Anda di halaman 1dari 26

LANDASAN TEORI

Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam
kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen merupakan
bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis
perkerasan lentur. Aspal berasal dari aspal alam (aspal buton} [1] atau aspal minyak (aspal
yang berasal dari minyak bumi). Berdasarkan konsistensinya, aspal dapat diklasifikasikan
menjadi aspal padat, dan aspal cair.
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa hidrokarbon
dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan pengikat dalam
perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal akan bersifat padat pada suhu ruang,
dan bersifat cair bila dipanaskan. Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks, dan secara
kimia belum dikarakterisasi dengan baik. Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon
jenuh, dan tak jenuh, alifatik, dan aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150 per
molekul. Atom-atom selain hidrogen, dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen,
oksigen, belerang, dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal
adalah karbon, 10% hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen, dan nitrogen, serta
sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas
aspalten (yang massa molekulnya kecil), dan malten (yang massa molekulnya besar).
Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25% aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah
senyawa polar.
Menurut Bambang Irianto (1988) dan Silvia Sukirman (1999), aspal beton adalah suatu
bahan yang terdiri dari campuran antara batuan (agregat kasar dan agregat halus) dengan
bahan ikat aspal yang mempunyai persyaratan tertentu, dimana kedua material sebelum
dicampur secara homogen, harus dipanaskan terlebih dahulu. Karena dicampur dalam
keadaan panas, maka sering disebut sebagai hot mix. Semua pekerjaan pencampuran hot mix
dilakukan di pabrik pencampur yang disebut sebagai Asphalt Mixing Plant (AMP).
Konstruksi jalan terdiri dari beberapa lapis, antara lain: Subgrade, Sub Base Course,
Base Course, dan Surface. Aspal beton yang dipergunakan untuk lapis perkerasan jalan juga
terdiri dari beberapa jenis, yaitu: lapis pondasi, lapis aus satu, dan lapis aus dua. Untuk
mendapatkan mutu aspal beton yang baik, dalam proses perencanaan campuran harus

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

memperhatikan karakteristik campuran aspal beton, yang meliputi stabilitas, durabilitas, dan
fleksibilitas.

TUJUAN

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

Adapun tujuan dari pengujian bahan II yang dilakukan adalah untuk membuat benda uji
silinder aspal dengan komposisi agregat tertentu untuk mendapatkan sampel sesuai
spesifikasi yang diisyaratkan.

PROSEDUR PELAKSANAAN

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

1. Pembagian Material
Alat

Bahan

Splitter
Ompreng
Sekop Kecil
Wadah kecil
Batu - 1
Batu 1 2
Pasir

Langkah Kerja
1. Persiapkan ompreng yang digunakan sebagai wadah untuk membagi material.
2. Letakkan alat splitter di atas ompreng dan diletakkan di tengah tengah.
3. Masukkan material yang akan dibagi, misalkan pasir dituangkan ke alat
splitter sehingga pasir akan terbagi menjadi dua bagian yang hamper sama.
4. Setiap bagian yang telah dibagi, kemudian dibagi lagi, sehingga nanti pada
hasil akhirnya material akan terbagi menjadi 8 bagian yang sama. Karena
dalam praktek kali ini hanya ada 6 kelompok, maka 2 bagian lagi
dikembalikan ke dalam karung. Setiap kelompok akan mendapatkan bagian
material yang kurang lebih sama.
5. Pembagian material batu - 1 dan batu 1 -2 sama metode pengerjaannya
seperti pembagian pada pasir yang akan membagi material sama rata dan
didistribusikan ke masing masing kelompok untuk melakukan pengujian yang
ditempatkan pada wadah masing masing kelompok.
6. Pengujian yang akan dilakukan pada material yang telah dibagi adalah
pengujian berat jenis dan analisa saringan.
2. Analisa Saringan
Alat
Wadah
1 set ayakan (ukuran 19; 9,5 ; 4,75 ; 2,36 ; 1,18 ; 0,6 ;0,3 ; 0,015 ; 0,075 )
Timbangan digital
Kuas
Ompreng-ompreng
Oven
Splitter
Bahan

