Contoh1 + Comment Outline
Contoh1 + Comment Outline
Oleh:
DESTY WIDYANI
NIM: 125070309111027
Mahasiswa Jurusan Gizi
|1
LEMBAR PERSETUJUAN
Studi Kasus
Oleh:
DESTY WIDYANI
NIM: 125070309111027
Clinical Supervisor,
|2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga studi kasus dengan judul Penatalaksanaan Gizi
pada Pasien Ca Serviks Stadium III B + AN Hidronefritis + Anemia + Hipertensi
Stage II di Bagian OBGYN Ruang Gynecology RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
dapat diselesaikan, meskipun belum sempurna.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang
mendalam kepada:
1) Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
2) Ketua Jurusan Program Studi Ilmu Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya.
3) Direktur Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang.
4) Ibu Ruliana, SST, selaku kepala Instalasi Gizi RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang.
5) Ibu dr. Nugrahanti Prasetyorini, SpOG (K) selaku Preceptor di ruang
Obgyn RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
6) Ibu Rosidah Inayati,SST,S.Gz,MM selaku Clinical Instructure di ruang
Obgyn RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
7) Ibu Fuadiyah Nila K, S.Gz, MPH selaku Supervisor Jurusan Gizi
Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Penulis menyadari bahwa studi kasus ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk
kesempurnaan studi kasus
Penulis
|3
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................
ii
KATA PENGANTAR.................................................................................
iii
DAFTAR ISI..............................................................................................
iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................
ix
BAB I
PENDAHULUAN.........................................................................
10
11
11
13
13
14
14
3.1.1 Definisi.........................................................................
14
3.1.2 Etiologi.........................................................................
14
15
3.1.4 Klasifikasi.....................................................................
16
|4
17
17
18
19
22
3.2.1 Definisi..
22
3.2.2 Klasifikasi.....................................................................
22
3.2.3 Etiologi..
23
3.2.4 Gejala.......
23
25
3.3 Hipertensi.............................................................................
26
3.3.1 Definisi.........................................................................
26
3.3.2 Klasifikasi.....................................................................
26
3.3.3 Etiologi.........................................................................
27
3.3.4 Patofisiologi.................................................................
27
28
28
28
29
29
29
29
BAB IV HASIL.........................................................................................
30
30
30
31
32
33
33
34
34
35
35
36
BAB V PEMBAHASAN...........................................................................
37
|5
40
6.1 Kesimpulan...........................................................................
40
6.2 Saran....................................................................................
41
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
42
LAMPIRAN-LAMPIRAN...........................................................................
45
|6
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3
Tabel 1.4
Tabel 4.1
30
Tabel 4.2
34
Tabel 4.3
35
Tabel 4.4
35
Tabel 4.4
36
|7
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1
31
Gambar 4.2
32
Gambar 4.3
32
Gambar 4.4
33
Gambar 4.5
Intake Fe (mg)....
33
|8
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
46
Lampiran 2.
47
Lampiran 3.
48
Lampiran 4.
50
|9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kanker serviks atau kanker mulut rahim adalah kanker yang terjadi
pada
daerah
leher
rahim.
Kanker
serviks
insidensinya paling sering dijumpai pada wanita setelah kanker payudara dan
dapat menyebabkan kematian. Secara
epidemiologi,
kanker
serviks
cenderung timbul pada kelompok usia 33-55 tahun, tetapi dapat juga timbul
pada usia yang lebih muda (Rumaisa, 2010).
Di Asia Pasifik, sejak tahun 2005, setiap tahun ditemukan sekitar 266.000
kasus kanker leher rahim, 143.000 di antaranya meninggal dunia di usia
produktif. Di seluruh dunia, setiap tahunnya terdapat kurang lebih 400.000 kasus
baru kanker leher rahim, 80 persen di antaranya terjadi pada perempuan yang
hidup di negara berkembang. Pada tahun 2003, WHO menyebutkan bahwa
sekitar 500.000 wanita setiap tahunnya didiagnosa menderita kanker serviks, dan
sekitar 60% diantaranya meninggal dunia. (Ariza, 2011). Menurut Depkes RI,
penyakit kanker leher rahim saat ini menempati urutan pertama penyakit kanker
yang diderita kaum wanita. Saat ini setiap tahun di Indonesia ada sekitar 100
kasus baru per 100 ribu penduduk atau 200 ribu . Lebih dari 70% kasus yang
datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut (Rini, 2009)
Pencegahan primer untuk kanker serviks tampaknya sulit karena
penyebab biologis kelainan ini belum diketahui secara pasti. Upaya yang dapat
dilakukan adalah menghindari berbagai faktor ekstrinsik yang menjadi faktor
risiko. Virus HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak.
Sebagai tambahan perokok sigaret telah ditemukan sebagai penyebab juga.
Wanita perokok mengandung konsentrat nikotin dan kotinin didalam serviks
mereka yang merusak sel (Sanif, 2008).
Beberapa terapi pada wanita dengan kanker serviks diantaranya yaitu;
pembedahan,
ketiganya.
radioterapi,
Terapi
tersebut
kemoterapi
atau
mempunyai
kombinasi
beberapa
efek
diantara
dari
samping
yang
mempengaruhi status gizi pasien. Status gizi dapat dinilai dari berbagai
parameter antara lain pengukuran antropometri, mengukur kadar Hb, albumin
dan transferrin (Laky, 2008)
| 10
yang
signifikan
yang
pada
ujungnya
memperburuk
status
gizi
penderita kanker itu sendiri atau kaheksia. Status gizi penderita kanker termasuk
kanker serviks sangat perlu untuk diperhatikan, karena salah satu penyebab
kematian pada penderita kanker adalah status gizi yang semakin memburuk.
Kanker dapat menurunkan status gizi melalui berbagai cara diantaranya; 1)
akibat langsung dari kanker itu sendiri, 2) gejala umum yang disebabkan oleh
kanker, 3) efek samping terapi (Norwitz, 2009).
