Disusun Oleh:
Bellyana Octavia Chandra
07120110082
Pembimbing:
dr. Engelberta Pardamean, SpKJ
DAFTAR ISI
[F94.0] MUTISME ELEKTIF......................................................3-11
APA ITU MUTISME ELEKTIF?..........................................................................3
KENAPA ANAK DAPAT MENJADI MUTISME ELEKTIF?......................................4
PERILAKU SEPERTI APA YANG DITUNJUKKAN OLEH SEORANG ANAK DENGAN
MUTISME ELEKTIF PADA LINGKUNGAN SOSIAL?...........................................5
KRITERIA DIAGNOSTIK UNTUK MUTISME ELEKTIF PADA ICD-10...................7
BAGAIMANA MUTISME ELEKTIF DISEMBUHKAN?..........................................8
[F94.1] GANGGUAN KELEKATAN REAKTIF MASA KANAK..........11-17
DEFINISI GANGGUAN KELEKATAN REAKTIF................................................11
PEDOMAN DIAGNOSTIK RAD......................................................................13
[F94.2] GANGGUAN KELEKATAN TAK TERKENDALI MASA KANAK.1718
PEDOMAN DIAGNOSTIK GANGGUAN KELEKATAN TAK TERKENTDALI MASA
KANAK....................................................................................................... 17
[F94.8] GANGGUAN FUNGSI SOSIAL MASA KANAK LAINNYA........18
[F94.9] GANGGUAN FUNGSI SOSIAL MASA KANAN YANG TIDAK
TERGOLONGKAN......................................................................18
Anak dengan kondisi ini memiliki ciri khas dimana anak akan memilih orang
yang diajak berbicara. Anak ini tidak dapat berkomunikasi secara emosional dengan
semua orang, akan tetapi anak dengan kondisi ini akan dapat berbicara dengan
terbuka hanya dengan orang-orang yang ia rasa nyaman. Anak dengan kondisi seperti
ini menunjukkan kemampuan bertutur kata pada situasi tertentu, namun tidak pada
beberapa situasi. Gangguan ini sering dirasakan mulai terjadi pada usia dini anak dan
terjadinya sama seringnya pada perempuan ataupun laki-laki.
Keadaan mutisme ini berhubungan erat dengan ciri kepribadian khas meliputi
anxietas sosial, sikap menarik diri, terlalu peka, atau menetang. Lazimnya anak
dengan kondisi ini dapat bertutur kata dengan baik dengan orang rumahnya atau
sahabat dekatnya, akan tetapi anak ini akan mulai membisu ketika dihadapkan dengan
orang-orang asing atau yang tidak terlalu dekat, seperti contoh di sekolah dengan
teman-teman sekelasnya.
Dalam beberapa kasus anak dengan gangguan ini memiliki riwayat
tertundanya kemampuan untuk bertutur kata dengan baik yang biasanya pada
artikulasi atau pengucapan kata-kata. Namun, hal ini tidak menjadi kendala dalam
menegakkan diagnosis jika kemampuan berbahasa anak dapat dinilai cukup untuk
dapat berkomunikasi secara efektif dan terdapat kesenjangan besar dalam penggunaan
bahasa sesuai dengan konteks sosialnya, dimana anak ini dapat berbicara lancar dalam
beberapa situasi dan terdiam membisu dalam situasi lainnya.
hipotesis dimana bahwa anak dengan temperamen yang menarik diri memiliki
ambang rangsangan yang lebih rendah pada amygdala.
Hal ini memungkinkan ketika anak mutisme elektif dihadapkan dengan situasi
yang menakutkan, amygdala akan menerima signal bahwa terdapat potensi akan
bahaya dan mulai mengeluarkan reaksi-reaksi yang membantu anak itu untuk
melindungi dirinya. Bagi anak mutisme elektif, situasi yang berbahaya dapat berupa
pesta ulang tahun, sekolah, perkumpulan keluarga, taman bermain, dll.
Terdapat penelitian yang menunjukkan tidak adanya korelasi antara gangguan
mutisme elektif pada anak dengan trauma-trauma psikososial pada pertumbuhan anak.
Anak dengan mutisme elektif harus dapat dibedakan dengan anak yang mutisme
karena suatu peristiwa yang membuat trauma. Anak dengan gangguan mutisme elektif
jelas sekali hanya membisu pada beberapa situasi yang ia anggap tidak nyaman dan
dapat membuat perasaan cemas yang berlebih, namun tetap berbicara pada situasi
yang ia anggap nyaman dan aman bagi dirinya.
Sedangkan pada anak mutisme karena peristiwa traumatik, sikap membisu
akan tampak pada situasi apapun, entah situasi tersebut asing ataupun nyaman bagi
anak tersebut. Yang terpenting lagi mutisme akibat peristiwa yang membuat trauma
biasanya memiliki onset yang tiba-tiba sehingga tampak jelas mutisme yang terjadi
karena suatu peristiwa yang mengejutkan anak tersebut.
elektif. Tidak jarang anak dengan mutisme elektif memiliki ekspresi wajah yang
kosog ketika diajak berbicara dan bahkan tidak dapat tersenyum sama sekali. Banyak
juga yang menunjukkan postur tubuh yang kaku dan aneh ketika berada di lingkungan
sosial luar.
