Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

F94. GANGGUAN FUNGSI SOSIAL


DENGAN ONSET KHAS PADA MASA
KANAK DAN REMAJA

Disusun Oleh:
Bellyana Octavia Chandra
07120110082
Pembimbing:
dr. Engelberta Pardamean, SpKJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


SANATORIUM DHARMAWANGSA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
PERIODE 08 JUNI 11 JULI 2015

DAFTAR ISI
[F94.0] MUTISME ELEKTIF......................................................3-11
APA ITU MUTISME ELEKTIF?..........................................................................3
KENAPA ANAK DAPAT MENJADI MUTISME ELEKTIF?......................................4
PERILAKU SEPERTI APA YANG DITUNJUKKAN OLEH SEORANG ANAK DENGAN
MUTISME ELEKTIF PADA LINGKUNGAN SOSIAL?...........................................5
KRITERIA DIAGNOSTIK UNTUK MUTISME ELEKTIF PADA ICD-10...................7
BAGAIMANA MUTISME ELEKTIF DISEMBUHKAN?..........................................8
[F94.1] GANGGUAN KELEKATAN REAKTIF MASA KANAK..........11-17
DEFINISI GANGGUAN KELEKATAN REAKTIF................................................11
PEDOMAN DIAGNOSTIK RAD......................................................................13
[F94.2] GANGGUAN KELEKATAN TAK TERKENDALI MASA KANAK.1718
PEDOMAN DIAGNOSTIK GANGGUAN KELEKATAN TAK TERKENTDALI MASA
KANAK....................................................................................................... 17
[F94.8] GANGGUAN FUNGSI SOSIAL MASA KANAK LAINNYA........18
[F94.9] GANGGUAN FUNGSI SOSIAL MASA KANAN YANG TIDAK
TERGOLONGKAN......................................................................18

[F94.0] MUTISME ELEKTIF


Apa itu Mutisme Elektif?
Mustime elektif merupakan suatu gangguan kecemasan yang kompleks pada
masa kanak-kanak dimana yang menjadi ciri khas gangguan ini adalah
ketidakmampuan anak untuk dapat bertutur kata dan berkomunikasi dengan efektif
pada beberapa situasi sosial tertentu, antara lain seperti di sekolah. Anak-anak dengan
gangguan mutisme elektif memiliki kemampuan untuk berkomunikasi atau berbicara
dengan sangat baik hanya pada beberapa situasi yang dimana mereka merasa nyaman,
aman, dan tenang. Anak dengan mutisme elektif sering kali terdiagnosis ketika
berumur 3 sampai 8 tahun.
Lebih dari 90% anak yang memiliki mutisme elektif cenderung memiliki
gangguan lain seperti phobia spesifik yaitu social phobia, dimana anak-anak ini takut
untuk berinteraksi dengan masyarakat luar. Ketika anak dengan mutisme elektif
dipaksa untuk bersosialisasi pada keadaan sosial tertentu dimana mereka merasa asing
dan baru, maka anak-anak ini akan merasa sangat berat dan tertekan. Anak-anak
dengan mutisme elektif benar-benar memiliki rasa ketakutan dan kecemasan ketika
disuruh atau dipaksa untuk berbicara di depan umum atau berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya dimana anak-anak pada umumnya tidak memiliki kesulitan
melakukan hal tersebut. Banyak anak dengan mutisme elektif cenderung memiliki
kesulitan untuk dapat merespon atau melakukan komunikasi non-verbal.
Setiap anak dengan mutisme elektif memiliki cara mereka masing-masing
dalam menghadapi kecemasan ketika dipaparkan dengan situasi sosial dimana mereka
tidak merasa nyaman. Beberapa anak akan terdiam dan membisu total, sedangkan
beberapa anak dapat mengeluarkan beberapa patah kata ataupun bahkan dapat
berbicara tetapi dengan nada suara yang berbisik. Sikap-sikap tersebut membuat anak
dengan mutisme elektif sulit sekali dalam hidup bersosialisasi dan terkadang dianggap
aneh oleh teman-teman sekitarnya. Dalam lingkungan sosial yang menuntut
komunikasi yang baik, anak-anak dengan mutisme elektif sering kali dikucilkan
dikarenakan ketidakmampuannya untuk berinteraksi dengan sekitar. Anak dengan
mutisme elektif dapat dianggap sebagai anak yang pemalu dan kekurangan percaya
diri tetapi di dalam tingkatan yang ekstrim.