Terapi gizi untuk pasien kanker serviks dinilai penting terutama dalam
mendukung sistem imun pasien, keseimbangan hormone, dan status gizi pasien.
Pada umumnya pasien kanker serviks stadium lanjut dengan terapi kemoterapi
atau radioterapi lebih beresiko malnutrisi akibat kaheksia serta efek samping
yang timbul pasca kemoterapi dan radioterapi. Efek samping yang diberikan bisa
bersifat local dan sistemik. Efek sistemik berupa mual, muntah,diare, mulut
kering, kesulitan mengunyah dan menelan dapat menyebabkan penurunan
asupan energi, protein. (Wahyuningrum, 2005).
Asuhan gizi yang komprehensif penting dalam upaya paliatif sebagai
pendukung kesembuhan pasien serta menunjang terapi medis yang yang
diberikan. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan berikut ini kami
laporkan penatalaksanaan diet pada pasien dengan kasus Ca Cervix Stadium III
B, Hidronefrosis , Anemia, dan Hipertensi stage II
...................
| 11
BAB II
NUTRITIONAL CARE PROCESS (NCP)
2.1
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia
Alamat
Status
: Sudah Menikah
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
Pembayaran : Jamkesda
Nama Suami : Tn. A.B
Jumlah Anak : 3 orang
Ruang
: 9 (Gyneology)
MRS
: 18 September 2013
Diet RS
Data Subyektif
Keluhan
Pasien mengeluh perdarahan selama hampir 10 hari terakhir, dengan
kepala pusing, tubuh terasa lemas dan nyeri pada perut bagian bawah.
a. Riwayat Penyakit
1)
| 12
2.2
ASSESSMENT
Per 18 September 2013
: 167 cm
BB
: 48 kg
BB sebelum sakit
: 58 kg
BBI
: 60 kg
IMT
LILA
: 21,5 cm
Status gizi
2.2.2
Data Biokimia
Data biokimia pasien selama pengamatan disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 1.3.
Data Laboratorium Pasien pada Saat Pengambilan Data Dasar pada Tanggal
18 September 2013
Hasil Uji Lab Tanggal 18 September 2013
Data Lab
Hasil Lab
Nilai Normal
Hemoglobin
6.7 g/dL ()
11,4 15,1
Eritrosit (RBC)
2,64 103/L ()
45
Leukosit (WBC)
12,33 103/l ()
4,7 11,3
Hematokrit
20,60% ()
38 40
Trombosit (PLT)
431 103 /L ()
142 424
MCV
78.00 fL ()
80 93
MCH
25,40 pg ()
27 31
MCHC
32,50 g/dl (N)
32 36
Albumin
3,37 g/dl ()
3,5 5,5
Gula Darah Sewaktu
108 mg/dL (N)
<200
Ureum
26,80 mg/dL ()
20 - 40
Kreatinin
0,96 mg/dL (N)
<1,2
.
2.2.3
| 13
Tabel 1.4.
Data Fisik dan Klinis Pasien Saat Pengambilan Data Dasar pada Tanggal 18
September 2013
Data Fisik/ Klinis
Keadaan umum
Kesadaran
GCS
TD
Nadi
RR
Suhu
Nafsu makan menurun
Hasil
Cukup
CM
456
186/104 mmHg
105 x/mnt
20 x/mnt
36,7 oC
(+)
Nilai Normal
Baik
CM
456
120/80 mmHg
60-100 x/mnt
12-24 x/mnt
35-36oC
(-)
2.2.4
Dietary Assessment
1)
Fe
(mg)
1091,2
39,7
45,1
138,4
10,8
2221,56
83,3
61,7
333,2
26
48,9%
47,65%
73,1%
41,5%
41,53%
: tidak ada
| 14
cara
digoreng
dan
ditumis.
Pasien
juga
adalah
semangka (1-2x/minggu) 1 ptg sedang @ 100 gr, pisang (34x/minggu) 1 buah sedang @ 50 gr, belimbing (1-3x/minggu)
1 buah uk. Sedang @ 75 gr, papaya ( 2-4x/minggu) 1 ptg
besar @150 gr, dan apel ( 2-3x/minggu) 1 buah sedang @
100gr.
- Cara pengolahan makanan yang paling sering adalah
digoreng dan suka mengkonsumsi makanan gorengan
seperti weci, tempe dan pisang goreng @ 2-4 ptg / hari,
sesekali direbus dan ditumis.
- Setiap hari pasien mengkonsumsi susu sapi 1 gelas sedang
/hari (200 -250 ml).
- Pasien sering mengkonsumsi teh manis 2-3x/hari 1 gelas
@200 ml.
- Sebelum sakit, pasien sering memasak menggunakan
penyedap makanan, dan kaldu instan di setiap makanan
yang dimasak.
- Pasien mengaku vegetarian sejak kecil, karena ayah dan ibu
pasien merupakan vegetarian juga.
Kebiasaan makan pasien dapat diketahui melalui Food Frekuensi Questioner
(FFQ) yang disajikan pada Tabel 1.2
Tabel 1.2.
Food Frequency Questioner (FFQ)
Bahan
Makanan
Nasi
Frekuensi
TP J
S
Bahan Makanan
Sayuran daun (bayam)
Frekuensi
TP J S
| 15
Nasi Jagung
Kentang
Mie
Roti
Bakwan
Tempe/mendol
Tahu
Daging sapi
Ayam
Ikan
Telur
Keterangan:
2.2.5
TP
Susu
Teh/kopi manis
Es cream
Sirup
Soft drink
: Tidak Pernah
Peroral :
Captrofil 12,5 mg
HCT 12,5mg
Ibuprofen 400 mg
Fe 2x1 Fe sulfat 200 mg setara 60 mg Fe elemental
Interaksi Obat dan Makanan
Obat yang
Digunakan
Kalnex 1
ampul
Obat yang
Digunakan
Captrofil
12,5 mg
Jenis Obat
Tranexamic
acid
Jenis Obat
ACE Inhibitor
Fungsi
Membantu
menghentikan
kondisi perdarahan
Fungsi
Menurunkan
tekanan darah
pasien hipertensi
dengan bekerja
pada sistem renin
angiotensin
aldosteron
| 16
HCT 12,5
mg
Golongan
Tiazida
Ibuprofen
400 mg
NSAID
Fe 2x1 60
mg
Multivitamin
Mineral
2.2.6
Untuk menurunkan
tekanan darah
pasien hipertens.
