontrol
Infeksi aktif
Kondisipremalignan: leukoplakia, mielodisplasia
Kehamilan dan menyusui
.
.
.
.
.
LEFLUNOMID
Leflunomid, suatu derivat isoksazol, merupakan salah satu
obat paling baru yang dipergunakan untukAR. Leflunomid
(LFM) telah disetujui untuk digunakan sebagai DMARD
oleh FDA sej ak bulan Oktober 1 99 8. uj i klinis yang dilakukan
membuktikan bahwa LFM memiliki khasiat yang setara
dengan MTX dan merupakan suatu altematif yang baik
bagi pasien AR yang gagal diobati dengan MTX atau
intoleran terhadap MTX. Sebagaimana dengan DMARD
lainnya, mekanisme kerja LFM belum sepenuhnya diketahui.
Diduga efek terapeutik LFM padaARberhubungan dengan
kemampuan LFM menghambat aktivitas enzim dehidrorotat
dehidrogenase. Progresivitas erosi sendi nyata lebih lambat
2 0 mg/hari leflunomid daripada
metotreks at a tau
srrJrf azalazin.
KombinasiDMARD
S
ej
AR
di mana
sampingnya berbeda.
Dengan ditemukanny a matfaat metotreksat dan lebih
dipahaminya mekanisme kerja DMARD yang lain, terapi
REFERENSI
American College of Rheumatology Ad Hoc Committee on Clinical
Guidelines. Guidelines for the Management of Rheumatoid
Arthritis. Arthritis Rheum. 1996 : 9 : 713-22
Avina, Zubieta JA, et al. long term effectiveness of anti malarial
drugs. In rheumatic disease. Ann Rheum Dis. 1998; 5T : 582-87.
Borigini MJ, Pualus HE. Rheumatoid arthritis. In: Weisman MH,
Weinblatt ME, Louise JS eds. Treatment of rheumatic diseases.
2"d ed. Philadelphia:W. B. Saunders; 2001,p.217-35.
Brooks P. Management of rheumatoid arthritis. Medicine Interna-
tiona1.2002.p.50-3.
Brooks P. disease modifying anti Rheumatic drugs. In: Klippel JH
ed. Primer on the rheumatic diseases. 11rh ed. Atlanta:Arthritis
Foundation; 1997 .p.432-6.
Chatham WW. Gold and d-Penicillamine. In Koopman JW (ed).
Arthritis and allied conditionts. 14'h ed. Lippincott WW.
Philadelphia, 2001; T 17 -33.
Cush JJ., Tugwell P., Weinblatt M, et a1 US consensus guidelines for use
of cyclosporine A. in rheumatoid arthritis. J. Rheumatol, 1999; 26:
1 l 76-86.
Daud R Combination of sulfasalazine and chloroquine in the
2760
REI,'MANOI.OGI
15:583-9.
Jones SK. Ocular toxicity and hydroxychloroquine guidelines for
screening. Br J. Dermatol, 1999: 140 : 3-'7.
Jackson CG, Elegg DO. Sulfasalazine and minocycline. In Koopman
14th.
thiopurine
methyltransperase gene
Associatcd
117.
:1287-91.
Pincus T, O'Del1 J.R., Kremer J.M. Combination therapy with
multiple disease modifying anti rheumatic drugs in rheumatoid
arthritis. Ann Intern N4ed. 1999; 131;768-74.
Paseo G., Priolo F., Marubini F. Slow progression joint damage in
early rheumatoid arthritis treatment with cyclosporine A.
Arthritis Rheum. 1996: 39 : 1006-105
Rau R, et al. Longterm treatment of destructive rheumatoid
arthritis with methotrexate. J Rheumatol, 1997;24 : 1881-9.
Rich 8., Moreland LW., Alarcon GS. Paucity of radiographic
progression in rheumatoid arthritis treated with methotrexate
as the first disease-modifuing anti rheumatic drug. J Rheumatol.
1999;26 :256-61.
Smolen JS and Emery P. Efficacy and safety of leflunomide in
active rheumatoid arthritis. B j Rheumatol 2000; 39, 48-56.
Weinblatt ME. Treatment of rheumatoid arthritis. In: Koopman
JW ed. Arthritis and allied conditions. 14'hed. Philadelphia:
Lippincott WW;200 I p.1245-60.
Wolfe F, Sharp JT. Radiographic outcome at recent-onset Rheumatoid arthritis A l9-year study of radiographic progression. Ar-
41,
1571-82.
423
AGEN BIOLOGIK DALAM TERAPI
PENYAKIT REUMATIK
B.P. Putra Suryana
2762
REI,JM/{IOLOGI
Mekanisme kerja
Anti-sitokin
Target terapi
TNF-o (elanercept,
infliximab,
adalimumabl
lL-1 (anakinra) dan
tL-18
tL-6
tL-17
lL-12, lL-15 dan lL-7
MMIF
VIP
PIF
Sign
Anti limfosit T
a Ii
ng ntraseluler
i
Anti limfosit B
CD20 (rituxinab)
tL-8
CCRl
RANTES
lntegrin
CD44
Reseptor Fas
Reseptor TRAIL
Metalloproteinase
I\,4enghambat
kerusakan jaringan
ak bat inflamasi
Oksida nitrit
Spesies oksigen
reaktif
Menghambat
komplemen
C3 convertase
Menghambat
reseptor Fc
Menghambat
osleoklas
MMIF,macrophage
FcyRlll
FcyRl
RANKL
Uji klinis
Extracellular
domain of
human P 75
TNF Rll receptor
AR, spondilitis
ankilosa, artritis
psoriatik, vaskulitis
AR (binatang coba)
AR (binatang coba)
Lupus (brnatang
coba)
AR (ex vivo model)
AR (binatang coba)
AR (binatang coba)
Sinovitis (binatang
coba)
Sinovitis (binatang
coba)
Artritis (binatang
coba)
AR
AR (binatang coba)
AR, LES (binatang
coba), Psoriasis
Fc region of
human lgG
LES
( Io
ad i n g dose) (E1liott,
19
93 ).