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

Batu - 1
Batu 1 2
Pasir
Langkah Kerja
1. Setelah mendapatkan material dari pembagian dengan menggunakan splitter,
material yang didapat tiap kelompok dibagi lagi menjadi dua bagian untuk
semua material,yaitu batu - 1, batu 1- 2, dan pasir dengan menggunakan
splitter kembali.
2. Setelah mendapat dua bagian dari tiap material, satu bagian digunakan untuk
pengujian analisa saringan dan satu bagian yang lain digunakan untuk
pengujian berat jenis.
3. Material batu -1, batu 1-2, dan pasir yang digunakan untuk analisa saringan
ditempatkan pada wadah masing - masing dan kemudian dimasukkan ke
dalam oven yang akan dikeringkan di dalam oven dengan suhu 110 5 0C
selama 1 hari.
4. Masing-masing material yang telah dioven selama 24 jam yaitu agregat -1,
agregat 1-2, dan pasir dikeluarkan dari oven kemudian dilakukan pengujian
gradasi sebagai berikut :
1 Masing-masing ayakan ditimbang dengan timbangan digital dan dicatat
nilainya. Bersihkan ayakan jika masih ada sisa agregat yang tertinggal pada
saringan. Kemudian ayakan disatukan kembali sesuai urutannya.
2 Mengambil masing-masing 1000 gram agregat untuk diayak.
3 Masing-masing agregat dimasukkan ke dalam ayakan kemudian ayakan
diguncang-guncangkan selama 15 menit.
5. Set ayakan dilepas dan dicari beratnya pada masing-masing ayakan dengan
cara ditimbang dan kemudian dicatat sebagai data untuk mencari zone agregat.
3. Berat Jenis
Alat
Wadah
Bahan
Batu - 1
Batu 1 2
Pasir
Air
Langkah Kerja
1. Tempatkan masing masing material, yaitu batu -1 , batu 1-2 dan pasir pada
wadah terpisah. Material yang digunakan adalah material yang merupakan

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

pembagian dengan menggunakan splitter dimana bagian yang lain digunakan


untuk pengujian analisa saringan.
2. Cuci bersih material batu -1 dan batu 1 2 dengan menggunakan air hingga
air cucian terlihat bening.
3. Kemudian rendam material baik material batu - 1 ataupun batu 1-2 dan
diamkan selama 1 hari. Usahakan air merendam material secara keseluruhan,
maksudnya tidak ada material yang masih muncul di permukaan air.
4. Pada material pasir hanya cukup direndam saja menggunakan air tanpa perlu
diaduk. Usahakan air merendam pasir keseluruhan, maksudnya tidak ada pasir
yang masih muncul di permukaan air.
Berikut adalah pengujian masing masing material :

1. Agregat -1
Peralatan :
Ompreng
Kain lap
Triple Beam
Ayakan 4,75 mm
Oven
Langkah kerja :
1. Agregat -1 yang telah direndam selama 24 jam, kemudian dibuang airnya.
Setelah itu agregat dilap hingga agregat kering pada permukaannya, yang
bertujuan agar agregat dalam kondisi SSD ( Saturated Surface Dry ).
2. Agregat kemudian diayak menggunakan ayakan 4,75 mm untuk mendapatkan
agregat yang tertahan pada ayakan 4,75 mm. Hal ini dilakukan karena pada
proses menimbang agregat dalam air menggunakan wadah yang memiliki
lubang-lubang seperti ayakan dengan ukuran lebih kecil dari 4,75 mm
sehingga tidak ada agregat yang keluar dari keranjang timbang dalam air yang
dapat mempengaruhi berat agregat itu sendiri.
3. Agregat ditimbang di udara menggunakan Triple Beam. Pertama nolkan alat
timbang beserta wadah yang digunakan untuk menampung agregat. Kemudian,
letakkan agregat pada wadah. Setelah itu, mengatur pemberat pada timbangan
sampai penunjuknya dalam keadaan seimbang, kemudian didapatkan nilai
bacaan.
4. Agregat ditimbang dalam air juga menggunakan Triple Beam. Pertama nolkan
alat serta wadah menaruh agregat. Kedua masukkan agregat pada wadah yang

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

digunakan untuk menimbang dalam air, kemudian kaitkan wadah dengan


Triple Beam. Ketiga mengatur pemberat sampai penunjuknya dalam keadaan
seimbang kemudian didapatkan nilai bacaan.
5. Setelah penimbangan selesai dilakukan, agregat dimasukkan ke dalam oven
selama 24 jam dengan suhu kurang lebih 110 oC

50C guna memperoleh

berat kering agregat.