Biasa
dikombinasikan
dengan captropil
untuk
mengoptimalkan
penurunan tekanan
darah.
Untuk meringankan
rasa sakit karena
bekrja sebagai
nalgesik dan
antiinflamasi
Diberikan pada
pasien defisiensi zat
besi .
Dapat menyebabkan
deplesi kalium dan
magnesium. Makanan
dapat menurunkan
penyerapan HCT, jadi
hindari minum HCT
bersamaan dengan
makanan.
Dapat diminum
bersama makanan
untuk mencegah
tukak lambung pada
pasien dengan iritasi
lambung.
Diberikan setelah
makan untuk
mengurangi efek
samping
Sosial Ekonomi
Pasien adalah ibu rumah tangga dengan jumlah anak 3 orang. Pekerjaan
pasien yaitu mengantar jemput anak sekolah setiap hari. Suami pasien
adalah pegawai swasta yang sering pindah tugas. Pasien belum pernah
mendapat konseling gizi terkait dengan penyakit pasien.
2.3
2.3.1
DIAGNOSA
Daftar masalah
Masalah Gizi
Sekarang
1) Status gizi pasien berdasarkan IMT yakni 17,1 kg/m2 yang berari
underweight. Pengukuran LILA, didapatkan hasil persentase LILA/U
sebesar 74,1% yang artinya status gizi pasien kurang (Depkes RI,
1994)
2) Dari hasil recall 24 jam dapat diketahui bahwa asupan energi, protein,
lemak, dan karbohidrat tidak adekuat.
Asupan energi hanya 48,9 % dari total kebutuhan (1091,2
3) Kadar
kkal).
Asupan protein 47,65 % dari total kebutuhan (39,7 gr).
Asupan lemak 73,1% dari total kebutuhan (61,7 gr).
Asupan KH 41,5% dari total kebutuhan (138,4 gr).
albumin pasien rendah dimana kadar albumin rendah menjadi
| 17
Masalah Behavior
Pasien suka makanan yang digoreng seperti gorengan 2-4 buah
gorengan berupa weci, tempe, dan pisang goreng per hari, dan
Masalah Medis
Hb rendah
Eritrosit rendah
Leukosit tinggi
Trombosit tinggi
Hematokrit rendah
MCV rendah
MCHC rendah
Ureum rendah dibawah normal
2.3.2
1
Analisa masalah
Status Gizi Kurang dan Kadar Albumin Rendah
Status gizi kurang dan kadar albumin yang rendah terjadi akibat adanya
perubahan
metabolisme
dalam
tubuh
yakni
protein,
lemak
dan
| 18
2.3.3 Diagnosa
(NI 1.2)
Peningkatan kebutuhan energy yang berkaitan dengan peningkatan
metabolisme akibat penyakit Ca Cervix Stadium III B yang ditandai
dengan data asupan pasien recall pasien untuk energi rendah 48,9 %,
peningkatan leukosit, penurunan trombosit, dan albumin yang rendah.
(NI 2.1)
| 19
Harris
Benedict
dengan
| 20
= 15% x 2221,56 / 4
= 83,3 gram
Lemak
= 25% x 2221,56 /9
= 61,7 gram
: 1811 kkal
Protein
: 63,3 gr
Lemak
: 44,7 gr
Karbohidrat : 293 gr
2.4.2
Terapi Edukasi
Laporan IRNA PRE-DI Klinik RSSA 2013|
| 21
1. Tujuan
Memberikan edukasi tentang diet kanker untuk vegatrian pada pasien
dan keluarga pasien. Memotivasi pasien untuk menghabiskan
makanan, cara untuk meningkatkan nafsu makan dan cara pemasakan
yang tepat. Mengupayakan perubahan pengetahuan, sikap dan
perilaku pasien dan keluarga pasien pada pola makan yang lebih
sehat.
2. Sasaran
Pasien dan keluarga pasien
3. Waktu dan Tempat
30 menit / IRNA III R. 9
4. Metode
Penyuluhan individu
5. Alat Bantu
Leaflet Diet Kanker
6. Materi
Diet Cancer dengan modifikasi untuk vegetarian
Cara memasak yang dianjurkan
Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
Tips mengatasi penurunan nafsu makan dan mual.
2.5
lemak,
dan
karbohidrat).
Asupan
pasien
diharapkan
| 22
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Carcinoma Servix
3.1.1 Definisi
Kanker serviks atau carcinoma servix uteri adalah tumor ganas primer
yang berasal dari metaplasia primer pada skuamolekuler junction atau pada
daerah perbatasan antara mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis. Kanker
serviks terjadi pada bagian leher rahim yang letaknya antara uterus dan vagina.
Kanker serviks biasanya menyerang usia 35 55 tahun. Sekitar 90% kanker
leher rahim berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan sisanya 10%
berasal dari sel penghasil lender pada saluran servikal yang menuju ke rahim
(Setyarini, 2010).
3.1.2
Etiologi
Penyebab utama kanker serviks adalah virus Human Pappiloma Virus
(HPV) tipe onkogenik yang beresiko tinggi menyebabkan kanker leher rahim
yang
ditularkan
melalui
hubungan
seksual
(sexually transmitted
| 23
menjadi
faktor
resiko
terjadinya
kanker
serviks.
merokok.