Anak dengan kondisi ini memiliki ciri khas dimana anak akan memilih orang
yang diajak berbicara. Anak ini tidak dapat berkomunikasi secara emosional dengan
semua orang, akan tetapi anak dengan kondisi ini akan dapat berbicara dengan
terbuka hanya dengan orang-orang yang ia rasa nyaman. Anak dengan kondisi seperti
ini menunjukkan kemampuan bertutur kata pada situasi tertentu, namun tidak pada
beberapa situasi. Gangguan ini sering dirasakan mulai terjadi pada usia dini anak dan
terjadinya sama seringnya pada perempuan ataupun laki-laki.
Keadaan mutisme ini berhubungan erat dengan ciri kepribadian khas meliputi
anxietas sosial, sikap menarik diri, terlalu peka, atau menetang. Lazimnya anak
dengan kondisi ini dapat bertutur kata dengan baik dengan orang rumahnya atau
sahabat dekatnya, akan tetapi anak ini akan mulai membisu ketika dihadapkan dengan
orang-orang asing atau yang tidak terlalu dekat, seperti contoh di sekolah dengan
teman-teman sekelasnya.
Dalam beberapa kasus anak dengan gangguan ini memiliki riwayat
tertundanya kemampuan untuk bertutur kata dengan baik yang biasanya pada
artikulasi atau pengucapan kata-kata. Namun, hal ini tidak menjadi kendala dalam
menegakkan diagnosis jika kemampuan berbahasa anak dapat dinilai cukup untuk
dapat berkomunikasi secara efektif dan terdapat kesenjangan besar dalam penggunaan
bahasa sesuai dengan konteks sosialnya, dimana anak ini dapat berbicara lancar dalam
beberapa situasi dan terdiam membisu dalam situasi lainnya.

Kenapa anak dapat menjadi mutisme elektif?


Mayoritaas anak dengan gangguan mutisme elektif memiliki predisposisi
genetik untuk rasa kecemasan. Dengan kata lain, anak mutisme elektif memiliki
karakter yang cenderung untuk dapat merasa cemas dengan mudah. Anak mutisme
elektif sering kali menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang jelas, antara lain seperti
kecemasan ketika berpisah, perasaan frustasi atau tidak tenang, kaku, gangguan tidur,
dan rasa malu yang tinggi sejak dini.
Anak-anak dengan mutisme elektif sering kali memiliki temperamen yang
bersifat menarik diri, dimana hal ini menjadikan mereka untuk cenderung mudah
merasa cemas dibandingkan dengan anak-anak normal lainnya. Terdapat sebuah
4

hipotesis dimana bahwa anak dengan temperamen yang menarik diri memiliki
ambang rangsangan yang lebih rendah pada amygdala.
Hal ini memungkinkan ketika anak mutisme elektif dihadapkan dengan situasi
yang menakutkan, amygdala akan menerima signal bahwa terdapat potensi akan
bahaya dan mulai mengeluarkan reaksi-reaksi yang membantu anak itu untuk
melindungi dirinya. Bagi anak mutisme elektif, situasi yang berbahaya dapat berupa
pesta ulang tahun, sekolah, perkumpulan keluarga, taman bermain, dll.
Terdapat penelitian yang menunjukkan tidak adanya korelasi antara gangguan
mutisme elektif pada anak dengan trauma-trauma psikososial pada pertumbuhan anak.
Anak dengan mutisme elektif harus dapat dibedakan dengan anak yang mutisme
karena suatu peristiwa yang membuat trauma. Anak dengan gangguan mutisme elektif
jelas sekali hanya membisu pada beberapa situasi yang ia anggap tidak nyaman dan
dapat membuat perasaan cemas yang berlebih, namun tetap berbicara pada situasi
yang ia anggap nyaman dan aman bagi dirinya.
Sedangkan pada anak mutisme karena peristiwa traumatik, sikap membisu
akan tampak pada situasi apapun, entah situasi tersebut asing ataupun nyaman bagi
anak tersebut. Yang terpenting lagi mutisme akibat peristiwa yang membuat trauma
biasanya memiliki onset yang tiba-tiba sehingga tampak jelas mutisme yang terjadi
karena suatu peristiwa yang mengejutkan anak tersebut.

Perilaku seperti apa yang ditunjukkan oleh


seorang anak dengan mutisme elektif pada
lingkungan sosial?
Anak mutisme elektif tampak normal seperti anak lainnya jika dilihat secara
fisik dan perilakunya ketika ia berada pada situasi yang nyaman baginya. Biasanya
orang tua dari anak mutisme elektif akan bercerita tentang bagaimana lucu, menarik,
bawel, keras kepala anaknya di rumah, namun anak mutisme elektif akan sangat
berbeda ketika berada pada situasi sosial di luar rumah.
Yang dirasakan anak mutisme elektif ketika dihadapkan dengan dunia luar
adalah seperti berada di atas panggung setiap saat. Rasa cemas yang dirasakan anak
mutisme elektif mempengaruhi bagaimana cara anak ini bersikap terhadap lingkungan
sosialnya. Dukungan dari orang tua sangat penting dalam terapi bagi anak mutisme
5