Anak mutisme elektif akan merasa sangat tidak senang dan tidak nyaman
ketika dipaksa untuk bersosialisasi. Beberapa dari mereka akan menujukkan tandatanda kecemasan seperti menggeleng-gelengkan kepalanya, menggigit-gigi rambut,
menghindari kontak mata, berdiri di pojokan ruangan yang ramai, dan lebih memilih
untuk bermain sendiri. Tetapi tidak semua anak mutisme elektif cenderung
mengisolasi dirinya. Beberapa anak yang memiliki gangguan mutisme elektif dapat
menunjukkan gejala yang tidak terlalu parah, dimana mereka masih mau bermain
dengan beberapa temannya tetapi tetap kesulitan untuk berinteraksi dengan
kebanyakan teman dan gurunya.
Ciri-ciri yang sering tampak pada anak dengan gangguan mutisme elektif:
1. Kesulitan untuk berbicara di situasi sosial tertentu, misalnya sekolah.
2. Gangguan berkomunikasi yang terjadi lebih dari 1 bulan
3. Ekspresi wajah kosong saat gelisah
4. Kurang tersenyum ketika cemas
5. Merasa canggung jika gelisah
6. Kesulitan kontak mata saat berinteraksi
7. Membutuhkan waktu lebih lama dari orang lain saat merespon pertanyaan
8. Tidak nyaman pada kondisi bising, gaduh, atau ramai orang
9. Terlalu peka atau sensitif
Mengabaikan anak yang mengalami hal seperti ini bisa menciptakan perilaku
yang semakin parah yang pada akhirnya anak dengan mutisme elektif akan semakin
kesulitan untuk berekspresi secara verbal.
Jika tidak diobati hal ini akan mengganggu fungsi anak dalam hal akademis,
kehidupan sosial dan perkembangan emosional seperti :
1. membentuk rasa cemas yang berlebih
2. penarikan diri dari lingkungan sosial
3. rasa rendah diri
6
kadar kecemasannya, meningkatkan rasa percaya diri akan dirinya sendiri, dan
meningkatkan rasa percaya diri untuk bersosialisasi dan berkomunikasi. Beberapa
teknik terapi yang dapat dilakukan atau dikombinasikan, antara lain sebagai berikut:
1. Behavioral Therapy: Dukungan yang positif merupakan teknik utama dalam
perawatan perilaku untuk mutisme elektif, serta menghapus semua tekanantekanan bagi anak untuk berbicara.Yang terpenting adalah untuk tidak
memaksa anak untuk berbicaram tetapi mengurangi rasa kecemasan yang
dirasakannya. Memperkenalkan anak kepada lingkungan sosial dengan cara
yang halus dan tidak mengancam merupakan cara terbaik untuk membantu
anak merasa lebih nyaman, seperti contoh orang tua dapat membawa anaknya
ke sekolah dan memperkenalkan anaknya ke beberapa orang sekitar untuk
memicu anaknya untuk dapat berlatih berbicara. Dapat juga dengan membawa
beberapa teman sekolah yang memungkinkan bagi anaknya untuk dapat
bermain bersama atau dengan membuat kelompok-kelompok kecil dengan
hanya sejumlah anak-anak dapat membantu perilaku anak mutisme elektif
untuk dapat lebih terbuka kepada sekitar. Orang tua juga dapat ikut serta
dalam kelas untuk menemani anaknya agar anaknya merasa nyaman. Lalu
setelah anak tersebut merasa cukup nyaman dan berbicara dengan normal di
sekolah, maka guru dan beberapa teman sekelasnya secara bertahap
dimasukkan ke dalam kelompok terapi.
2. Play Therapy: dengan melakukan play therapy maka akan dapat ditemukan
kadar ketakutan atau kecemasan pada anak mutisme elektif sehingga dapat
ditentukan cara pendekatan yang paling cocok agar anak dapat merasa nyaman
dan tidak cemas.
3. Cognitive Behavioral Therapy: merupakan terapi yang membantu anak-anak
mengubah perilaku mereka dengan membantu mereka mengarahkan ketakutan
dan kekhawatiran mereka menjadi pikiran positif . CBT perlu menggabungkan
kesadaran dan pengakuan kecemasan dan sikap mutisme itu sendiri.
Kebanyakan anak dengan mutisme elektif khawatir tentang orang lain
mendengar suara mereka , meminta mereka pertanyaan tentang mengapa
mereka tidak berbicara dan mencoba untuk memaksa mereka untuk berbicara .
Fokus terapi ini harus pada atribut positif yaitu membangun kepercayaan
dalam pengaturan sosial dan menurunkan kecemasan dan kekhawatiran secara
keseluruhan.