Fc region
human lgG
2763
IL-
subkutan. Data in
lnfliximab
Dewasa : 25 mg
injeksi subkutan, dua
kali seminggu
Anak-anak : 0,4
mg/kg (maksimal 25
mg) injeksi subkutan,
dua kali seminggu
3 mg/kg intravena
pada minggu 0,2 dan
6 selanjutnya tiap 8
minggu (dosis dapat
(kombinasi
dengan MTX)
lndikasi
dinaikkan sampai 10
Adalimumab
(monoterapi atau
kombinasi dengan
MTX)
Anakinra
(monoterapi atau
kombinasi dengan
MTX)
mg/kg)
40 mg injeksi
subkutan, tiap 2
mrnggu
Antogonis
ptrcla berbagai
Bathon.2005).
IL-l
su
ANTI-CD2O
-1
cti'L pL,'Lrrt'l.trtt.t:i
1\'sapt\rt II
,1.tt L
ll L il
I r.lrr-l Illarllftlll\.tt
.tt'ttttl.ts
\.1111.I \1a11l.lIl
r.titLt tcscpt,,r II
-l titri
ll - I
t'ir.rrrJ.r tir sc',.Lrt ti.1.i[. .lirirlLrk.ttt p'tdx scl .rr.'rll. sel pre-B
r.L .lcrl.irLriL .l:ltt :cl lrl'tsrtl't Pctitrt scl lillitbsit B
p.r.1.r p,rrot'iiLo1orL \li 1..'LLrrn dikctrlhui dcngrrn pilsti.
[r.'lr.' .1p.1 ttlik.ttt t : t t1.' r,rnS LLipr'r kir'.rklr rr lthla h berpetan
J.r 1.rrrr pi' rtttr irtt uk.ttt rttrr o rt rtt ilrotl i t'lr kto r reurnatoid.
Ir.':arlt,rsi .tttti-!irt rtlilrrlLli irit.'L-.lksi llttr'lstttlg sel-sel, dan
r11r.rr1.l.
[]r..hrkii sirokin
Ii.
t'l)lt)
11r.n\
2764
REIJMIIfl)I.oGI
Spondilitis Ankilosa
TERAPI AGEN BIOLOGIK PADA PENYAKIT REUMATIK
Artritis Reumatoid
Efektivitas antagonis TNF pada AR yang refrakter telah
e-modifying antirheumatic
drug (DMARD) non-biologik telah dilakukan pada
etanercept (90). Antagonis TNF sebagai monoterapi pada
AR dibandingkan plasebo menunjukkan respons klinis
(kriteria respons American College of Rheumatology,ACR)
eas
Antagonis
IL-l
lupus
eritematosus sistemik (LES), tapi belum ada laporan resmi
tentang hasil dan efeknya pada pasien denganjumlah yang
cukup banyak. Pada beberapa kasus LES aktifdan refrakter,
2765
RINGKASAN
adalimumab),
REFERENSI
Anolik J, Campbell D, Felgar R, et al. B lymphocyte depletion in
the treatment of systemic lupus erythematosus: a phase I/II
trial of rituximab in SLE Arthritis Rheum 2002;46(supp1 9):289.
Arend WP. Interleukins and arthritis-IL- 1 antagonism in
inflammatory arthritis. Lancet 1993;341:155-6.
Arend WP, Welgus HG, Thompson RC, et a1. Biological properties
I
before and after successful therapy with infliximabevaluation of a new scoring system. Arhritis Rheum
2003;48:1126-36.
Bazzoni F, Beutler B. The tumor necrosis factor ligand and receptor
families. N Engl J Med 1996;334:1117-25.
Criscione LG St.Clair EW. Tumor necrosis factor-cx, antagonist for the
treatment of rheumatic diseases. Curr Opin Rheumatol
2002;14:204-1,1.
II
receptor:
Science
Haque
:839-53.
IL-4
1993;261:472-5.
2000;356:385-90.
Mohler KM, Torrance DS, Smith CA, et al. Soluble tumor necrosis
factor (TNF) receptors are effective therapeutic agents in
lethal endotoxinemia and function simultaneously as both TNF
carriers and TNF antagonists. J Immunol 1993;151:1548-61.
Ory P, Sharp JT, Salonen D, et a1. Etanercept (Enbrel) inhibits
radiographic progression in patients with psoriatic arthritis.
Arthritis Rheum 2002;46(suppl 9): 196.
Reff ME, Camer K, Chambers KS, et al. Depletion of B ce11s ir vryo
by a chimeric mouse human monoclonal antibody to CD20.
Blood 1994;83:435-45.
Shanahan J, Moreland LW. Investigational biologic therapies for
the treatment of rheumatic diseases. In : Koopman WJ,
Moreland LW (eds) Arthritis and allied conditions. A textbook