6. Agregat -1 yang telah dioven selama 24 jam dikeluarkan dari oven.
7. Kemudian masing-masing agregat ditimbang dengan menggunakan Triple
Beam sehingga didapatkan berat sampel kering oven agregat.
2. Agregat 1-2
Peralatan :
Ompreng-ompreng
Kain Lap
Triple Beam
Oven

Langkah kerja :
1. Agregat 1-2 yang telah direndam selama kurang lebih 24 jam dibuang airnya
kemudian di lap hingga permukaannnya terlihat kering yang bertujuan untuk
mencapai kondisi SSD ( Saturated Surface Dry ).
2. Agregat kemudian ditimbang di udaran serta dalam air menggunakan Triple
Beam yang langkah kerjanya sama seperti pada agregat -1.
3. Setelah didapat masing-masing bacaan, agregat kemudian dimasukkan dalam
oven kurang lebih selama 24 jam dengan suhu kurang lebih 110 oC

50C

untuk mendapatkan berat kering agregat 1-2.


4. Agregat 1-2 yang telah dioven selama 24 jam dikeluarkan dari oven.
5. Kemudian masing-masing agregat ditimbang dengan menggunakan Triple
Beam sehingga didapatkan berat sampel kering oven agregat.

3. Pasir
Peralatan :
Ompreng-ompreng
Karung
Sendok pengaduk

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

Kerucut Abrahm + besi perojok


Plat kaca
Timbangan digital
Toples kaca + tutup
Pinset
Kain lap
Oven

Langkah kerja :
1. Pasir yang telah direndam selama 24 jam dibuang airnya dengan
menggunakan pinset. Pada saat melakukan, usahakan lumpur tidak ikut
tersedot agar tidak mengganggu sampel. Kemudian pasir dihampar di atas
karung dan dijemur hingga pasir kira-kira dalam keadaan SSD.
2. Untuk mengetahui secara pasti apakah pasir telah dalam kondisi SSD
dilakukam tes menggunakan kerucut Abrahm. Adapun langkahnya sebagai
berikut.
Pertama letakkan kerucut Abrahm pada plat kaca dan isi penuh kerucut
Abrahm dalam tiga lapisan dengan cara diisi 1/3 bagian. Usahakan

letakkan kaca pada bidang yang datar.


Tiap lapisnya dirojok sebanyak 8 kali menggunakan penumbuk.
Kemudian diratakan dan dirojok lagi sebanyak satu kali.
Angkat kerucut Abrahm secara vertical dan dilihat keadaan pasirnya.
Jika pasirnya runtuh kurang lebih 1/3 bagiannya maka pasir dalam
keadaan SSD namun jika pasir tetap utuh berarti pasir masih dalam
keadaan basah serta jika pasir runtuh semuanya maka pasir dalam

keadaan kering.
3. Jika pasir sudah dalam kondisi SSD maka lanjut pada tahap pencarian
berat jenis pasir.
4. Toples + tutupnya ditimbang dengan menggunakan timbangan digital.
5. Kemudian dimasukkan pasir kira-kira sebanyak 1/3 volume toples. Lalu
timbang kembali toples + tutupnya + pasir.
6. Setelah itu, masukkan sebagian air ke dalam toples berisi pasir dan aduk
hingga merata lalu isi toples dengan air hingga penuh dan tutup toples
dengan penutupnya. Diusahakan agar tidak terdapat gelembung udara
pada toples setelah ditutup. Toples + tutupnya + pasir + air kemudian
ditimbang.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

7. Selanjutnya isi dari toples tersebut dikeluarkan dan dituang pada ompreng.
Jika pasir menempel pada toples, dibersihkan dengan menyemprotkan air
menggunakan pinset. Ompreng yang berisi air dan pasir tersebut
diletakkan secara miring dan didiamkan selama 24 jam.
8. Setelah itu toples diisi air penuh dan ditutup kemudian ditimbang.
Diusahakan agar tidak terdapat gelembung udara pada toples saat
ditimbang.
9. Pasir yang telah direndam selama 24 jam dihilangkan airnya dengan cara
disedot menggunakan pinset. Usahakan pada saat melakukannya agar
lumpur yang terdapat pada pasir tidak ikut tersedot.
10. Setelah air dalam pasir selesai dikeluarkan, pasir dimasukkan ke dalam
oven dan dioven selama 24 jam dengan suhu 110oC 50C.
11. Pasir dikeluarkan dari dalam oven.
12. Pasir ditimbang dan dicatat bacaannya, maka sekarang Berat Jenis pasir
dapat dicari.
4. Aspal
Bahan : Benda uji aspal yang digunakan pada uji penetrasi aspal.
Peralatan :