elektif. Tidak jarang anak dengan mutisme elektif memiliki ekspresi wajah yang
kosog ketika diajak berbicara dan bahkan tidak dapat tersenyum sama sekali. Banyak
juga yang menunjukkan postur tubuh yang kaku dan aneh ketika berada di lingkungan
sosial luar.
Anak mutisme elektif akan merasa sangat tidak senang dan tidak nyaman
ketika dipaksa untuk bersosialisasi. Beberapa dari mereka akan menujukkan tandatanda kecemasan seperti menggeleng-gelengkan kepalanya, menggigit-gigi rambut,
menghindari kontak mata, berdiri di pojokan ruangan yang ramai, dan lebih memilih
untuk bermain sendiri. Tetapi tidak semua anak mutisme elektif cenderung
mengisolasi dirinya. Beberapa anak yang memiliki gangguan mutisme elektif dapat
menunjukkan gejala yang tidak terlalu parah, dimana mereka masih mau bermain
dengan beberapa temannya tetapi tetap kesulitan untuk berinteraksi dengan
kebanyakan teman dan gurunya.
Ciri-ciri yang sering tampak pada anak dengan gangguan mutisme elektif:
1. Kesulitan untuk berbicara di situasi sosial tertentu, misalnya sekolah.
2. Gangguan berkomunikasi yang terjadi lebih dari 1 bulan
3. Ekspresi wajah kosong saat gelisah
4. Kurang tersenyum ketika cemas
5. Merasa canggung jika gelisah
6. Kesulitan kontak mata saat berinteraksi
7. Membutuhkan waktu lebih lama dari orang lain saat merespon pertanyaan
8. Tidak nyaman pada kondisi bising, gaduh, atau ramai orang
9. Terlalu peka atau sensitif
Mengabaikan anak yang mengalami hal seperti ini bisa menciptakan perilaku
yang semakin parah yang pada akhirnya anak dengan mutisme elektif akan semakin
kesulitan untuk berekspresi secara verbal.
Jika tidak diobati hal ini akan mengganggu fungsi anak dalam hal akademis,
kehidupan sosial dan perkembangan emosional seperti :
1. membentuk rasa cemas yang berlebih
2. penarikan diri dari lingkungan sosial
3. rasa rendah diri
6

4. penolakan dan menurunnya hasil akademis atau prestasi baik di sekolah


ataupun dunia kerja kelak
5. penggunaan obat-obatan
6. kriminalisme
7. pemikiran untuk bunuh diri
Menurut PPDGJ, pedoman diagnostik gangguan ini diperlukan beberapa hal,
antara lain:
a) Tingkat pengertian bahasa yang normal atau hampir normal;
b) Tingkat kemampuan bertutur kata yang cukup untuk komunikasi sosial;
c) Bukti yang nyata bahwa anak bersangkutan dapat dan bertutur kata secara
normal atau hampir normal dalam beberapa situasi tertentu.
Yang terpenting lagi dalam menegakkan diagnosis gangguan ini dibutuhkan
bukti dari kegagalan berbicara anak yang bersifat konsisten dalam beberapa situasi
sosial tertentu, tetapi tidak pada situasi lainnya. Kegagalan bicara ini harus cukup
lama untuk dapat diamati sehingga terlihat bahwa anak ini benar-benar tidak ingin
bertutur kata pada beberapa situasi sosial.

Kriteria diagnostik untuk Mutisme Elektif


pada ICD-10
A. Ekspresi bahasa dan pemahaman, sebagaimana dinilai pada tes yang
telah distandarisasi secara administrasi individual, berada dalam batas
standar deviasi 2 untuk usia anak.
B. Ada bukti yang menunjukkan kegagalan konsisten untuk berbicara
dalam situasi sosial tertentu di mana anak diharapkan untuk berbicara
(misalnya di sekolah), meskipun berbicara dalam situasi lain.
C. Durasi mutisme elektif melebihi 4 minggu.
D. Tidak ada gangguan perkembangan pervasif.
E. Kelainan ini tidak diperhitungkan oleh kurangnya pengetahuan tentang
bahasa lisan yang dibutuhkan dalam situasi sosial di mana ada
kegagalan untuk berbicara.

What are the diagnostic criteria for Selective Mutism?