Penelitian
| 24
0
I
IA
IA1
IA2
IB
IB1
IB2
II
IIA
IIA1
IIA2
IIB
III
IIIA
IIIB
IV
IVA
IVB
Kriteria
Karsinoma in situ
Karsinoma terbatas pada kandungan
Karsinoma serviks berdasarkan pemeriksaan mikroskopis, dengan
invasi terdalam < 5,00 mm dan ekstensi terbesar > 7,00 mm
Invasi stroma 3, 00 mm dan invasi horizontal 7,00 mm
Invasi stroma > 3,00 mm dan 5,00 mm dengan suatu invasu
horizontal 7 atau lebih sedikit
Tampak lesi secara klinis, terbatas pada serviks, atau lesi
mikroskopis yang lebih besar dari IA / IA2
Lesi < 4,00 mm
Lesi > 4,00 mm, yumor invasive di luar kandungan, tapi tidak
sampai pada dinding panggul atau 1/3 bawah vagina
Karsinoma serviks menyerang di luar rahim, tetapi tidak ke dinding
pelvis atau 1/3 bagian bawah vagina
Tanpa invasi ke parametrium
Secara klinis terlihat < 4 cm dalam dimensi besar
Secara klinis terlihat > 4 cm dalam dimensi terbesar
Dengan invasi ke parametrium, Tumor meluas ke dinding panggul
dan atau melibatkan sepertiga bawah vagina dan atau
menyebabkan hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal
Tumor meluas ke dinding panggul dengan atau melibatkan
lebih rendah sepertiga dari vagina dengan atau menyebabkan
hidronefrosis atau ginjal tidak berfungsi
Tumor melibatkan sepertiga bawah vagina tanpa perluasan ke
dinding panggul
Tumor meluas ke dinding panggul dan atau menyebabkan
hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal Tumor meluas ke
luar pelvis atau secara klinis melibatkan mukosa kandung kemih
dan atau rektum
Karsinoma telah melampaui panggul
Tumor invasi ke mukosa kandung kemih atau rektum dan atau
meluas di luar tulang panggul
Metastasis jauh
| 25
Pada pasien Ny. R stadium yang diderita sudah masuk stadium IIIB dan
sudah ada hidronefrosis pada pasien. Hidronefrosis merupakan manifestasi klinis
dari metastase kanker cervix yang sudah meluas ke jaringan lain.
3.1.5 Penatalaksanan Terapi Kanker Serviks
Penatalaksanaan
lesi
prakanker
serviks
yang
pada
umumnya
Tindakan observasi dilakukan pada tes pap dengan hasil HPV, atipia, NIS
I yang termasuk dalam Lesi Intraepitelial Skuamousa Derajat Rendah (LISDR).
Terapi NIS dengan destruksi dapat dilakukan pada LISDR dan LISDT (Lesi Intra
epitelial Skuamousa Derajat Tinggi). Terdapat beberapa metode pengobatan lesi
prakanker serviks.
1. Terapi NIS dengan Destruksi Lokal
Yang termasuk pada metode terapi ini adalah krioterapi,
elektrokauter, elektrokoagulasi, dan CO2 laser.
Penggunaan setiap
Excision
Procedures),
Konisiasi,
dan
histerektomi
(Depkes, 2008)
3.1.6
| 26
anoreksia merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kaheksia. Tanda dari
adanya kaheksia adalah kehilanggan massa otot di jaringan, penurunan
performa pasien, fluktuasi energy ekspenditur, dan kehilangan nafsu makan.
Faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya anoreksai dan kaheksia adalah
gangguan emosional pasien, infeksi, sakit pada bagian tubuh tertentu, obstruksi,
konstipasi, dan lain-lain yang dapat menurunkan nafsu makan, berat badan, dan
kekuatan pasien. (Mac Donald, 2003).
Anoreksia dan kaheksia juga dapat dipengaruhi oleh faktor inflamasi
dalam tubuh. Lipolysis , katabolisme protein otot, dan peningkatan protein fase
akut dipengaruhi oleh sitokin yang bersifat pro inflamasi seperti IL1 (Interleukin1),
IL6 (Interleukin 6), TNF alfa, LIF (leukemia inhibitory factor), dimana memberikan
respon pada metabolisme tubuh dalam fase akut. Produksi bahan kimia akibat
adanya malignansi atau kanker berkontribusi dalam terjadinya kaheksia pada
pasien.
Akibatnya
terjadi
peningkatan
kebutuhan
energy
basal
karena
yang
sifatnya
local,
sehingga
efek
kemoterapi
akan
| 27
| 28
pasien. Rasa pahit, hambar, logam, dan asam dalam mulut adalah maslah yang
sering dihadapi oleh pasien kanker. Cara mengatasi perubahan rasa yaitu :
Bereksperimen dengan berbagai macam bumbu. Coba gunakan
bumbu aromatik yang dimasak dengan daging sapi, ikan, daging
ayam. Bawang putih dan bawang merah dapat membantu menambah
cita rasa.
Tambahkan jeruk nipis, lemon atau buah lain untuk menambah rasa
manis dan asam pada makanan.
Gunakan gula saat memasak untuk mengurangi rasa asin atau rasa
logam pada pasien.
Tambahkan saus dari kaldu, gravi, dan saus buah untuk menambah
rasa.
Marinate daging sapi, ayam, dan ikan dengan jus buah atau bumbu,
agar rasa makanan lebih meresap.
Jika pasien merasa perubahan rasa ketika minum susu maka bisa
ditambahkan coklat, sirup, dibuat pusing, ditambhakan ice cream atau
milkshake untuk mengurangi rasa tidak nyaman.
Tambahkan irisan lemon, atau buah-buahan pada air minum pasien
apabila saat minum air pasien merasa tidak nyaman
Jika bau minuman terasa tidak nyaman gunakan sedotan untuk
minum.
| 29
Anoreksia
Pasien dengan anoreksia atau cepat merasa kenyang, dianjurkan tips
dibawah ini:
Makan makanan yang disukai dan dapat diterima walau tidak merasa
lapar.
Makan lebih banyak saat lapar
Hindari minum dekat dengan waktu makan.
Memotivasi diri bahwa makan adalah bagian penting dalam program
pengobatan.
Porsi makanan kecil dan diberikan sering ( lebih dari 3 kali sehari)
dengan makanan nutrient dense tinggi.
Olahraga sesuai kemampuan.