Cawan
Tutup kaca
Pinset
Timbangan digital
Kain lap
Kompor
Panci

Langkah kerja :
1. Aspal yang telah dikeluarkan dari tabung kaca pada pengujian penetrasi
aspal ditimbang beserta tutup kacanya.
2. Aspal diberi air hingga penuh lalu ditutup dengan tutup kaca, usahakan agar
tidak terdapat gelembung di dalamnya setelah ditutup. Kemudian
ditimbang.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

3. Membuang air pada aspal dengan cara disedot menggunakan pinset,


kemudian letakkan aspal pada panci lalu dipanaskan hingga aspal mulai
meleleh.
4. Aspal dibuang dan cawan tempat aspal dibersihkan hingga benar-benar
bersih.
5. Cawan tempat aspal tersebut ditimbang beserta tutupnya.
6. Cawan diisi dengan air hingga penuh dan ditutup dengan tutup kaca lalu
ditimbang.

4. Prosedur Pembuatan Komposisi Campuran


Untuk mencari komposisi agregat yang digunakan dalam membuat benda uji
terdapat dua metode, yaitu metode analisis dan metode grafis. Metode yang akan
digunakan adalah metode grafis, yaitu Rothluchs yang memang umum digunakan.
Adapun langkah dalam tata cara mencari komposisi agregat dengan metode Rothluchs.
Cara Mencari Agregat dengan Metode Rothlucs :
1. Membuat segiempat dengan perbandingan sisi horizontal dgn vertical sama dengan
2 berbanding 1.
2. Membagi sisi horizontal segiempat menjadi (jumlah ayakan 1) tidak termasuk
Van bagian.
3. Membagi sisi vertical segiempat menjadi 10 bagian.
4. Menuliskan ukuran ayakan pada setiap bagian sisi horizontal segiempat dari
ukuran ayakan terkecil ke ukuran yang terbesar.
5. Menuliskan angka dari 0 sampai 100 pada setiap sisi bagian vertical segiempat.
6. Memplotting grafik setiap sample berdasarkan prosentase yang lolos ayakan untuk
disetiap ukuran saringan.
7. Mengambarkan garis diagonal dari pojok kiri bawah segiempat ke pojok kanan atas
segiempat, yang merupakan garis spesifikasi.
8. Mencari komposisi agregat 1 (yang paling kasar) yaitu :
a) Membuat garis vertical disebelah kanan segiempat yang panjangnya lebih
panjang sedikit dari sisi vertical segiempat pada sisi kanan segiempat.
Dinamakan garis V1.
b) Memindahkan garis V1 pada arah orthogonal pada posisi dimana jarak sisi
atas segiempat ke titik potong grafik S3 (Sample 3/paling halus) sama dengan
jarak dari sisi bawah segiempat ke titik potong grafik S1 (Sample 1/paling
kasar).

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

10

c) Perpotongan garis V1 pada posisi yang benar pada garis diagonal diisi nama
A1.
d) Membuat garis horizontal pada titik A1 ke arah kanan sampai keluar dari sisi
vertical segiempat disebelah kanan. Isi nama dengan garis H1.
e) Mengukur jarak dari sisi atas segiempat ke garis H1 dan jarak dari H1 ke sisi
bawah segiempat.
f) Jarak dari sisi atas segiempat ke H1 adalah prosentase agregat S1. Jarak dari
H1 ke sisi bawah segiempat adalah prosentase agregat (S2 + S3).
9. Mencari komposisi agregat 2 yaitu :
a) Membuat garis vertical dengan panjang lebih dari panjang sisi vertical
segiempat dan namai dengan V2 di sisi kanan segiempat.
b) Memindahkan garis V2 dalam arah orthogonal ke dalam segiempat pada posisi
dimana jarak dari sisi atas segiempat ke titik potong grafik S3 dengan jarak
dari sisi bawah segiempat ke titik potong grafik S2 itu sama besar.
c) Menandai titik potong garis V2 dengan garis diagonal dengan kode A2.
d) Membuat garis horizontal melalui titik A2 ke arah kanan sampai keluar sisi
segiempat yang kanan dan namai dengan garis H2.
e) Mengukur jarak dari H1 ke H2, yang merupakan prosesntase agregat S2.
f) Mengukur jarak dari H2 ke sisi bawah segiempat, yang merupakan prosentase
agregat S3.