DSM-IV-TR (2000) defines Selective Mutism as follows:
1. Consistent failure to speak in specific social situations (in which there is an
expectation for speaking, e.g., at school) despite speaking in other
situations.
2. The disturbance interferes with educational or occupational achievement or
with social communication.
3. The duration of the disturbance is at least 1 month (not limited to the first
month of school).
4. The failure to speak is not due to a lack of knowledge of, or comfort with, the
spoken language required in the social situation.
5. The disturbance is not better accounted for by a Communication Disorder
(e.g., stuttering) and does not occur exclusively during the course of a
Pervasive Developmental Disorder, Schizophrenia, or other Psychotic
Disorder.
Associated features of Selective Mutism may include excessive shyness, fear
of social embarrassment, social isolation and withdrawal, clinging, compulsive
traits, negativism, temper tantrums, or controlling or oppositional behavior,
particularly at home. There may be severe impairment in social and school
functioning. Teasing or goading by peers is common. Although children with this
disorder generally have normal language skills, there may occasionally be an
associated Communication Disorder (e.g., Phonological Disorder, Expressive
Language Disorder, or Mixed Receptive- Expressive Language Disorder) or a
general medical condition that causes abnormalities of articulation. Mental
Retardation, hospitalization or extreme psychosocial stressors may be associated
with the disorder. In addition, in clinical settings children with Selective Mutism are
almost always given an additional diagnosis of Anxiety Disorder, especially Social
Phobia is common. (DSM-IV-TR) (APA, 2000)

Bagaimana mutisme elektif disembuhkan?


Tujuan utama dari terapi pada anak mutisme elektif adalah untuk menurunkan

kadar kecemasannya, meningkatkan rasa percaya diri akan dirinya sendiri, dan
meningkatkan rasa percaya diri untuk bersosialisasi dan berkomunikasi. Beberapa
teknik terapi yang dapat dilakukan atau dikombinasikan, antara lain sebagai berikut:
1. Behavioral Therapy: Dukungan yang positif merupakan teknik utama dalam
perawatan perilaku untuk mutisme elektif, serta menghapus semua tekanantekanan bagi anak untuk berbicara.Yang terpenting adalah untuk tidak
memaksa anak untuk berbicaram tetapi mengurangi rasa kecemasan yang
dirasakannya. Memperkenalkan anak kepada lingkungan sosial dengan cara
yang halus dan tidak mengancam merupakan cara terbaik untuk membantu
anak merasa lebih nyaman, seperti contoh orang tua dapat membawa anaknya
ke sekolah dan memperkenalkan anaknya ke beberapa orang sekitar untuk
memicu anaknya untuk dapat berlatih berbicara. Dapat juga dengan membawa
beberapa teman sekolah yang memungkinkan bagi anaknya untuk dapat
bermain bersama atau dengan membuat kelompok-kelompok kecil dengan
hanya sejumlah anak-anak dapat membantu perilaku anak mutisme elektif
untuk dapat lebih terbuka kepada sekitar. Orang tua juga dapat ikut serta
dalam kelas untuk menemani anaknya agar anaknya merasa nyaman. Lalu
setelah anak tersebut merasa cukup nyaman dan berbicara dengan normal di
sekolah, maka guru dan beberapa teman sekelasnya secara bertahap
dimasukkan ke dalam kelompok terapi.
2. Play Therapy: dengan melakukan play therapy maka akan dapat ditemukan
kadar ketakutan atau kecemasan pada anak mutisme elektif sehingga dapat
ditentukan cara pendekatan yang paling cocok agar anak dapat merasa nyaman
dan tidak cemas.
3. Cognitive Behavioral Therapy: merupakan terapi yang membantu anak-anak
mengubah perilaku mereka dengan membantu mereka mengarahkan ketakutan
dan kekhawatiran mereka menjadi pikiran positif . CBT perlu menggabungkan
kesadaran dan pengakuan kecemasan dan sikap mutisme itu sendiri.
Kebanyakan anak dengan mutisme elektif khawatir tentang orang lain
mendengar suara mereka , meminta mereka pertanyaan tentang mengapa
mereka tidak berbicara dan mencoba untuk memaksa mereka untuk berbicara .
Fokus terapi ini harus pada atribut positif yaitu membangun kepercayaan
dalam pengaturan sosial dan menurunkan kecemasan dan kekhawatiran secara