Makan dalam situasi yang nyaman.
Sajikan makanan dengan garnish yang menarik untuk merangsang
nafsu makan pasien (Swinton,2004).
3)
| 30
pada pasien kanker pada semua terapi. Berikut cara mengatasi mual dan
muntah pada pasien kanker, yaitu:
Makanan diberikan makanan bentuk kering
Hindari makanan yang beraroma tajam/ merangsang, berlemak tinggi
dan minuman yang terlalu manis.
Batasi cairan pada waktu makan.
Makan dan minum perlahan-lahan.
Setelah selesai makan, tetap dalam posisi duduk selama 1-2 jam.
7Hindari makanan yang makanan yang bergas, kafein, peppermint
(Swinton, 2004).
3.2 Anemia
3.2.1
Definisi
Anemia adalah kekurangan sel darah merah baik dalam bentuk ukuran
Klasifikasi
Secara klasifikasi anemia dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut :
1.
penyediaan zat besi untuk eritropoesis, karena cadangan zat besi kosong
| 31
2.
Anemia Pernisosa
Anemia penisiosa adalah suatu kondisi dimana tubuh tidak cukup
Anemia Aplastic
Anemia aplastic adalah suatu kondisi dimana terjadinya kerusakan
Etiologi Anemia
Berikut ini beberapa penyebab anemia,antara lain :
a) Perdarahan
b) Aplasia sumsum tulang belakang akibat keracunan obat atau radiasi sinar
gamma
c) Kegagalan pematangan karena kekurangan vitamin B12 atau asam folat
d) Hemolisis sel darah merah dengan berbagai penyebab seperti keracunan
obat, penyakit herediter, dan eritroblastosis fetalis.
e) Kehilangan darah secara kronis seperti pada penyakit gastritis,
hemoroid,manifestasi parasit dan proses keganasan
f)
Gejala Anemia
| 32
1.
Stadium 1
Kehilangan zat besi yang melebihi asupannya, sehingga menghabiskan
cadangan zat besi di dalam tubuh, terutama di sumsum tulang. Kadar ferritin
(protein yang menampung zat besi) dalam darah berkurang secara progresif.
2.
Stadium 2
Cadangan zat
besi yang
Stadium 3
Pada tahap ini mulai terjadi anemia. Pada awal stadium ini, sel darah
merah tampak normal, tetapi jumlahnya lebih sedikit serta kadar hemoglobin dan
hematokrit di dalam darah menurun.
4.
Stadium 4
Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat
dengan mempercepat
besi
dengan ukuran yang sangat kecil (mikrositik), yang khas untuk anemia ini karena
kekurangan zat besi.
5.
Stadium 5
Dengan semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia, maka
akan timbul gejala-gejala karena kekurangan zat besi dan gejala-gejala karena
anemia semakin memburuk (Kusumawardani, 2010). Departemen Kesehatan RI
mengklasifikasikan berat ringannya anemia, sebagai berikut:
Jenis Kelamin
Kelompok Umur
6 bulan 5 tahun
6 14 tahun
15 tahun
15 tahun
Kadar Hemoglobin
(Hb)
11 gr/dl
12 gr/dl
13 gr/dl
12 gr/dl
| 33
Tanda dan gejala anemia defisiensi zat besi biasanya tidak khas dan
sering tidak jelas, seperti pucat, mudah lelah, berdebar, takikardia dan sesak
nafas. Tanda yang khas meliputi anemia, angular stomatitis, glositis, disfagia,
hipoklorida, koilinika dan pagofagia (Arisman, 2004). Selain itu gejala yang lain
adalah pika, glositis, keilosis. Jika anemia bertambah berat, dapat menyebabkan
stroke atau serangan jantung (Kusumawardani, 2010).
3.2.5
| 34
Seorang dengan tingkat konsumsi zat besi dari bahan non heme memilki
tingkat absorpsi atau overload yang lebih lama dibandingkan dengan yang
mengkonsumsi zat besi dengan protein heme. Orang yang biasa mengkonsumsi
sumber fe dari non heme seperti vegetarian sebaiknya menghindari alcohol dan
ditambah suplementasi vitamin C untuk meningkatkan absorpsi dan bioavabilitas
zat besi dalam tubuh. Hasil penelitian membuktikan bahwa vitamin C dapat
meningkatkan penyerapan Fe saat dikonsumsi bersamaan,dan memberikan efek
memfasilitasi Fe dalam tubuh. Fe sendiri bersifat mudah di serap ketika dalam
kondisi asam (Cook and Reddy, 2001). Meskipun begitu suplemen vitamin C
perlu diwaspadai karena akan menyebabkan kelebihan Fe dalam tubuh yang
mana Fe yang bebas akan bersifat sebagai radikal bebas (Mahan, 2008).
Orang yang sering mengkonsumsi makanan dengan fortifikasi Fe dengan
dosisi besar seharusnya menghindari suplementasi Fe dan vitamin untuk
mencegah kelebihan Fe dalam tubuh. Kebutuhan Fe diupayakan tidak kurang
dan tidak berlebih. Berdasarkan RDA kebutuhan pada anak adalah 18 mg,
wanita hamil 28 mg, dan lansia pria wanita hanya 8 mg (Mahan, 2008).
3.3
Hipertensi
3.3.1
Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah yang persisiten pada tekanan darah sistolik
140mmHg dan tekanan diastolik 90mmHg (JNC VII,2003). Hipertensi juga
didefinisikan sebagai suatu gangguan pembuluh darah akibat suplai oksigen dan
zat gizi yang dibawa pembuluh darah mengalami hambatan untuk sampai ke
jaringan tubuh. Hal tersebut menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk
mengkompensasi kebutuhan tersebut. Kondisi tersebut biasanya bersifat
menetap dan berlangsung dalam waktu yang lama (Sulistriani,2006).