Hasil Metode Rothluchs

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

11

5. Uji Penetrasi Aspal


Bahan :

Aspal yang sebelumnya telah dicairkan dengan cara dipanaskan kemudian


dimasukkan ke dalam cawan dan didinginkan selama beberapa hari hingga

mengeras.
Es batu.

Peralatan :

Cawan
Termometer
Alat penetrasi
Wadah
Tabung kaca
Langkah kerja :

1.
2.

Mempersiapkan alat penetrasi dan diberikan beban sebesar 50 gram.


Mempersiapkan bahan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Memasukkan air dan es batu ke dalam wadah.
Memasukkan benda uji aspal beserta cawannya ke dalam wadah
tersebut dan diamkan selama beberapa saat dan aspal siap untuk di uji.
3. Mempersiapkan tabung kaca yang dimasukkan air ke dalamnya dan diukur
suhunya hingga menunjukkan suhu 250C dengan menggunakan thermometer.
Jika suhu di atas 250C maka beri air es agar suhunya turun mencapai 25 0C
tetapi

jika suhunya di bawah 25 0C maka membuang sedikit airnya lalu

tambahkan dengan air biasa hingga suhunya 250C. kemudian meletakkan besi
penyangga di dalam tabung tersebut sebagai tempat meletakkan benda uji.
4. Mengeluarkan benda uji aspal dari wadah kemudian meletakkannya ke dalam
tabung kaca pada besi penyangga.
5. Nolkan terlebih dahulu alat penetrasi kemudian alat penetrasi di turunkan
hingga jarumnya menyentuh permukaan aspal.
6. Alat penetrasi dihidupkan dan ditunggu beberapa saat hingga alat berhenti
bekerja dengan sendirinya.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

12

7. Beban diturunkan dan dibaca bacaan dial yang ditunjukkan pada arloji
penetrometer.
8. Beban dinaikkan lalu kemudian jarum dapat dibersihkan jika aspal atau
kotoran lain menempel pada jarum. Langkah tersebut diulangi hingga
mendapatkan bacaan 5 kali.

6. Uji Titik Lembek Aspal


Bahan :

Aspal yang sebelumnya dicairkan terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke


dalam ring yang diletakkan pada plat kaca dan didinginkan selama beberapa
hari hingga mengeras.
Es batu.

Peralatan :

Termometer
Gelas ukur/tabung ukur
Kompor listrik
Besi penyangga
Jaring penahan panas.
Tutup ring
Wadah

Langkah kerja :
1. Merendam aspal dalam air es selama beberapa menit.
2. Memasukkan air es ke dalam gelar ukur.
3. Mengeluarkan aspal dalam air es kemudian dipasang pada besi penyangga
4.
5.
6.
7.

dan ditutup dengan tutup ringnya.


Meletakkan jaring penyangga panas diatas kompor.
Mengisi gelas ukur dengan air hingga hampir penuh.
Meletakkan gelas ukur berisi air tersebut ke atas kompor.
Mengisi es batu ke dalam gelas ukur secukupnya hingga air dalam gelas

ukur mencapai suhu 5o C, ukur suhu dengan thermometer.


8. Kemudian besi penyangga dipasang pada gelas ukur.
9. Menghidupkan kompor listrik.
10. Pembacaan titik lembek aspal dimulai dari suhu 5oC.
11. Menyiapkan stopwatch, membaca waktu pada suhu tertentu yang telah
ditentukan hingga mencapai titik dimana aspal meleh menyentuh besi

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

13

penyangga dibawahnya, pada saat itu catat kembali di suhu dan waktu
keberapa aspal meleleh.
12. Setelah pengujian selesai, membersihkan kembali perlengkapan yang
digunakan dan meletakkannya pada tempat semula.

7. Pembuatan Benda Uji


Bahan :

Agregat 1-2
Agregat -1
Pasir
Aspal
Kertas saring
Air

Peralatan :

Timbangan digital
Triple beam
Ompreng
Kompor
Termometer aspal
Panci
Wajan
Sendok
Cetok
Kain lap
Spatula
AlatMaterial Testing Equipment
Ejector
Mould yang telah dipanaskan di oven
Oven

Langkah kerja :
1. Mengeluarkan agregat -1, agregat 1-2 dan pasir dari oven, kemudian
ditimbang dengan timbangan digital sesuai dengan jumlah yang diperlukan,