keseluruhan.
4. Medication: Studi menunjukkan bahwa pengobatan kombinasi behavioral
therapy dengan obat-obatan dapat menjadi terapi yang cukup efektif. Biasanya
behavioral therapy merupakan terapi awal sebelum anak diberikan terapi obatobatan. Jika anak tidak membuat cukup kemajuan dengan behavioral therapy
saja, maka obat-obatan dapat direkomendasikan untuk mengurangi tingkat
kecemasan yang menjadi masalah utama pada anak mutisme elektif. Serotonin
reuptake inhibitor (SSRI) seperti Prozac, Paxil, Celexa, Luvox, dan Zoloft
sangat efektif dalam pengobatan gangguan kecemasan. Serupa dengan SSRI,
ada obat lain yang mempengaruhi satu atau lebih neurotransmitter seperti
serotonin, norepinefrin, GABA, dan dopamin, dll, yang juga terbukti menjadi
afektif. Contohnya adalah XR Effexor dan BuSpar. Kedua golongan obat
bekerja dengan baik pada anak-anak yang memiliki ketidakseimbangan
biokimia yang benar. Hal ini tampaknya menjadi kasus di sebagian besar anakanak dengan mutisme elektif. Pemberian obat-obatan umumnya memberikan
dampak positif bagi kemajuan terapi pada anak mutisme elektif. Dengan
dampak positif tersebut akan mempermudah behavioral therapy yang secara
bersamaan dijalankan. Terapi dengan obat-obatan biasanya diberikan untuk
sekitar 9-12 bulan.
5. Self-esteem boosters: Orang tua berperan penting dalam meningkatkan rasa
percaya diri pada anak mutisme elektif. Orang tua harus menekankan atributatribut positif yang dimiliki oleh anaknya tersebut dengan selalu memuji
meraka, seperti contoh jika anak pandai melukis, orang tua dari anak tersebut
harus mendukung bakat anaknya dengan membanggakannya kepada temanteman atau anggota keluarga lainnya. Dengan cara seperti itu anak akan
merasa lebih berharga dan meningkatkan rasa percaya dirinya di lingkungan
sosialnya.
6. Frequent socialization: Orang tua dapat mengajak anaknya untuk sering
terlibat dalam situasi-situasi yang dimana terdapat banyak orang baru agar
anak menjadi terbiasa dan tidak takut dengan leingkungan luar. Orang tua
harus memastikan anaknya merasa nyaman dan aman agar rasa kecemasan
dari anak tersebut secara perlahan menurun. Anak denga mutisme elektif akan
berbicara lancar dengan teman di dalam rumahnya sendiri, ketika anak mulai
terbiasa maka orang tua berperan untuk mengundang beberapa teman lagi agar
anaknya dapat terbiasa dengan situasi yang ramai.
10

7. School involvement: Perlu bagi orang tua untuk memberikan pengertian


kepada guru-guru di sekolah mengenai keadaan anaknya tersebut agar anak
dengan mutisme elektif tidak ditekan atau dipaksa terlalu berlebih.

[F94.1] GANGGUAN KELEKATAN REAKTIF


MASA KANAK
Definisi Gangguan Kelekatan Reaktif
Gangguan kelekatan reaktif (Reactive Attatchment Disorder) adalah gangguan
klinis yang ditandai dengan perilaku sosial menyimpang pada anak kecil yang
mencerminkan perlakuan terhadap lingkungan yang salah yang mengganggu
perkembangan perilaku kelekatan normal. Terdapat ketidakmampuan seorang anak
kecil untuk mengembangkan interaksi sosial normal. Tidak seperti kebanyakan
gangguan dalam revisi teks edisi ke-4 Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan
Mental (DSM-IV-TR), diagnosis RAD didasarkan pada anggapan bahwa etiologi
secara langsung terkait dengan kekurangan pegalaman lingkungan yang dialami oleh
anak. Hubungan dasar ini adalah produk dari kebutuhan anak muda untuk
perlindungan, pemeliharaan, dan kenyamanan dan interaksi orang tua dan anak dalam
memenuhi kebutuhan tersebut.
Gangguan ini sering kali terjadi pada bayi dan anak kecil yang biasanya
ditandai oleh berlanjutnya gangguan pola hubungan sosial anak ketika anak beranjak
dewasa. Gangguan ini berhubungan dengan gangguan emosional dan sikap reaktif
terhadap perubahan lingkungan. Yang sering timbul merupakan rasa takut dan
waspada yang besar berlebihan yang tidak beraksi terhadap upaya menenangkan
merupakan ciri yang khas pada anak dengan gangguan seperti ini. Ciri lain dari anak
dengan gangguan kelekatan reaktif dapat berupa lemahnya interaksi sosial dengan
kelompok seusianya, agresi terhadap diri sendiri dan orang lain, perasaan merana, dan
dalam beberapa kasus terjadi kegagalan dalam pertumbuhannya. Gangguan ini dapat
timbul sebagai akibat langsung dari orang tua yang menelantarkan atau salah
menangani anak tersebut.