3.1.2
Klasifikasi Hipertensi
JNC VII telah menetapkan klasifikasi untuk hipertensi untuk orang
Tekanan darah
sistolik (mmHg)
Tekanan darah
diastolik
| 35
Normal
Pre Hipertensi
Hipertensi Stage 1
Hipertensi Stage 2
Sumber : JNC VII, 2003
< 120
120 139
140 159
160
dan
dan
dan
dan
(mmHg)
< 80
80 89
90 99
100
tetapi
digunakan
untuk
mengidentifikasi
pasien
yang
memilki
Etiologi
Berdasarkan etiologinya hipertensi terbagi menjadi 2, yaitu :
a.
Hipertensi Primer
Hipertensi primer atau hipertensi idiopatik adalah hipertensi yang tidak
Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder sekitar 5% kasus hipertensi yang telah diketahaui
Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin
| 36
pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis) sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume
cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.
natrium diikuti dengan modifikasi gaya hidup. Modifiasi gaya hidup seperti
penurunan berat badan pada obesitas, peningkatan aktifias fisik dan olahraga
merupakan pilar utama penatalaksanaan hipertensi. Asupan garam (Natrium
Chlorida) dapat meningkatkan tekanan darah. Respons perubahan asupan
garam terhadap tekanan darah bervariasi diantara individu yang dipengaruhi oleh
faktor genetik dan juga faktor usia (Kurniawan dalam Mustamin 2010).
Ada yang berpendapat bahwa terdapat hormone natriuretik yang
menghambat aktivitas sel pompa natrium (ATPase natrium-kalium) dan
mempunyai efek penekanan. Berdasarkan studi populasi, seperti studi
INTERSALT (1988) diperoleh korelasi antara asupan natrium rerata
dengan
| 37
3.4
Diet Kanker
3.4.1
Tujuan Diit
Tujuan
diit
kanker
secara
umum
adalah
untuk
mencapai
dan
2)
3)
4)
3.4.2
Syarat Diit
Syarat-syarat diet kanker adalah:
1)
2)
3)
4)
Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total (60% dari total
energy).
5)
6)
7)
3.4.3
3.4.4
dengan banyak minyak atau kelapa/santan kental, minuman rendah energi, dan
bumbu yang tajam seperti cabe dan merica.
3.4.5
| 38
| 39
BAB IV
HASIL
4.1 Monitoring dan Evaluasi Konsumsi Energi dan Zat Gizi
Selama pengamatan pasien mendapat diet kanker 2 dengan modifikasi
menjadi diet vegetarian 2 berupa nasi tim dan lauk hewani hanya telur dan susu.
Intervensi dan pengamatan makan dilakukan selama 2 hari, yaitu mulai tanggal
19 21 September 2013. Pasien mendapat diet DK 2 sebanyak 3 kali dalam
sehari, yaitu pada pagi, siang, dan sore hari. Jumlah asupan makanan pasien
didapatkan dengan cara pengamatan langsung dan recall 1 x 24 jam untuk
menanyakan makanan apa saja yang dimakan dari luar rumah sakit. Dari hasil
pengamatan
dan
recall
makan
tersebut
selanjutnya
dianalisis
dengan
Sebelum
intervensi
18 Sept 2013
Intake
%
Intake
Intake
2221,56
1091,2
48,9
1049,4
47,3
1350,6
60,7
83,3
39,7
47,65
38,1
45,7
46
55,2
61,7
45,1
73,1
42,3
68,5
47,4
76,8
333,2
138,4
41,5
135,9
40,6
194,1
58,3
Kebutuhan
19 Sept 2013
20 Sept 2013
| 40
selama dirawat di rumah sakit dan merupakan makanan yang sesuai siklus menu
rumah sakit dan sesuai kebutuhan pasien.
Kebutuhan energi pasien perhari yaitu sebesar 2221,56 kkal dengan
mempertimbangkan faktor aktivitas dan faktor stress. Asupan energi dan zat gizi
pasien selama 3 hari disajikan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1.
Intake Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat (%)
Selama pengamatan 2 hari (19-20 September 2013), nafsu makan pasien
semakin membaik. Pada pengamatan hari kedua pasien mengeluh merasa lapar
pada malam hari, sehingga pasien mengkonsumsi makanan tambahan dari luar
rumah sakit, seperti biscuit dan susu. Pasien juga mulai mencoba menghabiskan
makanan rumah sakit lebih banyak secara bertahap. Hingga hari kedua
pengamatan asupan pasien sudah membaik walaupun belum sepenuhnya
menghabiskan makanan dari rumah sakit.
4.1.2 Intake Protein
Kebutuhan protein pasien perhari adalah sebesar 83.3 gram. Kebutuhan
protein ini sudah diperhitungkan sesuai dengan kondisi pasien, dimana
kebutuhan protein pasien meningkat untuk mempercepat proses penyembuhan
luka. Asupan protein pasien selama 2 hari disajikan pada Gambar 4.2.
| 41
2013),
diketahui
bahwa
asupan
protein
pasien
mengalami
peningkatan. Pada hari kedua, terjadi peningkatan intake protein dari 38.1 gr
menjadi 46 gr. Hal ini karena pada hari kedua pasien menghabiskan lauk hewani
yang dihabiskan dan minum susu dari luar rumah sakit dari diet yang diterima.
4.1.3 Intake Lemak
Kebutuhan lemak pasien per hari adalah sebesar 61,7 gram. Kebutuhan
lemak ini sudah diperhitungkan sesuai dengan kondisi pasien, yaitu 25% dari
total kebutuhan energi. Dari hasil pengamatan asupan makan pasien selama 2
hari, maka diketahui bahwa asupan lemak pasien mengalami peningkatan.
Asupan lemak pasien selama 2 hari dapat dilihat pada Gambar 4.3.
| 42
Intake Fe
Kebutuhan Fe atau zat besi pasien perhari adalah sebesar 26 mg
| 43
Pengamatan
Hari ke-1
(19/09/13)
Baik
CM
18 x/mnt
88 x/mnt
KU
Kesadaran
RR
Nadi
Sebelum Intervensi
(18/09/13)
Cukup
CM
20 x/mnt
105 x/mnt
Tekanan darah
180/100 mmHg
150/80 mmHg
Suhu
Nafsu makan
menurun
36,7oC
36,9oC
Hari ke-2
(20/09/13)
Baik
CM
20 x/mnt
84 x/mnt
140/80
mmHg
36,50 C
(+)
(-)
(-)
| 44
Tabel 4.3.