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

14

yaitu total material yang diperlukan untuk membuat benda uji berjumlah 1200
gram.
2. Wajan diletakkan pada Triple Beam lalu alat Triple Beam dinolkan beserta
wajannya.
3. Triple beam kemudian disetting sesuai dengan berat seluruh material ditambah
aspal yaitu 1284 gram.
4. Agregat -1, agregat 1-2, dan pasir dimasukkan ke dalam wajan.
5. Aspal yang dipanaskan hingga mencapai suhu 11050C dimasukkan perlahanlahan ke dalam wajan hingga penunjuk pada Triple Beam seimbang.
6. Wajan yang telah berisi material untuk membuat benda uji kemudian
dipanaskan serta diaduk hingga seluruh material tercampur merata.
7. Setelah merata, mengecek suhu campuran dengan menggunakan thermometer
aspal hingga suhunya mencapai 110 50C.
8. Mengeluarkan mould dari oven kemudian kertas saringan diletakkan pada
dasarnya.
9. Material yang telah tercampur rata dimasukkan ke dalam mould lalu dirojok
dengan spatula agar tidak ada rongga dalam benda uji yang dibuat. Jika sudah
selesai, tutup dengan kertas saring.
10. Alat Material Testing Equipment disiapkan dan sudah disetting untuk 75 kali
tumbukan dengan beban yang telah ditentukan.
11. Beban pada alat diangkat, kemudian kuncian pada besi penumbuknya
dilepaskan. Lalu mould dimasukkan pada alat. Alat penumbuk dipasang kembali
dan dikunci kemudian beban diletakkan kembali.
12. Alat dihidupkan dan ditunggu hingga mencapai 75 kali tumbukan. Hal yang
sama dilakukan pada sisi sebaliknya.
13. Mould dikeluarkan, kemudian dibungkus dengan kain lap dan disiram dengan
air mengalir hingga benda uji dirasa sudah bisa dikeluarkan dari cetakan.
14. Benda uji diletakkan pada ejector kemudian mould ditahan. Pompa ejector
hingga benda uji keluar sempurna dari mould.
15. Memberi label nama kelompok pada benda uji.

8. Uji Marshall
Tujuan : menentukan kekuatan dari benda uji aspal didalam memikul beban kendaraan.
Peralatan:

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

15

Timbangan triple beam


Kain lap
Satu unit Marshall test
Ompreng

Bahan :

Benda uji aspal berbentuk silinder

Langkah Kerja:
1. Menimbang benda uji dengan timbangan triple beam untuk mendapatkan berat
kering, dengan langkah yaitu timbangan dinolkan terlebih dahulu, kemudian benda
uji aspal diletakkan diatas timbangan, dan hasilnya menunjukkan berat kering benda
uji aspal tersebut.
2. Timbangan dinolkan kembali. Kemudian benda uji ditimbang didalam air dengan
meletakkan benda uji tersebut di dalam keranjang yang terdapat pada timbangan dan
terendam air, hasilnya dicatat dan didapat berat dalam air.
3. Mengeluarkan benda uji aspal dari dalam keranjang kemudian benda uji dilap
permukaannya untuk mendapatkan kondisi SSD, dan benda uji ditimbang dengan
seperti biasa timbangan dinolkan terlebih dahulu kemudian benda uji ditimbang dan
didapat berat SSDnya.
4. Setelah proses menimbang selesai, benda uji dipasang pada besi tempat menaruh
benda uji kemudian ditutup dengan besi penutupnya. Selanjutnya besi dipasang pada
alat Marshall Test.
5. Menghidupkan mesin kemudian besi dinaikkan dengan menggunakan tombol up
sampai menyentuh prover ring.
6. Kemudian dial flow dipasang dan dial flow serta dial beban masing masing
dinolkan.
7. Setelah itu proses pengujian dengan marshall test dapat dilakukan. Besi dinaikkan
dengan menggunakan tombol up sampai jarum pada masing masing dial yang
awalnya bergerak naik yaitu searah jarum jam kemudian bergerak berbalik arah.
Atau pada saat besi pada benda uji saling menyentuh.
8. Pembacaan masing masing dial dilakukan tepat pada saat jarum berputar berbalik
arah.
9. Mengeluarkan benda uji dari alat Marshall test dengan menggunakan tombol down
untuk menurunkan benda uji, kemudian benda uji dikeluarkan dari alat dan mesin
dapat dimatikan.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

16

HASIL DATA
1. Analisa Sarringan
a. Pasir

ukura
n
ayaka
n
(mm)

Berat
Ayaka
n (gr)