11

Etiologi Gangguan Kelekatan Reaktif


Gangguan Kelekatan Reaktif erat dihubungkan dengan penganiayaan,
termasuk pengabaian emosional, kekerasan fisik, atau keduanya sekaligus. Perawatan
yang salah secara jelas pada bayi atau anak kecil dengan pengasuh mungkin
menyebabkan keterkaitan sosial nyata terganggu yang biasanya jelas. Penekanannya
adalah pada penyebab searah, yaitu pengasuh melakukan sesuatu yang bertentangan
atau lalai untuk bayi atau anak tersebut. Beberapa hal harus dipertimbangkan dalam
membuat diagnosis tersebut, antara lain hal-hal seperti bayi atau anak temperamen,
kekurangan atau cacat, anak penyandang cacat perkembangan atau terganggu
sensoris, dan ketidakcocokan pengasuh tertentu.
Kemungkinan pengabaian meningkat dengan keterbelakangan mental
orangtua, kurangnya keterampilan orangtua, isolasi sosial, atau kekurangan dan
kurangnya kesempatan untuk belajar tentang perilaku pengasuhan, dan menjadi orang
tua dini (selama masa remaja awal dan tengah), di mana orang tua tidak mampu untuk
menanggapi, dan merawat, kebutuhan bayi dan di mana kebutuhan orang tua sendiri
didahulukan melebihi kebutuhan bayi atau anak mereka. Perubahan pengasuh yang
sering seperti yang mungkin terjadi dalam pelembagaan, rawat inap panjang berulang,
dan beberapa anak asuh juga dapat menyebabkan gangguan kelekatan reaktif masa
bayi atau anak usia dini.

Diagnosis dan Fitur Klinis dari RAD


Anak-anak dengan RAD awalnya mungkin diidentifikasi oleh seorang guru
prasekolah atau oleh dokter spesialis anak berdasarkan pengamatan langsung respons
sosial anak yang tidak sesuai. Diagnosis RAD didasarkan pada catatan bukti
gangguan kelekatan yang mengarah ke perilaku sosial yang tidak pantas yang muncul
sebelum usia 5 tahun.
Gambaran klinis sangat bervariasi, tergantung pada usia kronologis dan mental
anak, tetapi interaksi sosial yang diharapkan dan keaktifan tidak muncul. Seringkali,
anak tidak mengalami kemajuan perkembangan atau secara jelas mengalami kurang
gizi. Mungkin gambaran klinis yang paling khas dari bayi dengan salah satu bentuk
RAD adalah kegagalan nonorganik untuk berkembang. Bayi tersebut biasanya
menunjukkan hypokinesis, kusam, lesu, dan apatis dengan kemiskinan aktivitas

12

spontan. Bayi terlihat sedih, muram, dan sengsara. Beberapa bayi juga tampak takut
dan waspada, dengan tatapan. Namun demikian, mereka mungkin menunjukkan
respon tertunda untuk stimulus yang akan menimbulkan ketakutan atau penarikan dari
bayi normal. Dalam kasus luar biasa parah, gambaran klinis marasmus dapat muncul.
Berat bayi sering di bawah persentil ketiga dan nyata di bawah berat badan
yang sesuai untuk tinggi badannya. Jika riwayat berat badan yang tersedia, persentil
berat badan mungkin semakin menurun karena penurunan berat badan aktual atau
kegagalan untuk mendapatkan berat badan dengan meningkatnya ketinggian. Lingkar
kepala biasanya normal untuk usia bayi. Otot mungkin buruk. Mungkin kulit lebih
dingin, pucat atau berbintik-bintik dibanding anak normal. Hasil laboratorium
biasanya dalam batas normal, kecuali untuk temuan abnormal bertepatan dengan
malnutrisi, dehidrasi, atau penyakit yang timbul bersamaan. Usia tulang biasanya
terbelakang. Kadar hormon pertumbuhan biasanya normal atau meningkat, sebuah
temuan yang menunjukkan bahwa kegagalan pertumbuhan pada anak-anak adalah
sekunder untuk kekurangan kalori dan gizi buruk. Anak-anak membaik secara fisik
dan berat badan meningkat dengan cepat setelah mereka dirawat di rumah sakit.

Pedoman Diagnostik RAD


Ciri yang terpenting pada anak dengan gangguan kelekatan reaktif ini ialah
adanya pola abnormal dalam hubungan anak dengan pengasuhnya yang timbul dan
dapat diobservasi sebelum anak usia 5 tahun, yang meliputi ciri maladaptif yang
lazimnya tidak dilihat pada anak yang normal, dan yang tetap berlanjut namun reaktif
terhadap perubahan yang cukup jelas pada pola asuh.
Anak usia dini yang memperlihatkan adanya gangguan ini cenderung
memberikan respons sosial yang bertentanngan atau ambivalen pada saat perpisahan
atau pertemuan kembali. Anak ini akan membuang mukanya ketika diangkat atau
menghindar kepada pengasuhnya. Gangguan emosional lainnya yang dapat tampak
berupa sikap merana atau menyendiri, kurang tanggap, menarik diri seperti
membungkuk di lantai dan/atau menanggapi secara agresif ketika berhadapan dengan
kesusahan yang dialaminya sendiri.