Data Pemeriksaan Antropometri Selama Pengamatan
Tanggal
Pemeriksaan
Antropometri
LILA (cm)
19 September 2013
21,5
20 September 2013
21,5
Keterangan
| 45
Selain itu, asupan makan pasien ada peningkatan dari hari ke hari, pasien mulai
mau berusaha untuk menghabiskan makanan dari RS. Hal ini membuktikan
bahwa motivasi yang diberikan telah memberikan hasil.
| 46
BAB V
PEMBAHASAN
Saat masuk rumah sakit pasien mengalami lemas dan nyeri perut bagian
bawah akibat perdarahan sehingga nafsu makan pasien menurun. Asupan
makan pasien mengalami peningkatan namun belum mencapai adekuat. Nafsu
makan pasien sudah mulai membaik dikarenakan rasa nyeri perut dan lemas
pasien sudah berkurang.. Edukasi dan motivasi pada pasien sudah diberikan,
namun pasien masih belum mampu menghabiskan makanan yang disediakan di
rumah sakit.
Status gizi pasien saat masuk rumah sakit sudah dalam kategori kurang.
Saat di poli,1 hari sebelum masuk ruangan obgyn, hasil antropometrinya adalah
berat badan pasien 48 kg dengan tinggi badan 167 cm. Akan tetapi ketika pasien
masuk ruangan pasien tidak dapat ditimbang dan diukur tinggi badan karena
kondisi pasien lemas, sehingga yang diukur adalah LILA. Berdasarkan
perhitungan % LILA/U (74,1%) dan IMT (diketahui bahwa status gizi pasien
tergolong kurang. Setelah dilakukan pengukuran antropometri maka dilakukan
assessment untuk mengetahui pola makan pasien.
Intake pasien yang rendah selama di rumah sakit berkaitan dengan
adanya penurunan nafsu makan atau anoreksia. Anoreksia adalah penurunan
nafsu makan dalam frekuensi yang cukup lama ditandai dengan penurunan
intake makanan terutama oral peroral. Anorexia dapat menyebabkan kaheksia
dimana terjadi penurunan > 80% jaringan adipose, jaringan otot yang nantinya
dapat menyebabkan hipoalbumin, asthenia, anemia,. Kaheksia menjadi faktor
komorbid pada pasien kanker dengan aktivitas fisik yang terbatas, dan adanya
penghambat dalam sintesis protein (Laviano,2005).
Perubahan
metabolism
tubuh
pada
kaheksia
disebabkan
karena
| 47
penting pada penderita kanker. Tujuan terapi gizi adalah mempertahankan atau
meningkatkan status gizi sehingga meminimalisir komplikasi yang dihadapi
pasien pasca pengobatan kanker berupa bedah, kemoterapi, radiasi yang mana
untuk kualitas hidup dan keberlangsungan hidup penderita (Hutton, 2006).
Untuk mencapai tujuan terapi diet yang diberikan, sangat penting
intervensi gizi yang diberikan sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien
kanker kebutuhan diberikan tinggi sesuai dengan faktor stress penyakit yang
tinggi. Pasien yang diberikan tinggi energy, tinggi protein, dan tinggi antioksidan
memilki kemampuan dalam mentoleransi efek samping terapi yang diberikan
(Rajagopal, 2007). Asupan pasien mulai meningkat secara bertahap karena nyeri
perut sudah mulai berkurang sehingga nafsu makan pasien mulai membaik
semenjak hari pertama dan kedua perawatan.
Protein diberikan pada pasien ini dengan tujuan untuk meningkatkan status
gizi pasien dan meningkatkan sistem imun. Asam amino yang diperhatikan
adalah glutamin, BCAA, dan arginin. Glutamin memilki peran
kondisi stress
Docosahexaenoic acid (DHA) yang merupakan asam lemak esensial yang dapat
memacu makrofag untuk meningkatkan fungsi system imun. Selain itu DHA dan
EPA dapat memacu peningkatan berat badan dan lean body mass pada pasien
kanker dengan kaheksia (Laviano, 2005) Pasien tidak mengkonsumsi suplemen
omega 3, akan tetapi dari formula rumah sakit terdapat kandungan omega 3.
Karbohidrat diberikan dalam bentuk karbohidrat kompleks untuk dijadikan
sumber energi dan menghindari terjadinya pemecahan protein dalam otot.
| 48
Pemberian karbohidrat
| 49
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Diagnosa medis pasien adalah Ca Cervix Stadium III B + Hidronefrosis
+ Anemia + Hipertensi Stage 2.
2. Penilaian atau asessmen daftar masalah :
Antropometri : berdasarkan IMT dan LILA/U pasien berada pada
status gizi kurang, yakni IMT 17,1 (underweight), dan LILA/U 74,1 %
(kurang).
Biokimia : pasien memgalami anemia, hipoalbumin,dan infeksi.
Fisik / klinis : pasien mengalami penurunan nafsu makan, hipertensi
stage 2.
Dietary history : selama di rumah sakit asupan pasien kurang.
Riwayat gizi dahulu pasien suka mengkonsumsi teh manis 2-3
mempercepat
pemulihan
tubuh
akibat
pendarahan,
| 50
tidak
dapat
mendeteksi
kondisi
kekurangan
atau
6.2 Saran
1) Pendekatan pasien dan keluarga pasien penting untuk mengkaji
permasalahan dan membantu pemecahan maslah yang dihadapi pasien
yang dihadapi pasien terutama saat pasien kembali ke rumah. Hal ini
penting selain untuk mencapai tujuan tetapi juga mengoptimalkan terapi
gizi saat pasien berada di rumah.