4. Medication: Studi menunjukkan bahwa pengobatan kombinasi behavioral
therapy dengan obat-obatan dapat menjadi terapi yang cukup efektif. Biasanya
behavioral therapy merupakan terapi awal sebelum anak diberikan terapi obatobatan. Jika anak tidak membuat cukup kemajuan dengan behavioral therapy
saja, maka obat-obatan dapat direkomendasikan untuk mengurangi tingkat
kecemasan yang menjadi masalah utama pada anak mutisme elektif. Serotonin
reuptake inhibitor (SSRI) seperti Prozac, Paxil, Celexa, Luvox, dan Zoloft
sangat efektif dalam pengobatan gangguan kecemasan. Serupa dengan SSRI,
ada obat lain yang mempengaruhi satu atau lebih neurotransmitter seperti
serotonin, norepinefrin, GABA, dan dopamin, dll, yang juga terbukti menjadi
afektif. Contohnya adalah XR Effexor dan BuSpar. Kedua golongan obat
bekerja dengan baik pada anak-anak yang memiliki ketidakseimbangan
biokimia yang benar. Hal ini tampaknya menjadi kasus di sebagian besar anakanak dengan mutisme elektif. Pemberian obat-obatan umumnya memberikan
dampak positif bagi kemajuan terapi pada anak mutisme elektif. Dengan
dampak positif tersebut akan mempermudah behavioral therapy yang secara
bersamaan dijalankan. Terapi dengan obat-obatan biasanya diberikan untuk
sekitar 9-12 bulan.
5. Self-esteem boosters: Orang tua berperan penting dalam meningkatkan rasa
percaya diri pada anak mutisme elektif. Orang tua harus menekankan atributatribut positif yang dimiliki oleh anaknya tersebut dengan selalu memuji
meraka, seperti contoh jika anak pandai melukis, orang tua dari anak tersebut
harus mendukung bakat anaknya dengan membanggakannya kepada temanteman atau anggota keluarga lainnya. Dengan cara seperti itu anak akan
merasa lebih berharga dan meningkatkan rasa percaya dirinya di lingkungan
sosialnya.
6. Frequent socialization: Orang tua dapat mengajak anaknya untuk sering
terlibat dalam situasi-situasi yang dimana terdapat banyak orang baru agar
anak menjadi terbiasa dan tidak takut dengan leingkungan luar. Orang tua
harus memastikan anaknya merasa nyaman dan aman agar rasa kecemasan
dari anak tersebut secara perlahan menurun. Anak denga mutisme elektif akan
berbicara lancar dengan teman di dalam rumahnya sendiri, ketika anak mulai
terbiasa maka orang tua berperan untuk mengundang beberapa teman lagi agar
anaknya dapat terbiasa dengan situasi yang ramai.
10
11
12
spontan. Bayi terlihat sedih, muram, dan sengsara. Beberapa bayi juga tampak takut
dan waspada, dengan tatapan. Namun demikian, mereka mungkin menunjukkan
respon tertunda untuk stimulus yang akan menimbulkan ketakutan atau penarikan dari
bayi normal. Dalam kasus luar biasa parah, gambaran klinis marasmus dapat muncul.
Berat bayi sering di bawah persentil ketiga dan nyata di bawah berat badan
yang sesuai untuk tinggi badannya. Jika riwayat berat badan yang tersedia, persentil
berat badan mungkin semakin menurun karena penurunan berat badan aktual atau
kegagalan untuk mendapatkan berat badan dengan meningkatnya ketinggian. Lingkar
kepala biasanya normal untuk usia bayi. Otot mungkin buruk. Mungkin kulit lebih
dingin, pucat atau berbintik-bintik dibanding anak normal. Hasil laboratorium
biasanya dalam batas normal, kecuali untuk temuan abnormal bertepatan dengan
malnutrisi, dehidrasi, atau penyakit yang timbul bersamaan. Usia tulang biasanya
terbelakang. Kadar hormon pertumbuhan biasanya normal atau meningkat, sebuah
temuan yang menunjukkan bahwa kegagalan pertumbuhan pada anak-anak adalah
sekunder untuk kekurangan kalori dan gizi buruk. Anak-anak membaik secara fisik
dan berat badan meningkat dengan cepat setelah mereka dirawat di rumah sakit.
13
14
15
16
intervensi klinis adalah melalui kerja individu dengan anak. Bekerja dengan anak dan
pengasuh bersama-sama sering lebih efektif dalam memproduksi pertukaran
emosional yang lebih bermakna.
17
kelompok teman sebayanya. Mungkin juga dapat tampak gangguan emosional atau
perilaku yang menyertai. Kebanyakan kasus memiliki riwayat pengasuh yang
berganti-ganti atau dari satu keluarga asuh pindah ke keluarga asuh yang lain.
18
DAFTAR PUSTAKA
Luby JL. Disorders of infancy and early childhood not otherwise specified. In:
Sadock BJ, Sadock VA, eds. Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook of
Psychiatry. 8th ed. Vol. 2. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins; 2005:
3257.
http://www.selectivemutismcenter.org/aboutus/whatisselectivemutism
19