13

Sikap takut atau kewaspadaan yang berlebihan (frozen watchfulness) yang


tidak responsive terhadap orang yang berusaha menenangkan dapat terjadi di dalam
beberapa kasus. Dalam kebanyakan kasus, anak ini akan menunjukkan minat terhadap
interaksi dengan sesame kelompok bermain, namun permainan sosial akan terhambat
oleh respons emosional yang negative dari anak tersebut. Gangguan kelekatan ini
dapat pula disertai dengan keagagalan untuk berkembang secara fisik dank arena
terhambatnya pertumbuhan fisik.
Kriteria diagnostik untuk Gangguan Kelekatan Reaktif Bayi atau Anak
Usia Dini pada DSM-IV-TR
A. Terganggu secara nyata dan perkembangan sosial yang tidak sesuai dalam
berbagai konteks, dimulai sebelum usia 5 tahun, sebagaimana dibuktikan oleh
salah satu (1) atau (2):
1) kegagalan terus-menerus untuk memulai atau menanggapi dengan
cara yang sesuai pada banyak interaksi sosial, bermanifestasi dengan
inhibisi berlebihan, sangat waspada, atau tanggapan yang sangat
ambivalen dan kontradiktif (misalnya, anak mungkin menanggapi
pengasuh dengan campuran pendekatan, penghindaran, dan ketahanan
terhadap rasa nyaman, atau mungkin menunjukkan pngamatan diam)
2) kelekatan menyebar sebagai terwujud dengan sosialisas
indiksriminasi dengan ketidakmampuan yang nyata untuk
menunjukkan kelekatan selektif sesuai (misalnya, keakraban yang
berlebihan dengan orang relatif asing atau kurangnya selektivitas
dalam pemilihan figur kelekatan)
B. Gangguan dalam kriteria A tidak berkontribusi hanya dengan keterlambatan
perkembangan (seperti pada retardasi mental) dan tidak memenuhi kriteria
untuk gangguan perkembangan pervasif.
C. Perawatan yang salah yang dibuktikan dengan setidaknya salah satu dari
berikut:
1. pengabaian terus-menerus kebutuhan emosional dasar anak untuk
kenyamanan, stimulasi, dan kasih sayang
2. Pengabaian terus menerus kebutuhan dasar fisik anak

14

3. perubahan berulang-ulang dari pengasuh utama yang mencegah


pembentukan kelekatab stabil (misalnya, perubahan sering di asuh)
D. Ada anggapan bahwa perawatan dalam kriteria C bertanggung jawab atas
perilaku terganggu dalam Kriteria A (misalnya, gangguan dalam Kriteria A
mulai mengikuti perawatan yang salah dalam Kriteria C).
Spesifikasi tipe:
Jenis inhibisi: jika Kriteria A1 menonjol dalam presentasi klinis
Jenis disinhibisi: jika Kriteria A2 dominan di presentasi klinis

15

Penatalaksanaan dan terapi RAD


Rekomendasi dalam pengelolaan RAD harus dimulai dengan penilaian yang
komprehensif dari tingkat keselamatan dan pengasuhan yang memadai. Dengan
demikian, pertimbangan pertama dalam mengobati gangguan tersebut adalah
keamanan anak. Dengan dugaan penganiayaan saat bertahan di rumah, keputusan
pertama yang sering ditentukan adalah apakah anak dirawat inap anak atau untuk
mencoba pengobatan sementara dengan anak tetap di rumah. Jika anak terbukti
diabaikan, teraniaya secara emosional maupun fisik harus segera dilaporkan kepada
pihak hukum dan layanan perlindungan anak di daerah tersebut.
Keadaan fisik dan emosional anak dan tingkat pengasuhan yang salah
menentukan strategi terapi. Suatu penentuan harus dilakukan mengenai status gizi
anak dan adanya kekerasan fisik yang sedang berlangsung atau mengancam. Rawat
inap diperlukan untuk anak-anak dengan kekurangan gizi. Seiring dengan penilaian
terhadap kesejahteraan fisik anak, evaluasi kondisi emosional anak adalah penting.
Terapi perawatan harus dimulai dengan mengubah hubungan yang tidak
tergolongkan kurang baik atau harmonis antara pengasuh dan anak, yang biasanya
membutuhkan intervensi yang luas dan intensif. Pendidikan ibu atau dengan kedua
orang tua juga penting untuk memberikan pengetahuan tentang kesejahteraan anak itu
sendiri bila memungkinkan agar anak dapat hidup dengan baik.
Dokter menentukan berbagai perilaku kelekatan dengan berbagai anggota
keluarga. Tugas pertama dalam pengobatan RAD adalah untuk mengadvokasi
penyediaan anak dengan pengasuh yang secara emosional tersedia dan berkomitmen
untuk mengembangkan kelekatan positif kepada anak. Ini mungkin memerlukan
penempatan dalam situasi asuh ketika ada kerabat yang bersedia untuk mengisi peran
ini. Dokter dapat bekerja sama dengan pengasuh dan anak untuk memfasilitasi
sensitivitas lebih besar dalam interaksi mereka.
Tiga modalitas psikoterapi dasar membantu dalam mempromosikan ikatan
positif antara anak-anak dan pengasuh. Pertama, seorang dokter dapat menargetkan
pengasuh untuk meningkatkan interaksi positif dengan seorang anak. Kedua, seorang
dokter dapat bekerja dengan anak dan pengasuh bersama-sama sebagai kombinasi
untuk mengadvokasi latihan penguatan positif yang tepat untuk satu sama lain, dan
melalui penggunaan kaset video, interaksi kemudian dapat dilihat dan modifikasi
dapat disarankan untuk meningkatkan keterlibatan positif . Ketiga modalitas untuk