19
9,5
4,75
2,36
1,18
0,6
0,3
0,15
0,075
van

577
536,5
396
412
406,5
383
384
384
367
453

Berat
Agrerat
yang
tertahan
pada
ayakan +
Berat
Ayakan
(gr)
577
539,5
464,5
593,5
554,5
499
507
550
475,5
538,5

Berat
Agrerat
yang
tertahan
pada
ayakan
(gr)

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

0
3
68,5
181,5
148
116
123
166
108,5
85,5

Komulatif
Berat
Agrerat
yang
tertahan
pada
ayakan
(gr)
0
3
71,5
253
401
517
640
806
914,5
1000

%Komulatif
Agrerat
yang
tertahan
pada
ayakan (%)

%Komulatif
Agrerat
yang lolos
ayakan (%)

0,00
0,30
7,15
25,30
40,10
51,70
64,00
80,60
91,45
100

100,00
99,70
92,85
74,70
59,90
48,30
36,00
19,40
8,55
0,00

17

b. Agregat 2

ukura
n
ayaka
n
(mm)

Berat
Ayaka
n (gr)

19
9,5
4,75
2,36
1,18
0,6
0,3
0,15
0,075
van

577
536,5
396
412
406,5
383
384
384
367
453

Berat
Agrerat
yang
tertahan
pada
ayakan +
Berat
Ayakan
(gr)
577
544
793,5
936,5
462
390
386,5
385,5
368
456

Berat
Agrerat
yang
tertahan
pada
ayakan
(gr)
0
7,5
397,5
524,5
55,5
7
2,5
1,5
1
3

Komulatif
Berat
Agrerat
yang
tertahan
pada
ayakan
(gr)
0
7,5
405
929,5
985
992
994,5
996
997
1000

%Komulatif
Agrerat
yang
tertahan
pada
ayakan (%)

%Komulatif
Agrerat
yang lolos
ayakan (%)

0,00
0,75
40,50
92,95
98,50
99,20
99,45
99,60
99,70
100

100,00
99,25
59,50
7,05
1,50
0,80
0,55
0,40
0,30
0,00

c. Agregat 1 2

ukura
n
ayaka
n
(mm)

Berat
Ayaka
n (gr)

19
9,5
4,75
2,36
1,18
0,6
0,3
0,15
0,075
van

577
536,5
396
412
406,5
383
384
384
367
453

Berat
Agrerat
yang
tertahan
pada
ayakan +
Berat
Ayakan
(gr)
577
1486,5
429
413
407,5
383,5
385
386,5
370,5
460,5

Berat
Agrerat
yang
tertahan
pada
ayakan
(gr)
0
950
33
1
1
0,5
1
2,5
3,5
7,5

Komulatif
Berat
Agrerat
yang
tertahan
pada
ayakan
(gr)
0
950
983
984
985
985,5
986,5
989
992,5
1000

%Komulatif
Agrerat
yang
tertahan
pada
ayakan (%)

%Komulatif
Agrerat
yang lolos
ayakan (%)

0,00
95,00
98,30
98,40
98,50
98,55
98,65
98,90
99,25
100

100,00
5,00
1,70
1,60
1,50
1,45
1,35
1,10
0,75
0,00

2. Berat Jenis

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

18

a. Pasir
BERAT JENIS AGREGAT PASIR
N
O

1
2
3
4
5

PENGUKURAN
Berat Stoples + tutup
Berat Stoples + tutup+ benda uji 1/3
Berat Stoples + benda uji 1/3 + air
Berat Stoples + Air +tutup
Berat Kering Oven

INDEKS
W1
W2
W3
W4
W5

SAMPLE
648,5
1275,5
2144,5
1779,5
619,5

SATUA
N
gr
gr
gr
gr
gr

PEHITUNGAN
1
2

BJ. BULK
BJ. SSD

BJ. SEMU

BJ.PENYERAPAN

W5/v
W6/v
W5/
(W4+W5w3)
W9/W5 x
100

2,36
2,39
2,43
1,21

Tabel analisa
N
O

1
2
3
4
5

URAIAN

SATUAN

Berat sampel SSD


Berat (stoples+kaca
penutup+air+berat sampel SSD)