2) Perlu dilakukannya konseling yang lebih mendalam mengenai diet yang
dijalani pasien serta diikuti perubahan gaya hidup, dan pola makan yang
sehat untuk menunjang penyembuhan dan pemeliharaan kondisi pasien
dirumah. pola dan kebiasaan makan yang baik serta pengaturan makan
pasca penyembuhan saat di rumah.
3)
Kolaborasi dengan tenaga medis lain seperti dokter, perawat dan ahli gizi
ruangan lebih diintensifkan dalam merencanakan asuhan gizi yang tujuan
akhirnya mampu menunjang pelayanan medis pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, AK. Et al. 2012. Prevalence of Peripheral Arterial Disease in Type 2
Diabetes Mellitus and its Correlation with Coronary Artery Disease and
its Risk Factors. JAPI July 2012 VOl. 60.
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia
| 51
| 52
| 53
| 54
LAMPIRAN - LAMPIRAN
| 55
Problem
(NI 1.2)
Peningkatan kebutuhan
energy
Diagnosa Gizi
Etiologi
Peningkatan
metabolisme akibat
penyakit Ca Cervix
Stadium III B + Anemia +
Hipertensi Gr. II + AN
Hidronefrosis
Sign/Symptom
Asupan pasien recall
pasien untuk energi
rendah 48,9 %,
peningkatan leukosit,
dan penurunan
trombosit, albumin
yang rendah .
Penurunan kadar Hb
Penurunan eritrosit
Peningkatan leukosit
Penurunan trombosit
Penurunan nilai MCV
Penurunan nilai MCH
Albumin rendah
Intervensi
Monitoring Evaluasi
Modifikasi
Diet (ND.2.1)
Modifikasi
Diet (ND.2.1)
Kolaborasi
dengan
tenaga medis
lain (RC1.3)
(NC-2.2)
Perubahan nilai
laboratorium
Gangguan fisiologis
penyakit Ca Cervix
Stadium IIIB
(NI-5.1)
Peningkatan kebutuhan
zat besi (Fe) dan
protein
Perdarahan panjang
akibat ca cervix
Anemia (Penurunan
kadar Hb) dan kadar
albumin
Modifikasi
Diet (ND.2.1)
Modifikasi
Diet (ND.2.1)
(NI-2.1)
Kekurangan intake
makanan dan minuman
oral
| 56
(73,1%), KH (41,5%)
b. Dahulu
Cara memasak sering
digoreng, sering
menambahkan penyedap
makanan dan kaldu instant
dan minum air teh
Pasien belum pernah
mendapat edukasi dan
konseling yang mendalam
mengenai diet untuk
penyakit pasien.
Kurangnya pengetahuan
mengenai gizi dan
kesehatan yaitu
kurangnya pengetahuan
tentang gizi untuk pasien
Edukasi Awal
(E-1)
Pengetahuan makanan
dan zat gizi (BE.1.2)
Ketaatan (BE 2.4)
| 57
Antropometri
Biokimia
Clinic
Dietary
Edukasi
TB : 167 cm
BB : 48 kg
BB sebelum
sakit : 58 kg
BBI : 60 kg
IMT : 17,1
kg/m2
(underweight)
LILA : 21,5 cm
Status gizi
menurut LILA :
74,1% (Kurang)
Darah Lengkap:
Hb : 6.7g/dL()
RBC : 2,64x103/L ()
WBC :12,33x103/l ()
Ht :20,60% ()
PLT : 431x 103 /L ()
MCV :78.00 fL ()
MCH :25,40 pg ()
MCHC 32,50 g/dl (N)
Albumin :3,37 g/dl ()
GDS :108 mg/dL (N)
Ureum 26,80 mg/dL ()
Kreatinin
0,96
mg/dL (N)
KU :Cukup
Kesadaran :CM
RR :20 x/mnt
Nadi :105 x/mnt
TD:186/100 mmHg
Suhu : 36,7oC
Nafsu makan
menurun (+)
Recall 24 jam:
E : 1091,2 kkal (48,9%)
P : 39,7 gr (47,65%)
L : 45,1 gr (73,1%)
KH :138,4 gr (41,5%)
Pasien
dianjurkan
untuk
mematuhi diit
yang diberikan
RS dilihat dari
makanan RS
yang
dihabiskan
KU: cukup
Kes: CM
RR: 18x/mnt
N: 88x/mnt
TD: 150/80 mmHg
Suhu: 36,9
Nafsu makan turun
(-)
KU: baik
Kes: CM
RR: 20x/mnt
N: 84x/mnt
Nafsu makan px
semakin bertambah
baik
Px mendapatkan diet
19
September
2013
LILA : 21,5 cm
20
September
2013
LILA : 21,5 cm
Pasien
mulaimencoba
menghabiskan
makan dari rs
secara
bertahap
dilihat dari
intake makan
pasien yang
sudah sesuai
dengan
kebutuhannya
Pasien
mematuhi diit
yang diberikan
dilihat dari
Identifikasi
Masalah
Baru
Rencana
Tindak Lanjut
Diberikan diit
kanker II
modifikasi
vegetarian II
bentuk lunak
serta motivasi
agar pasien
tetap patuh
terhadap diit
yang diberikan
Diberikan diet
kanker II
modifikasi
vegetarian II
bentuk lunak
dan motivasi
pada pasien
agar selalu
menghabiskan
makanannya
Diberikan diet
kanker II
modifikasi
vegetarian II
| 58
kanker II lunak.
Recall Hari ke-2:
E :1350,6 kkal (60,7%)
P : 46 gr (55,2%)
L : 47,4 gr (76,8%)
KH : 194,1 gr (58,3%)
kondisi pasien
yang mulai
membaik.
lunak serta
menjelaskan
tentang
pemilihan bahan
makanan yang
baik, pola
makan yang
sehat dan
bergizi agar
dapat
diterapkan saat
pasien dirumah
dan motivasi
untuk
mningkatkan
dan menjaga
kondisi pasien
tetap prima
ketika di rumah
| 59
Lampiran 2. LEAFLET
Nama pasien
BB
TB
IMT
Status Gizi
:
:
:
:
:
| 60
| 61
| 62