16

intervensi klinis adalah melalui kerja individu dengan anak. Bekerja dengan anak dan
pengasuh bersama-sama sering lebih efektif dalam memproduksi pertukaran
emosional yang lebih bermakna.

[F94.2] GANGGUAN KELEKATAN TAK


TERKENDALI MASA KANAK
Kelainan fungsi sosial yang timbul pada masa 5 tahun pertama kehidupan
anak menunjukkan kecenderungan untuk menetap sekali pun terjadi perubahan besar
pada lingkungan. Pada usia kira-kira 2 tahun biasanya tampak perilaku yang melekat
dan kabur, tetapi tidak terfokus secara selektif. Pada usia 4 tahun kelekatan yang
kabur tersebut akan menetap tetapi sika melekat diganti dengan sikap menarik
perhatian dan sikap ramah yang tidak pandang bulu.
Pada pertengahan dan bagian akhir masa kanak, anak yang bersangkutan
mungkin mengembangkan kelekatannya secara selektif atau tidak, namun sikap
mencari perhatiannya akan tetap berlanjut dan interaksi dengan anak sebayanya akan
menjadi kurang terarah; tergantung pada keadaan dan mungkin terjadi gangguan
emosional atau perilaku.
Gangguan ini secara nyata telah diidentifikasi pada anak yang diasuh di panti
sejak masih bayi namun dapat pula terjadi pada situasi lain. Gangguan ini sebagian
besar disebabkan karena tidak adanya kesempatan untuk membina kelekatan selektif
sebagai akibat oleh berganti-gantinya pengasuh. Keragaman konseptual dari gangguan
ini ditentukan oleh onset dini dari kelekatan yang kabur, interaksi sosial yang kurang
dan terjadinya kekhasan situasi.

Pedoman diagnostik gangguan kelekatan tak


terkentdali masa kanak
Diagnosis harus didasarkan pada kenyataan bahwa anak menunjukkan
kelekatan selektif yang kabur selama 5 tahun pertama dan umumnya berhubungan
dengan perilaku melekat sewaktu masih bayi, dan perilaku manrik perhatian pada
masa dini atau pertengahan kanak. Biasanya anak dengan gangguan ini akan
mengalami kesulitan dalam membina hubungan akrab dan rasa percaya dengan

17

kelompok teman sebayanya. Mungkin juga dapat tampak gangguan emosional atau
perilaku yang menyertai. Kebanyakan kasus memiliki riwayat pengasuh yang
berganti-ganti atau dari satu keluarga asuh pindah ke keluarga asuh yang lain.

[F94.8] GANGGUAN FUNGSI SOSIAL MASA


KANAK LAINNYA
Termasuk: gangguan fungsi sosial dengan penarikan diri dan sikap malu-malu
akibat kurangnya kemampuan untuk bersosialisasi.

[F94.9] GANGGUAN FUNGSI SOSIAL MASA


KANAN YANG TIDAK TERGOLONGKAN

18

DAFTAR PUSTAKA

World Health Oranization. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan


Jiwa di Indonesia. Edisi 3. Departemen Kesehatan R.I; 1993

Luby JL. Disorders of infancy and early childhood not otherwise specified. In:
Sadock BJ, Sadock VA, eds. Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook of
Psychiatry. 8th ed. Vol. 2. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins; 2005:
3257.

http://www.selectivemutismcenter.org/aboutus/whatisselectivemutism

19

Anda mungkin juga menyukai