gr

Berat air yg tumpah

gr

Volume sampel
Berat air dalam agregat

Berat Jenis SSD

Penyerapan

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

gr

cm3
gr
gr/cm3
%

SIMBUL
W6 = W2W1
W7 =
W4+W6
W8 = W7W3

HASIL
UJI
627,0
2406,
5
262,0

v = W8
W9 = W6W5

262,0

Bj = W6/V
P = W9/W5 x
100

2,4

7,5

1,2

19

Kadar air

Ka = W9/W6
x 100

1,2

b. Agregat - 1
BJ. AGREGAT (0.5 - 1)
NO
1
2
3

PENGUKURAN
Berat sample dalam
air
Berat SSD/udara
Berat Sample kering

INDEKS

BERAT SAMPLE

SATUAN

W1
W2
W3

275
433
430

gr
gr
gr

PEHITUNGAN
1
2
3

BJ. BULK
BJ. SSD
BJ. SEMU

BJ.PENYERAPAN

W3/(W2-W1)
W2/(W2-W1)
W3/(W3-W1)
((W2-W3)/W3) x
100

2,72
2,74
2,77
0,70

SATUAN

SIMBUL

gr

W4 = W2-W1

HASIL UJI
158

Volume sampel
Berat air dalam
agregat

cm3

V = W4

158

gr

W5 = W2-W3

Berat jenis SSD

gr/cm3

Bj = W2/V

2,741

Penyerapan

0,698

Kadar air

P = W5/W3 X 100
Ka = W5/W2 X
100

Tabel analisa
NO
1
2
3

URAIAN
Berat air yg tumpah

0,693

c. Agregat 1 2
BJ. AGREGAT (1 - 2)
NO
1
2
3

PENGUKURAN
Berat sample dalam
air
Berat SSD/udara
Berat Sample kering

INDEKS

BERAT SAMPLE

SATUAN

W1
W2
W3

952
1636
1573

gr
gr
gr

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

20

PEHITUNGAN
1
2
3

BJ. BULK
BJ. SSD
BJ. SEMU

BJ.PENYERAPAN

W3/(W2-W1)
W2/(W2-W1)
W3/(W3-W1)
((W2-W3)/W3) x
100

2,30
2,39
2,53
4,01

SATUAN

SIMBUL

gr

W4 = W2-W1

HASIL UJI
684

Volume sampel
Berat air dalam
agregat

cm3

V = W4

684

gr

W5 = W2-W3

Berat jenis SSD

gr/cm3

Bj = W2/V

2,392

Penyerapan

4,005

Kadar air

P = W5/W3 X 100
Ka = W5/W2 X
100

Tabel analisa
NO
1
2
3

URAIAN
Berat air yg tumpah

63

3,851

d. Aspal
Berat Jenis Aspal
Tabel Data
N
o Pengukuran
1 Berat cawan
2 Berat cawan
Berat cawan
3 aspal
Berat cawan
4 aspal + air

+ tutupnya
+ tutupnya + Air
+ tutupnya +

Indeks
A
B

Hasil
Pengukuran
35,50
116,50

Satu
an
gram
gram

100,00

gram

117,50

gram

+ tutupnya +

1,0157
48

Berat Jenis (BJ) Aspal

3. Uji Penetrasi Aspal


No

Pengamatan
1 Pengamatan 1
2 Pengamatan 2

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

Penetrasi pada
Suhu 25 C, 50 gr, 5 detik
124
156

21

3 Pengamatan 3
4 Pengamatan 4
5 Pengamatan 5
Rata-rata
Nilai Penetrasi

141
198
204
164,6
164,6

4. Uji Titik Lembek Aspal


Pengujian Titik Lembek
No

Suhu yang diamati (C)


1
2
3
4
5
6
7
8

Waktu
5
10
15
20
25
30
35
37

0:00
8:30
13:19
15:23
16:45
18:17
19:17
19:38

5. Pembuatan Benda Uji


Data dari benda uji yang telah dibuat disajikan dalam tabel sebagai berikut.
Diameter
Tebal Rata - rata
Berat Benda Uji di
Udara
Berat Benda uji di
dalam air
Berat SSD
Volume

10,23
7,521
1250

cm
cm
gr

659
gr
1257,
5
618,4
3

gr
cm3

6. Uji Marshall
Bacaan Dial Flow

: 373

Bacaan Dial Beban

: 129

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

22

GAMBAR KEGIATAN

Pembagian Material

Analisa Saringan

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

23

Berat Jenis

Prosedur Pembuatan Benda Uji

Uji Penetrasi Aspal

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

24

Uji Titik Lembek Aspal

Pembuatan Benda Uji

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

25

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BALI

26

Anda mungkin juga menyukai